DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 3 : Keputusan Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi Nomor 278/DIRJEN/2006 Tentang Persetujuan terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi Milik Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi Dengan Pendapatan Usaha (Operating Revenue) 25% atau Lebih Dari Total Pendapatan Usaha Seluruh Penyelenggara Telekomunikasi dalam segmentasi Layanannya. Tanggal : 04 Agustus 2006 DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT DAFTAR ISI 1. EXECUTIVE SUMMARY 2. PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI 3. PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI 4. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI INDOSAT 5. DAFTAR PERUBAHAN

2 EXECUTIVE SUMMARY DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. INDOSAT, TBK Sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, utamanya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. PM 8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi yang diterbitkan pada tanggal 8 Februari 2006, maka sebagai tindak lanjut atas terbitnya Peraturan Menteri tersebut, PT. INDOSAT, tbk ( INDOSAT ) menyusun Dokumen Penawaran Interkoneksi ( DPI ) ini. Selain dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan regulasi yang berlaku, penyusunan DPI ini juga ditujukan untuk memudahkan bagi Penyelenggara Jaringan dan / atau Jasa Telekomunikasi lain untuk bersama-sama membangun interkoneksi antar Jaringan Telekomunikasi kedua belah Pihak guna menjamin terjadinya layanan telekomunikasi yang end-to-end dan any-to-any. Dalam rangka mewujudkan terjadinya layanan telekomunikasi yang end-to-end dan anyto-any tersebut di atas, maka interkoneksi harus dibangun berdasarkan prinsip saling menghargai, transparan, tidak diskriminatif dan berbatas waktu. DPI ini merupakan refleksi atas kebijakan INDOSAT untuk berusaha melaksanakan prinsip-prinsip tersebut dengan sebaik-baiknya. Struktur DPI INDOSAT DPI INDOSAT terdiri atas dua macam Dokumen, yaitu Dokumen Utama dan Dokumen Pendukung. Dokumen Utama berisi hal-hal yang bersifat prinsip dan sangat mendasar dalam proses pembangunan interkoneksi antara INDOSAT dengan Penyelenggara Jaringan dan/atau Jasa Telekomunikasi yang meminta Layanan Interkoneksi ( PENCARI AKSES ), sedangkan Dokumen Pendukung berisi hal-hal detail yang merupakan penjelasan lebih lanjut atas Dokumen Utama. Sebagian besar isi dari Dokumen Pendukung merupakan hal-hal yang bisa dinegosiasikan dan akan menjadi bagian dari lampiran Perjanjian Interkoneksi. Secara garis besar struktur DPI INDOSAT dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Executive Summary Memuat ringkasan keseluruhan isi DPI Indosat. 2. Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang terkait dengan prosedur permintaan dan pemenuhan Layanan Interkoneksi. 3. Perjanjian Pokok Interkoneksi Panduan penyusunan Perjanjian Kerjasama Interkoneksi antara Indosat dengan PENCARI AKSES yang terdiri atas Perjanjian Kerjadama Interkoneksi dan Dokumen Pendukung. Perjanjian Kerjasama Interkoneksi Merupakan template standar Perjanjian Kerajsama Interkoneksi yang berisi aturan-aturan pokok perjanjian dan akan menjadi batang tubuh Perjanjian Interkoneksi. DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 1 dari 5

3 Dokumen Pendukung Merupakan ketentuan-ketentuan detail dari pengaturan pelaksanaan interkoneksi antara Indosat dengan PENCARI AKSES. Dokumen Pendukung terdiri atas : A. Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi) - Lampiran 1 (Informasi Jaringan) - Lampiran 2 (Prosedur Ujicoba) - Lampiran 3 (Prosedur Penanganan Gangguan) B. Dokumen Pendukung B (Mekanisme Penyelesaian Keuangan) - Lampiran 1 (Parameter dan Format CDR) - Lampiran 2 (Berita Acara Settlement Final) - Lampiran 3 (Berita Acara Settlement Sementara) - Lampiran 4 (Berita Acara Rekonsiliasi) - Lampiran 5 (Nota Perhitungan Keuangan) C. Dokumen Pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi) - Lampiran 1 (Daftar Layanan Interkoneksi INDOSAT) - Lampiran 2 (Daftar Layanan Interkoneksi PENCARI AKSES) D. Dokumen Pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi) E. Dokumen Pendukung E (Definisi dan Interpretasi) 4. Daftar Layanan Interkoneksi INDOSAT Merupakan dokumen yang memuat keseluruhan Layanan Interkoneksi yang ditawarkan oleh INDOSAT. 5. Daftar Perubahan Memuat daftar perubahan yang sudah dilakukan terhadap DPI INDOSAT. Masa Berlaku INDOSAT menyusun DPI ini berdasarkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor PM. 8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi. Oleh sebab itu DPI ini akan tetap dan terus berlaku sejak disahkan oleh BRTI sepanjang Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor PM. 8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi masih berlaku atau tidak diganti dan INDOSAT tidak menyatakan menarik kembali, merubah atau mengganti DPI ini. Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi INDOSAT menetapkan Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi sebagaimana diatur dalam Dokumen Utama Bagian 1 DPI ini. Termasuk didalam Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi adalah batas waktu untuk setiap langkah yang harus dilaksanakan baik oleh INDOSAT maupun PENCARI AKSES dalam membangun Interkoneksi serta prosedur untuk mendapatkan akses kepada Fasilitas Penting bagi Interkoneksi ( FPI ). Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka setiap PENCARI AKSES yang ingin mendapatkan Layanan Interkoneksi dari INDOSAT wajib menyampaikan permintaan secara tertulis. Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan Interkoneksi baru sebagaimana, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan : DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 2 dari 5

4 a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang; b. Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi yang relevan dengan permintaan layanan; c. Jenis layanan interkoneksi yang diminta; d. Penjelasan bahwa Layanan Interkoneksi yang diminta belum disediakan oleh INDOSAT; e. Lokasi geografis dan tingkat fungsional dari Titik Interkoneksi yang dibutuhkan; f. Rencana kerangka waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi kondisi dalam jaringan telekomunikasi; g. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan; h. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional). Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan pembukaan POI baru atau pemesanan kapasitas interkoneksi, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan : a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang; b. Penjelasan detail permintaan Layanan Interkoneksi yang setidak-tidaknya menjelaskan mengenai rincian lokasi POI dan rencana cara penyediaan link interkoneksi; c. Perkiraan kapasitas pada tahap awal berikut rincian pernomoran, area pembebanan dan rencana perutingan dalam hal pembukaan POI baru; d. Perkiraan rencana kerangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan; e. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan; f. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional). Dokumen-dokumen tersebut di atas dapat dilengkapi ldengan informasi lain yang relevan yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT dalam memberikan Layanan Interkoneksi. Dalam rangka mewujudkan keterhubungan antara Jaringan Telekomunikasi INDOSAT dengan Jaringan Telekomunikasi PENCARI AKSES, maka INDOSAT juga menyediakan layanan akses kepada FPI INDOSAT. DPI INDOSAT menyediakan informasi bagi PENCARI AKSES mengenai FPI yang tersedia di masing-masing Sentral Gerbang ( SG ). Informasi lebih rinci mengenai mekanisme permintaan FPI INDOSAT dapat dilihat pada Dokumen Utama Bagian 1, sedangkan informasi mengenai tarif maupun ketersediaan FPI dapat dilihat pada Dokumen Pendukung C dan Dokumen Pendukung A. Dalam rangka menjamin kehandalan layanan interkoneksi antara Jaringan Telekomunikasi INDOSAT dengan Jaringan Telekomunikasi PENCARI AKSES, maka setiap pembukaan interkoneksi yang melibatkan suatu SG baru harus melalui prosedur Ujicoba Interkoneksi. Jika seluruh proses Ujicoba telah dilaksanakan dengan baik, maka pembukaan interkoneksi secara komersial dapat segera dilaksanakan. Prosedur pelaksananaan Ujicoba Interkoneksi dapat dilihat pada Dokumen Pendukung A. Layanan Interkoneksi yang ditawarkan INDOSAT menawarkan layanan-layanan interkoneksi yang menjadi dasar bagi terwujudnya layanan telekomunikasi yang bersifat end-to-end dan any-to-any sesuai dengan peraturan yang berlaku. Secara garis besar, Layanan Interkoneksi yang ditawarkan INDOSAT berikut harga untuk masing-masing Layanan Interkoneksi adalah sebagai berikut : DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 3 dari 5

