PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN CURCUMA DALAM SUSU DAN EMULSI TERHADAP PARAMETER FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh praperlakuan pentagamavunon-0 terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar

PENGARUH PRAPERLAKUAN PEMBERIAN JUS PISANG AMBON TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK TETRASIKLIN PADA TIKUS PUTIH JANTAN

PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN Erlin Nur Azizah, Wiranti Sri Rahayu, Anjar Mahardian Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam proses memasak. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi sebesar 9,33 liter/kapita/tahun pada tahun Makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

PENGARUH PENTAGAMAVUNON-0 TERHADAP FARMAKOKINETIKA TEOFILIN PADA TIKUS

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

Djoko Wahyono, Arief Rahman Hakim, dan Purwantiningsih Bagian Farmakologi & Farmasi Klinik Fak. Farmasi UGM Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI

PENETAPAN KADAR IBUPROFEN DALAM TABLET SERTA APLIKASINYA PADA PLASMA TIKUS JANTAN WISTAR SECARA IN VITRO DENGAN METODE KCKT

PROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN. Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II

Pengaruh pemberian syrup curcuma plus terhadap farmakokinetika rifampisin pada tikus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

VALIDASI METODE ANALISIS METOPROLOL DALAM URIN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

Pengaruh air kencur terhadap kinetika eliminasi kinidin pada kelinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS. goreng terbagi menjadi Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN MIMBA

EFEK RENOPROTEKTIF PERASAN RIMPANG KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA) TERHADAP KADAR UREUM PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

PENGARUH JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK SIMETIDIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

Jatmiko Susilo, Oni Yulianta Wilisa, Serimawati

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sintetik terus dilakukan untuk mencapai efektifitas terapi yang optimal. Obat-obat

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

CATATAN REDAKSI. Assalamu alaikum Wr.Wb.

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB IV METODE PENELITIAN

Perubahan Profil Farmakokinetika Ibuprofen yang Diberikan dengan Kombinasi Vitamin C pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.)

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

FARMAKOKINETIK PARASETAMOL DALAM PLASMA AYAM (GALLUS DOMESTICUS) 1 ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis natrium diklofenak (PT. Dexa Medica) Universitas Sumatera Utara

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

EFFECT OF PRE-TREATMENT JUICE RHIZOME KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L) AND CELERY (APIUM GRAVEOLENS L) ON THE PHARMACOKINETICS CEPHALEXIN AT MALE RATS

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA TIKUS WISTAR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

TUGAS FARMAKOKINETIKA

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA TIKUS WISTAR

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PENGARUH PRAPERLAKUAN PREDNISON TERHADAP BIOAVAILABILITAS TEOFILIN PADA TIKUS WISTAR JANTAN

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. senyawa baru yang lebih poten, spesifik, dan memiliki efek samping yang

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

AKTIVITAS ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRACT. THE EFFECT of SOY MILK (Glycine Max) to THE INCREASING AMOUNT of HCL IN WISTAR CHANNEL MALE RAT STOMACH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI ANTIINFLAMASI ASAM 4 FLUOROBENZOIL SALISILAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

ABSTRAK EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENINGKATAN KADAR MUKUS LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Verapamil Terhadap Profil Farmakokinetika Rivaroxaban

PENGEMBANGAN SENYAWA 9 METOKSIKANTIN 6 ONE SEBAGAI MARKER EKSTRAK AIR AKAR PASAK BUMI TERSTANDAR PADA PENELITIAN FARMAKOKINETIK HERBAL

NOVIANA SYLVIA CHRISTY FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

ABSTRACT. Key words : Bay leaves, Uric acids, Potassium oxonate, Rattus norvegius L. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

Transkripsi:

40 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 40-46 PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN CURCUMA DALAM SUSU DAN EMULSI TERHADAP PARAMETER FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL THE EFFECT OF CURCUMA IN EMULSION AND MILK PREPARATION ON PARAMETER OF PHARMACOKINETICS OF PARACETAMOL Anjar Mahardian Kusuma, Wiranti Sri Rahayu, Siti Maryati, Rini Afini Sobarani Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email: anjarmahardian@gmail.com ABSTRAK Penggunaan lebih dari satu macam obat dapat menimbulkan terjadinya interaksi. Pemberian multivitamin dan susu yang mengandung kurkumin, apabila diberikan dengan parasetamol secara bersamaan dimungkinkan dapat menimbulkan interaksi yang dapat berpengaruh terhadap parameter farmakokinetika parasetamol. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian curcuma emulsi dan susu curcuma yang mengandung kurkumin terhadap parameter farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar. Jenis metode penelitian yang digunakan yaitu jenis eksperimental dengan rancangan penelitian posttest only control group design dan metode analisis data yang digunakan adalah one way anova. Parameter farmakokinetika pada tiap kelompok mengalami perubahan. Nilai Cpmax untuk kelompok I dengan pemberian parasetamol peroral dosis 150 mg/kgbb yaitu 4,129 µg/ml, kelompok II dan III dengan pemberian parasetamol dosis 150 mg/kgbb dan curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,8 mg/kgbb yaitu 3,904 µg/ml dan 3,894 µg/ml, pada kelompok IV dan V dengan pemberian dan susu curcuma dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,35 mg/kgbb yaitu 3,942 µg/ml dan 3,916 µg/ml. Nilai klirens mengalami penurunan, yaitu pada kelompok I 88 ml/menit, pada pemberian curcuma emulsi kelompok II dan III 87 ml/menit dan 84,8 ml/menit, pada kelompok IV dan V dengan pemberian susu curcuma yaitu 87 ml/menit dan 85,2 ml/menit. Penurunan klirens menyebabkan terjadinya peningkatan nilai AUC kelompok II, III, IV dan V. Hasil secara statistika menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p>0.05). Kata kunci: curcuma emulsi, susu curcuma, parasetamol, interaksi.

