BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

THE AUTHORITY ELDER SON IN DIVISION OF PROPERTY INHERITANCE (CASE STUDY AT THE VILLAGE OF BAGENDANG PERMAIMENTAYA DISTRICT NORTH EAST KOTAWARINGIN)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan,

Kewenangan Anak Tertua Dalam Pembagian Harta Waris (Studi Di Desa Bagendang Permai Kecamatan Mentaya Hilir Utara Kabupaten Kotawaringin Timur)

بسم االله الرحمن الرحیم

Dari hadits di atas kita dapat memahami bahwasanya pembagian harta waris dalam keluarga merupakan masalah yang krusial, yang mana dapat 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, 1992), h ), h. 2011

BAB I PENDAHULUAN. atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung?

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kematian atau meninggal dunia adalah suatu peristiwa yang pasti akan

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

BAB III KEUTAMAAN MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN. agama-agama lain yang mampu menyamainya. Kesempurnaan Al-Qur an tidak

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. sehari -hari. Masalah ini sering muncul karena adanya salah satu pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam telah menerangkan dan mengatur hal-hal ketentuan yang

BAB IV ANALISIS PENDAPAT PARA HAKIM DI PENGADILAN AGAMA KENDAL DALAM PASAL 177 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG BAGIAN WARIS BAGI AYAH

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

Fiqh dan Pengurusan Harta Warisan: Dengan Fokus kepada Faraid

A. Analisis Terhadap Metode Penerapan Nilai Tanah Waris di Pulau Bawean. pembagian dengan cara hukum waris Islam. Kedua; pembagian waris dengan

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembagian harta warisan dengan aturan yang sangat adil sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB)

BAB I PENDAHULUAN. warisan dan terbatasnya pakar atau orang - orang ahli mengenai hukum

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

Aplikasi Perhitungan Mawaris Untuk Kasus Standar Dan Kasus Al-Gharawain Berbasis Desktop Menggunakan C++ Qt

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

Daftar Terjemah. Lampiran 1

MAKALAH PESERTA. Hukum Waris dalam Konsep Fiqh. Oleh: Zaenab, Lc, M.E.I

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dan dengan meninggalnya seseorang tersebut, maka terjadi proses

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP WARIS DAN HAK WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi langsung dari teks-teks suci sebagaimana yang telah disepakati. pewaris dan ahli waris ialah harta warisan.

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam memiliki suatu tatanan dan aturan tersendiri dalam masalah

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari ah

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. yang memiliki beberapa arti yakni mengganti, memberi dan mewarisi. 15

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

TRANSKIP WAWANCARA. : Pembina Utama Muda/ (IV/c), Hakim Madya Utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang akan penulis gunakan untuk melakukan penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002, hlm. 4.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama yang mempunyai aturan yang lengkap dan sempurna, yang dalam ajarannya mengatur segala aspek kehidupan untuk keselamatan dunia dan akhirat. Salah satu syariat yang diatur dalam ajaran agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan harta waris kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Mengutip pendapat M. Ali Ash-Shabuni Hukum waris yaitu segala jenis harta benda atau kepemilikan yang ditinggalkan pewaris, baik berupa uang, tanah dan sebagainya. 1 Dari pendapat Ashabuni tersebut menyatakan bahwa semua harta yang ditinggalkan pewaris, itulah yang menjadi harta waris. Sedangkan Amir Syarifudin menyatakan harta waris ialah harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia yang telah bebas dari hak orang lain di dalamnya sehingga ia menjadi hak penuh bagi pemilik harta. Untuk menjadikan harta peninggalan itu menjadi hak penuh yang dapat dijadikan sebagai harta warisan, maka ada beberapa tindakan yang harus dilakukan terlebih dahulu, sehingga harta yang ditinggalkan pewaris itu secara hukum berhak beralih kepada ahli warisnya. 1 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Warisan Menurut Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, Cet 2. h. 39. 1

