BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. Batasan lansia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang tidak jelas, dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan. menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

BAB I PENDAHULUAN. hidup penduduk Indonesia merupakan salah satu negara yang. angka kesakitan karena penyakit degeneratif (Kemenkes RI, 2013).

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proses menua merupakan proses alamiah setelah melalui tiga tahap

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas (Indriana, 2012). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 % dari seluruh penduduk Indonesia. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin jumlah lansia perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk perempuan), lebih banyak daripada laki-laki yang hanya 9,38 juta orang (7,49 % dari seluruh penduduk laki-laki) (Mustari, Andhie Surya, 2013). Jumlah lanjut usia terus meningkat dan menurut proyeksi WHO pada 1995 dimana, pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 1990 bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%, India 242%, dan China 220% (Martono, 2011). Menurut Kemenkes RI (2013) pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia. Kelompok umur lansia (50-64 tahun dan 65+) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus meningkat. 1

Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti kesepian, perasaan sedih, depresi dan ansietas (kecemasan). Ansietas (kecemasan) termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul. Prevalensi ansietas (kecemasan) di negara berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50%. Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (Heningsih, 2014). Hal yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan dasar makan, minum, kehangatan, sex, dan ancaman terhadap keselamatan diri seperti tidak menemukan integritas diri, tidak menemukan status prestise, tidak memperoleh pengakuan dari orang lain dan ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata (Suliswati, 2005). Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial, dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut yaitu, upaya meningkatan kekebalan terhadap stress, terapi psikofarmaka, terapi somatik, psikoterapi dan terapi psikoreligius. Upaya meningkatan kekebalan terhadap stress dengan cara makan yang bergizi dan seimbang, tidur yang cukup, cukup olahraga, tidak merokok dan tidak meminum minuman keras. Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi transmitter (sinyal 2

penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi somatik, gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan, untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan. Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain psikoterapi suportif, psikoterapi re-edukatif, psikoterapi re-konstruktif, psikoterapi psiko-dinamik dan psikoterapi keluarga. Terapi psikoreligius untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalannya berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih (Yosep, 2014). Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat terapeutik umum yaitu meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi dan membangkitkan sosialisasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Kemudian manfaat terapeutik khusus yaitu meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif dan meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial (Purwaningsih, 2010). Menurut Purwaningsih (2010) kerangka teoritis terapi aktifitas kelompok terbagi menjadi 4 yaitu, model fokal konflik, model komunikasi, model interpersonal dan model psikodrama. Psikodrama adalah bentuk aktif dari kelompok psikoterapi 3

dimana situasi kehidupan individu disajikan di atas panggung dengan dukungan dari anggota kelompok (Fatmah, 2014). Menurut Stuart & Sundeen dalam Maranata (2005) melalui psikodrama dimana susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik dan masalah emosional digali dengan menggunakan metode dramatik spesifik. Drama spesifik ini merupakan Life Review Therapy pada proses berpikir. Dengan Life Review Therapy klien akan diingatkan kembali tentang pengalaman masa lalunya dengan menstimulasi proses belajarnya melalui pembelajaran timbal balik dalam bentuk drama. Melalui pengulangan kembali di harapkan klien mampu berbagi pengalaman baik yang positif maupun yang negatif. Hal ini akan meningkatkan harga diri (Self Esteem) yang berdampak terhadap mekanisme koping yang digunakan individu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Destika Galuh Ayu Nidianti dengan judul Kefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Psikodrama untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Evaluasi Hasil Belajar Formatif (Penelitian pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014) terbukti dan diterima kebenarannya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh ada perbedaan kelompok nilai kecemasan menghadapi evaluasi hasil belajar formatif sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest) pada kelompok eksperimen dan kelompok control. Berdasarkan perhitungan statistik untuk mencari F diperoleh F hitung sebesar = 10.663 sedangkan F tabel sebesar = 3,92 maka F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan signifikan sebesar = 0,001 < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan. 4

Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo merupakan salah satu panti yang terdapat di Provinsi Gorontalo. Panti ini menampung sebanyak 35 orang lansia. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 26 mei 2015, didapatkan hasil observasi dan wawancara, lansia mengatakan sering merasakan gelisah dan rindu dengan keluarga, takut jika sakit tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang lain, terkadang menangis sendiri mengingat masa lalu, terkadang merasakan jantung berdebar-debar, sulit tidur malam hari, dan cenderung hati-hati dan menghindari kesalahan dalam melakukan aktivitas dipanti karena takut disalahkan oleh lansia lainnya. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan meskipun bukan keluarga mereka, dan tingkah laku yang muncul pada lansia yang berada di panti tersebut seperti, mengurung diri di kamar disaat lansia lain berkumpul dan bercerita, hanya diam saat lansia lain tertawa, duduk bersama-sama tapi saling diam dan sibuk dengan pikiran serta perasaan masing-masing. Berangkat dari masalah kecemasan lansia tersebut maka peneliti mencoba menggunakan terapi aktifitas kelompok model psikodrama untuk mengetahui perubahan tingkat kecemasan lansia. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Prevalensi ansietas (kecemasan) di negara berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50%. Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk. 5

2. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 26 mei 2015, didapatkan hasil, lansia mengatakan sering merasakan gelisah dan rindu dengan keluarga, takut jika sakit tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang lain, terkadang menangis sendiri mengingat masa lalu. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan meskipun bukan keluarga mereka, dan tingkah laku yang muncul pada lansia yang berada di panti tersebut seperti, mengurung diri di kamar disaat lansia lain berkumpul dan bercerita. 3. Di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo belum melaksanakan program terapi seperti terapi aktivitas kelompok sebagai agenda rutin untuk mengatasi kecemasan lansia. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh terapi aktifitas kelompok model psikodrama terhadap perubahan tingkat kecemasan lansia? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok model psikodrama terhadap perubahan tingkat kecemasan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan lansia sebelum pemberian terapi aktifitas kelompok model psikodrama. 6

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan lansia sesudah pemberian terapi aktifitas kelompok model psikodrama. 3. Menganalisis pengaruh terapi aktifitas kelompok model psikodrama terhadap penurunan tingkat kecemasan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang penurunan tingkat kecemasan lansia menggunakan terapi aktifitas kelompok model Psikodrama. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka upaya meningkatan derajat kesehatan lansia dan mengurangi kecemasan pada lansia. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan dan pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai kecemasan lansia. 3. Bagi Penelitian Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya berkaitan dengan lansia yang mengalami kecemasan dan cara mengatasi kecemasan. 7

4. Bagi Tenaga kesehatan Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tentang metode penurunan tingkat kecemasan lansia. 5. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan pengetahuan kesehatan penulis khususnya dibidang gerontik. 8