PERATURAN KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK NOMOR 5/PKPAP/2014 TENTANG TATA KERJA BANDING KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK NOMOR 1/PKPAP/2014 TENTANG TATA TERTIB RAPAT KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

PERATURAN KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK TENTANG

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak

BAB VII PERADILAN PAJAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESI NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BERITA NEGARA. No.1109, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Sengketa Pemilu. Penyelesaian. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA BERACARA BADAN KEHORMATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahu

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

No a. kebijakan pemberdayaan, pembinaan, dan pengawasan Akuntan Publik dan KAP; b. penyusunan standar akuntansi dan SPAP; dan c. hal lain yang

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Untuk itu, dalam rangka menjaga kepercayaan publik terhadap kualitas informasi keuangan, Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan harus menj

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168 /PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracar

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK Undang-Undang No. 17 Tahun 1997 tanggal 23 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK NOMOR 5/PKPAP/2014 TENTANG TATA KERJA BANDING KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK, Menimbang Mengingat : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) huruf b dan Pasal 19 ayat (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2012 tentang Komite Profesi Akuntan Publik perlu menetapkan Peraturan Komite Profesi Akuntan Publik tentang Tata Kerja Banding Komite Profesi Akuntan Publik; : a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251); b. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2012 tentang Komite Profesi Akuntan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5352); Menetapkan MEMUTUSKAN : PERATURAN KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK TENTANG TATA KERJA BANDING KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komite ini, yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya disebut Komite adalah komite yang bersifat independen yang dibentuk oleh Menteri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

- 2-2. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. 3. Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. 4. Banding adalah keberatan dari Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang diajukan kepada Komite atas hasil pemeriksaan dan pengenaan sanksi administratif yang ditetapkan oleh Menteri. 5. Persidangan adalah sidang-sidang yang dilakukan oleh Komite untuk memeriksa, membahas, dan memutuskan permohonan Banding yang diajukan kepada Komite. 6. Ketua Sidang adalah ketua, wakil ketua atau anggota Komite yang ditunjuk melalui rapat Komite untuk memimpin Sidang Banding. 7. Para Pihak adalah pemohon Banding, Menteri dan/atau pegawai atau pejabat di Kementerian Keuangan yang melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik. 8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. BAB II TATA CARA PENGAJUAN BANDING Pasal 2 (1) Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP dapat mengajukan Banding kepada Komite atas hasil pemeriksaan dan sanksi administratif yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Dalam hal pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Akuntan Publik, permohonan pengajuan Banding harus dilakukan secara tertulis dengan melengkapi dokumen sebagai berikut: a. surat permohonan pengajuan Banding yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan ditandatangani oleh Akuntan Publik sesuai dengan formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Komite ini; dan b. bukti pendukung yang relevan dengan materi permohonan pengajuan Banding.

- 3 - (3) Dalam hal pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh KAP dan/atau Cabang KAP, permohonan pengajuan Banding harus dilakukan secara tertulis dengan melengkapi dokumen sebagai berikut: a. surat permohonan pengajuan Banding yang ditulis dalam bahasa Indonesia, ditandatangani oleh Pemimpin KAP atau Cabang KAP, dan dicap stempel KAP atau Cabang KAP sesuai dengan formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Komite ini; dan b. bukti pendukung yang relevan dengan materi permohonan pengajuan Banding. (4) Dalam hal dokumen permohonan pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dinyatakan belum lengkap, Komite menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon Banding paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan pengajuan Banding diterima. (5) Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP mengajukan permohonan pengajuan Banding kepada Komite paling lama 2 (dua) bulan sejak sanksi administratif ditetapkan oleh Menteri. (6) Permohonan pengajuan Banding oleh Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang diajukan melebihi batas waktu 2 (dua) bulan sejak sanksi administatif ditetapkan Menteri, tidak dapat diproses oleh Komite. Pasal 3 Berdasarkan permohonan pengajuan Banding sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, Komite melakukan hal-hal sebagai berikut: a. meminta tanggapan kepada Menteri c.q. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai; b. melaksanakan Sidang Banding; c. menetapkan keputusan Banding; dan d. menyampaikan keputusan Banding kepada Menteri dan pemohon Banding. Pasal 4 (1) Permintaan tanggapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilakukan melalui surat yang ditandatangani oleh ketua atau wakil ketua Komite paling lama 5 (lima) hari kerja sejak dokumen permohonan pengajuan Banding diterima lengkap.

- 4 - (2) Surat permintaan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan permintaan dokumen berupa: a. salinan/fotocopy sah laporan hasil pemeriksaan dan surat penetapan pengenaan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP yang bersangkutan; b. informasi mengenai latar belakang pengenaan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP yang bersangkutan; dan/atau c. dokumen lain yang mendukung laporan hasil pemeriksaan dan/atau pengenaan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP yang bersangkutan. Pasal 5 (1) Komite meminta Sekretariat untuk menyiapkan telaahan atas pengajuan Banding Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP berdasarkan dokumen pengajuan Banding Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan dokumen tanggapan atas pengajuan Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Telaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada anggota Komite paling lama 3 (tiga) hari kerja sebelum Sidang Banding dilaksanakan, disertai dengan: a. salinan/fotocopy dokumen pengajuan permohonan Banding yang disampaikan oleh Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP; b. dokumen tanggapan atas pengajuan Banding yang disampaikan oleh Menteri c.q. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai; dan/atau c. bahan-bahan atau dokumen lain yang terkait dengan pengajuan Banding tersebut. (3) Komite menunjuk 3 (tiga) orang anggota Komite untuk menangani permohonan Banding. (4) Komite menyelenggarakan Sidang Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen permohonan pengajuan Banding diterima secara lengkap oleh Komite. (5) Apabila diperlukan, Komite dapat menyelenggarakan Sidang Banding lebih dari satu kali dan jadwal sidang ditentukan oleh Komite. (6) Apabila diperlukan, Komite dapat meminta keterangan/penjelasan baik secara lisan maupun tulisan dari Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP yang

- 5 - mengajukan Banding, Menteri c.q. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, dan pihak-pihak lain yang relevan. BAB III TATA CARA PERSIDANGAN Pasal 6 (1) Sidang Banding harus dihadiri paling sedikit oleh 7 (tujuh) orang anggota Komite. (2) Sidang Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Ketua Sidang yang dipilih dari 3 (tiga) orang anggota Komite yang menangani permohonan Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3). (3) Sidang Banding dilaksanakan pada hari yang ditentukan dalam surat panggilan. (4) Para Pihak, saksi dan/atau ahli yang hadir untuk mengikuti persidangan wajib mengisi daftar hadir yang disediakan oleh Sekretariat Komite. (5) Ketua Sidang wajib menjaga supaya tata tertib dalam persidangan tetap ditaati setiap orang dan segala perintahnya dilaksanakan dengan baik. Pasal 7 (1) Sidang Banding dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. (2) Ketua Sidang membuka sidang dengan mengetukkan palu dan menyatakan tertutup untuk umum. (3) Setelah sidang dibuka, Ketua Sidang mempersilakan Para Pihak, saksi dan/atau ahli untuk memperkenalkan diri. (4) Setelah Para Pihak, saksi dan/atau ahli memperkenalkan diri, Ketua Sidang menjelaskan agenda persidangan. Pasal 8 (1) Pemeriksaan atas permohonan Banding dimulai dengan Para Pihak menjelaskan mengenai pokok isi permohonan Banding dan tanggapan atas permohonan Banding disertai dengan bukti-bukti yang mendukung. (2) Anggota Komite yang menghadiri Sidang Banding memeriksa bukti-bukti yang diajukan oleh Para Pihak. (3) Dalam hal Para Pihak tidak menghadiri Sidang Banding, Sidang Banding tetap dilanjutkan.

- 6 - Pasal 9 Bukti-bukti yang dapat digunakan dalam Sidang Banding berupa: a. dokumen; b. keterangan ahli; c. keterangan saksi; dan/atau d. pengakuan Para Pihak. Pasal 10 (1) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a adalah surat tertulis, tercetak maupun terekam secara elektronik, rekaman suara atau gambar di film, yang dapat dijadikan bukti keterangan. (2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. laporan hasil pemeriksaan terhadap Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP; b. surat pengenaan sanksi terhadap Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP; c. kertas kerja pemeriksaan tim pemeriksa Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai; d. laporan auditor independen; dan e. kertas kerja auditor. Pasal 11 (1) Keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam Sidang Banding tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya. (2) Atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak atau karena jabatannya, Ketua Sidang dapat menunjuk seseorang atau beberapa orang ahli. (3) Seorang ahli dalam persidangan harus memberi keterangan baik dengan lisan dan/atau tulisan, yang dikuatkan dengan sumpah atau janji menurut kebenaran sepanjang pengetahuannya yang sebaik-baiknya. Pasal 12 (1) Atas permintaan salah satu pihak, atau karena jabatannya, Ketua Sidang dapat menghadirkan saksi untuk didengar dalam persidangan. (2) Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu berkenaan dengan hal yang dialami, dilihat, atau didengar oleh saksi sendiri.

