Prakata. Bandung, Desember 2004

dokumen-dokumen yang mirip
Perencanaan rumah maisonet

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

Syarat Bangunan Gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

Ketentuan gudang komoditi pertanian

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 24 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

SILABUS MATA PELAJARAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Struktur dan Konstruksi II

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 60/PRT/1992 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

perencanaan yang umum dilakukan pada proyek pembangunan meliputi berbagai

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

Transkripsi:

DAFTAR ISI Daftar Isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii Ruang Lingkup... 1 Acuan Normatif... 1 Istilah dan Definisi... 1 Konsepsi Rumah Maisonet... 2 4.1 Arsitektur Bangunan (ketentuan umum)... 2 4.1.1 Jumlah lantai dan organisasi ruang... 2 4.1.2 Kebutuhan ruang... 2 4.1.3 Orientasi ke dalam rumah... 3 4.1.4 Besaran ruang... 3 4.1.5 Akses dari lantai bawah ke lantai atas... 4 4.1.6 Tata letak dan orientasi ruang... 5 4.1.7 Persyaratan kenyamanan... 5 4.1.8 Sirkulasi dalam rumah... 5 4.1.9 Tempat parker individu dan kelompok... 5 4.2 Struktur bangunan... 5 4.2.1 Persyaratan umum... 5 4.2.2 Persyaratan struktur bangunan bawah... 6 4.2.3 Persyaratan struktur bangunan atas... 6 4.3 Komponen dan bahan bangunan... 6 4.3.1 Keawetan bangunan... 6 4.3.2 Persyaratan umum komponen dan bahan bangunan rumah maisonet... 6 4.3.3 Pertimbangan pemilihan jenis rumah... 8 4.4 Utilitas bangunan... 9 4.4.1 Plambing... 9 4.4.2 Penyediaan air bersih... 9 4.4.3 Pembuangan air limbah... 9 4.4.4 Pembuangan air hujan 10 4.4.5 Tempat pembuangan sampah. 10 4.4.6 Listrik.10 Lampiran A.. 11 Bibliografi 12

Prakata Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan Rumah Maisonet ini dipersiapkan oleh panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, melalui Gugus Kerja Bidang Tata Ruang Bangunan dan Kawasan pada Sub Panitia Teknik Bidang Pemukiman. Tata Cara ini diprakarsai oleh Pusat Litbang pemukiman, Badan Litbang Depatemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Petunjuk teknis ini disusun untuk digunakan sebagai acuan bagi perencana dalam perencanaan rumah maisonet, berdasarkan hasil kajian pusat penelitian dan pengembangan pemukiman, Badan penelitian dan pengembangan, departemen permukiman dan prasarana wilayah, dengan memperhatikan Undang Undang Nomor tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman. Dengan tersusunnya petunjuk teknis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam penyelenggaraan pembangunan khususnya tata cara perencanaan maisonet biasa, serta meningkatkan kualitas bangunan yang bermanfaat bagi keselamatan dan keamanan pengguna bangunan pada umumnya. Tata penulisan mengikuti pedoman BSN Nomor 8 tahun 2000 Penulisan Standar Nasional Indonesia dan telah dibahas melalui forum consensus pada tanggal 6 oktober 2004 dengan melibatkan para ahli dari berbagai instansi terkait sesuai ketentuan pedoman BSN nomor 9 tahun 2000. Bandung, Desember 2004

Pendahuluan Tata Cara Perencanaan Rumah Maisonet ini memuat persyaratan perencanaan dan perancangan bangunan rumah dan fasilitasnya untuk memberikan kenyamanan bagi penghuni rumah maisonet. Persyaratan bangunan rumah, sesuai dengan fungsi ruang dan peletakan benda benda didalamnya. Tata cara perencanaan ini bertujuan untuk memberi masukan dalam perencanaan dan perancangan pembangunan bangunan rumah maisonet dengan memperhatikan ketentuanketentuan seperti: ukuran dan criteria perencanaan. Tata cara perencanaan ini dapat dijadikan acuan dalam perencanaan dan perancangan pembangunan rumah. Mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang pesat, maka dimasa yang akan dating tidak menutup kemungkinan adanya perubahan dalam penyusunan tata cara ini.

Perencanaan Rumah Maisonet 1. Ruang Lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desaindan spesifikasi teknis yang diperuntukan bagi para perencana pembangunan perumahan. Pedoman ini tidak digunakan untuk acuan perencanaan rumah maisonet split, maupun untuk rumah maisonet susun tumpuk. 2. Acuan Normatif SNI 03 1979 1990, spesifikasi matra ruang untuk rumah dan gedung. SNI 03 3990 1995, Tata cara instalasi petir untuk bangunan. SNI 03 6481 2000, Sistem plambing. SNI 03 2396 2001, Tata cara perancangan system pencahayaan alami pada bangunan gedung. SNI No. 03 2398 2002, Tata cara perencanaan tangki septic dengan system resapan. SNI No.03 2453 2002, Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan. 3. Istilah dan Definisi 3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Perbandingan antara luas dasar bangunan dengan luas persil tanah (penerapan peraturan pembangunan dengan KDB ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan). 3.2 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas persil tanah (aturan tentang KLB ini juga menyebut perbandingan seluruh luas lantai terhadap luas lahan, tujuannya adalah untuk meciptakan adanya keseimbangan antara luasan lahan terbangun dengan luasan lahan kosong yang dapat digunakan anata lain untuk keperluan pertamanan, parker kendaraan). 3.3 Permukiman Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung. baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 3.4 Perumahan Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkunga tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dlengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

3.5 Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan saran pembinaan keluarga. 3.6 Rumah Maisonet Bangunan rumah deret yang dibangun di atas lahan terbatas, terdiri dari satu lantai, dimiliki oleh satu keluarga. 3.7 Rumah Maisonet Split Merupakan alternative bangunan rumah maisonet dengan kemiringan kontur > 15%. 3.8 Rumah Maisonet Tumpuk Rumah maisonet biasa yang ditumpuk ke atas, dengan maksud untuk meningkatkan kapasitas hunian. 3.9 Utilitas Bangunan Sarana penunjang untuk pelayanan dalam bengunan 4. Ketentuan Umum 4.1 Arsitektur bangunan 4.1.1 Jumlah lantai dan organisasi ruang Rumah maisonet dirancang untuk satu keluarga, terdiri dari dua lantai, dengan organisasi ruang harus mengandung fungsi fungsi untuk kegiatan keluarga, yaitu ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi dan kakus, serta ruang tidur, diatur kea rah vertical, dihubungkan dengan tangga. Setiap pembangunan rumah maisonet harus memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan menjalankan kegiatan sehari hari secara layak. Dalam perhitungan perencanaan rumah maisonet di buku pedoman ini berdasarkan pada rata rata jumlah anggota keluarga 4 orang. 4.1.2 Kebutuhan ruang Kebutuhan luas lantai setiap orang dalam Rumah Maisonet dengan ketinggian rata rata 2,80 meter direkomendasikan adalah 9 m 2, apabila tidak memungkinkan sekurang kurangnya pada ambang batas kebutuhan luas lantai per jiwa 7,2 m 2. Untuk melaksanakan aktivitas sehari hari secara layak, kebutuhan luas rumah dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a) Kebutuhan luas ruang dalam rumah per jiwa b) Jumlah anggota keluarga, dihitung rata rata 4 jiwa c) Kebutuhan luas kavling perunit rumah. Kebutuhan luas bangunan dan luas tanah kavling tertera pada table 1 yang menunjukan kebutuhan luas minimum Rumah Maisonet dengan sirkulasi maksimum 30%, luas kavling yang dibutuhkan, KDB serta KLB.

Standar Perjiwa m 2 Lantai bawah m 2 Tabel 1 Contoh kebutuhan luas minimu rumah maisonet, Luas kavling, KDB serta KLB Luas untuk 4 jiwa Luas lantai rumah Unit rumah lantai bawah dan atas m 2 Sirkulasi Luas tanah kavling vertikal Minimal m 2 Maksimal KDB m 2 % KLB 9 m 2 18 36 3,6 60 90 36 0,66 4.1.3 Orientasi ke dalam rumah Setiap unti rumah yang memiliki halamn sendiri, akses ke dalam rumah harus melalui halaman. Pintu masuk ke dalam rumah harus terlihat dan mudah dikenali. 4.1.4 Besaran ruang Besaran setiap ruang harus seperti pada table 2 dengan memperhatikan kesehatan, kenyamanan dan keamanan dan penghuni serta dan persyaratan ruang. Tabel 2 Besaran minimum ruang rumah maisonet No Ruang Jumlah Tinggi bersih Luas minimum Ruang hunian Ruang pelengkap unit minimum m m 2 1 r. tidur 2 2,80 3,00x3,00 2 r. serba guna (r. tamu/keluarga,makan dapur) 1 2,80 3,00x5,00 3 Kamar mandi dan kakus 1 2,40 1,20x1,50 4 Teras 1 2,40 5 Tempat jemuran 1 6 r.tangga 1 3,6 4.1.5 Akses dari lantai bawah ke lantai atas Untuk menuju lantai atas menggunakan tangga denganukuran seperti pada table 3. Table 3 ukuran tangga No Bagian tangga Ukuran m 1 Lebar tangga bersih Minimum 0,60 m 2 Lebar anak tangga 0,25 0,30 m 3 Tinggi anak tangga 0,15 0,20 m 4 Tinggi pegangan tangga 0,90 m 4.1.6 Tata letak dan orientasi ruang Dalam mengatur ruang ruang unit kediaman harus memperhatikan factor faktor penentu sebagai berikut: a) Pencapaian dari ruang ke ruang lainnya harus baik dan efisien dengan memperhatikan pengaturan perabot rumah, peralatan dan perlengkapan lain yang diperlukan di ruang ruang yang direncanakan, b) Untuk mengakomodasi ruang gerak harus diatur pengelompokan ruang satu dengan yang lain sesuai dengan fungsi setiap ruang,