Pengaruh Pemberian Sediaan Curcuma Anjar Mahardian Kusuma, dkk 41 ABSTRACT The use of more than one medicine may emerge to the interaction. Curcumin present in the multivitamin and in the milk, however, in the same time with paracetamol addition may create interaction that influence parameter of pharmacokinetic paracetamol. The aim of this research was to reveal the effect of curcuma emulsion and curcuma milk that contains curcumin to the parameter of pharmacokinetic paracetamol on Wistar male rats. The method of this research was experimental with Posttest only control group design and one way anova as the method of data analysis. Pharmacokinetic parameters in each group made some changes. Cpmax value in group I through oral paracetamol 150 mg/kgbw dosage was 4,129 µg/ml, group II and III with paracetamol 150 mg/kgbw dosage and curcuma emulsion 0,9 mg/kgbw dosage and 1,8 mg/kgbw dosage was 3,904 µg/ml and 3,894 µg/ml, group IV and V with paracetamol 150 mg/kgbw dosage and curcuma milk 0,9 mg/kgbw dosage and 1,35 mg/kgbw dosage was 3,942 µg/ml and 3,916 µg/ml. Clirens value was declining, which lied in group I was 88 ml/minutes while group II and III with curcuma emulsion 87 ml/minutes and 84,8 ml/minutes, group IV and V with curcuma milk was 87 ml/minutes and 85,2 ml/minutes. It influenced to the increasing of AUC value in group II,III, IV and V. In statistic result showed insignificant differences (p>0.05). Key words: curcuma emulsion, curcuma milk, paracetamol, interaction. PENDAHULUAN Parasetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian parasetamol dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat (Wilmana dan Gan, 2008). Bila jalur glukuronidasi dan sulfatasi jenuh, maka akan terjadi peningkatan jumlah NAPQI (N- Asetil-p-benzoquinon) melalui jalur oksidasi oleh sitokrom P450. NAPQI akan cepat dieliminasi dengan dikonjugasi oleh glutathion dan akan diubah menjadi asam merkapturat yang kemudian di ekskresikan melalui urin. Bila dosis parasetamol berlebih, maka jumlah glutathion pada sel hati akan habis, sehingga jumlah NAPQI yang tinggi akan berikatan dengan sel makromolekul dalam hati yang akan menyebabkan efek hepatotoksik (Goodman dan Gilman, 2006). Kurkumin pertama kali disintesis oleh Pabon (1964) dengan material awal vanillin, asetilaseton dan borat anhidrat. Kurkumin makin popular secara internasional dan banyak diteliti para ilmuwan. Kurkumin dan beberapa turunannya antara lain mempunyai efek sebagai antiinflamasi, antikoagulan, antibakteri dan antioksidan (Oetari

