BAB I PENDAHULUAN. berhubungan masyarakat yaitu apa yang disebut dengan muamalah. Keperluan hidup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya seorang individu harus menukarnya dengan barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa hidup sendiri. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. atas dasar suka sama suka atau bisa juga memindahkan hak milik kepada orang

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran Islam merupakan ajaran yang lengkap dan sempurna, sehingga. dalam masalah muamalah (hubungan antar makhluk) dibahas secara

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. setiap konsumen dalam menggunakan suatu barang atau jasa. Dengan demikian

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB I PENDAHULUAN. ini, karena manusia diberi kelebihan akal untuk berpikir dan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dan mengabstraksikan ciri-ciri yang sama dari objek-objek tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari mempunyai keperluan yang bermacam-macam untuk mempertahankan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mu amalah. Maua malah adalah kegiatan yang mengatur hal-hal yang

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

BAB I PENDAHULUAN. pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB I PENDAHULUAN. Development Bank (IDB) tahun 1974 oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI).

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENJUALAN HASIL PANEN TANAMAN HORTIKULTURA DI DESA SIMAN KECAMATAN KEPUNG KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia dalam keadaan saling membutuhkan satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang beraneka ragam kebutuhannya. misalnya: makan, minum, sandang dan sebagainya.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. hubungan di antaranya, pertama hubungan yang bersifat vertikal, yaitu hubungan

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, sudah tentu memerlukan orang lain dalam memenuhi keperluan hidupnya, dalam Islam sudah disediakan aturan bergaul, berhubungan masyarakat yaitu apa yang disebut dengan muamalah. Keperluan hidup yang diatur dalam muamalah adalah menyangkut hal jual beli, sewa meyewa, pinjam meminjam, serta utang piutang dan sebagainya. Allah mensyari atkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan untuk hambanya. Karena manusia adalah makhluk sosial yang secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan lain-lainnya, kebutuhan seperti ini tidak pernah terputus dan tak henti-henti selama manusia masih hidup. Tak seorang pun dapat memenuhi hajat hidupnya seorang diri, oleh sebab itu ia dituntut untuk berhubungan dengan yang lainnya. Dalam hubungan ini tak ada satu hal yang lebih sempurna dari pertukaran, di mana seseorang memberikan apa yang ia miliki kemudian ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai kebutuhan masing-masing. Peristiwa jual beli mununjukkan adanya perbuatan menjual dan adanya perbuatan membeli, jadi jual beli menunjukan adanya dua perbuatan dalam satu 1

ا( 2 peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan satu pihak membeli 1. Inti jual beli ialah adanya suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerima juga sesuai dengan perjanjian atau ketentuan-ketentuan yang telah dibenarkan hukum syara dan disepakati 2, maksudnya ialah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kahendak syara. Selain itu jual beli merupakan salah satu cara kepemilikan harta yang sah dan telah diatur dalam hukum Islam. Hal ini ditegaskan Allah dalam al-qur an surah an- Nisa ayat 29 berikut: ❿3 3 ❹ ❷ ❷ (29 10 ❻ لنسا ء : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. an-nisa 29). 3 1 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Hukukm Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, t.th), h. 33. 2 Hendi Suhendi, M.Si, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.68. 3 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir al-qur an, al-qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV.Atlas,1989), h.122.

ا( 3 Berdasarkan ayat ini, maka hukum Islam menetapkan bahwa dalam melakukan kegiatan jual beli sangatlah mementingkan kejujuran, transparansi bebas dari cara-cara manipulasi dan merugikan pihak lain. Pada dasarnya hukum jual beli adalah mubah (boleh) jika dilakukan sesuai dengan tuntunan hukum Islam, hal ini terlihat jelas dalam firman Allah SWT surah al-baqarah ayat 275 : 3 3 ❷ ❾ 3 ⓿ 2 3 ❶ ⓿ ❷ ❷ ⓿ ❷ لبقرة : 275 ( Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) ribatidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Q.S. al-baqarah 275) 4. Sebuah transaksi jual beli akan berakibat hukum apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Setiap orang muslim wajib mengetahui hal-hal yang sah dan yang tidak sah dalam jual beli, juga hal-hal yang diharamkan dan yang dihalkan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan bagi orang lain dalam melakukan jual beli tersebut. 4 Ibid, h. 69.