c) Ruang hunian harus diletakkan pada daerah tenang, bersih, kering atau tidak lembab, dan harus dipisahkan secara jelas dengan dapur yang bersifat mudah kotor, berhubungan dengan api dan cairan bahan bakar yang berbahaya, serta dengan kamar mandi dan kakus yang terletak didaerah basah dan bersifat mudah lembab dan mudah kotor, d) Perletakan tangga harus mudah dicapai dan efisien, e) Dapur yang terletak di bagian lantai bawah, berdekatan dengan daerah pelayanan, dan langsung berhubungan dengan bagian luar rumah. Letak ruang serba guna harus memenuhi persyaratan sirkulasi udara dan ventilasi alami. 4.1.7 Persyaratan kenyamanan Untuk kesehatan ruangan, sinar matahari pagi harus dapat masuk ruangan minimu 1 jam sehari, apabila penerangan matahari tak langsung minimum 8 jam sehari, a) Untuk menjamin pertukaran udara bersih dalam ruang, harus direncanakan ventilasi silang, b) Setiap ruangan mendapat penerangan alami, c) Setiap bangunan rumah, harus mempunyai satu atau lebih lubang cahaya yang langsung berhubungan dengan udara luar minimum luasnya 1/10 x luas lantai ruang yang bersangkutan, dan minimum 1/20 x luas lantai merupakan lubang cahaya yang dapat dibuka. 4.1.8 Sirkulasi rumah Ruang sirkulasi yang menghubungkan fungsi fungsi di dalam rumah harus meminimumkan ruang ruang yang terbuang. Ruang sirkulasi dalam rumah maksimal 30% dari luas lantai. 4.1.9 Tempat parkir individu dan kelompok Bila diperlukan, setiap rumah mendirikan carport untuk parkir mobil individu. Untuk kelompok, perlu direncanakan menggunakan garasi bersama. 4.2 Struktur bangunan 4.2.1Persyaratan umum Untuk menjamin struktur yang sesuai dan dapat bekerja secara baik, harus dipenuhi syaratsyarat uum sebagai berikut: a) Dapat menahan semua beban dan gaya gaya termasuk gempa bumi yang bekerja padanya sesuai dengan fungsinya, b) Cukup terlindung dari korosi, kelapukan, serangga serangga dan kekuatan kekuatan perusak lainnya, c) Dapat bekerja/berfungsi secara baik minimum 20 tahun, d) Memenuhi Norma, Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM) yang berlaku, e) Beban hidup lantai unit hunian 200 kg/m 2, f) Ketahanan struktur terhadap kebakaran minimum 1 jam. 4.2.2 Persyaratan struktur bagian bawah Pondasi bangunan harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup dan gaya gaya luar yang diterimanya dari bangunan struktur atas, a) Tipe pondasi ditentukan oleh berat bangunan termasuk segala macam beban, kemampuan daya dukung tanah, dan tipe tipe struktur bangunan di atasnya.