42 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 40-46 et al.,1997). Pemberian multivitamin dan susu yang mengandung kurkumin apabila diberikan dengan parasetamol secara bersamaan dimungkinkan dapat menimbulkan interaksi. Interaksi kurkumin dan parasetamol diduga karena adanya penghambatan daur katalis P450 1A1 oleh kurkumin (Donatus, 1994), dimana enzim mikrosom hati berperan dalam metabolisme parasetamol (Wilmana & Gan, 2008). Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu dilakukan penelitian yang mengkaji interaksi antara kurkumin yang terkandung dalam suatu sediaan seperti curcuma emulsi dan susu curcuma dengan parasetamol ditinjau dari parameter farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar terkait dengan penghambatan sitokrom P450 1A1 oleh kurkumin. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah parasetamol baku (PT. Brataco), etilendiamin tetraasetat (Merck), kalium dihidrogen fosfat (Merck), natrium hidroksida (Merck), methanol (Merck), natrium carboxymetilselulosa (PT. Brataco), asetonitril (merck), aquabidestilata pro injeksi (Otsuka), sampel curcuma emulsi dan sampel susu curcuma. Subjek uji yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan wistar dengan berat badan sekitar 200 g (±10%), umur sekitar 2-3 bulan dari kandang hewan percobaan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat kromatografi cair kinerja tinggi (Shimadzu LC-10 A VP) yang menggunakan detektor UV- Vis SPD 10A, shimadzu system controller SCL-10A, dan Rheodyne loop injector. Kolom KCKT : Shimpack CLC-ODS; panjang 25 cm, diameter 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm. Kertas whatman, penyaring vakum/tekanan beserta saringan berpori 0,45 µm, neraca analitis (Shimadzu AY 220), ph meter (Metrohm), sonikator (Branson 1510), jarum suntik ujung tumpul, holder tikus, pisau bedah, vortex, sentrifugator. Jalannya penelitian meliputi hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol) diberikan parasetamol secara peroral dengan dosis 150 mg/kgbb. Kelompok II diberikan parasetamol secara peroral dengan dosis 150 mg/kgbb dan curcuma emulsi secara peroral dengan dosis 0,9 mg/kgbb, Kelompok III diberikan parasetamol secara peroral dengan dosis 150 mg/kgbb dan curcuma emulsi secara peroral dengan dosis

Pengaruh Pemberian Sediaan Curcuma Anjar Mahardian Kusuma, dkk 43 1,8 mg/kgbb, Kelompok IV diberikan parasetamol secara peroral dengan dosis 150 mg/kgbb dan susu curcuma secara peroral dengan dosis 0,9 mg/kgbb, Kelompok V diberikan parasetamol secara peroral dengan dosis 150 mg/kgbb dan susu curcuma dosis 1,35 mg/kgbb. Setelah diberi perlakuan, darah dicuplik 0,5 ml dari vena lateralis ekor pada menit ke-5, 15, 30, 60, 90, 120, 150, 180. Sampel kemudian ditambah EDTA 1% 0,25 ml dan asetonitril sebanyak 0,75 ml, lalu di vortex dan di sentrifugasi, kemudian supernatan diambil dan ditetapkan kadar parasetamol utuh dengan KCKT. Fase gerak yang digunakan adalah dapar fosfat ph 7,8 dan methanol (90:10) (Wahyono, 2006). Kadar parasetamol dalam plasma darah dihitung berdasarkan kurva baku yang diperoleh. Parameter farmakokinetika yang dihitung antara lain t1/2eliminasi, Ka, Kel, tmax, Cpmax, AUC dan Klirens (Cl) berdasarkan data kadar parasetamol dalam plasma darah lawan waktu yang diperoleh pada masing- masing kelompok. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada gambar 1, dengan adanya perlakuan curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,8 mg/kgbb, dan perlakuan susu curcuma dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,35 mg/kgbb menunjukkan tidak mempengaruhi profil kurva farmakokinetika parasetamol dalam darah. Gambar 1 menggambarkan kurva hubungan kadar parasetamol dalam darah terhadap waktu setelah pemberian peroral (Kelompok I), pemberian peroral dan curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb peroral (Kelompok II), pemberian parasetamol dosis 150 mg/kgbb peroral dan curcuma emulsi dosis 1,8 mg/kgbb peroral (Kelompok III), pemberian parasetamol dosis 150 mg/kgbb peroral dan susu curcuma dosis 0,9 mg/kgbb peroral (Kelompok IV) dan pemberian peroral dan susu curcuma dosis 1,35 mg/kgbb peroral (Kelompok V) pada tikus jantan (N=5).

44 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 40-46 log Cp (µg/ml) Waktu (menit) Gambar 1 Kurva hubungan kadar parasetamol dalam darah terhadap waktu Data nilai parameter-parameter farmakokinetika kelompok I, II, III, IV dan V dapatdilihat pada tabel I. Nilai parameter farmakokinetika parasetamol dalam darah terhadap waktu setelah pemberian parasetamol oral 150 mg/kgbb (kelompok I), pemberian peroral dan curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb peroral (kelompok II), pemberian parasetamol dosis 150 mg/kgbb peroral dan curcuma emulsi dosis 1,8 mg/kgbb peroral (kelompok III), pemberian peroral dan susu curcuma dosis 0,9 mg/kgbb peroral (Kelompok IV) dan pemberian parasetamol dosis 150 mg/kgbb peroral dan susu curcuma dosis 1,35 mg/kgbb peroral (Kelompok V) pada tikus jantan (N=5). Nilai t max pada pemberian secara peroral tanpa perlakuan curcuma emulsi dan susu curcuma 30,273 menit, kemudian berubah menjadi 31,312 menit dan 31,346 menit setelah diberi perlakuan curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,8 mg/kgbb, setelah pemberian susu curcuma dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,35 mg/kgbb berubah menjadi 30,940 menit dan 30,993 menit. Demikian juga untuk parameter Cp max dan klirens (Cl) pada pemberian curcuma emulsi (Kelompok II dan III) dan pemberian susu curcuma (Kelompok IV dan V) mengalami penurunan, yaitu untuk Cp max pada kelompok I dengan pemberian parasetamol dosis 150 mg/kgbb tanpa perlakuan curcuma emulsi dan susu curcuma yaitu 4,129 µg/ml, pada kelompok II dan III dengan perlakuan curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,8 mg/kgbb yaitu 3,904 µg/ml dan 3,894 µg/ml, pada kelompok IV

Pengaruh Pemberian Sediaan Curcuma Anjar Mahardian Kusuma, dkk 45 dan V dengan pemberian susu curcuma dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,35 mg/kgbb yaitu 3,942 µg/ml dan 3,916 µg/ml. Untuk klirens pada kelompok I dengan pemberian tanpa perlakuan curcuma emulsi dan susu curcuma yaitu 88 ml/menit, pada kelompok II dan III dengan pemberian curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,8 mg/kgbb mengalami penurunan yaitu 87 ml/menit dan 84,8ml/menit, pada Kelompok IV dan V dengan pemberian susu curcuma dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,35 mg/kgbb mengalami penurunan pula yaitu 87 ml/menit dan 85,2 ml/menit. Adanya penurunan klirens menyebabkan terjadinya peningkatan nilai AUC pada kelompok II dan III dengan pemberian curcuma emulsi dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,8 mg/kgbb, yaitu 299,046 µg.menit/ml berubah menjadi 304,501 µg.menit/ml dan 307,821 µg.menit/ml, pada Kelompok IV dan V dengan pemberian susu curcuma dengan dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,35 mg/kgbb yaitu 299,046 µg.menit/ml berubah menjadi 302,907 µg.menit/ml dan 309,027 µg.menit/ml. Perubahan parameter farmakokinetika parasetamol seperti t 1/2 eliminasi, K a, K el, t max, Cp max, AUC dan Cl secara statistika dengan menggunakan One Way ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05). Perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05). Tabel I : Harga parameter famakokinetika parasetamol dalam darah terhadap waktu Parameter Kelompok I II III IV V t 1/2 eliminasi (menit) 25,415 26,388 26,678 26,298 26,582 Ka (menit -1 ) 0,042 0,037 0,044 0,036 0,041 Kel (menit -1 ) 0,027 0,027 0,026 0,027 0,026 t max (menit) 30,273 31,312 31,346 30,940 30,993 Cp max (µg/ml) 4,129 3,904 3,894 3,942 3,916 AUC (µg.menit/ml) 299,046 304,501 307,821 302,907 309,027 Cl (ml/menit) 88 87 84,8 87 85,2

46 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 40-46 Perbedaan yang tidak signifikan diduga karena enzim sitokrom P450 yang dihambat hanya sitokrom P450 1A1 dan enzim sitokrom P450 jenis lain tidak dihambat oleh kurkumin, dimana menurut Donatus (1994), interaksi kurkumin dan parasetamol diduga karena penghambatan daur katalis P450 1A1 oleh kurkumin. KESIMPULAN Pemberian curcuma emulsi dengan dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,8 mg/kgbb dan pemberian susu curcuma dengan dosis 0,9 mg/kgbb dan 1,35 mg/kgbb bersamaan dengan parasetamol dengan dosis 150 mg/kgbb secara per oral tidak mempengaruhi parameter farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar (p>0,05). Heptadien-3,5- Dion Terhadap Aktivitas Sitokrom P450 Hati Tikus. Majalah Farmasi Indonesia, 8(1) : 24-33. Wahyono, D, Hakim, A.R., 2006, Pengaruh praperlakuan pentagamavunon-0 terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar, Majalah Farmasi Indonesia, 17(4) : 194 198. Wilmana, P.F., Gan, S., 2008, Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Jakarta: Balai Penerbit FKUI : 238. DAFTAR PUSTAKA Donatus, I.A., 1994, Antaraksi Kurkumin dan Parasetamol, Kajian terhadap Aspek Farmakologi dan Toksikologi Biotransformasi Parasetamol, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Goodman dan Gilman's, 2008, Manual of Pharmacology and Therapeutics, McGraw-Hill Companies,Inc, United States. Oetari, R.A., Suwaldi, M., Sugiyanto, Samhoedi, R., Vermeulen, N.P.E., 1997, Efek Hambatan Kurkumin (Bis- (4-Hidroksi-3-Metoksifenil)- 1,6- Heptdadiien-3,5-Dion) dan Bis-(4-Metoksifenil)-1,6-