5 a. Layanan Terminasi INDOSAT menawarkan layanan terminasi yang memungkinkan bagi penyelenggara lain untuk menterminasikan trafik kepada seluruh nomor pelanggan INDOSAT, baik pelanggan Jarber Seluler maupun pelanggan Jartap Lokal. Dengan demikian, layanan ini memungkinkan pelanggan dari penyelenggara manapun untuk menghubungi seluruh pelanggan INDOSAT. Ref Deskripsi Layanan Terminasi Tarif TE11 Terminasi Lokal dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke Jaringan Rp. 449 / mnt Bergerak Seluler INDOSAT TE12 TE13 TE14 TE15 TE16 TE17 TE18 TE19 TE21 TE22 TE23 TE24 TE25 TE26 TE27 TE28 Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi Lokal dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi Lokal dari Jaringan Bergerak Satelit PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Bergerak Satelit PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLI ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi Lokal dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLJJ ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi Jarak Jauh dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLJJ ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Terminasi Lokal dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Terminasi Lokal dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Terminasi dari Jaringan Bergerak Satelit PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Terminasi dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLI ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Terminasi Lokal dari PENCARI AKSES sebagai Penyelanggara Jasa SLJJ ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Terminasi Jarak Jauh dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLJJ ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT TE31 Terminasi SMS dari PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak Seluler dan / atau Jaringan Tetap Lokal INDOSAT b. Layanan Originasi Rp. 622 / mnt Rp. 361 / mnt Rp. 471 / mnt Rp. 574 / mnt Rp. 851 / mnt Rp. 510 / mnt Rp. 361 / mnt Rp. 471 / mnt Rp. 152 / mnt Rp. 850 / mnt Rp. 73 / mnt Rp. 569 / mnt Rp. 564 / mnt Rp. 549 / mnt Rp. 174 / mnt Rp. 569 / mnt Rp. 38 / message Layanan originasi yang disediakan oleh INDOSAT adalah layanan originasi untuk panggilan internasional dan panggilan SLJJ. Layanan ini memungkinkan Penyelenggara Jaringan Tetap Sambungan Internasional dan Penyelenggara Jaringan Tetap Sambungan Langsung Jarak Jauh untuk menyelenggarakan layanannya di Jaringan INDOSAT (baik Jartap Lokal maupun Jarber Seluler) sehingga memungkinkan pelanggan INDOSAT untuk memilih layanan panggilan internasional dan panggilan SLJJ sesuai dengan keinginannya. DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 4 dari 5

6 Ref Deskripsi Layanan Originasi Tarif OR11 Originasi Panggilan SLI dari Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT dengan Rp. 510 / mnt menggunakan Kode Akses 00X milik PENCARI AKSES OR12 OR13 OR21 OR22 OR23 Originasi Lokal Panggilan SLJJ dari Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT dengan menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Originasi Jarak Jauh Panggilan SLJJ dari Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT dengan menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Originasi Panggilan SLI dari Jaringan Tetap Lokal INDOSAT dengan menggunakan Kode Akses 00X milik PENCARI AKSES Originasi Lokal Panggilan SLJJ dari Jaringan Tetap Lokal INDOSAT dengan menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Originasi Jarak Jauh Panggilan SLJJ dari Jaringan Tetap Lokal INDOSAT dengan menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Rp. 361 / mnt Rp. 471 / mnt Rp. 549 / mnt Rp. 157 / mnt Rp. 550 / mnt c. Layanan Transit Bagi dua penyelenggara yang tidak dimungkinkan untuk membangun interkoneksi secara langsung (direct interconnection), maka INDOSAT menyediakan Layanan Transit yang dapat menghubungkan kedua penyelenggara tersebut sehingga memungkinkan pelanggan kedua penyelenggara untuk dapat berkomunikasi. Ref Deskripsi Layanan Transit Tarif TR11 Transit Lokal (single trunk) Rp. 92 / mnt TR12 Transit Jarak Jauh (double trunk) Rp. 336 / mnt TR21 Transit Internasional dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jaringan Tetap SLI kepada pelanggan di Luar Negeri Rp. 355 / mnt INDOSAT menawarkan seluruh Layanan Interkoneksi tersebut di atas kepada Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi dan/atau Penyelenggara Jaringan dan Jasa Telekomunikasi dengan Kode Akses. Layanan Interkoneksi akan diberikan sesuai dengan izin penyelenggaraan yang dimiliki oleh PENCARI AKSES. Perjanjian Interkoneksi Sebagai Badan Hukum yang didirikan berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, maka setiap transaksi bisnis harus dituangkan dalam dokumen yang sah secara hukum. Oleh sebab itu, seluruh Layanan Interkoneksi yang disediakan oleh INDOSAT untuk keperluan PENCARI AKSES atau sebaliknya wajib dituangkan dalam Perjanjian Interkoneksi. INDOSAT menyediakan panduan pembuatan Perjanjian Interkoneksi yang dicantumkan sebagai Dokumen Utama Bagian 2 DPI ini. --oo0oo-- DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 5 dari 5

7 DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. INDOSAT, TBK PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI 2006

8 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. Ketentuan Umum 1 2. Informasi Tambahan 1 3. Permintaan Layanan Interkoneksi 1 4. Posisi Antrian 2 5. Evaluasi atas Permintaan Layanan Interkoneksi 3 6. Tanggapan atas Permintaan Layanan Interkoneksi 4 7. Negosiasi 5 8. Kesepakatan 5 9. Jaminan Fasilitas Penting Bagi Interkoneksi ("FPI") Layanan Interkoneksi Baru 6 Lampiran (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi) Daftar Isi Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi

9 PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI 1. KETENTUAN UMUM 1.1 Seluruh Layanan Interkoneksi dengan harga, syarat-syarat dan kondisi yang tercantum dalam Dokumen Penawaran Interkoneksi ( DPI ) ini hanya berlaku bagi Penyelenggara Jaringan atau Penyelenggara Jasa Telekomunikasi dengan Kode Akses yang memiliki Jaringan Telekomunikasi yang telah mendapatkan Izin Penyelenggaraan Jaringan dan/atau Jasa Telekomunikasi dari Menteri atau Dirjen sesuai ketentuan yang berlaku. 1.2 INDOSAT memberikan Layanan Interkoneksi sesuai dengan prosedur dan batas waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi). 1.3 DPI ini berlaku sejak disahkan oleh BRTI dan terus berlaku sepanjang : a. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor PM. 8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi utamanya Pasal-pasal yang mengatur mengenai DPI tetap berlaku atau tidak diganti; atau b. INDOSAT tidak menarik atau merubah atau mengganti DPI ini. 2. INFORMASI TAMBAHAN 2.1 Penyelenggara Jaringan dan/atau Penyelenggara Jasa Telekomunikasi yang akan meminta Layanan Interkoneksi ( PENCARI AKSES ) dapat meminta informasi tambahan secara tertulis kepada INDOSAT terkait dengan ketentuan-ketentuan dalam DPI ini. 2.2 Permintaan informasi tambahan sebagaimana dimaksud butir 2.1 ditujukan kepada : Group Head Regulatory Kantor Pusat PT. Indosat, Lt 12 Jl. Medan Merdeka Barat No. 21 Jakarta No. Telepon : No. Fax : INDOSAT akan menyampaikan informasi tambahan yang diperlukan oleh PENCARI AKSES dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan informasi tambahan oleh INDOSAT. 3. PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI 3.1. PENCARI AKSES wajib mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi secara tertulis kepada INDOSAT Layanan Interkoneksi sebagaimana dimaksud butir 3.1 adalah : a. Pembukaan Interkoneksi Baru; b. Pembukaan POI Baru; c. Pemesanan Kapasitas Interkoneksi. Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 1 dari 6

