Modul Pelatihan MODUL MP-2 I. DESKRIPSI SINGKAT



dokumen-dokumen yang mirip
Modul Pelatihan MODUL MI-8 I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

Evaluasi Program Pelatihan

Berkaitan dengan hal tersebut, maka disusun kurikulum pelatihan Monev Diklat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PENDAHULUAN. Manjilala

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 13 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

Pedoman Assesment Tanggap Darurat Bencana

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI

Kurikulum Pelatihan I. PENDAHULUAN. A. Dasar Pemikiran

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

MENGELOLA PROGRAM PELATIHAN

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

a. Visi Masyarakat Kabupaten Aceh jaya Tangguh Menghadapi Bencana Yang Didukung Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR INFORMASI PUBLIK TAHUN 2017 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR. Waktu Pembuatan. Informasi

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BUPATI BANDUNG BARAT

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PENGARUH PERSEPSI DAN KOMPETENSI EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF TENTANG BENCANA TERHADAP PERENCANAAN ANGGARAN BENCANA PADA APBD KOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB III MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA DENGAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAN SASARAN KINERJA

PENGANTAR LOKAKARYA MANAJEMEN KEDARURATAN DAN PERENCANAAN KONTINJENSI. Painan, 29 November 3 Desember 2005 BAKORNAS PBP KABUPATEN PESISIR SELATAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Setting Kasus. Kebijakan dan Manajemen Komunikasi Penanganan Bencana di Indonesia (Studi

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMBEKALAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Kali Dalam Jabfung Adminkes MODUL MATERI INTI. 6 AKREDITASI INSTITUSI DAN PROGRAM KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Powered by TCPDF (

Transkripsi:

Modul Pelatihan MODUL MP-2 RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN TANGGAP DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT R encana Tindak Lanjut (RTL) yang dilaksanakan menjelang akhir pelatihan dimaksudkan untuk memandu peserta untuk melekukan kegiatankegiatan yang perlu dilakukan setelah yang bersangkutan kembali ke tempat tugasnya masing masing. RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat berisi langkah-langkah yang perlu dilakuk sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan proses pelatihan (dikelas) dan merupakan konsekwensi logis bagi peserta

pelatihan sebagai petugas sanitasi yang telah mendapat proses peningkatan kapabilitasnya di bidang snitasi tanggap darurat. RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat ini merupakan gambaran secara garis besar tentang rencana implementasi tugas sebagai sanitarian pada saat tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya melalui beberapa tahapan diantaranya fase kesiapsiagaan, persiapan pelaksanaan. Degan demikian tujuan pelatihan akan dapat membawa dampak terhadap peningkatan upaya kesehatan di daerah asal peserta pelatihan khususnya pada saat terjadi tanggap darurat II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu menyusun kegiatan yang akan dilakukan setelah kembali di instansinya masing masing terkait dengan tugasnya sebagai petugas sanitasi meliputi fase kesiapsiagaan dan persiapan pelaksanaan sanitasi darurat pada perioda tanggap darurat di wilayah kerjanya. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat: 1. Menjelaskan pengertian & ruang lingkup RTL pasca pelatihan sanitasi tanggap darurat Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 2

2. Menjelaskan langkah langkah penyusunan RTL pasca pelatihan sanitasi tanggap darurat 3. Menyusun rencana kegiatan yang tertuang dalam format RTL pasca pelatihan sanitasi tanggap darurat III. POKOK BAHASAN 1. Pengertian dan Ruang Lingkup RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat 2. Langkah Penyusunan RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat 3. Penyusunan RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat IV. PROSES PEMBELAJARAN Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1 : Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator Kegiatan bina suasana dikelas a. Memperkenalkan diri Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 3

b. Menggali pendapat pembelajar (curah pendapat) tentang apa yang harus dilakukan setelah kembali ke instansinya masing masing terkait tugasnya sebagai petugas sanitasi khususnya jika terjadi keadaan tanggap darurat c. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang RTL pelatihan sanitasi tanggap darurat 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting Langkah 2: Pembahasan materi pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menyampaikan Pokok Bahasan 1 dan 2 tentang pengertian dari ruang lingkup rencana tindak lanjut, serta langkah-langkah penyusunan RTL Pasca Pelatihan Saitai Tanggap Darurat b. Memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta 2. Kegiatan Peserta a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 4

c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator Langkah 3: Penyusunan RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat 1. Kegiatan Fasilitator a. Meminta setiap individu menyusun RTL pasca pelatihan sanitasi tanggap darurat degan menggunakan panduan/ format yang telah disediakan b. Memberikan bimbingan pada proses penyusunan RTL individu 2. Kegiatan Peserta a. Menyiapkan diri untuk menyusun RTL pasca pelatihan sanitasi tanggap darurat b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada fasilitator. c. Menyusun RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat dega bantuan komputer untuk disajikan. Langkah 4: Presentasi dan pembahasan RTL yang telah disusun 1. Kegiatan Fasilitator a. Meminta beberapaa individu untuk mempresentasikan RTL yang telah disusun b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab) c. Memberikan masukan d. Merangkum hasil presentasi da tanggapan/ masukan kelas Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 5

2. Kegiatan Peserta a. Mengikuti proses penyajian kelas b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator c. Bersama fasilitator merangkum hasil presentasi RTL Pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat yang telah diususun oleh tiap individu Langkah 5: Rangkuman dan Evaluasi hasil belajar 1. Kegiatan Fasilitator a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 5 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing masing pertanyaan c. Bersama peserta merangkum hasil proses hasil pembelajaran 2. Kegiatan Peserta a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator. b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 6

V. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PELATIHAN SANITASI TANGGAP DARURAT Kegiatan diklat yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam hal pelaksanaan tugas. Proses diklat merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan. Suatu pelatihan yang baik prosesnya bukan hanya ketika pembelajaran di kelas belaka, melainkan harus dilanjutkan dengan implementasi di dunia kerja nyata asal peserta. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan setiap peserta (individu atau tim) menyusun kegiatankegiatan apa saja yang akan dilakukan setelah mereka kembali ke tempat tugas dalam rangka mengimplenetasikan kemampuan hasil diklat. Proses ini dikenal dengan istilah Rencana Tindak Lanjut (RTL), dengan demikian proses pembelajaran dalam suatu diklat itu sebenarnya tidak pernah berakhir hanya dengan upacara penutupan. Hal ini karena sebenarnya ketika diklat ditutup, saat itulah peserta memulai babak baru untuk pembelajaran penerapan di tempat tugas (dunia nyata) yang ia hadapi sehari-hari. Demikian juga bagi penyelenggara diklat, upacara penutupan merupakan batas nyata suatu pelatihan yang perlu dipertanggung-jawabkan secara administratif belaka, sedangkan peningkatan kemampuan mantan peserta terhadap substansi materi dan dapat-tidaknya substansi materi untuk diaplikasikan Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 7

ditempat tugas merupakan tanggung jawab berikutnya. Hal ini biasanya dilakukan melalui evaluasi pasca pelatihan dengan agenda utama menilai pelaksanaan RTL dan sekaligus menilai seberapa jauh substansi materi diklat dapat diaplikasikan. RTL pada pelatihan sanitasi daerah tanggap darurat sangat mutlak diperlukan karena disamping sebagai kelanjutan proses pembelajaran juga mantan peserta sebagai petugas sanitasi sangat berkepentingan dengan RTL. Hal ini dikarenakan untuk dapat menerapkan kemampuan hasil pelatihan di dunia nyata hanya dapat diterapkan manakala telah terjadi suasana tanggap darurat sebagai akibat bencana. Dengan demikian RTL pasca Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat ini merupakan gambaran secara garis besar tentang rencana implementasi tugas sebagai sanitarian pada saat tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya melalui beberapa tahapan diantaranya fase kesiapsiagaan, persiapan pelaksanaan. Degan demikian tujuan pelatihan akan dapat membawa dampak terhadap peningkatan upaya kesehatan di daerah asal peserta pelatihan khususnya pada saat terjadi tanggap darurat Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 8

POKOK BAHASAN II LANGKAH PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT PASCA PELATIHAN SANITASI TANGGAP DARURAT Langkah penyusunan RTL dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melapor kepada pimpinan Melaporkan bahwa pelatihan yang ditugaskan kepadanya telah selesai, secara garis besar menguraikan kemampuan yang telah didapatkan dari hasil pelatihan dan mengutarakan rencana yang akan dilakukan disertai dengan dokumen RTL yang telah disusun serta mohon arahan/ kebijakan pimpinan. Hal ini harus dilakukan karena dukungan riil dari pimpinan untuk mengaplikasikan RTL sangat diperlukan. 2. Diseminasi informasi tentang substansi pelatihan dan RTL Kegiatan ini dilakukan kepada warga organisasi baik secara horizontal maupun diagonal agar mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada tahap ini sebaiknya dilakukan analisis sumber daya/ potensi dan kendala yang dijumpai yang dimiliki organisasi sekaitan dengan jika RTL diaplikasikan. 3. Pengembangan Tim koordinasi lintas program dan lintas sektoral dalam rangka tahapan kesiap-siagaan Kegiatan ini dilakukan di tingkat kabupaten pada instansi dan lembaga-lembaga pemerintah maupun LSM dan pihak swasta yang selama ini sudah terlibat dalam penanggulangan bencana khususnya pada fase tanggap darurat. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 9

4. Gerakan kesiap-siagaan sanitasi pada daerah tanggap darurat Tahap ini tim mulai mengidentifikasi tentang hal-hal sebagai berikut: a. Identifikasi jenis bencana yang sering atau diprediksi akan terjadi : Gunung meletus, gempa bumi, banjir, kerusuhan massal dll yang kesemuanya mengakibatkan pengungsian massal yang pada fase tanggap darurat membutuhkan sanitasi. b. Identifikasi faktor risiko kesehatan yang berhubungan dengan jenis bencana khususnya yang berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan yang membutuhkan upaya sanitasi darurat. c. Menyusun protap/ panduan upaya sanitasi darurat sesuai dengan faktor risiko yang diakibatkan oleh jenis bencana yang sudah diprediksi. d. Identifikasi sumberdaya yang dibutuhkan sehubungan dengan upaya sanitasi darurat diantaranya, tenaga (teknis & non teknis), bahan dan alat kerja serta penentuan lokasi yang terbaik. e. Pengadaan bahan dan alat kerja yang berasal dari berbagai sumber (pemerintah dan swasta) f. Pelatihan keterampilan sesuai kebutuhan dalam upaya sanitasi darurat (sesuai karakteristik bencana) dalam rang menekan faktor risiko sebagai dampak ikutan pada masyarakat pengungsian. g. Penyiapan base camp sebagai pusat penyimpanan bahan dan alat kerja yang siap pakai. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 10

POKOK BAHASAN III PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT Struktur dalam penyusunan Rencana Tindak Lanjut menggunakan matrik sebagai berikut: NO KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN METODA WAKTU dst. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 10

VI. REFERENSI Departemen Kesehatan RI (2006), Modul Pelatihan Desa Siaga, Pusdiklat SDM Kesehatan, Jakarta. Departemen Kesehatan RI (2005), Modul Pelatihan TPPK, Pusdiklat SDM Kesehatan, Jakarta. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 11