Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Citra Satelit IKONOS

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

PEMANFAATAN CITRA BERESOLUSI TINGGI UNTUK PEMETAAN SKALA BESAR STUDI KASUS KELURAHAN MANGKUPALAS KOTA SAMARINDA

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS)

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :

ANALISIS AKURASI CITRA QUICKBIRD UNTUK KEPERLUAN PETA DASAR PENDAFTARAN TANAH TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

TUGAS AKHIR RG141536

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Analisis Perbandingan Ketelitian Hasil Pengukuran GCP... (Safi i, et al.)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah

A.G. Ahmad. Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

ANALISIS KOREKSI GEOMETRIK MENGGUNAKAN METODE DIRECT GEOREFERENCING PADA CITRA SATELIT ALOS DAN FORMOSAT-2

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Subset citra QuickBird (uint16).

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK IDENTIFIKASI OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

III. BAHAN DAN METODE

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Satelit Landsat

PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

LAPORAN ASISTENSI MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH. Dosen : Lalu Muhammad Jaelani ST., MSc., PhD. Cherie Bhekti Pribadi ST., MT

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh ( Citra ASTER dan Ikonos ) Oleh : Bhian Rangga JR Prodi Geografi FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN METODE BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

KAJIAN AKURASI PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMETAAN BIDANG TANAH TESIS

TUGAS AKHIR RG141536

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

KULIAH ICD KE 4 PEMROSESAN DATA

Jurnal Geodesi Undip Juli 2014

EVALUASI AKURASI TEMATIK CITRA SATELIT QUICKBIRD DAN IKONOS UNTUK PENGADAAN PETA HABITAT TERUMBU KARANG SKALA BESAR

PERBANDINGAN RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN RADIOMETRIK SERTA KENDALANYA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No. 3 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Juli September 2010 Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m BAMBANG RUDIANTO Jurusan Teknik Geodesi FTSP Institut Teknologi Nasional, Bandung Email : rudianto@itenas.ac.id ABSTRAK Citra satelit akhir-akhir ini telah banyak digunakan sebagai data dasar untuk pembuatan peta skala besar. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan tinjau ulang sampai sejauh mana ketelitian geometrik peta citra Quickbird RS 0,68 meter dan peta citra Ikonos RS 1,0 meter terhadap kondisi sebenarnya di lapangan. Analisis ketelitian objek pada peta citra dilakukan secara komparatif dengan cara membandingkan data hasil pengukuran jarak sisi-sisi objek-objek di peta citra terhadap data jarak sisi-sisi objek-objek yang bersangkutan dari hasil pengukuran secara langsung di lapangan. Selain itu juga dibandingkan data hasil pengukuran posisi titik-titik sampel di peta citra terhadap data hasil pengukuran posisi titik-titik secara langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan peta skala besar menggunakan citra Quickbird RS 0,68 meter sebaiknya digunakan untuk skala maksimal 1 : 2.500 sedangkan untuk pembuatan peta skala besar menggunakan citra Ikonos RS 1,00 meter sebaiknya digunakan untuk skala maksimal 1 : 4.000. Kata Kunci: ketelitian, citra satelit Quickbird, citra satelit Ikonos, Resolusi Spasial. ABSTRACT Satellite imagery has been widely used recently for large scale mapping. This study aimed to review the geometric accuracy of Quickbird imagery map with RS 0.68 meter and Ikonos imagery map with RS 1.0 meters compared to the actual conditions in the field. The accuracy analysis was conducted by comparing the measured data of the length of objects on the image map with its length taken from field measurements. In addition, we also compared the coordinates of sample points on the image map with their coordinates obtanied from field measurments. The research results showed that the large-scale mapping using Quickbird imagery RS 0.68 meters should be used for a maximum scale 1: 2,500 while using Ikonos imagery RS 1.00 meter should be used to the maximum scale 1: 4,000. Keywords: accuracy, Quickbird satellite imagery, Ikonos satellite imagery, Spatial Resolution. Jurnal Rekayasa 156

Bambang Rudianto 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi citra satelit saat ini dari segi geometrik semakin membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari resolusi spasial (RS) yang melekat pada suatu citra satelit. Resolusi spasial adalah ukuran objek terkecil yang masih dapat disajikan/dibedakan dan dikenali pada citra. Resolusi spasial mencerminkan seberapa rinci suatu sensor yang dipasang pada satelit dapat merekam suatu objek di permukaan bumi secara terpisah. Semakin besar nilai resolusi spasial yang dimiliki oleh suatu citra satelit, maka informasi objek yang ditampilkan akan terlihat semakin rinci. Kerincian informasi atas suatu objek yang divisualisasikan pada citra akan memudahkan operator dalam melakukan proses identifikasi suatu objek secara detail. Hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan penggunaan produk citra satelit banyak dimanfaatkan untuk pembuatan peta skala besar. Citra Ikonos dan Quickbird adalah salah satu contoh citra satelit resolusi tinggi yang akhir-akhir ini banyak digunakan untuk pemetaan skala besar. Citra Ikonos dan citra Quickbird masing-masing merupakan produk hasil peliputan dari satelit pengindera Ikonos dan Quickbird. Spesifikasi satelit Ikonos dan Quickbird seperti yang ditampilkan pada Tabel 1 berikut. Tanggal peluncuran Tabel 1. Spesifikasi Satelit Ikonos dan Quickbird Data Teknis Satelit IKONOS Satelit QUICKBIRD 24 September 1999 di Vabdeberg 18 Oktober 201 di Vabdeberg Air Air Force Base, California, USA Force Base, California, USA Data orbit : - Orbit - Ketinggian - Kecepatan pada orbit - Kecepatan di atas bumi - Waktu orbit mengelilingi bumi Resolusi Spasial: - Resolusi pada nadir - Resolusi 26 o off-nadir Resolusi Temporal : Resolusi Spektral 98,1 o, sun synchronous 681 km 7,5 km/detik 6,8 km/detik 98 menit 0,82 m Pankromatik ; 3,2 m MS 1,0 m Pankromatik ; 4,0 MS 3 hari pada lintang 40 o Pankromatik : 0,45 0,90 µm Band 1 (blue) : 0,45 0,53 µm Band 2 (green) : 0,52 0,61 µm Band 3 (red) : 0,64 0,72 µm Band 4 (VNIR : 0,77 0,88 µm 97,2 o, sun synchronous 450 km 7,1 km/detik 6,8 km/detik 93,5 menit 0,61 m Pankromatik ; 2,44 m MS 0,72 m Pankromatik ; 2,88 m MS 1 s/d 3,5 hari pada lintang 30 o Pankromatik : 0,45 0,90 µm Band 1 (blue) : 0,45 0,52 µm Band 2 (green) : 0,52 0,60 µm Band 3 (red) : 0,63 0,69 µm Band 4 (VNIR) : 0,76 0,90 µm Luas liputan (scane) (11,3 x 11,3) km pada nadir (16,5 x 16,5) km pada nadir Kebutuhan peta skala besar dengan ketelitian yang memadai sangat diperlukan untuk berbagai aplikasi. Penggunaan citra Ikonos dan Quickbird sebagai data dasar dalam pemetaan skala besar sudah banyak digunakan. Hal tersebut disebabkan pembuatan peta menggunakan data dasar citra ditinjau dari segi pemrosesannya, waktu, dan biaya dinilai lebih mudah, cepat, dan murah. Namun sangat disayangkan sebagian besar pengolahan citra resolusi tinggi untuk pembuatan peta skala besar belum didasarkan pada kajian ilmiah yang mengungkapkan sampai seberapa jauh ketelitian geometrik peta terhadap kondisi sebenarnya di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap hal tersebut sehingga hasil akhir yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan secara akademis, sehingga pemetaan skala besar menggunakan data dasar citra sesuai dengan kebutuhan sebagaimana mestinya. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan tinjau ulang sampai sejauh mana ketelitian geometrik peta citra Quickbird RS 0,68 meter dan peta citra Ikonos RS 1,0 meter terhadap kondisi sebenarnya di lapangan. Jurnal Rekayasa 157

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m 2. METODOLOGI Analisis ketelitian objek pada peta didasarkan atas studi komparatif antara hasil pengukuran sampel objek-objek yang ada pada muka peta citra hasil proses ortorektifikasi terhadap hasil pengukuran objek secara langsung di lapangan (permukaan bumi). Besaran-besaran yang diukur berupa jarak dan koordinat dari suatu objek, dimana keberadaan objek tersebut di lapangan secara fisik memang ada dan di muka peta dapat diidentifikasi secara meyakinkan. Sebagai contoh, jenis-jenis objek yang diukur jaraknya antara lain berupa: lebar jalan beraspal/beton, panjang marka jalan, panjang jembatan, panjang lapangan tenis, panjang proyeksi dari atap suatu bangunan, lebar jalan kereta api, dan lainlain. Sedangkan jenis-jenis objek yang diukur koordinatnya, antara lain berupa: titik perpotongan tegalan sawah, titik proyeksi ujung atap bangunan, titik persimpangan jalan, titik pojok garis-garis pada lapangan tenis, dan lain-lain. Jumlah sampel yang diamati, masing-masing di atas 30 sampel yang sebarannya terdistribusi mewakili seluruh muka peta. Garis besar alur metodologi pelaksanaan penelitian digambarkan melalui diagram pada Gambar 1 berikut. Citra Quickbird (QB) hasil fusi : - QB Pankromatik RS : 0,68 m - QB Multi Spektral RS : 2,44 m - Citra Ikonos (IK) hasil fusi : - IK Pankromatik RS : 1,0 m - IK Multi Spektral RS : 4,0 m - DEM (Digital Elevation Model) sebaran titik kontrol : 9 titik Proses Ortorektifikasi Citra Metode : Rational Function Peta Citra Quickbird (hasil ortorektifikasi) Peta Citra Ikonos (hasil ortorektifikasi) Pengukuran Objek di layar monitor Pengukuran Objek di layar monitor Data Pembanding hasil pengukuran objek secara langsung di lapangan Analisi Ketelitian Objek Gambar ar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian Jurnal Rekayasa 158

Bambang Rudianto 2.1 Data dan lokasi penelitian Data yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini, yaitu: a) Citra satelit Quickbird: Pankromatik RS 0,68 meter dan Multispektrl RS 2,4 meter, hasil peliputan tanggal 13 Juni 2007 b) Citra satelit Ikonos: Pankromatik RS 1,0 meter dan Multispektrl RS 4,0 meter, hasil peliputan tahun 2005 c) DEM (Digital Elevation Model), diturunkan dari peta foto skala 1 : 10.000. d) Data koordinat dan deskripsi titik kontrol tanah (Ground Control Point/GCP), hasil survei menggunakan GPS geodetik metode defferensial statik dengan geometrik radial. e) Data koordinat dan deskripsi objek-objek sampel hasil pengukuran di peta citra dan di lapangan. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang terletak pada posisi antara 6 o 49 s/d 6 o 53 Lintang Selatan dan 107 o 28 s/d 107 o 32 Bujur Timur, luas wilayah penelitian ± 2500 hektar. Kondisi topografis lokasi penelitian bervariatif terdiri dari cekungan-cekungan dan berbukit-bukit. Visualisai lokasi penelitian ditunjukkan oleh arah panah pada gambar berikut 2 berikut. 2.2 Prosedur Kerja Gambar 2. Skestsa Visualisasi Lokasi Penelitian 2.2.1 Perbaikan Kualitas Citra Fusi citra merupakan proses penggabungan dua data citra (pankromatik dan multispektral) dengan tanggal perekaman yang sama untuk memperoleh citra berwarna dengan resolusi spasial yang sama dengan kanal pankromatiknya. Tujuan dari fusi citra adalah penajaman citra, meningkatkan ketelitian registrasi citra, klasifikasi dan menutupi informasi yang hilang. Pada umumnya band multispektral memiliki resolusi lebih rendah dari saluran pankromatiknya. Fusi citra pada penelitian ini dilakukan pada dua citra yaitu: pada citra Quickbird pankromatik dengan resolusi spasial 0,68 meter dan multispektral dengan resolusi spasial 2,4 meter dan pada citra Ikonos pankromatik dengan resolusi spasial 1 meter dan multispektral dengan resolusi spasial 4 meter. Hasil fusi dari kedua citra tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4 berikut. Jurnal Rekayasa 159

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m Gambar 3. Citra Quickbird Hasil Fusi Gambar 4. Citra Ikonos Hasil Fusi 2.2.2 Proses Ortorektifikasi Ortorektifikasi merupakan proses memposisikan kembali objek-objek pada citra sesuai dengan keadaan sebenarnya di muka bumi. Pada penelitian ini, proses ortorektifikasi dilakukan menggunakan metode Rational Function (RF). Pelaksanaan ortorektifikasi dengan metode RF memerlukan sejumlah titik-titik kontrol tanah untuk koreksi geometrik citra dan data DEM sebagai acuan tinggi. Pada penelitian ini, digunakan 9 titik kontrol tanah dengan sebarannya pada citra seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 berikut. Jurnal Rekayasa 160

Bambang Rudianto 1 2 3 4 5 6 titik kontrol tanah 7 8 9 Gambar 5. Distribusi Titik Kontrol Tanah di Citra Hasil hitungan koreksi geometrik pada citra Ikonos dan Quickbird, masing-masing menghasilkan nilai RMSE (Root Mean Square Error) sebesar 0, 43 meter dan 0,18 meter. Bila ditetapkan harga toleransi RMSE! 0,5 kali RS citra, maka untuk citra Ikonos dengan RS 1,0 dan citra Quickbird dengan RS 0,68, nilai RMSE masing-masing sebesar 0,43 dan 0,18 memenuhi toleransi yang diisyaratkan. Proses ortorektifikasi menghasilkan masing-masing sebuah peta citra Ikonos dan peta citra Quickbird. 2.2.3 Pengukuran Objek Sampel Pengukuran objek sampel dilakukan pada objek-objek yang telah dipilih pada peta citra. Pengukuran objek di peta citra dilakukan secara digital pada layar monitor, selanjutnya terhadap objek tersebut dilakukan pengukuran secara langsung di lapangan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi keberadaannya di permukaan bumi untuk memastikan apakah objek tersebut memang sudah sesuai. Besaran-besaran yang diukur berupa jarak-jarak sisi dari suatu bidang dan posisi (koordinat) titik sampel. Pengukuran terhadap jarak-jarak sisi dan posisi titik di lapangan dilakukan secara langsung menggunakan alat ukur Electronic Total Station (ETS). Pengukuran jarak dan koordinat di layar monitor dilakukan dengan mengamati objek-objek yang teridentifikasi dengan perbesaran (zooming) pada layar monitor 6 kali. Gambar berikut menampilkan beberapa contoh pengamatan jarak dan koordinat objek-objek di layar monitor. (c) sisi proyeksi atap bangunan (a) sisi petak sawah (b) sisi jembatan tol Gambar 6. Pengamatan Jarak Sisi Suatu Objek di Monitor Jurnal Rekayasa 161

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m (a) Perpotongan petak sawah (b) Titik ujung jembatan (c) Pojok proyeksi atap bangunan Gambar 7. Pengamatan Posisi Titik di Monitor Selanjutnya hasil pengukuran jarak-jarak sisi dan posisi titik hasil pengukuran lapangan, jarak, dan posisinya pada peta citra ditentukan kembali secara digital melalui pengamatan di layar monitor menggunakan perangkat lunak Autodesk Land Dekstop. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Peta citra yang digunakan sebagai media kajian ketelitian objek adalah peta citra Ikonos dan peta citra Quickbird hasil proses ortorektifikasi. Pelaksanaan proses ortorektifikasi dilakukan menggunakan metode Rational Function (RF) dengan melibatkan 9 buah titik kontrol yang tersebar secara merata pada muka citra dan data DEM sebagai acuan tinggi. Peta citra yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang berlaku secara umum, dimana nilai Root Mean Square Error (RMSE)! 0,5 kali RS yang dimiliki oleh citra. Berdasarkan hasil pengolahan yang telah dilakukan, untuk peta citra Ikonos dan peta citra Quickbird masing-masing diperoleh nilai RMSE sebesar 0,43 meter dan 0,18 meter. Nilai RMSE tersebut memenuhi toleransi seperti yang diisyaratkan. Dengan demikian peta citra yang dihasilkan dari proses ortorektifikasi tersebut secara geometrik memenuhi syarat sehingga dapat dipergunakan sebagai media pengukuran selanjutnya. Analisis ketelitian objek pada peta citra dilakukan secara komparatif dengan cara membandingkan data hasil pengukuran jarak sisi-sisi objek-objek di peta citra terhadap data jarak sisi-sisi objek-objek yang bersangkutan dari hasil pengukuran secara langsung di lapangan. Selain itu juga dibandingkan data hasil pengukuran posisi titik-titik sampel di peta citra terhadap data hasil pengukuran posisi titiktitik secara langsung di lapangan. Berikut adalah data perbandingan hasil pengukuran jarak sisi objekobjek pada peta citra dan data hasil pengukuran jarak di lapangan. Tabel 2. Rekapitulasi data selisih ukuran rata-rata jarak di peta dan di lapangan No. Jenis Peta Jumlah Sampel Jarak Selisih rata-rata Jarak (m) Simpangan Baku (m) 1 Peta Citra Ikonos 76 0,816 ± 0,457 2 Peta Citra Quickbird 124 0,528 ± 0,359 Tabel 2 menunjukkan bahwa selisih rata-rata hasil pengukuran jarak sisi objek-objek pada peta citra Ikonos dan hasil pengukuran lapangan yang dilakukan terhadap 76 sampel adalah sebesar 0,816 meter dengan simpangan baku ± 0,457 meter, sedangkan untuk peta citra Quickbird sebesar 0,528 meter dengan simpangan baku ± 0,359 terhadap 124 sampel. Adanya perbedaan jumlah sampel yang dapat diambil antara peta citra Ikonos dan Quickbird disebabkan karena resolusi spasial yang dimiliki oleh citra Ikonos lebih rendah yaitu 1,0 meter, sehingga cukup menyulitkan pada saat melakukan identifikasi objek pada peta citra Ikonos dibandingkan pada citra Quickbird dengan resolusi spasial Jurnal Rekayasa 162

Bambang Rudianto 0,68 meter. Bila ketelitian ploting di peta diasumsikan sebesar ± 0,5 mm, mengacu pada harga selisih rata-rata hasil pengukuran jarak pada peta citra Ikonos sebesar ± 0,816 meter, maka untuk peta citra Ikonos kesalahan tersebut akan sebanding dengan skala 1 : 1632 atau dibulatkan menjadi 1 : 1650. Demikian juga mengacu pada harga selisih rata-rata hasil pengukuran jarak pada peta citra Quickbird sebesar ± 0,528 meter, maka untuk peta citra Quickbird kesalahan tersebut akan sebanding dengan skala 1 : 1056 atau dibulatkan menjadi 1 : 1100. Berikut adalah data perbandingan hasil pengukuran posisi titik-titik sampel pada peta citra dan data hasil pengukuran posisi titik sampel di lapangan. Tabel 3. Rekapitulasi data selisih pengukuran posisi titik sampel di peta dan di lapangan No. Jenis Peta Jumlah Sampel Titik Resultante Selisih rata-rata Posisi (m) Simpangan Baku (m) 1 Peta Citra Ikonos 64 3.000 ± 1.316 2 Peta Citra Quickbird 123 1.576 ± 0.684 Tabel 3 menunjukkan bahwa selisih rata-rata hasil pengukuran posisi titik-titik sampel pada peta citra Ikonos dan hasil pengukuran lapangan yang dilakukan terhadap 64 sampel adalah sebesar 3,000 meter dengan simpangan baku ± 1,316 meter, sedangkan untuk peta citra Quickbird sebesar 1,576 meter dengan simpangan baku ± 0,684 terhadap 123 sampel. Bila ketelitian ploting di peta diasumsikan sebesar ± 0,5 mm, mengacu pada harga resultan selisih rata-rata posisi titik pada peta citra Ikonos sebesar ± 3,000 meter, maka untuk peta citra Ikonos kesalahan tersebut akan sebanding dengan skala 1 : 6000. Demikian juga mengacu pada harga resultan selisih rata-rata posisi titik pada peta citra Quickbird sebesar ± 1,576 meter, maka untuk peta citra Quickbird kesalahan tersebut akan sebanding dengan skala 1 : 3152 atau dibulatkan menjadi 1 : 3200. 4. KESIMPULAN Ketelitian objek pada peta citra Quickbird RS 0,68 meter dan pada peta citra Ikonos RS 1,00 meter yang dibangun melalui proses ortorektifikasi menggunakan metode Rational Function dengan melibatkan 9 titik kontrol tanah, berdasarkan pengujian lapangan yang didasarkan pada data hasil pengukuran selisih jarak dan selisih koordinat antara objek di peta dan di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Berdasarkan data hasil pengujian ketelitian jarak, pembuatan peta skala besar menggunakan citra Quickbird dapat mencapai skala 1 : 1100, sedangkan untuk citra Ikonos dapat mencapai skala 1 : 1.650. b. Berdasarkan data hasil pengujian ketelitian koordinat, pembuatan peta skala besar menggunakan citra Quickbird dapat mencapai skala 1 : 3200, sedangkan untuk citra Ikonos dapat mencapai skala 1 : 6000. c. Bila digunakan data gabungan selisih jarak dan koordinat, pembuatan peta skala besar menggunakan citra Quickbird dapat mencapai skala 1 : 2.200, sedangkan untuk citra Ikonos dapat mencapai skala 1 : 3.900. d. Dengan memperhatikan kesimpulan 1, 2, dan 3, pembuatan peta skala besar menggunakan citra Quickbird RS 0,68 meter sebaiknya digunakan untuk skala maksimal 1 : 2.500, sedangkan untuk pembuatan peta skala besar menggunakan citra Ikonos RS 1,00 meter sebaiknya digunakan untuk skala maksimal 1 : 4.000. Jurnal Rekayasa 163

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Karvak Nusa Geomatika yang telah memberikan pinjaman citra satelit untuk diteliti. DAFTAR PUSTAKA [1] DigitalGlobe., (2009). Quickbird Product and Service. (website: http://www.digitalglobe.com/ ) [2] Jensen, J.R., (1986). Introductory Digital Image Processing, Departement of Geography University of Sout Carolina, New Jersey. [3] PCI Geomatics., (2003). Geomatica Version 9.1 user guide. Canada Jurnal Rekayasa 164