10 3.3. Pembukaan Interkoneksi Baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf a. merupakan proses pemenuhan permintaan layanan interkoneksi bagi penyelenggara baru yang belum pernah membuat Perjanjian Interkoneksi dengan INDOSAT atau permintaan layanan interkoneksi untuk jenis layanan baru yang sebelumnya belum pernah disediakan Pembukaan POI Baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf b. adalah penambahan POI bagi penyelenggara yang sudah pernah membuat Perjanjian Interkoneksi dengan INDOSAT POI Baru sebagaimana dimaksud butir 3.4 merupakan pembangunan interkoneksi antara SG INDOSAT sebagaimana dimaksud pada Dokumen Pendukung A Perjanjian Pokok Interkoneksi dengan SG PENCARI AKSES dimana SG tersebut sebelumnya belum pernah saling dihubungkan Pemesanan Kapasitas Interkoneksi sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf c. merupakan keseluruhan proses evaluasi terhadap kapasitas Link Interkoneksi sesuai dengan ketentuan dalam DPI ini Permintaan Layanan Interkoneksi ditujukan kepada : Group Head Wholesale & Carrier Relations Kantor Pusat PT. Indosat, Lt 13 Jl. Medan Merdeka Barat No. 21 Jakarta No. Telepon : No. Fax : Dengan mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka PENCARI AKSES menyatakan telah membaca, memahami dan menyetujui keseluruhan isi DPI ini Jika PENCARI AKSES meminta layanan yang berada di luar cakupan DPI ini, maka syarat-syarat dan kondisi pemberian Layanan Interkoneksi yang di atur dalam DPI ini tidak dapat diberlakukan terhadap permintaan tersebut Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan Interkoneksi baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf a, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan : a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang; b. Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi yang relevan dengan permintaan layanan; c. Jenis layanan interkoneksi yang diminta; d. Penjelasan bahwa Layanan Interkoneksi yang diminta belum disediakan oleh INDOSAT; e. Lokasi geografis dan tingkat fungsional dari Titik Interkoneksi yang dibutuhkan; f. Rencana kerangka waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi kondisi dalam jaringan telekomunikasi; g. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan; h. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional) Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan pembukaan POI baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf b atau pemesanan kapasitas Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 2 dari 6

11 interkoneksi sebagaimana dimksud butir 3.1 huruf c, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan : a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang; b. Penjelasan detail permintaan Layanan Interkoneksi yang setidak-tidaknya menjelaskan mengenai rincian lokasi POI dan rencana cara penyediaan link interkoneksi; c. Perkiraan kapasitas pada tahap awal berikut rincian pernomoran, area pembebanan dan rencana perutingan dalam hal pembukaan POI baru; d. Perkiraan rencana kerangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan; e. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan; f. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional). 4. POSISI ANTRIAN 4.1. INDOSAT akan menentukan posisi PENCARI AKSES dalam sistem antrian INDOSAT Dalam menentukan Posisi Antrian, INDOSAT akan mendahulukan PENCARI AKSES yang lebih dulu menyampaikan Permintaan Layanan Interkoneksi dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan PENCARI AKSES dalam memenuhi kondisi dan syarat-syarat yang telah ditetapkan berdasarkan DPI ini INDOSAT akan menyampaikan posisi PENCARI AKSES dalam sistem antrean tersebut dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT Dalam hal PENCARI AKSES keberatan dengan posisi PENCARI AKSES dalam sistem antrian INDOSAT, maka PENCARI AKSES dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI. 5. EVALUASI ATAS PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI 5.1 INDOSAT akan melakukan evaluasi atas Permintaan Layanan Interkoneksi oleh PENCARI AKSES. 5.2 Evaluasi atas Permintaan Layanan Interkoneksi dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam DPI ini dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. 5.3 INDOSAT dapat menolak suatu Permintaan Layanan Interkoneksi apabila : a. PENCARI AKSES bukan Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Izin Penyelenggaraan untuk menyelenggarakan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi di Indonesia; atau b. Permintaan Layanan Interkoneksi tidak sesuai dengan Izin Penyelenggaraan yang dimiliki oleh PENCARI AKSES; atau c. PENCARI AKSES tidak menyampaikan data-data sebagaimana dimaksud dalam butir 3.9; atau d. Layanan Interkoneksi yang diminta tidak tercantum dalam DPI ini; atau e. Layanan Interkoneksi yang diminta oleh PENCARI AKSES melebihi kapasitas yang tersedia, dengan memperhitungkan permintaan layanan Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 3 dari 6

12 interkoneksi oleh PENCARI AKSES yang telah lebih dahulu menyampaikan Permintaan Layanan Interkoneksi. 6. TANGGAPAN ATAS PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI 6.1. Dalam hal Permintaan Layanan Interkoneksi tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam DPI ini, maka : a. INDOSAT akan menyampaikan Penolakan Permintaan Layanan Interkoneksi kepada PENCARI AKSES secara tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT; dan b. Menyampaikan alasan-alasan atas Penolakan Permintaan Layanan Interkoneksi kepada PENCARI AKSES; dan c. INDOSAT tidak diwajibkan untuk melakukan proses negosiasi serta mengikatkan diri dalam Perjanjian atau kesepakatan dengan PENCARI AKSES Dalam hal PENCARI AKSES keberatan terhadap Penolakan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka PENCARI AKSES dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI Dalam hal Permintaan Layanan Interkoneksi memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam DPI ini, INDOSAT akan menyampaikan Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi dalam waktu selambat-lambatknya 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi antara lain memuat : a. nama dan jabatan yang berwenang dari INDOSAT; b. kondisi yang harus dipenuhi oleh PENCARI AKSES secara teknis dan operasional antara lain : i. jaringan PENCARI AKSES harus sesuai dengan persyaratan teknis INDOSAT; ii. berbagai opsi yang berkaitan dengan Layanan Interkoneksi yang diminta; iii. indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk melakukan interkoneksi; iv. daftar Layanan Interkoneksi dan kewajiban Para Pihak yang berinterkoneksi untuk melakukan pemesanan suatu kapasitas interkoneksi tertentu; v. rincian dari seluruh titik interkoneksi yang tersedia meliputi jumlah, lokasi, dimensi dan spesifikasi lainnya. c. Biaya langsung yang terkait dengan penyediaan layanan interkoneksi; d. Informasi pelaksanaan proses administrasi dalam penyediaan layanan interkoneksi; e. Informasi terkait lainnya dalam penyediaan layanan interkoneksi PENCARI AKSES wajib memberikan tanggapan atas Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi oleh PENCARI AKSES. Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 4 dari 6

13 6.6. Dalam hal PENCARI AKSES tidak memberikan tanggapan atas Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka Permintaan Layanan Interkoneksi dianggap gugur. 7. NEGOSIASI 7.1. Dalam hal PENCARI AKSES memberikan tanggapan atas Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka dilaksanakan proses negosiasi Dalam hal negosiasi tidak dapat diselesaikan dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tanggapan atas Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT, maka PENCARI AKSES dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI Dalam proses negosiasi Para Pihak wajib mentaati segala ketentuan mengenai Interkoneksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundangan yang berlaku. 8. KESEPAKATAN 8.1. Seluruh hasil Negosiasi wajib dituangkan secara tertulis dan dibubuhi tandatangan oleh wakil sah kedua belah Pihak Dalam hal kedua belah Pihak belum pernah menandatangani Perjanjian Interkoneksi, maka hasil negosiasi wajib dituangkan dalam bentuk Perjanjian Interkoneksi Penyusunan Perjanjian Kerjasama Interkoneksi harus mengacu kepada ketentuan dalam Dokumen Perjanjian Pokok Interkoneksi DPI ini termasuk Dokumen Pendukungnya Dalam hal Permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan perubahan/penambahan/pengurangan atas Perjanjian Interkoneksi, maka hasil negosiasi dapat dituangkan dalam bentuk : a. Amandemen Perjanjian Interkoneksi atau Side Letter untuk hal-hal terkait dengan aspek kebijakan, termasuk namun tidak terbatas pada penambahan / pengurangan Layanan Interkoneksi dan penambahan / pengurangan POI; b. Berita Acara atau Risalah Rapat untuk hal-hal terkait dengan aspek operasional, termasuk namun tidak terbatas pada penambahan / pengurangan dimensi interkoneksi, pelaksanaan Ujicoba Interkoneksi dan sebagainya. 9. JAMINAN 9.1. Dengan mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi secara tertulis kepada INDOSAT, maka PENCARI AKSES menyatakan dan menjamin bahwa : a. PENCARI AKSES memiliki kemampuan serta bertanggung jawab penuh untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian Interkoneksi dan telah mengerti segala kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian Interkoneksi sesuai dengan DPI ini; dan Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 5 dari 6

14 b. Informasi yang diberikan oleh PENCARI AKSES kepada INDOSAT dalam Permintaan Layanan Interkoneksi adalah lengkap, benar dan tidak menyesatkan PENCARI AKSES setuju untuk memberikan ganti rugi kepada INDOSAT atas segala kewajiban, kerugian, kerusakan, biaya atau pengeluaran (termasuk legal fee) yang ditanggung INDOSAT sehubungan dengan segala pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam DPI ini. 10. FASILITAS PENTING BAGI INTERKONEKSI (FPI) Dalam hal PENCARI AKSES memerlukan FPI dalam bentuk Layanan pemanfaatan Sarana Telekomunikasi dan / atau Sarana Penunjang Telekomunikasi milik INDOSAT, maka PENCARI AKSES wajib menyampaikan permintaan secara tertulis kepada INDOSAT FPI merupakan layanan di luar Layanan Interkoneksi (layanan yang bersifat traffic sensitive) yang diberikan INDOSAT kepada PENCARI AKSES dalam rangka memberikan kemudahan bagi PENCARI AKSES untuk memenuhi kewajibannya terkait dengan kerjasama interkoneksi Permintaan sebagaimana dimaksud butir 10.1 wajib melampirkan perkiraan jadwal rencana survey INDOSAT akan memberikan jawaban secara tertulis mengenai ketersediaan FPI kepada PENCARI AKSES selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak permintaan diterima oleh INDOSAT Dalam hal INDOSAT memberikan persetujuan atas permintaan FPI, maka dilaksanakan survey bersama yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Survey Berdasarkan Berita Acara Survey sebagaiamana dimaksud butir 10.4, INDOSAT akan memberikan konfirmasi pelaksanaan pemberian FPI selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak Berita Acara Survey ditandatangani oleh kedua belah Pihak Pelaksanaan pemberian FPI dituangkan dalam Berita Acara Instalasi yang ditandatangani oleh kedua belah Pihak yang akan digunakan sebagai dasar penagihan biaya pemanfaatan FPI. 11. LAYANAN INTERKONEKSI BARU PENCARI AKSES dapat mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi Baru kepada INDOSAT secara tertulis Layanan Interkoneksi Baru adalah Layanan Interkoneksi yang tidak termasuk dalam DPI ini dan / atau belum pernah disediakan oleh INDOSAT sehingga tidak tunduk terhadap ketentuan-ketentuan dalam DPI ini. --oo0oo Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 6 dari 6

15 LAMPIRAN BAGIAN 1 DPI PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI Pencari Layanan Interkoneksi P R O S E S Indosat BRTI Deskripsi Proses dan Time Frame Dokumen Terkait Mulai Permintaan Informasi Tambahan DPI Jawaban atas Permintaan Informasi Tambahan Jika diperlukan, Pencari Layanan Interkoneksi dapat mengajukan permintaan Informasi Tambahan atas isi DPI Indosat secara tertulis Jawaban diberikan secara tertulis maksimal 5 hari kerja terhitung sejak permintaan Informasi Tambahan diterima oleh Indosat Permintaan Informasi Tambahan DPI (format bebas / free format) Penyampaian Permintaan Layanan Interkoneksi Penentuan Posisi Antrian dan Penyampaian Posisi Antrian Pencari Layanan Interkoneksi menyampaikan surat Permintaan Layanan Interkoneksi Indosat menentukan posisi Pencari Layanan Interkoneksi dalam sistem antrian Indosat Posisi Pencari Layanan Interkoneksi disampaikan secara tertulis maksimal 5 hari kerja terhitung sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh Indosat Permintaan Layanan Interkoneksi) dan Penyampaian Posisi Antrian (format bebas / free format) Ya Keberatan? Tidak Evaluasi Permintaan Layanan Interkoneksi Pencari Layanan Interkoneksi menentukan sikapnya atas Posisi Antrian yang ditentukan Indosat Jika Pencari Layanan Interkoneksi keberatan atas posisi antriannya, maka Pencari Layanan Interkoneksi dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI Indosat melakukan evaluasi secara komprehensif atas permintaan Layanan Interkoneksi dari Pencari Layanan Interkoneksi Menunggu proses selanjutnya Permintaan dipenuhi? Ya Jika Pencari Layanan Interkoneksi tidak keberatan atas posisi antriannya, maka Pencari Layanan Interkoneksi menunggu proses selanjutnya Indosat menentukan sikap, untuk menyetujui atau menolak Permintaan Layanan Interkoneksi Tidak DPI Indosat Dokumen Utama Lampiran Bagian 1 (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi) Hal. : 1 dari 2

16 DPI Indosat Dokumen Utama Lampiran Bagian 1 (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi) Hal. : 2 dari 2

17 DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. INDOSAT, TBK PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI 2006

18 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Komparisi 1 BAB I KETENTUAN UMUM 2 Pasal 1 Definisi dan Interpretasi 2 Pasal 2 Struktur Perjanjian 2 Pasal 3 Kepatuhan terhadap Perundang-undangan 3 Pasal 4 Lingkup Perjanjian 3 Pasal 5 Hak atas Kekayanan Intelektual 3 BAB II KETENTUAN TEKNIS OPERASIONAL 4 Pasal 6 Interkoneksi dan Standard 4 Pasal 7 Perkiraan Dimensi 4 Pasal 8 Sistem Penomoran dan Area Layanan 4 Pasal 9 Calling Line Identification 5 Pasal 10 Operasi dan Pemeliharaan Perangkat 6 Pasal 11 Perubahan Sistem dan Penggantian Jaringan 6 Pasal 12 Persetujuan Penyambungan Peralatan 7 Pasal 13 Perlindungan Jaringan dan Keamanan Sistem 7 Pasal 14 Penyediaan Layanan Interkoneksi 8 Pasal 15 Penyediaan Layanan Interkoneksi SMS 8 Pasal 16 Kualitas Layanan BAB III KETENTUAN BISNIS / KOMERSIAL 9 Pasal 17 Layanan Baru 9 Pasal 18 Biaya, Penagihan dan Pembayaran Interkoneksi 9 Pasal 19 Perubahan Biaya 10 Pasal 20 Pencatatan Percakapan 10 BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN 10 Pasal 21 Pajak dan Bea 10 Pasal 22 Fraud 10 Pasal 23 Sanksi-sanksi dan Penuntutan 11 Pasal 24 Pencabutan Tuntutan 12 Pasal 25 Masa Laku Perjanjian 12 Pasal 26 Penghentian Sementara (Suspensi) 12 Pasal 27 Pengakhiran Perjanjian 13 Pasal 28 Jaminan Hukum 14 Pasal 29 Penyediaan Informasi dan Kerahasiaan 15 Pasal 30 Force Majeure 16 Pasal 31 Pengalihan atas Hak dan Kewajiban 16 Pasal 32 Kekuatan Perjanjian 16 Pasal 33 Wakil Para Pihak 17 Pasal 34 Penyelesaian Perselisihan 17 Pasal 35 Perubahan dan Pengkajian Ulang 17 Pasal 36 Penutup 18 DAFTAR DOKUMEN PENDUKUNG 19 Daftar Isi Perjanjian Pokok Interkoneksi