2 Kewajiban yang harus dilakukan terhadap harta waris sebelum dibagikan kepada ahli warisnya diantaranya adalah biaya pengurusan jenazah, pembayaran hutang, melaksanakan wasiat. 2 Jika mencermati pendapat Amir Syarifudin di atas pasca meninggalnya pewaris maka hartanya tidak dapat secara langsung dibagikan kepada ahli waris sebelum dikeluarkannya hak-hak si mayit seperti biaya penyelenggaraan jenazah, pembayaran hutang, dan melaksanakan wasiatnya. Selanjutnya Amir Syarifudin menambahkan di dalam Al-Qur an telah dijelaskan tentang pokok-pokok kewarisan dan hak-hak ahli waris menurut bagian yang tertentu, walaupun bahasa yang digunakan Allah SWT dalam Al- Qur an untuk menjelaskan hukumnya adalah dalam bentuk berita, namun ditinjau dari segi bahwa ketentuan Allah bersifat normatif, maka merupakan keharusan ahli waris atau orang lain yang ikut menyelesaikan pembagian warisan untuk mengikuti norma yang telah ditetapkan tersebut. Setelah kewajiban terhadap harta yang ditinggalkan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dan tenyata masih ada harta yang tersisa, maka harta yang tersisa itu menjadi hak penuh bagi ahli waris. 3 Adapun tata cara pembagian harta waris dalam Islam telah diatur dengan sebaik-baiknya di dalam Al-Qur an dan hadits. Al-Qur an menjelaskan dan merinci secara detail mengenai hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorangpun. h. 287. 2 Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2008, Ed. I, Cet 3, 3 Ibid., h. 288.

3 Pembagian masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuan telah ada ketentuannya dalam Al-Quran. 4 Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur an surah An-Nisa ayat 11. Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : Bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya 4 Http://wordskripsi.blogspot.com/2010/02/praktik-pembagian-harta-warisan-studi.html, on line 20 September 2013.

4 bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 5 Menurut Suhrawardi bagi setiap pribadi muslim adalah merupakan suatu kewajiban baginya untuk melaksanakan kaidah-kaidah atau peraturanperaturan hukum Islam yang ditunjuk oleh peraturan-peraturan yang jelas (Nash-nash yang sharih). Selama peraturan-peraturan tersebut ditunjukan oleh peraturan atau ketentuan lain yang menyebutkan ketidakwajibannya, maksudnya setiap hukum agama Islam wajib dilaksanakan selama tidak ada ketentuan lain (yang datang kemudian sesudah ketentuan terdahulu) yang menyatakan ketentuan terdahulu tidak wajib. 6 Dari gambaran sekilas di atas maka wajib kiranya bagi setiap muslim untuk melaksanakan pembagian harta waris sesuai dengan peraturan yang ada. Dihubungkan dengan hasil observasi yang penulis lakukan. Penulis menemukan sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat Desa Paduran Mulya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Bahwa ada suatu fenomena masyarakat jika ada keluarganya yang meninggal, keluarga ataupun ahli warisnya tidak mengurus tentang pelaksanaan pembagian harta waris, tetapi membiarkan begitu saja tanpa ada pembagian harta waris. Ketika penulis melakukan interview dengan sebagian tokoh masyarakat yang tinggal di Desa Paduran Mulya, 7 sepengetahuan mereka di 5 An-Nisa [4]: 11. 6 Suhrawardi dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap dan praktis), Jakarta:SinarGrafika, 1999. Cet I, h. 3. 7 Tokoh Masyarakat, Suwardi, tokoh agama, Sahlan dan Suwono.

5 daerah tersebut menurutnya dari dulu hingga sekarang 8 belum pernah mendengar atau melihat ada satu keluarga ahli waris yang melaksanakan pembagian harta waris setelah meninggalnya pewaris. 9 Asumsi sementara penulis, salah satu faktor yang menyebabkan pengabaiannya pembagian harta waris antara lain ialah kurangnya pemahaman masyarakat tentang hukum kewarisan Islam, selain itu tidak adanya penyuluhan hukum kewarisan Islam oleh lembaga terkait (Pengadilan Agama atau Kementrian Agama Pulang Pisau) di wilayah Desa Paduran Mulya Kecamatan Sebangau Kuala. Berdasarkan pengamatan penulis faktor lainnya adalah ahli waris tidak pernah mempermasalahkan tentang harta waris. Karena kebanyakan pasca 40 hari ritual kematian 10 ahli waris kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sehingga tidak pernah terpikirkan oleh ahli waris untuk membagi harta waris yang ada. Sedangkan mengenai harta waris yang masih belum dibagikan, harta waris tersebut dikelola oleh ahli waris yang berada di rumah yang tidak bekerja di luar daerah. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dengan judul PENGABAIAN PEMBAGIAN HARTA WARIS DI DESA PADURAN MULYA KECAMATAN SEBANGAU KUALA KABUPATEN PULANG PISAU. 8 Fenomena tersebut terjadi sejak awal trasmigrasi Tahun 1992 hingga sekarang. 9 Observasi Pembagian Harta Waris, di Desa Paduran Mulya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau, 25 September 2013. 10 Yang dimaksud pasca 40 hari ritual kematian adalah biasanya jika ada keluarganya yang meninggal para ahli waris atau keluarganya hanya sebentar bisa pulang kerumah dan biasanya setelah 40 hari wafat si mayit, ahli waris berangkat bekerja lagi meninggalkan kampung halaman.

6 B. Penelitian Sebelumnya Dari penelusuran penulis terhadap literatur yang ada, penulis menemukan permasalahan yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat diantaranya sebagai berikut: 1. H. Asrul Maji, dengan judul penelitian, Pelaksanaan Pembagian harta warisan untuk orang banci (khuntsa gairu musykil) di Kecamatan Baamang Kabupaten Kotawaringin Timur. Dengan Rumusan Masalah. 1) Siapa saja ahli waris yang terhalang mendapatkan harta waris? 2) Siapa saja yang berwenang membagi harta warisan? 3) Bagaimana pelaksanaan pembagian ahli waris orang banci (khuntsa gairu musykil)? Inti dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada ahli waris yang tidak mendapatkan bagian ahli warisan, semuanya berhak menerima harta warisan, hal ini sesuai dengan kesepakatan para ulama mazhab bahwa ayah dan ibu, anak-anak dan suami istri, tidak mengalami hajb hirman, sepanjang mereka ada, maka mereka menerima bagian waris tanpa dihalangi oleh siapapun. 2. Yang berwenang membagi harta warisan, menurut enam orang banci (khuntsa gairu musykil) adalah keluarga. Seperti beberapa gambaran kasus 1,2,3,4,5, semuanya dibagi oleh keluarga.

7 Di dalam Al-Qur an telah di jelaskan tentang masalah waris walaupun dalam bentuk berita, namun jika ditinjau dari segi agama bahwa ketentuan Allah bersifat normatif, maka keharusan ahli waris atau orang lain yang ikut menyelesaikan pembagian warisan untuk mengikuti norma yang telah ditetapkan oleh Allah. 3. Pelaksanaan pembagian harta waris untuk orang banci (khuntsa gairu musykil) pada penelitian tersebut adalah, bagian warisan untuk orang banci (khuntsa gairu musykil) disamakan dengan bagian laki-laki, kecuali kasus 6 yang tidak diketahui bagiannya apakah sama dengan laki-laki atau perempuan karena pada kasus 6 tidak mendapat harta warisan sama sekali. 2. Murhanadi, dengan judul penelitian, Pembagian Harta Warisan Secara Kekeluargaan di Desa Jangkau Baru dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apa yang melatarbelakangi Pembagian Harta Warisan Secara Kekeluargaan di Desa Jangkau Baru. 2) Bagaimana Institusi/forum keluarga dalam Pembagian Harta Warisan Secara Kekeluargaan di Desa Jangkau Baru. 3) Siapa yang paling dominan dalam membagikan harta warisan di Desa Jangkau Baru. 4) Apakah dalam pembagian harta warisan secara kekeluargaan di Desa Jangkau Baru melibatkan orang lain di luar kerabat dekat.

8 5) Kapan harta warisan secara kekeluargaan di Desa Jangkau Baru di bagikan. Inti dari hasil penelitian tersebut adalah : 1. Latar belakang masyarakat di Desa Jangkau Baru melakukan pembagian harta waris secara kekeluargaan adalah; (1) karena anggapan ahli waris harta yang mereka bagikan tidak memadai dibagikan secara faraidh,(2) karena sudah menjadi tradisi nenek moyang mereka, (3) karena mereka tidak mengerti pembagian harta waris secara faraidh, hingga melakukan pembagian harta warisan yang biasa dilakukan oleh nenek moyang mereka. 2. Institusi/forum dalam pembagian harta warisan secara kekeluargaan berupa forum biasa antara ahli waris yang berhak, karena tidak ada ketentuan secara tertulis yang mengaturnya. 3. Pembagian waris secara kekeluargaan di Desa Jangkau Baru, yang dominan dalam menentukan usulan dan pembicara dalam rapat pembagian harta waris ada dua yaitu anak tertua dan orang tuanya yang masih hidup baik itu ayah atau ibu. 4. Dari kasus yang ada dalam pembagian harta warisan secara kekeluargaan tidak melibatkan orag lain. 5. Pelaksanaan pembagian harta warisan secara kekeluargaan di Desa Jangkau Baru dibedakan menjadi dua fase yaitu harta warisan di bagikan setelah semua urusan si mayit, baik itu dari pemakaman sampai pembayaran hutang diselesaikan, yang kedua harta warisan

9 dibagikan setelah seratus hari dari kematian (sesudah selamatan yang ke seratus hari). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apa yang melatarbelakangi Pengabaian Pembagian Harta Waris di Desa Paduran Mulya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau? 2. Bagaimana sikap ahli waris, ketika harta waris yang ditinggalkan pewaris tidak dibagikan kepada ahli waris? 3. Bagaimanakah solusi agar pengabaian pembagian harta waris tidak terulang kembali? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan pada penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi Pengabaian Pembagian Harta Waris di Desa Paduran Mulya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau. 2. Untuk mengetahui sikap ahli waris, ketika harta waris yang ditinggalkan pewaris tidak dibagikan kepada ahli waris. 3. Untuk memberikan solusi ke depan agar Pengabaian Pembagian Harta Waris di Desa Paduran Mulya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau tidak lagi terulang. E. Manfaat Penelitian

10 Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerhati hukum kewarisan Islam agar lebih serius untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat muslim, sehingga memberikan pencerahan tentang pentingnya melaksanakan pembagian harta waris setelah penyelenggaraan jenazah si mayit, agar tidak terjadi pengabaian pembagian harta waris seperti di Desa Paduran Mulya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau. 2. Sebagai bahan guna menambah dan memperkaya khazanah keperpustakaan STAIN Palangka Raya terutama Jurusan Syari ah. F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan urutan rangkaian penyajian sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan berisikan antara lain latar belakang masalah, penelitian terdahulu, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, sistematika penulisan. Bab II: Kajian Pustaka memuat deskripsi teoritik baik mengenai pengertian waris dan harta waris, dasar hukum tentang waris, rukun dan syarat-syarat warisan, orang yang berhak menerima harta waris, orang yang terhalang menerima harta waris, pembagian harta waris, sebab-sebab mendapatkan harta waris dan sebab-sebab tidak mendapatkan harta waris, hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pembagian harta waris, pembagian harta waris, kerangka pikir dan pertanyaan peneliti.

11 Bab III: Metode Penelitian yaitu memuat waktu dan tempat penelitian, Pendekatan, Objek dan Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Pengabsahan Data dan Analisis Data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan gambaran umum lokasi penelitian, laporan hasil penelitian dan pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah kemudian dianalisis berdasarkan kajian pustaka yang terdapat pada Bab IV. Bab V : Penutup memuat kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN