DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY

dokumen-dokumen yang mirip
Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI)

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) REFERENCE INTERCONNECT OFFER (RIO) TELKOMSEL

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. TELKOMSEL

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika te

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

DRAFT PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2009 TENTANG

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengatur telekomunikasi di Indonesia dengan Undang-undang

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi;

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01 /PER/M. KOMINFO/01/2009 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKSI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI ( DPI TELKOM )

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbandingan antara NGN dengan PSTN dan Internet [ 1] Analisa penerapan enum, Nurmaladewi, FT UI, Gunawan Wibisono

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 43/P/M.KOMINFO/12/ 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 28 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang

BAB 3 ANALISA ASPEK REGULASI DAN ASPEK TEKNIS

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor: 107,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PANGGILAN TUNGGAL DARURAT

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : /DIRJEN/ 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 279/DIRJEN/ 2006 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M.KOMINFO/ / TENTANG

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG A: PERENCANAAN DAN OPERASI

ATURAN POKOK AKSES KE FASILITAS PENTING INTERKONEKSI

FTP Nasional 2000 I - i Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG A: PERENCANAAN DAN OPERASI

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG REGISTRASI PELANGGAN JASA TELEKOMUNIKASI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Subsistem base transceiver station (BTS)

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG A: PERENCANAAN DAN OPERASI

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 116/DIRJEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

TUGAS AKHIR ANALISA MESSAGE ISUP TRUNK INTERKONEKSI INDOSAT-TELKOM PASKA MIGRASI GATEWAY INTERKONEKSI PSTN TELKOM SEMARANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG

Sentral Telepon. Syah Alam, M.T STTI JAKARTA

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM TAHUN 2002 T E N T A N G KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL MENTERI PERHUBUNGAN

Powered by TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 / PER / M.KOMINFO /10 / 2008 TENTANG PELA YANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Aplikasi Enkripsi Short Message Service (SMS) Berbasis Android Menggunakan Metode XXTEA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM. Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB II LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TETAP LOKAL TANPA KABEL DENGAN MOBILITAS TERBATAS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 33 TAHUN 2004 TENTANG

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 / PER / M.KOMINFO / 04 / 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informasi No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006, maka PT. Hutchison 3 Indonesia ( H3I ) sebagai salah satu operator diberi kewajiban untuk menyusun Dokumen Penawaran Interkoneksi ( DPI ) yang tata cara penyusunannya telah ditetapkan oleh Pemerintah. DPI ini disusun dengan tujuan: 1. Memenuhi ketentuan pemerintah, dimana H3I sebagai salah satu operator diwajibkan untuk membuat DPI. 2. Memberikan petunjuk dan pedoman kepada Penyelenggara lainnya yang ingin berinterkoneksi dengan H3I 3. Memberikan penjelasan mengenai layanan interkoneksi yang diberikan H3I kepada pihak lainnya yang ingin berinterkoneksi dengan H3I Dokumen DPI ini disusun dengan mengacu dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Dokumen Petunjuk Penyusunan Dokumen Penawaran Interkoneksi (P2DPI) yang ditetapkan oleh pemerintah Data-data dan Informasi yang berkaitan dengan penyusunan dokumen penawaran Interkoneksi H3I Fundamental Technical Plan (FTP) tahun 2000 Standarisasi ITU, ETSI dan standarisasi lainnya yang relevan. 1

Konfigurasi Jaringan H3I Konfigurasi Jaringan H3I digambarkan pada diagram berikut ini : Keterangan : MSC-S = Mobile Switch Center Server; MGW = Media Gateway; RNC = Radio Network Controller (WCDMA); BSC = Base Station Controller (GSM); BTS = Base Transceiver Sistem; POI = Point of Interconnection; BICC = Bearer Independence Call Control; ISUP = ISDN User Part 2

Daftar Layanan Yang Diberikan Daftar layanan dan/atau fasilitas interkoneksi yang ditawarkan oleh H3I, disusun dengan mengacu pada ketentuan dokumen P2DPI yang dikeluarkan oleh pemerintah. Jenis-jenis jasa layanan yang ditawarkan oleh H3I dalam DPI ini, terdiri dari: 1. Layanan Panggilan Terminasi terdiri dari : a. Terminasi Lokal : Terminasi Lokal dari Penyelenggara jaringan Fixed, Mobile, dan Satelit Terminasi Lokal dari Penyelenggara Jasa SLJJ b. Terminasi Jarak Jauh : Terminasi Jarak Jauh dari Penyelenggara jaringan Fixed, Mobile, dan Satelit Terminasi Jarak Jauh dari Penyelenggara Jasa SLJJ c. Terminasi International : Terminasi Interntional dari Penyelenggara Jasa SLI 2. Layanan Panggilan Originasi terdiri dari : a. Originasi Lokal Originasi lokal ke Penyelenggara Jasa SLJJ b. Originasi Jarak Jauh Originasi Jarak Jauh ke Penyelengara Jasa SLJJ c. Originasi International Originasi International ke Penyelenggara Jasa SLI Originasi International ke Penyelenggara Jasa ITKP 3. Layanan Tambahan (*) Layanan tambahan adalah berupa layanan Short Message Services (SMS) dan Multimedia Message Services (MMS) antar pengguna jasa telekomunikasi. H3I tidak menutup kemungkinan untuk memberikan Layanan-layanan lain sepanjang secara teknis dan operasional memungkinkan serta adanya kesepakatan diantara Para Pihak. Penjabaran lebih lanjut dari jenis-jenis layanan yang ditawarkan berikut harga dari masingmasing layanan yang di tawarkan di atas adalah sebagaimana yang tercantum dalam dokumen perjanjian interkoneksi: Dokumen Pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi dan Harga). 3

Penawaran Biaya Interkoneksi mengacu kepada PM no.08/per/m.kominfo/02/2006 tahun 2006 tentang Interkoneksi, khusus untuk tarif panggilan originasi SLJJ dan SLI, harga yang tertera diatas, merupakan biaya jaringan sedangkan untuk biaya-biaya lainnya yang relevan seperti biaya penagihan, billing dan bad debt akan merupakan harga tambahan yang besarannya ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku dan ketentuan lainnya dalam Perjanjian ini, besaran biaya interkoneksi sebagaimana tercantum di dalam DPI ini dapat disesuaikan dengan nilai ekonomis dengan memperhatikan kapasitas permintaan dan jumlah trafik yang disepakati oleh Para Pihak. Titik Interkoneksi (POI) berada di lokasi sentral gerbang (MSC dan/atau MGW) H3I, secara spesifik di lokasi Ruang DDF H3I yang menghubungkan masing-masing Sentral Gerbang (SG) dari Para Pihak. Dalam hal penyaluran trafik dimana akses secara langsung tidak dimungkinkan maka Pencari Akses dan H3I dapat menentukan pihak ketiga sebagai penyedia layanan transit, dan kesepakatan ini akan dituangkan dalam suatu dokumen tertulis yang mengikat ketiga pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Interkoneksi. Penyaluran trafik yang bersifat refilling tidak diperkenakan. Seluruh Layanan Interkoneksi di atas dapat diberikan apabila: 1. Pencari Akses telah memenuhi seluruh ketentuan dalam DPI ini; 2. Jaringan Pencari Akses telah kompatible dengan Jaringan H3I sebagaimana diuraikan pada Dokumen Pendukung D Spesifikasi Teknis sebagaimana dilampirkan pada Perjanjian Interkoneksi. 3. Pencari Akses telah melakukan pemesanan suatu kapasitas Interkoneksi tertentu sesuai sistem antrian pemesanan. Tata cara pemesanan adalah sebagaimana dijelaskan pada Dokumen Pendukung A Perencanaan dan Operasi sebagaimana dilampirkan pada Perjanjian Interkoneksi. 4. Perjanjian Interkoneksi antara Pencari Akses dan H3I telah ditandatangani. Sistem Antrian Dengan mengacu pada ketentuan regulasi yang ada, H3I akan memperlakukan penyelenggara lain yang mengajukan permintaan interkoneksi ke jaringan H3I berdasarkan prinsip non diskriminasi dan efisiensi. Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi 1. Surat Permintaan layanan Interkoneksi diajukan oleh Pencari Akses dilengkapi dengan seluruh lampiran data administratif tentang Pencari Akses. Data Administratif tersebut sekurang-kurangnya berisi hal-hal berikut : 4

Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang, Photo copy Izin usaha, Izin layak operasi serta Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi yang dimiliki, Jenis layanan interkoneksi yang diminta, apabila merupakan permintaan baru, Penjelasan bahwa layanan interkoneksi yang diminta belum disediakan oleh Penyedia Akses apabila layanan yang diminta belum terdapat di DPI Penyedia Akses, Penjelasan Permintaan tambahan jenis dan kapasitas layanan interkoneksi apabila permintaan layanan interkoneksi yang diminta adalah penambahan jenis dan kapasitas layanan interkoneksi, Lokasi geografis dan hirarki dalam network dari titik interkoneksi yang dibutuhkan, Rencana kerangka waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi kondisi dalam jaringan telekomonikasi, Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi. 2. H3I akan menyampaikan posisi antrian dari Pencari Akses selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan Layanan Interkoneksi. Dengan diterimanya dokumen permintaan interkoneksi, H3I akan melakukan pengkajian terhadap dokumen tersebut. Penempatan Pencari Akses dalam sistem antrian tidak serta merta menimbulkan kewajiban kepada H3I untuk memberikan Interkoneksi.H3I berhak untuk menolak permintaan layanan apabila: - Pencari Akses tidak menyampaikan data administrasi sebagaimana dimaksud di atas, - Jenis dan layanan interkoneksi yang diminta tidak terdapat dalam DPI ini, - Melebihi kapasitas interkoneksi yang tersedia. 3. Dalam hal Permintaan Layanan Interkoneksi ditolak H3I, maka H3I akan menyampaikan penolakan tersebut secara tertulis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan layanan interkoneksi tersebut. Jika Pencari Akses keberatan terhadap penolakan tersebut, maka Pencari Akses dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI untuk penyelesaian penolakan tersebut. Bagi Pencari Akses yang statusnya telah ditolak, dapat mengajukan kembali permintaan layanan interkoneksi dan akan diperlakukan sebagai suatu permintaan baru. 4. H3I akan memberikan jawaban Persetujuan terhadap permintaan layanan interkoneksi yang memenuhi syarat selambat-lambatnya 20 (duapuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya jawaban permintaan layanan interkoneksi. Para Pihak akan melakukan negosiasi dalam jangka waktu selama 20 (dua puluh) hari kerja setelah surat jawaban persetujuan dari H3I. 5

5. Selanjutnya hasil negosiasi yang disepakati akan dituangkan dalam Perjanjian Interkoneksi, dan akan di implementasikan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja. Perjanjian Interkoneksi Bagi Pencari Akses yang telah memenuhi prosedur permintaan layanan interkoneksi, suatu perjanjian interkoneksi wajib ditandatangani sebelumnya oleh Pencari Akses dengan H3I sebelum dilakukan implementasi interkoneksi. Dokumen Perjanjian Pokok Interkoneksi terdiri dari Perjanjian Pokok dan Dokumen-dokumen Pendukung yang terdiri dari : 1. Dokumen Pendukung A tentang Perencanaan dan Operasi 2. Dokumen Pendukung B tentang Penagihan dan Pembayaran 3. Dokumen Pendukung C tentang Daftar Layanan Interkoneksi 4. Dokumen Pendukung D tentang Spesifikasi Teknis 5. Dokumen Pendukung E tentang Definisi dan Interpretasi 6. Dokumen Pendukung F tentang Fasilitas Penting Interkoneksi Dokumen-dokumen pendukung ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pokok. Usulan Perjanjian Pokok Interkoneksi yang diajukan oleh H3I adalah sebagaimana format perjanjan pokok interkoneksi yang terdapat dalam DPI ini. 6