- 7 - (3) Sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaannya. Pasal 13 Yang tidak boleh didengar sebagai saksi adalah: a. keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat kedua dari Para Pihak; b. isteri atau suami dari Para Pihak meskipun sudah bercerai; c. seseorang yang belum berusia tujuh belas tahun; atau d. orang sakit ingatan. Pasal 14 (1) Pengakuan Para Pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d adalah keterangan lisan dan/atau tertulis dari pemohon Banding dan/atau pegawai atau pejabat di Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai. (2) Pengakuan Para Pihak tidak dapat ditarik kembali, kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh anggota Komite dalam Sidang Banding. BAB IV KEPUTUSAN SIDANG BANDING Pasal 15 (1) Dalam hal pemeriksaan bukti-bukti sudah selesai atau sudah dianggap cukup, anggota Komite melakukan rapat pleno untuk mengambil keputusan. (2) Pelaksanaan rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan Tata Tertib Rapat Komite Profesi Akuntan Publik. (3) Keputusan atas permohonan pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dan dibacakan oleh Ketua Sidang dalam Sidang Banding. (4) Sesaat setelah membacakan putusan, Ketua Sidang mengetukkan palu. (5) Dalam hal Ketua Sidang menunda sidang dan mencabut penundaan sidang, Ketua Sidang mengetukkan palu. (6) Ketua Sidang menutup sidang dengan mengetukkan palu. Pasal 16 (1) Keputusan atas permohonan pengajuan Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) ditetapkan paling lama 3 (tiga) bulan sejak pengajuan permohonan Banding diterima lengkap oleh Komite.

- 8 - (2) Keputusan Komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) berupa keputusan yang: a. menolak permohonan Banding dan menyatakan hasil pemeriksaan dan sanksi administratif yang ditetapkan oleh Menteri sudah tepat; b. menerima keseluruhan permohonan Banding dan menyatakan bahwa sanksi administratif yang ditetapkan oleh Menteri harus dibatalkan; atau c. menerima sebagian permohonan Banding dan menyatakan sanksi administratif yang telah ditetapkan oleh Menteri harus direvisi sesuai dengan keputusan Komite. (3) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) tersebut bersifat final dan mengikat bagi Para Pihak. (4) Para Pihak menindaklanjuti keputusan Komite atas Sidang Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) sebagaimana mestinya. (5) Keputusan Komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) diumumkan kepada masyarakat. BAB V TATA TERTIB SIDANG Pasal 17 (1) Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi yang menghadiri Sidang Banding wajib mengenakan pakaian rapi dan sopan. (2) Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi yang menghadiri Sidang Banding wajib bersikap tertib, tenang dan sopan. (3) Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi yang menghadiri Sidang Banding dilarang: a. membawa senjata dan/atau benda-benda lain yang dapat membahayakan atau mengganggu jalannya persidangan; b. membuat gaduh di dalam ruang sidang selama persidangan berlangsung; c. mengaktifkan alat komunikasi selama persidangan berlangsung; d. merusak dan/atau mengganggu fungsi sarana, prasarana, dan/atau perlengkapan persidangan lainnya; e. makan dan minum di ruang sidang selama persidangan berlangsung tanpa seizin Ketua Sidang; f. menghina Para Pihak lain; g. melakukan perbuatan atau tingkah laku yang dapat mengganggu persidangan; atau

- 9 - h. memberikan ungkapan atau pernyataan di dalam persidangan yang isinya berupa ancaman terhadap independensi anggota Komite dalam memutus permohonan Banding. Pasal 18 (1) Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi yang menghadiri sidang wajib menempati tempat duduk yang telah disediakan serta duduk tertib dan sopan selama persidangan. (2) Dalam hal Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi akan menyampaikan pendapat dan/atau tanggapannya, terlebih dahulu harus meminta dan/atau mendapat izin Ketua Sidang. (3) Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi dapat menyampaikan keterangannya setelah diberikan kesempatan oleh Ketua Sidang. (4) Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi dapat menyerahkan bukti-bukti lain dalam persidangan kepada Komite setelah mendapatkan izin dari Ketua Sidang. Pasal 19 Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi yang akan menggunakan fasilitas elektronik pribadi yang akan dihubungkan dengan fasilitas elektronik Komite memberitahukan kepada Sekretariat Komite sebelum persidangan dimulai. Pasal 20 (1) Dalam hal terjadi pelanggaran oleh Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi terhadap ketentuan Pasal 17, Pasal 18 atau Pasal 19 Ketua Sidang dapat menegur dan memberikan peringatan. (2) Setelah diperingatkan dengan patut terhadap terjadinya pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) namun tidak diindahkan, Ketua Sidang dapat memerintahkan untuk mengeluarkan Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi dari ruang sidang. Pasal 21 Para Pihak, Saksi Ahli dan Saksi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam Sidang Banding.

- 10 - BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang diperlukan dalam tata kerja Banding Komite yang belum diatur dalam Peraturan Komite ini ditentukan dan diputuskan dalam rapat anggota Komite. Pasal 23 Peraturan Komite ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal KETUA KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK, LANGGENG SUBUR