4 Pada zaman sahabat dahulu Khalifah Umar bin Khatab ra. pernah berkeliling pasar beliau memukul sebagian penjual dengan tongkat, sambil berkata; Tidak boleh yang ada berjualan di pasar kami ini kecuali mereka yang memahami hukum, jika tidak berarti ia memakan riba. 5 Dalam jual beli ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga transaksi jual beli tersebut sah dan berakibat hukum, yaitu harus ada penjual dan pembeli, uang dan benda yang dibeli serta ijab qabul. 6 Dari sisi sahnya suatu akad, jual beli tersebut harus terhindar sari cacat, seperti kriteria barang tidak diketahui, baik jenis, kualitas, dan kuantitasnya tidak jelas, karena pada dasarnya untuk sebuah barang yang sah diperjualbelikan mempunyai syarat-syarat tertentu yaitu, bersih barangnya (bukan benda najis), barang tersebut dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan akad (bukan milik orang lain), mampu menyerahkannya, mengetahui terhadap harga barang, barang yang diakadkan ada di tempat. Dalam jual beli ini juga harus terlepas dari adanya unsur paksaan ataupun adanya hal-hal (upaya-upaya) yang mengandung tipu daya, mudharat, serta adanya syarat yang membuatnya rusak. 7 Dari sisi pelaksanaan jual beli, orang yang berakad mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli, misalnya barang yang dibeli diketahui secara jelas 5 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Alih bahasa A. Marzuki Kamaluddin, (Bandung: PT. al-ma arif, 1996), Jilid III, h. 73. 6 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, (Jakarta : PT. Renika Cipta, 2001), h. 396. 7 Azyurmadi Azra MA, Jual Beli EnsiklopediTematis Dunia Islam 3,,(Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2005), h. 17.

5 kualitasnya baik oleh penjual maupun oleh pembelinya. 8 Barang yang kualitasnya tidak diketahui secara jelas, besar kemungkinan dalam jual beli tersebut akan merugikan antara dua belah pihak. Dalam muamalah terdapat hal lain yang berkaitan dengan jua beli yaitu wakalah (perantara). Wakalah adalah penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup. 9 Dalam wakalah berbagai hal bisa diwakilkan termasuk jul beli, jual beli seperti ini sering terjadi di masyarakat, termasuk dalam jual beli intan atau permata. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan, penulis mengamati tentang praktik jual beli intan dengan perantara di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar. Menurut pengamatan penulis praktik seperti ini banyak dilakukan bahkan oleh masyarakat Martapura pada umumnya. Yaitu adanya hubungan saling menguntungkan antara pemilik barang (intan) dan perantara, bagi pemilik hal ini mempermudah dalam penjualan dan pemasaran dengan menitipkan kepada perantara, sedangkan perantara mendapatkan keuntungan dari fee (persen) yang diberikan pemilik barang (intan), juga keuntungan dari harga barang sesuai dengan kesepakatan. Perantara intan adalah orang yang pandai menilai harga intan dan mampu dalam memasarkan, karena ia banyak mempunyai relasi (pembeli-pembeli) bahkan dari luar daerah sekalipun. Perbedaan perantara intan dengan perantara barang lain, 8 Ibid, h. 17. 9 Hendi Suhendi, fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 233.

6 adalah perantara intan pada umumnya mengaku barang yang ada padanya adalah milik sendiri. Dari cara akad penitipan barang, juga sering terjadi tumpang tindih penitipan, seperti pemilik barang menitipkan intan kepada perantara untuk dijualkan, tetapi tanpa sepengetahuan pemilik barang, (intan) tersebut dititipkan lagi kepada orang lain dan mengaku bahwa intan itu milik sendiri. Dengan demikian telah terjadi tumpang tindih penitipan barang dan pengakuan barang, yang dilakukan perantara dengan menitipkan barang kepada orang lain tanpa sepengetahuan pemilik aslinya. Dari segi akad, biasanya perantara intan mengaku bahwa intan tersebut milik sendiri, sebenarnya intan tersebut milik orang lain yang dititipkan kepadanya, menurut penjual pengakuan ini dilakukan karena akan berpengaruh kepada harga yang dinegosiasikan, seorang pembeli biasanya tidak mau bernegosiasi dengan perantara karena menurutnya harga pasti dicalo (lebih). Cara seperti ini mudah dilakukan terhadap barang tertentu seperti intan, karena intan yang diperjual belikan tidak memiliki surat-surat khusus, seperti tanah yang mempunyai Surat Hak Milik (sertifikat) atau kendaraan (BPKB), sehingga orang (perantara) mudah mengaku barang itu (intan) milik sendiri, berbeda dengan barang yang memiliki surat-surat khusus tentu perantara tidak bisa mengaku barang tersebut milik sendiri. Begitu juga dengan nilai harga yang ditawarkan (dinegosiasikan), perantara biasanya memainkan harga antara pembeli dengan pemilik, dengan mengatakan kepada pemilik barang bahwa intan tersebut hanya ditawar dengan nilai rendah,

7 padahal intan tersebut telah ditawar dengan nilai tinggi. Atau perantara mengatakan kepada pemilik bahwa tawaran pembeli jauh dibawah harga yang ditetapkan padahal tawaran tersebut tidak jauh selisish dari harga yang telah ditetapkan sehingga pemilik menurunkan harga barang yang menjadi keuntungan bagi perantara, seperti pemilik menetapkan harga intan yang dititipkan dengan nilai Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah), kemudian perantara menawarkan kepada pembeli dengan harga Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah), setelah itu pembeli memberikan tawaran kepada perantara dengan nilai Rp 2.750.000,- (dua juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), Kemudian perantara mengatakan kepada pemilik bahwa intan tersebut ditawar dengan nilai Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) saja, setelah itu pemilik menurunkan harga menjadi Rp 2.250.000,- (dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), sedangkan harga kesepakatan antara pembeli dan perantara adalah Rp. 2.750.000,- (dua juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), tetapi perantara mengatakan kepada pemilik barang telah disetujui oleh pembeli dengan harga tersebut. Rp. 2.250.000,- (dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) Berarti perantara telah menjual barang (intan) tersebut dengan keuntungan harga yang tidak diberitahu kepada pemilik senilai Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) Dengan demikian perantara telah mendapat keuntungan dari harga barang sekaligus mendapatkan fee (persen) yang diberikan pemilik barang. Dari hal-hal di atas menurut penulis, dalam melakukan muamalah (jual beli dan penitipan barang) antara penjual, perantara, dan pembeli telah terdapat ketidak jujuran (kebohongan), tidak transparan, adanya unsur manipulasi dan penyalahan

8 amanah yang dilakukan oleh perantara, dengan tujuan agar jual beli terjadi dan mendapatkan untung lebih banyak, hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip muamalah yang membolehkan setiap transaksi muamalah asalkan tidak mengandung gharar dan dusta (tipu daya). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang praktik seperti ini dengan tinjauan berdasarkan fikih muamalah, dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang akan penulis teliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana praktik jual beli intan dengan perantara di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar? 2. Apa alasan yang melatarbelakangi perantara dalam melakukan praktik jual beli intan di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar? 3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli intan dengan perantara di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar? C. Tujuan Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka ditetapkan tujuan penelitannya, yaitu:

9 1. Untuk mengetahui praktik jual beli intan dengan perantara di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar. 2. Untuk mengetahui alasan yang melatarbelakangi perantara dalam melakukan praktik jual beli intan di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar? 3. Tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli intan dengan perantara di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar D. Signifikansi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini penulis harapkan berguna untuk: 1. Bahan masukan dan informasi mengenai praktik jual beli Intan dengan perantara di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar 2. Bahan informasi bagi pembaca, tentang tentang praktik jual beli intan di pasar Intan Martapura Kabupaten Banjar. 3. Bahan acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah ini dari aspek yang sama tetapi dari sudut pandang yang berbeda 4. Bahan pustaka untuk Perpustakaan Fakultas Syari ah dan Perpustakaan Pusat IAIN Antasari Banjarmasin. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul penelitian ini, maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut:

10 1. Praktik, yaitu pelaksanaan. 10 Maksudnya ialah pelaksanaan atau kegiatan dalam melakukan (negosiasi) jual beli intan di Pasar Intan Martapura. 2. Intan ialah batu intan permata yang bergosok elok hingga bagus cahayanya, 11 yang dimaksud di sini adalah batu berlian yang bernilai tinggi, baik yang telah dibingkai menjadi gelang, kalung, cincin atau belum dibingkai yang disebut umum oleh masyarakat Martapura dengan sebutan barang. 3. Perantara adalah orang yang diberikan kepercayaan untuk menjualkan barang miliknya dengan perjanjian diberi fee (persen) serta keuntungan dari harga barang yang tidak diberi tahukan kepada pemilik barang, dalam fikih muamalah disebut wakalah. 4. Praktik Jual beli intan dengan perantara adalah, kegiatan jual beli intan yang mana pemilik barang tidak bertemu langsung dengan pembeli, tetapi ada orang lain yang menjadi mediator (penghubung), dengan meminjam barang dari pemilik kemudian menjual (memasarkan) kepada pembeli (kolektor). F. Kajian Pustaka Berdasarkan penelaahan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang penulis lakukan,penulis menemukan penelitian yang hampir serupa denganpenlitian yang akan penulis lakukan, namun berbeda dalam hal permasalahan, pembahasan dan lokasi penelitian, yaitu: 10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. III, h. 698. 11 Poerwadarminta. W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h. 145.

11 1. "Praktik Jual Beli Bahan Bakar Minyak di Kecamatan Alalak Kabupaten Barito oleh Isna, NIM: 0101114444 permasalahan yang dibahas adalah mengenai penyimpangan jual beli bahan bakar minyak. 2. Praktik Jual Beli dengan Cara Najasy di Pasar Butok Kabupaten Barito Selatan (Tinjauan Hukum Islam) oleh Sunarno, NIM: 9901143051. Penelitian ini membahas tentang tata cara jual beli Najasy, faktor serta penyebab yang terjdi. 3. Praktik Jual Beli Bunga dengan Cara Melempar di Desa Kalampaian kecamatan Astambul oleh Ahmad Maulana NIM : 0001143725. Penelitian ini membahas tentang jual beli bunga dengan cara melempar di tinjau menurut hukum Islam. 4. Praktik Jual Beli Barang Hadiah (Kado) di Pasar Binjai Kecamatan Banjarmasin Timur. Oleh Mahdiah, NIM 0301145759. Penelitian ini membahas tentang jual beli barang yang tidak terlihat (dalam bungkusan kado). Dengan demikian terdapat pokok permasalahan yang berbeda antara beberapa penelitian yang penulis kemukakan di atas dengan persoalan yang akan penulis angkat, yaitu mengenai objek dan subjek yang akan penulis teliti. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I yaitu Pendahuluan. Pada bab ini penulis memaparkan latar belakang masalah tentang ketertarikan penulis sehingga melakukan penelitian ini. Rumusan masalah yaitu memberikan informasi tentang masalah mendasar yang akan dibahas

12 dalam penelitian ini. Tujuan penelitian dan signifikansi penelitian untuk menunjukan kepada hasil yang akan dicapai atau diperoleh dari penelitian. Definisi operasional untuk memberikan penjelasan tentang pengertian yang terkandung dalam judul penelitian. Sistematika penulisan untuk menguraikan secara sistematis logis dan terarah tentang bagian-bagian dan komponen materi dan. Kajian pustaka untuk melihat perbedaan objek yang akan diteliti dari penelitian yang terdahulu. Bab II yaitu Landasan Teoritis tentang jual beli dan wakalah yang merupakan landasan teori dari penelitian ini dan akan dijadikan sebagai bahan analisis. Dalam bahasan ini penulis membaginya dalam sub-bab yang terdiri atas; pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, pengertian wakalah, dasar hukum wakalah, rukun dan syarat wakalah, mewakilkan (waklah) untuk jual beli dan akhir wakalah. Bab III yaitu Metode Penelitian, sebagai kerangka penelitian agar penelitian bersifat sistematis, terarah ilmiah dan metodelogis, yang penulis bagi bahasannya dalam beberapa sub-bab terdiri dari jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data dan tahapan penelitian Bab IV yaitu Laporan Hasil Penelitian / Penyajian Data dan Analisis, yang penulis bagi bahasannya dalam beberapa sub-sub terdiri dari deskripsi kasus perkasus, rekapitulasi kasus dalam bentuk matriks dan analisis, yang akan penulis bagi bahasannya dalam beberapa bagian.

13 Bab V yaitu Penutup berisi tentang kesimpulan yang merupakan simpulan terhadap pokok masalah yang telah diuraikan dalam bab terdahulu dan. Saran-saran.