19 PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. INDOSAT, TBK DENGAN [Nama Perusahaan Pencari Akses] TENTANG INTERKONEKSI [Nomor Perjanjian INDOSAT] NOMOR [Nomor Perjanjian PENCARI AKSES] Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani pada hari [Hari Pendandatanganan Perjajian] tanggal [Tanggal Penandatanganan Perjanjian] bulan [Bulan Penandatanganan Perjanjian] tahun [Tahun Penandatanganan Perjanjian], bertempat di Jakarta, antara pihak-pihak : I. PT.INDOSAT, Tbk, yang didirikan dengan Akta Notaris MS. Tadjoedin, Nomor 55 tanggal 10 November 1967, yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Akta Notaris Aulia Taufani SH., sebagai pengganti dari Notaris Sutjipto, SH., Nomor 157 tanggal 22 Juli 2005, berkedudukan di Jl Medan Merdeka Barat No. 21 Jakarta 10110, dalam perbuatan hukum ini diwakili secara sah oleh [Nama Direktur Utama INDOSAT], jabatan Direktur Utama, selanjutnya disebut INDOSAT ; II. [Nama Perusahaan Pencari akses], yang didirikan dengan Akta Notaris [Nama Notaris Pembuat Akta], Nomor [Nomor Akta] tanggal [Tanggal Pendirian Perusahaan], berkedudukan di [Alamat Pencari akses], dalam perbuatan hukum ini diwakili secara sah oleh [Nama Direktur Utama Pencari akses], jabatan Direktur Utama, selanjutnya disebut PENCARI AKSES. Selanjutnya INDOSAT dan PENCARI AKSES masing-masing disebut Pihak atau Masingmasing Pihak dan secara bersama-sama disebut Para Pihak atau Kedua Belah Pihak. Kedua Belah Pihak terlebih dahulu mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. bahwa INDOSAT memiliki Izin Penyelenggaraan sebagai berikut : 1) Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler dengan cakupan nasional, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 69 Tahun 2004 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler PT. INDOSAT, Tbk; 2) Penyelenggaraan Jaringan Tetap dan Jasa Teleponi Dasar dengan cakupan nasional, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 203 Tahun 2004 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap dan Jasa Teleponi Dasar PT. INDOSAT, TBK; Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 1 dari 19

20 b. bahwa PENCARI AKSES memiliki Izin Penyelenggaraan sebagai berikut : Penyelenggaraan [Cakupan Izin PENCARI AKSES], berdasarkan [Keputusan Menteri / Dirjen tentang Izin Penyelenggaraan PENCARI AKSES]. c. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa telekomunikasi, Para Pihak bermaksud untuk saling menghubungkan jaringan telekomunikasi yang dioperasikannya sedemikan rupa sehingga pengguna jasa telekomunikasi Kedua Belah Pihak dapat saling menghubungi atau saling memanfaatkan jasa telekomunikasi yang diselenggarakan oleh Kedua Belah Pihak. Para Pihak sepakat untuk mengikatkan diri dalam Perjanjian Pokok Interkoneksi yang selanjutnya disebut Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Definisi dan Interpretasi Dalam Perjanjian ini, kecuali disebutkan lain, kata-kata dan istilah-istilah memiliki arti sebagaimana disebutkan dalam Dokumen pendukung E (Definisi dan Interpretasi), dan seluruh Perjanjian ini ditafsirkan sesuai dengan Dokumen Pendukung tersebut. Pasal 2 Struktur Perjanjian (1) Naskah Perjanjian ini terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu: a. Batang Tubuh Perjanjian yang berisi Pasal-pasal yang diperjanjikan; b. Dokumen Pendukung, yang terdiri atas : 1) Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi); 2) Dokumen pendukung B (Mekanisme Penyelesaian Keuangan); 3) Dokumen pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi); 4) Dokumen pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi); 5) Dokumen pendukung E (Definisi dan Interpretasi). (2) Seluruh Dokumen Pendukung Perjanjian ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, saling melengkapi dan mempunyai kekuatan hukum yang sama serta mengikat seperti halnya Pasal-pasal dalam Perjanjian ini. (3) Dalam hal terdapat perbedaan antara ketentuan pada bagian-bagian yang berbeda dari Perjanjian ini, maka penentuan ketentuan yang diberlakukan harus mengikuti tata urut sebagai berikut : a. Batang Tubuh; b. Dokumen Pendukung. Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 2 dari 19

21 Pasal 3 Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan (1) Dalam melaksanakan Perjanjian ini, Para Pihak wajib mentaati seluruh ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, termasuk perubahanperubahannya dari waktu ke waktu (apabila ada), termasuk namun tidak terbatas pada peraturan-peraturan sebagai berikut : a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi; b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat; c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; d. Peraturan Menteri No. 8 Tahun 2006 tentang Interkoneksi; e. Keputusan Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Nomor KM. 4 Tahun 2001 tanggal 16 Januari 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan Nasional 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 4 Tahun 2001 dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Komunikasi di Informatika Nomor 06/P/M.Kominfo/5/2005 tanggal 17 Mei 2005 Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 4 Tahun 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan Nasional 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional ( FTP Nasional ); f. Ketentuan lain yang relevan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, Menteri dan/atau Direktur Jenderal dan/atau BRTI serta Pejabat Publik Lainnya. (2) Para Pihak sepakat bahwa pelaksanaan kerjasama berdasarkan Perjanjian ini, mengutamakan azas pelayanan terbaik kepada para Pengguna Jasa Telekomunikasi secara timbal balik dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Jika Para Pihak bersama-sama bersepakat untuk membuat Perjanjian dengan syarat-syarat dan kondisi yang tidak sama dengan Perjanjian ini, maka kesepakatan tersebut merupakan Perjanjian bilateral yang tidak harus tunduk terhadap ketentuan-ketentuan dalam DPI INDOSAT. Pasal 4 Lingkup Perjanjian (1) Para Pihak sepakat untuk melakukan kerjasama interkoneksi sehingga PENCARI AKSES mendapatkan Layanan Interkoneksi sesuai dengan Prosedur sebagaimana dimaksud pada Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi). (2) Perjanjian ini juga meliputi kerjasama dalam penyelesaian hak dan kewajiban keuangan interkoneksi antara Para Pihak. Pasal 5 Hak Atas Kekayaan Intelektual (1) Para Pihak tidak dapat menggunakan logo, merek, dan hak intelektual lain yang menjadi milik Pihak lain tanpa ijin tertulis dari Pihak yang bersangkutan. Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 3 dari 19

22 (2) Para Pihak sepakat bahwa hak atas suatu kekayaan intelektual yang dimiliki salah satu Pihak selama berlangsungnya Perjanjian ini tetap menjadi milik Pihak yang menciptakan atau memilikinya. BAB II KETENTUAN TEKNIS DAN OPERASIONAL Pasal 6 Interkoneksi Dan Standard (1) Interkoneksi dilaksanakan dengan menghubungkan secara langsung Sentral Gerbang masing-masing Pihak melalui Titik Interkoneksi. (2) Titik Interkoneksi merupakan batas wewenang dan tanggung jawab masing masing Pihak dalam pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan perangkat maupun sarana pendukung/penunjang yang digunakan untuk Interkoneksi. (3) Letak Titik Interkoneksi INDOSAT serta hal-hal teknis lain diatur dengan ketentuan sebagaimana tercantum pada Dokumen pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi). Pasal 7 Perkiraan Dimensi Interkoneksi (1) Dimensi link interkoneksi antara Sentral Gerbang INDOSAT dengan Sentral Gerbang PENCARI AKSES untuk masing-masing layanan di masing-masing lokasi pada tahap awal pembukaan interkoneksi adalah 1 x 2 Mbps (1 E1). (2) Para Pihak secara bersama-sama melakukan perhitungan untuk menentukan kebutuhan Dimensi Interkoneksi berdasarkan kecenderungan lalu-lintas Panggilan Interkoneksi (Traffic Interest) di setiap Titik Interkoneksi dengan memperhatikan tingkat kegagalan panggil harus kurang dari 1 % (satu persen). (3) Perhitungan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaksanakan untuk membuat rencana Dimensi Interkoneksi selama periode 1 (satu) tahun atau untuk jangka waktu lain yang disepakati Kedua Belah Pihak. (4) Perubahan atas rencana dimensi Interkoneksi sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan setiap tahun atau dalam jangka waktu lain atas kesepakatan Kedua Belah Pihak. (5) Pengaturan lebih lanjut mengenai dimensi interkoneksi tercantum pada Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi). Pasal 8 Sistem Penomoran dan Area Layanan (1) Kedua Belah Pihak wajib mentaati ketentuan yang berlaku sehubungan dengan Sistem Penomoran yang digunakan Kedua Belah Pihak, antara lain namun tidak terbatas pada ketentuan - ketentuan dalam FTP Nasional dan penggunaan blok nomor atau NDC (National Destination Code) sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 4 dari 19

23 (2) Kedua belah Pihak sepakat untuk membuka kode akses dan / atau alokasi penomoran Pihak lain di Jaringan masing-masing sehingga memungkinkan Pengguna Jaringannya dapat memanggil atau memutar Kode Akses dan/atau dipanggil oleh Pengguna Jaringan Pihak lain. (3) Masing-masing Area Layanan diberikan ciri berupa penggunaan Blok Nomor Pelanggan tertentu untuk membedakan antara satu Area Layanan dengan Area Layanan lain. (4) Perubahan, penambahan, pengurangan dan/atau pembukaan Blok Nomor Pelanggan, berlaku efektif paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diterimanya pengajuan oleh salah satu Pihak kepada Pihak lain dalam hal pengajuan tersebut dapat dipenuhi. (5) Area Layanan berikut Sistem Penomoran yang digunakan oleh INDOSAT adalah sebagaimana tercantum dalam Dokumen pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi). Pasal 9 Calling Line Identification ( CLI ) (1) Kecuali disepakati lain, Para Pihak sepakat bahwa jaringan Para Pihak harus mampu menyalurkan CLI untuk seluruh Panggilan Interkoneksi (originasi, terminasi dan transit). (2) Panggilan Interkoneksi yang berasal dari penyelenggara internasional dimana penyelenggara internasional tersebut tidak menerima CLI dari penyelenggara di luar negeri, maka penyelenggara internasional tersebut tidak wajib meneruskan CLI kepada penyelenggara telekomunikasi di dalam negeri. (3) Pengiriman CLI dari salah satu Pihak kepada Pihak lain tidak perlu dilaksanakan dalam hal Pengguna mengaktifkan fitur Calling Line Identification Restriction ( CLIR ). (4) Dalam hal panggilan berasal dari layanan yang tidak menyediakan nomor pelanggan, misal panggilan yang berasal dari sistem layanan panggilan melalui operator atau pelayanan pelanggan, sehingga nomor yang dikirimkan bukan nomor pelanggan yang sesungguhnya (Dummy Number), maka Para Pihak sepakat untuk melakukan pembicaraan lebih dahulu. (5) Penyediaan CLI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut : a. Manajemen trafik; b. Manajemen penagihan; c. Kebutuhan administratif yang meliputi pelacakan suatu panggilan, identifikasi panggilan yang tidak disertai niat baik dan berbagai bentuk kompilasi statistik yang berkaitan dengan originasi panggilan; d. Berbagai aktivitas yang berkaitan dengan permintaan dan atau pertanyaan pelanggan; e. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan dan atau penipuan (fraud). (6) Dalam rangka pemberlakuan dan pengamanan CLI, Para Pihak sepakat untuk mentaati ketentuan - ketentuan sebagai berikut : Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 5 dari 19

24 a. Masing-masing Pihak dilarang untuk melakukan manipulasi CLI yang asli dari Pihak pemanggil dan CLI tersebut harus diteruskan dalam pengantaran panggilan; b. Dalam hal panggilan originasi, maka masing-masing Pihak dilarang memanipulasi kode akses yang diputar oleh Pihak pemanggil. Pasal 10 Operasi dan Pemeliharaan Perangkat (1) Pelaksanaan penyambungan Sentral Gerbang kedua belah Pihak untuk keperluan Interkoneksi serta integrasi antar sistem harus melibatkan kedua belah pihak. (2) Biaya-biaya yang timbul akibat penyediaan / penambahan / perubahan / pengoperasian / pemeliharaan / perbaikan perangkat yang digunakan untuk Interkoneksi dibebankan kepada masing-masing Pihak sesuai dengan tanggung jawab. (3) Batas fisik tanggung jawab atas Perangkat Interkoneksi dari masing-masing pihak adalah Titik Interkoneksi. (4) Status kepemilikan Perangkat Interkoneksi yang dipasang oleh salah satu Pihak di lokasi Pihak lainnya akan tetap menjadi milik pihak yang memasang / mengadakan. (5) Masing-masing Pihak wajib mengusahakan dan mewujudkan dengan segala daya upaya untuk menjamin dan meningkatkan mutu penyaluran Panggilan Interkoneksi dengan melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan sebaikbaiknya dengan cara: a. Saling memberikan informasi dan data pengukuran trafik Link Interkoneksi antara Jaringan Kedua Belah Pihak. b. Melakukan pengukuran terhadap tolok ukur parameter teknis dan pelayanan akses Jaringan secara terukur dan berjangka waktu sesuai Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi). (6) Dalam rangka operasi dan pemeliharaan Perangkat Interkoneksi para pihak sepakat untuk saling membantu dalam memberikan kemudahan ijin masuk ke lokasi Perangkat Interkoneksi. Pasal 11 Perubahan Sistem dan Penggantian Jaringan (1) Masing-masing Pihak memiliki hak untuk melakukan perubahan sistem, penggantian atau substitusi teknologi atau spesifikasi teknis untuk meningkatkan fungsionalitas atau kinerja layanan-layanan atau jaringan terkait yang disediakan sedemikian rupa sehingga modifikasi tersebut tidak merubah fungsionalitas atau performansi atas layanan yang diberikan kepada Pihak lain. (2) Salah satu Pihak dapat melakukan perubahan atau penggantian jaringan setiap saat dengan mentaati ketentuan ketentuan yang diatur dalam Pasal 12 ini. (3) Pihak yang mengajukan untuk melaksanakan perubahan atau penggantian jaringan ( Pihak Pengubah Jaringan ) harus memberitahukan Pihak lain secara tertulis paling lambat 6 (enam) bulan sebelum perubahan atau penggantian dilaksanakan. Pemberitahuan tersebut harus sejauh mungkin menerangkan Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 6 dari 19

25 secara detail cara bekerja, dampak, detail teknis dan dampak potensial kepada jaringan Pihak lain atas usulan perubahan atau penggantian jaringan itu. (4) Pengubahan Jaringan yang akan mengakibatkan diperlukannya perubahan perangkat keras dan / atau perangkat lunak, termasuk antar muka perangkat lunak, di jaringan Pihak lain wajib diberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya untuk dilakukan evaluasi secara bersama-sama dalam waktu selambatlambatnya 1 (satu) bulan. (5) Evaluasi bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) meliputi namun tidak terbatas pada: a. Penambahan perangkat, jadwal pelaksanaan dan perencanaan hubungan putus ( Perpu ); b. Perubahan dan atau modifikasi jaringan yang dapat mempengaruhi kinerja Pihak lain termasuk namun tidak terbatas pada perubahan dan atau penggantian sentral baik secara hardware maupun software, ruting, dan sistem pensinyalan. (6) Pihak Pengubah Jaringan harus bertanggung jawab penuh atas biaya-biaya yang timbul terkait dengan pengubahan jaringan berdasarkan kesepakatan bersama dan harus dibayar kepada Pihak lain. (7) Biaya perubahan dan atau penggantian jaringan yang disebabkan oleh suatu ketentuan Pemerintah menjadi tanggung jawab masing-masing Pihak. (8) Para Pihak sepakat untuk bekerjasama secara penuh dan saling berkoordinasi dalam pelaksanaan perubahan atau penggantian jaringan dan berusaha agar masing-masing Pihak tetap mendapatkan informasi atas langkah-langkah yang dilakukan oleh Pihak lain. (9) Ketentuan Pasal 12 ini tidak mengurangi hak salah satu Pihak untuk melakukan modifikasi atau substitusi perangkatnya dengan perangkat lainnya untuk keperluannya sendiri sepanjang tidak menimbulkan gangguan dan biaya terhadap Pihak lainnya. Pasal 12 Persetujuan Penyambungan Peralatan (1) Setiap pemasangan, penyambungan / koneksi perangkat dan / atau sistem salah satu Pihak dengan perangkat dan / atau sistem Pihak lainnya harus mendapat persetujuan lebih dulu dari Pihak lainnya dan dilakukan bersama antara Para Pihak. (2) Setiap pembukaan interkoneksi baru di suatu lokasi interkoneksi, termasuk pemasangan, penyambungan / koneksi perangkat dan atau sistem salah satu Pihak dengan perangkat dan / atau sistem pihak lainnya harus dilakukan dengan melalui mekanisme / tahapan uji coba sebagaimana tercantum dalam Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi). Pasal 13 Perlindungan Jaringan dan Keamanan Sistem (1) Masing masing Pihak wajib bertanggung jawab atas keamanan dalam pengoperasion di sisi jaringan masing-masing sesuai batas tanggungjawabnya, Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 7 dari 19

26 dan wajib mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan dalam pengoperasian sistem masing masing Pihak supaya: a. tidak membahayakan keselamatan atau kesehatan siapapun, termasuk karyawan dan / atau kontraktor Pihak lain; dan b. tidak menyebabkan gangguan secara fisik maupun teknis kepada jaringan Pihak lain, termasuk namun tidak terbatas pada menyebabkan kerusakan, interferensi atau menyebabkan gangguan dalam operasional lain dari jaringan milik Pihak lainnya. (2) Dalam hal terjadi gangguan atau kegagalan maka masing-masing Pihak wajib segera melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mengatasi gangguan atau kegagalan tersebut sehingga layanan kembali seperti sebelum terjadi gangguan atau kegagalan. (3) Masing - masing Pihak tidak diperbolehkan melakukan instalasi, menghubungkan, mengkaitkan atau menggunakan (atau mengijikan penginstalasian, penghubungan, pengkaitan atau penggunaan atas) setiap perangkat telekomunikasi yang melanggar hukum ke perangkat Pihak lainnya. Pasal 14 Penyediaan Layanan Interkoneksi INDOSAT sepakat untuk memberikan Layanan Interkoneksi kepada PENCARI AKSES dengan harga, syarat-syarat dan kondisi sebagaimana telah ditentukan dalam Dokumen pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi) Perjanjian ini dengan ketentuan : a. Layanan tersebut diminta oleh PENCARI AKSES sesuai dengan Prosedur sebagaimana dimaksud pada Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi); dan b. INDOSAT telah memberitahukan kepada PENCARI AKSES bahwa Permintaannya telah memenuhi syarat sesuai dengan Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi). Pasal 15 Penyediaan Layanan Interkoneksi SMS (1) Kecuali disepakati lain, maka dalam penyaluran SMS, Para Pihak dilarang untuk : a. Melakukan SMS broadcast kepada Pelanggan Pihak lainnya; b. Melakukan Spamming; c. Menyalurkan SMS melalui jaringan Pihak lain (transit) diluar kesepakatan ini. (2) Tarif yang dikenakan kepada pelanggan Masing-masing Pihak untuk jasa layanan SMS Lintas Operator merupakan kewenangan masing masing Pihak, sehingga masing masing Pihak berhak menetapkan sendiri tarif yang dikenakan kepada Penggunanya. (3) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan dalam ayat (1) Pasal ini dapat dikenakan sanksi denda oleh Pihak yang dirugikan maksimal sebesar Rp ,- (sepuluh milyar rupiah) untuk setiap kasus yang telah diselesaikan. Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 8 dari 19

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan ditetapkannya PM No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006 serta berdasarkan Keputusan Dirjen

Lebih terperinci

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan ditetapkannya PM No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006, maka Telkomsel sebagai salah satu operator

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. TITIK INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN... 1 2. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI... 2 3. XL100 - LAYANAN

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informasi No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. EXECUTIVE SUMMARY 2. PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI 3. DOKUMEN PENDUKUNG A : PERENCANAAN DAN OPERASI 4. DOKUMEN PENDUKUNG B : PENAGIHAN

Lebih terperinci

DRAFT PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

DRAFT PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI DRAFT PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI Daftar Isi PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI A. Perjanjian Pokok B. Dokumen Pendukung A Perencanaan dan Operasi : 1. Ketentuan Informasi Jaringan 2. Ketentuan tentang Sentral

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 5 Pasal 1 DEFINISI DAN INTERPRETASI... 5 Pasal 2 STRUKTUR PERJANJIAN... 9 Pasal 3

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI 1 Perekaman Informasi Tagihan... 3 2 Proses Kliring Interkoneksi... 4 3 Pertukaran Informasi

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. PEREKAMAN INFORMASI TAGIHAN... 1 2. PERTUKARAN INFORMASI TAGIHAN... 4 3. PENAGIHAN...

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. TELKOMSEL

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. TELKOMSEL LAMPIRAN 2 : Keputusan Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi Nomor 278/DIRJEN/2006 Tentang Persetujuan terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi Milik Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi Dengan Pendapatan

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. TITIK INTERKONEKSI... 4 2. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI... 5 3. XL100 - LAYANAN

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika te

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika te No.233, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan Publik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 279/DIRJEN/ 2006 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 279/DIRJEN/ 2006 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 279/DIRJEN/ 2006 TENTANG PERSETUJUAN TERHADAP DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI MILIK PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI DENGAN PENDAPATAN USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF JASA TELEKOMUNIKASI YANG DISALURKAN MELALUI JARINGAN BERGERAK SELULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI DAFTAR ISI Bab I Ketentuan Umum... 5 Pasal 1. Definisi... 5 Pasal 2. Struktur Perjanjian... 8 Pasal 3. Lingkup Perjanjian...

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI DAFTAR ISI Bab I Ketentuan Umum... 6 Pasal 1. Definisi... 6 Pasal 2. Struktur Perjanjian... 12 Pasal 3. Lingkup Perjanjian...

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI

PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI LAMPIRAN 3 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN IFORMATIKA NOMOR : /Per/M.KOMINF/02/2006 TANGGAL : Pebruari 2006 PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI 1. KETENTUAN UMUM... 1

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : /DIRJEN/ 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : /DIRJEN/ 2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : /DIRJEN/ 2007 TENTANG TATA CARA EVALUASI USULAN JENIS LAYANAN SEWA JARINGAN DAN BESARAN TARIF SEWA JARINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) REFERENCE INTERCONNECT OFFER (RIO) TELKOMSEL

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) REFERENCE INTERCONNECT OFFER (RIO) TELKOMSEL Lampiran II : Keputusan Direktur Jenderal Pos & Telekomunikasi Nomor : 205 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) Milik Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI 1. Area Pelayanan adalah suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagai satu kesatuan pelayanan di

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. A H... 1 2. I P... 3 3. Q Z... 7 Dokumen Pendukung E : Definisi Dan Interpretasi Hal ii

Lebih terperinci

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 04 Tahun 2001 tentang Fundamental Technical Plan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 43/PER/M. KOMINFO/12/2007;

Lebih terperinci

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi;

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi; 7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 3/P./M.Kominfo/5/2005 tentang Penyesuaian Kata Sebutan pada Beberapa Keputusan/ Peraturan Menteri Perhubungan yang Mengatur Materi Muatan Khusus di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 116/DIRJEN/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 116/DIRJEN/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 116/DIRJEN/2007 TENTANG TATA CARA EVALUASI USULAN JENIS LAYANAN SEWA JARINGAN DAN BESARAN TARIF SEWA JARINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ATURAN POKOK AKSES KE FASILITAS PENTING INTERKONEKSI

ATURAN POKOK AKSES KE FASILITAS PENTING INTERKONEKSI LAMPIRAN 4 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN IFORMATIKA NOMOR : /Per/M.KOMINF/02/2006 TANGGAL : Pebruari 2006 ATURAN POKOK AKSES KE FASILITAS PENTING INTERKONEKSI DAFTAR ISI 1. KETENTUAN UMUM... 1 2. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR :12/Per/M.KOMINFO/02/2006 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF PERUBAHAN JASA TELEPONI DASAR JARINGAN BERGERAK SELULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 73/ DIRJEN/ 2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 73/ DIRJEN/ 2006 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 73/ DIRJEN/ 2006 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI DENGAN PENDAPATAN USAHA (OPERATING REVENUE) 25% ATAU LEBIH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Sanksi Administratif. Denda. Penyelenggara Telekomunikasi. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank (berikut semua lampiran, dan/atau perubahannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN TETAP LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1388, 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan Jelajah. Roaming. Internasional. Jaringan Bergerak Seluler.