b) Kedalaman pondasi ditentukan oleh kedalamn tanah padat denga daya dukung yang cukup. 4.2.3 Persyaratan struktur bangunan atas Harus dapat menahan semua gaya yang bekerja padanya sesuai dengan fungsinya yang dihitung dengan ilmu gaya dan peraturan peraturan yang berlaku. Bahan bangunan dan konstruksi yang diperkenankan untuk struktur bangunan dapat terdiri atau: a) Konstruksi kayu b) Konstruksi baja c) Konstruksi bertulang d) Konstruksi komposit 4.3 Komponen dan bahan bangunan 4.3.1 Keawetan bangunan Untuk menjamin keawetan bangunan dan efisiensi pemakaian bahan, harus dipenuhi syaratsyarat sebagai berikut: a) Penggunaan komponen dan bahan harus sesuai dengan fungsinya, b) Mempunyai keawetan minimum 5 tahun untuk komponen non struktur, minimum 20 tahun untuk komponen struktur bila digunakan menurut aturan aturan yang berlaku, c) Cukup terlindung dari korosi, kelapukan, serangga dan kekuatan perusak lainnya, d) Memenuhi NSPM yang berlaku. 4.3.2 Persyaratan umum komponen dan bahan rumah maisonet Persyaratan umum komponen dan bahan bangunan rumah maisonet disajikan pada tabel 4 Tabel 4 persyaratan komponen dan bahan bangunan rumah maisonet No Komponen bangunan Jenis struktur Persyaratan umum 1 Pondasi Pasangan batu Stabil Tiang Dapat mendukung semua beban diatasnya dan semua gaya termasuk gempa bumi yang bekerja padanya Pelat Merupakan kesatuan yang tertutup Umpak Tidak mudah lapuk dan dimakan serangga Harus memenuhhi NSPM yang berlaku 2 Sloof Pengikat Bisa berlaku sebagai pengikat pondasi 3 Kolom/tiang/rangka Kolom/tiang/rangka Dapat menahan beban beban yang harus dipikul dan semua gaya termasuk gempa bumi yang bekerja padanya Harus merupakan kesatuan tertutup rangka Harus bersifat monolit Cukup keras dan tidak mudah aus Harus memenuhi NSPM yang berlaku Penggunaan bahan kayu harus melalui proses pengawetan, terutama kayu kelas rendah 4 Balok dinding Pengikat bisa berlaku sebagai pengikat kolom/tiang

No Komponen bangunan Jenis struktur Persyaratan umum 5 Lantai monolit Tidak mudah aus Rapat air dan tidak lembab Susunan tiap elemen Mudah dibersihkan dan dicuci Stabil dan tidak lentur waktu diinjak Tidak mudah terbakar Harus memenuhi NSPM 6 Dinding luar dan dinding dalam Memikul Untuk dinding pemikul dapat mendukung berat sendiri dan semua beban serta semua gaya termasuk gempa bumi yang bekerja padanya Tidak memikul Untuk dinding tidak memikul harus dapat mendukung berat sendiri Harus bersambung dengan pondasi oleh lapisan rapat air minimal 15 cm di bawah permukaan tanah dan sampai 15 cm diatas lantai Harus stabil Bila digunakan sebagai dinding pembatas antar rumah harus dapat meredam suara secukupnya 7 Langit langit Susunan tiap elemen Seringan mungkin Sekecil mungkin meluluskan panas/bias berlaku sebagai penghambat panas sinar matahari Kaku Tidak mudah terbakar Bias dipakai untuk penempatan instalasi listrik 8 Rangka atap Dengan kuda kuda Kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup atap yang akan digunakan sehingga tidak bocor Bias menerima beban penutup atap Tanpa kuda kuda Untuk setiap tipe struktur dan bahan yang dipilih harus dipenuhi persyaratan teknis dan mutu dari tipe struktur dan bahan tersebut Harus memenuhi NSPM yang berlaku 9 Penutup atap Susunan tiap elemen Seringan mungkin Berlaku sebagai pelindung terhadap sinar matahari, hujan dan angin Apabila berhubungan langsung dengan ruangan hunia, agar sekecil mungkin meluluskan panas Tidak tembus air Harus dapat menanggung berat sendiri, beban beban berguna, dan semua gaya yang bekerja padanya 4.3.3Pertimbangan pemilihan jenis rumah Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan jenis rumah yang dapat diterapkan, dapat memperhatikan zonasi Rumah Sederhana Sehat yang merupakan penggabungan dari berbagai potensi, diantaranya potensi bahan bangunan lokal, potensi budaya, serta kondisi geologis di setiap propinsi, sesuai dengan pada Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah RI NO. 403/KPTS/M/2002, Pedoman Pembangunan Rumah Sederhana Sehat.

4.4 Utilitas bangunan 4.4.1 Plambing Kecuali yang belum diatur dalam pedoman ini setiap rumah harus dilengkapi dengan system plambing untuk air bersih, pembuangan air limbah dan pembuangan air hujan, sesuai dengan SNI 03 6481 2000, system plambing. 4.4.2 Penyediaan air bersih Apabila tersedia system penyediaan air bersih kota atau system penyediaan air bersi lingkungan, maka tia rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman. Penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan sumur pompa dangkal atau sumur gali. a) Persyaratan air dangkal: 1) Sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimum 1,20 m. 2) Pipa selubung sumur harus dibuat dari bahan rapat air sampai kedalaman minimum 2 meter dari permukaan lantai dan tergantung dari sifat tanah. 3) Sumur pompa dangkal harus ditempatkan pada jarak minimum 10 meter dari tangki septic dan bidang resapannya (tergantung pada sifat tanahnya). b) Persyaratan sumur gali: 1) Sekeliling sumur harus dibuat lantai rapat air selebar minimum 1,20 meter dari dinding sumur. 2) Dinding sumur harus dibuat dari konstruksi yang aman, kuat dan rapat air ke atas 80 cm dan ke bawah minimum 2 meter dari muka lantai. 3) Lubang sumur harus dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dari bahan yang kuat dan tahan lama. 4) Sumur gali harus ditempatkan pada jarak minimum 10 meter dari tangki septic dan bidang resapannya (tergantung pad sifat tanah). 4.4.3 Pembuangan air limbah a) Apabila tersedia system pembuangan air limbah kota atau system air limbah lingkungan, maka setiap rumah berhak mendapatkan sambungan. b) Apabila tidak tersedia system pembuangan air limbah kota atau system air limbah lngkungan, setiap rumah harus dilengkapi dengan tangki septic dan bidang resapan atau tangki septic dengan system resapan, sesuai dengan SNI no. 03 2398 2002 tentang Tata cara perencanaan tangki septic dengan system resapan. c) Untuk memenuhi jarak 10 meter dari pompa dangka atau sumur gali, harus disediakan tangki septic dan bidang resapan, sesuai SNI No. 03 2398 2002 tentang Tata cara perencanaan tangki septic dengan system resapan. 4.4.4 Pembuangan air hujan a) Setiap rumah diharuskan memiliki sumur resapan air hujan yang berfungsi, sesuai dengan SNI no. 03 2453 2002, Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan. b) Apabila tersedia system pembuangan air hujan kota atau system pembuangan air hujan lingkungan, tiap rumah berhak mendapatkan sambungan. 4.4.5 Tempat pembuangan sampah a) Setiap rumah harus dilengkapi dengan tempat pembungan sampah rumah tangga. b) Ukuran tempat sampah diperhitungkan terhadap jumlah anggota keluarga, timbulan sampah 0,002 m 3 /hari/orang, dan frekuensi pengangkutan 2 hari sekali. Ukuran tempat sampah setiap keluarga yang dibutuhkan adalah volume 0,20 m 3.

c) Tempat sampah bersama maksimum melayani 32 rumah tangga dengan ukuran volume 6,4 m 3. d) Cara penempatan tempat sampah untuk setiap rumah tangga maupun tempat sampah bersama harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh petugas kebersihan dan tidak mengganggu lalulintas. 4.4.6 Listrik a) Dalam pembangunan rumah/perumahan maisonet, setiap rumah harus dilengkapi dengan jaringan instalasi listrik di dalam rumah sesuai dengan kebutuhan. b) Pemasangan instalasi di dalam rumah harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan peraturan dan syarat syarat yang berlaku (Peratuaran Umum Instalasi Listrik, peraturan yang berlaku di PLN wilayah setempat). c) Pelaksana instalasi adalah instalatur yang mempunyai pa/akreditasi PLN dan berlaku tahun takwin terakhir. d) Instalatur bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan instalasi, termasuk di dalamnya mutu bahan dan pengawasan instalasi. e) PLN melakukan pengujian setelah tiba saatnya listrik dialirkan.

Lampiran A (informatif) Daftar nama dan lembaga 1. Pemrakarsa: Puslitbang Permukiman, Badan Litbang Kimprawil, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2. Penyusun No Nama Lembaga 1 Ir. Gundhi Marwati, MT Puslitbang Permukiman 2 Ir. Arief Sabaruddin, CES Puslitbang Permukiman

Biliografi Joseph De Chiara, Time Saver Standards for Residential Development, 1984, Mc. Graw Hill, Inc, USA. John Macsai, Housing, A Wiley Interscience Publication, New York. Kepmen PU Nomor 20/KPTS/1986, pedoman teknik pembangunan perumahan sederhana tidak bersusun. UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1992, perumahan dan permukiman. UU Republik Indonesia No. 28 tahun 2002, bangunan gedung. Kepmen Permukiman dan Prasaran Wilayah RI No. 403/KPTS/M/2002, pedoman pembangunan rumah sederhana sehat. Kepmen Depkes No. 829/MENKES/SK/VII/1999, persyaratan kesehatan perumahan. Petunjuk teknis Pt. T 12 2000 C, tata cara perencanaan lingkungan perumahan sederhana tidak bersusun.