BERITA NEGARA. No.1388, 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan Jelajah. Roaming. Internasional. Jaringan Bergerak Seluler. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1388, 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan Jelajah. Roaming. Internasional. Jaringan Bergerak Seluler. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK

Lebih terperinci

KETENTUAN BERLANGGANAN

KETENTUAN BERLANGGANAN KETENTUAN BERLANGGANAN Pasal 1 Definisi 1. Ketentuan Berlangganan adalah ketentuan yang wajib dipatuhi baik oleh Mitra maupun D&K sehubungan dengan pelayanan PEMBUKAAN AKSES ONLINE PAYMENT POINT berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG DISALURKAN MELALUI JARINGAN BERGERAK SELULAR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 43/P/M.KOMINFO/12/ 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 43/P/M.KOMINFO/12/ 2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 43/P/M.KOMINFO/12/ 2007 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM.4 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN RENCANA DASAR TEKNIS NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENTARIFAN JASA MULTIMEDIA DAN JASA NILAI TAMBAH TELEKOMUNIKASI DALAM KERANGKA MEKANISME PASAR DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang a. Bahwa untuk mendukung kebutuhan regulator dalam pelaksanaan fungsi perencanaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERKONEKSI

TATA CARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERKONEKSI LAMPIRAN 5 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN IFORMATIKA NOMOR : /Per/M.KOMINF/02/2006 TANGGAL : Pebruari 2006 TATA CARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERKONEKSI BAB I KETENTUAN UMUM... 1 BAB II KETENTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, Konsultasi Publik RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN LAYANAN APLIKASI DAN/ATAU KONTEN MELALUI INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi

Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi No. Saran dan masukan I. ATSI pada rapat tanggal 8 Desember 2005 berpendapat bahwa lebih baik pada konsep RPM Interkoneksi hasil pembahasan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 210, 2015 KEMENKOMINFO. Jasa Penyediaan Konten. Jaringan Bergerak Seluler. Jaringan Tetap Lokal. Tanpa kabel. Mobilitas Terbatas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI - 1 - KONSULTASI PUBLIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 06 / P/ M. Kominfo / 5 / 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 06 / P/ M. Kominfo / 5 / 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 06 / P/ M. Kominfo / 5 / 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM.4 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN RENCANA DASAR TEKNIS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy

PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI 1 Perekaman Informasi Tagihan... 3 2 Proses Kliring Interkoneksi... 4 3 Pertukaran Informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 04 /PER/M.KOMINFO/01/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 04 /PER/M.KOMINFO/01/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 04 /PER/M.KOMINFO/01/2006 TENTANG TATACARA LELANG PITA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO 2,1 GHz UNTUK PENYELENGGARAAN JARINGAN BERGERAK SELULAR IMT-2000 DENGAN

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI 1 Perekaman Informasi Tagihan... 3 2 Proses Kliring Interkoneksi... 4 3 Pertukaran Informasi

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA ANTARA CV. WADITRA REKA CIPTA DENGAN HERO YUDO MARTONO TENTANG PEMBUATAN APLIKASI INTEROPERABILITAS INTER-DEPARTEMEN

SURAT PERJANJIAN KERJA ANTARA CV. WADITRA REKA CIPTA DENGAN HERO YUDO MARTONO TENTANG PEMBUATAN APLIKASI INTEROPERABILITAS INTER-DEPARTEMEN SURAT PERJANJIAN KERJA ANTARA CV. WADITRA REKA CIPTA DENGAN HERO YUDO MARTONO TENTANG PEMBUATAN APLIKASI INTEROPERABILITAS INTER-DEPARTEMEN Nomor: Pada hari Kamis, tanggal Satu bulan April tahun Dua Ribu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN TETAP SAMBUNGAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT PRODUK, DAN TANDA KESESUAIAN Nomor :.../PL/SDPPI/2016

PERJANJIAN PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT PRODUK, DAN TANDA KESESUAIAN Nomor :.../PL/SDPPI/2016 FR-08/A1 PERJANJIAN PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT PRODUK, DAN TANDA KESESUAIAN Nomor :.../PL/SDPPI/2016 Pada hari ini..., tanggal... bulan... tahun..., kami yang bertanda tangan di bawah ini: I. Nama

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01 /PER/M. KOMINFO/01/2009 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01 /PER/M. KOMINFO/01/2009 TENTANG MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01 /PER/M. KOMINFO/01/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA PESAN PREMIUM DAN PENGIRIMAN JASA PESAN

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 20155 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan

Lebih terperinci

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI 1. Area Pelayanan adalah suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagai satu kesatuan pelayanan di

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. ***

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. *** PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. *** Perjanjian Sewa Menyewa Rumah ini ( Perjanjian ) dibuat pada tanggal [*] oleh dan antara: I. PT XYZ, suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN BAGI PENYELENGGARA JARINGAN SATELIT BERGERAK DAN PENYELENGGARA JASA TELEPONI DASAR MELALUI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/PER/ M.KOMINFO/04/ 2007 TENTANG PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2001 T E N T A N G PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2001 T E N T A N G PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2001 T E N T A N G PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA AKSES INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LAYANAN JELAJAH (ROAMING) INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAFTAR ISI 1. Daftar Layanan Interkoneksi Gabungan... 3 2. Daftar Layanan Interkoneksi Penyelenggara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2016, No Service Obligation sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Menteri yang baru; c. bahwa d

2016, No Service Obligation sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Menteri yang baru; c. bahwa d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1444, 2016 KEMENKOMINFO. PNBP. Pelayanan Universal. Tarif. Juklak. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk

LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM Untuk IKUT SERTA DALAM LELANG DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN. Perjanjian Konsorsium untuk Pelaksanaan Pekerjaan 18 ( PERJANJIAN KONSORSIUM ) ini dibuat dan ditandatangani pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 / PER / M.KOMINFO / 04 / 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 / PER / M.KOMINFO / 04 / 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 / PER / M.KOMINFO / 04 / 2007 TENTANG PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A. PIAGAM DIREKSI Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. 1. Peraturan Perseroan No. 40/2007 A. LEGAL BASIS 2. Peraturan Pasar Modal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN TETAP SAMBUNGAN LANGSUNG JARAK JAUH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelengaraan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA SELEKSI PENGGUNA PITA FREKUENSI RADIO TAMBAHAN PADA PITA FREKUENSI RADIO 2.1 GHz UNTUK PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan Gubernur Jawa Barat KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 584.2/Kep. 1566-Diskop UMKM/2011 TENTANG PENUNJUKAN PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk SEBAGAI BANK PELAKSANA PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

OBSERVASI SINGKAT TERHADAP KASUS IM2

OBSERVASI SINGKAT TERHADAP KASUS IM2 OBSERVASI SINGKAT TERHADAP KASUS IM2 LATAR BELAKANG Proses Penyelidikan di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Surat panggilan pertama disampaikan oleh Kejakti Jabar pada tanggal 17 Oktober 2011 dan Dirut Indosat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, KONSULTASI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN PERUBAHAN DATA PERIZINAN, BIAYA IZIN, SISTEM STASIUN JARINGAN, DAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 14/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 14/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 14/PER/M.KOMINFO/04/2008 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK Sesuai Dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Trimegah Securities Tbk No. 51 tanggal 27 Mei 2015, yang dibuat dihadapan Fathiah

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci