Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KLORIDA (NaCl) DAN WAKTU PERENDAMAN BUFFER FOSFAT TERHADAP PEROLEHAN CRUDE PAPAIN DARI DAUN PEPAYA (CARICA PAPAYA, L.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM KLORIDA (NaCl) DAN LAMA PERENDAMAN BUFFER FOSFAT TERHADAP PEROLEHAN CRUDE PAPAIN DARI DAUN PEPAYA (CARICA PAPAYA, L.

THE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ca 2+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PAPAIN. THE ADDITION EFFECT OF THE METAL IONS Ca 2+ ON THE PAPAIN ACTIVITIES

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN

DETERMINATION of OPTIMUM CONDITION of PAPAIN ENZYME FROM PAPAYA VAR JAVA (Carica papaya )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpan cadangan makanan. Contoh umbi-umbian adalah ketela rambat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

BAB III METODE PENELITIAN

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

PEMANFAATAN KULIT BATANG UBI KAYU SEBAGAI SUMBER ENZIM PEROKSIDASE UNTUK PENURUNAN KADAR FENOL

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

PENGARUH ION Cu 2+ PADA MATRIKS AGAROSE TERHADAP KESTABILAN ENZIM BROMELAIN HASIL ISOLASI YANG AMOBIL SKRIPSI. Oleh : DISKI AMALIA NRP.

The Use of Ammonium Sulphate for Partial Purification of Proteases

ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016).

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

Kata kunci : getah kamboja, aktivitas protease, perbandingan, tiga spesies.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

PEMANFAATAN GETAH BIDURI DALAM PRODUKSI ALBUMIN IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus)

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN AMMONIUM SULFAT (NH 4 ) 2 SO 4 DAN WAKTU PERENDAMAN BUFFER FOSFAT TERHADAP PEROLEHAN CRUDE PAPAIN DARI DAUN PEPAYA (CARICA PAPAYA, L) Mitha Alviyulita*, Pinta Rizki Mala Hasibuan, Farida Hanum Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU Medan, 20155 Indonesia *Email : chanameh@yahoo.com Abstrak Daun pepaya merupakan salah satu hasil tanaman yang kaya manfaat. Daun pepaya mengandung enzim papain yang merupakan enzim protease yang sangat bermanfaat bagi industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kejenuhan ammonium sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 dan perendaman buffer fosfat terhadap rendemen protease kasar daun pepaya. Penelitian ini memvariasikan waktu perendaman buffer fosfat pada waktu 0, 12, 24, dan dan tingkat kejenuhan ammonium sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 pada konsentrasi 40, 50, 60, 70, 80, dan 90 %. Analisis aktivitas protease dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV untuk mengukur panjang gelombang dan nilai absorbansinya. Hasil penelitian aktivitas protease yang terbaik diperoleh pada perendaman buffer fosfat selama dengan konsentrasi ammonium sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 60% yaitu 132,98% unit/ml. Rendemen dan kadar air terbaik diperoleh pada perendaman pada konsentrasi 90% masing masing sebesar 37,62% dan 65,70%. Kata kunci : pepaya, ammonium sulfat (NH 4 ) 2 SO 4, buffer fosfat, enzim papain, aktivitas protease Abstract Papaya leaves is a plant that rich in benefits. Papaya leaves contains papain enzyme which is a protease enzyme that very helpful for the industry. This study aims to determine the effect of the saturation level of ammonium sulphate (NH 4 ) 2 SO 4 and immersion time with phosphate buffer to get yield of protease from crude papaya. In this study varied immersion time with phosphate buffer is 0, 12, 24, and 36 hours and the saturation level of ammonium sulphate (NH 4 ) 2 SO 4 is 40, 50, 60, 70, 80, and 90 %. Analysis of protease activity was performed using UV spectrophotometer to measure the wavelength and absorbance values. The highest value of the protease activation (132,98% unit/ml) was obtained during 36 h of immersion time in phosphate buffer with 60% concentration of ammonium sulphate (NH 4 ) 2 SO 4. The results found on 36 h of immersion time in 90% of ammonium sulphate concentration were the highest for rendement and water content value of 37,62 and 65,70%, respectively. Keywords : papaya, ammonium sulphate (NH 4 ) 2 SO 4, phosphate buffer, enzyme papain, activity of protease Pendahuluan Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan flora yang berlimpah. Salah satu tanaman tropis yang banyak dijumpai di Indonesia adalah tanaman pepaya (Carica papaya L) [8]. Semua bagian daripada pepaya dapat digunakan [12]. Selain buah, bagian tanaman pepaya lainnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai sebagai bahan makanan dan minuman, obat tradisional, pakan ternak, industri penyamakan kulit, kosmetik, dan sebagainya. Bahkan bijinya pun dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak dan tepung [10]. Papain merupakan enzim proteolitik, yaitu enzim yang dapat mengurai dan memecah protein [10]. Papain digunakan untuk pengempukan daging, bahan penjernih pada industri minuman bir, industri tekstil, industri penyamakan kulit, industri farmasi, alat-alat kecantikan (kosmetik) dan lain lain. Papain biasa diperdagangkan dalam bentuk serbuk putih kekuningan dan harus disimpan dibawah temperatur 4 C [4]. Pengambilan enzim papain dari getah pepaya akan mengakibatkan penurunan kualitas pada buah segarnya. Maka dari itu papain yang diambil dari tanaman pepaya berupa daunnya sehingga tidak mengalami kerusakan pada tanman pepaya itu sendiri dan dapat meningkatkan nilai tambah tanaman pepaya. Enzim papain diperoleh dari hasil ekstraksi. Semakin tinggi enzim proteasenya maka papain yang semakin baik. Enzim ini dapat diekstrak dan kemudian proses, pengendapannya dapat dilakukan dengan penambahan garam (NH 4 ) 2 SO 4 (ammonium sulfat) [11]. Garam amonium sulfat sering digunakan untuk salting out protein enzim. Karena kelarutannya sangat tinggi, tidak beracun untuk kebanyakan enzim, murah dan pada beberapa kasus memberikan efek menstabilkan enzim [6]. Pada penelitian ini, daun pepaya akan diteliti sebagai bahan baku pembutan crude papain. Yang 8

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh waktu perendaman buffer fosfat dan konsentrasi terhadap perolehan crude papain. Teori Tanaman pepaya (Carica papaya L.) ini berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Dewasa ini tanaman pepaya telah menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia [1]. Daun pepaya merupakan salah satu komponen obat herbal yang telah digunakan oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala. Di era modern, dimana teknologi mampu mengurai sisi ilmiah, diketemukan fakta pembenar mengenai daun pepaya. Selain enzim papain pepaya juga megandung alkaloid karpaina, pseudo karpaina, glikosid, karposid, dan saponin [7]. Kompleksnya senyawa ini menjadikan khasiat daun pepaya juga ikut beragam. Untuk mendapatkan manfaat tersebut, daun pepaya biasanya diolah. Khusus untuk ekstrak daun pepaya, banyak diistimewakan sebab bisa digunakan dari dalam maupun luar dan tak hanya untuk kesehatan manusia saja tetapi untuk pertanian, perikanan dan lain-lain [5]. Enzim papain adalah enzim yang terdapat pada getah pepaya merupakan jenis enzim proteolitik yaitu enzim yang mengkatalisa reaksi pemecahan rantai polipeptida pada protein dengan cara menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino. Kualitas aktivitas proteolitik yang baik ada pada bagian buah, batang dan daun [17]. Ekstraksi enzim dapat dilakukan dengan prinsip bahwa protein enzim dapat diendapkan dengan penambahan aseton, etanol, sodium sulfat atau ammonium sulfat. Sifat ini digunakan sebagai prinsip dari isolasi enzim. Enzim ini dapat diekstrak dan kemudian proses pengendapannya dapat dilakukan dengan penambahan garam (NH 4 ) 2 SO 4 (ammonium sulfat) [11]. Ekstraksi enzim dapat dilakukan dengan prinsip bahwa protein enzim dapat diendapkan dengan penambahan aseton, etanol, sodium sulfat atau ammonium sulfat. Sifat ini digunakan sebagai prinsip dari isolasi enzim. Enzim ini dapat diekstrak dan kemudian proses pengendapannya dapat dilakukan dengan penambahan garam (NH 4 ) 2 SO 4 (ammonium sulfat) [11]. Metodologi Penelitian Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini daun pepaya. Bahan kimia yang digunakan adalah aquadest, buffer fosfat, ammonium sulfat, kasein, asam trikhloroasetat (TCA), dan reagen ninhidrin. Peralatan utama yang akan digunakan adalah blender, magnetic stirrer, timbangan elektrik, alat alat gelas, incubator, kertas saring whatman No. 4, sentrifius, dan spektrofotometer. Ekstrak Papain 100 gram daun pepaya ditimbang dan diblender dengan 200 ml buffer fosfat ph 7. Campuran kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring whatman No. 4, hasil residunya dibuang dan filtratnya ditambahkan ammonium sulfat pada tingkat kejenuhan 40, 50, 60, 70, 80 dan 90%. Setelah itu filtrat distirer selama 20 menit pada temperatur 4 o C sampai tercampur rata. Kemudian disentrifius dengan kecepatan 8000 rpm selama 7 menit pada temperatur 4 o C. Endapan yang terbentuk dilarutkan dengan 0,5 ml larutan 0,05 buffer fosfat ph 7 dan didiamkan selama 0, 12, 24, dan. Uji Aktivitas Protease Kualitas papain sangat ditentukan oleh kekuatan atau kemampuan papain untuk memecah protein. Kemampuan papain ini disebut aktivitas proteolitik (Proteolytic activity) yang sering dinyatakan dengan satuan unit [12]. Ekstrak papain sebanyak 0,1 ml dilarutkan dengan 0,1 ml larutan buffer fosfat ph 7 dan dipreinkubasi pada temperature 37 o C selama 5 menit dan ditambahkan dengan substrat (2% kasein dalam 0,05 M buffer fosfat ph 7) sebanyak 0,1 ml. kemudian diinkubasi selama 10 menit pada temperatur 37 o C. Kemudian reaksi dihentikan dengan menambahkan 0,2 ml asam trikhloroasetat (TCA) 0,4 M serta disentrifius pada kecepatan 1000 rpm selama 10 menit. 0,2 ml filtrat yang diprainkubasi selama 50 menit. Setelah itu 1 ml reagen ninhidrin. Lalu absorbansi dapat diukur dengan menggukan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 274,80 nm. Sehingga aktivitas protease dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan :... (1) Keterangan : tirosin : konsentrasi tirosin yang terbentuk v : volume total sampel pada tiap tabung q : waktu inkubasi p : jumlah enzim (ml) Fp : faktor pengenceran Analisa Rendemen Penghitungan rendemen dilakukan dengan menimbang crude protease kering kemudian dibandingkan dengan berat sampel dikalikan 100%. Penghitungan rendeman dapat menggunakan rumus sebagai berikut [1]:... (2) Keterangan: A : berat crude papain (gram) B : berat sampel daun pepaya (gram) 9

Absorbansi Rendemen (%) Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014) Hasil dan Pembahasan Ekstrak Crude Papain dari Daun Pepaya (Carica Papaya, L.) Ekstrak crude papain merupakan hasil dari sentrifugasi yang diperoleh dari filtrat daun pepaya. Hasil sentrifugasi yang diperoleh berupa sludge berwarna hijau pekat. Filtrat diperoleh dari daun papaya yang dihaluskan dengan penambahan buffer fosfat dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil penyaringan ditambahkan ammonium sulfat dengan konsentrasi 40% sampai 90% kemudian distirer selama 20 menit sampai ammonium sulfat tercampur semua pada suhu 4 o C. Pemilihan temperatur 4 o C dilakukan untuk mencegah kerusakan enzim [9]. Garam ammonium sulfat sering digunakan untuk salting out protein enzim, karena kelarutannya sangat tinggi dan pada beberapa kasus memberikan efek menstabilkan enzim [6]. Kemudian disentrifugasi pada suhu 4 o C. Endapan yang diperoleh dipisahkan dengan menggunakan kertas saring dan direndam dengan larutan buffer fosfat 0.05 M ph 7 sebanyak 0,5 ml selama sesuai perlakuan (,,, dan ). Perendaman dilakukan untuk memisahkan protein enzim dari ion logam, ion logam dan molekul-molekul kecil, sehingga dapat memurnikan protein enzim [19]. Pembuatan Kurva Standar LarutanTirosin Panjang gelombang maksimum 274,80 nm yang digunakan untuk membuat kurva larutan standar tirosin. Kemudian, kurva standar tirosin dibuat dengan cara mengukur absorbansi larutan. Dari data absorbansi larutan tirosin pada berbagai konsentrasi dibuat kurva larutan standar tirosin antara konsentrasi larutan tirosin terhadap absorbansi berdasarkan hukum Lambert Beer. Grafik konsentrasi larutan tirosin terhadap absorbansi dapat dilihat pada Gambar 1. 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 0 200 400 600 800 1000 Konsentrasi Larutan Tirosin y = 0.0027x + 0.9 R² = 0.9033 Kalibrasi 線形 Gambar 1. Kurva kalibrasi Larutan Tirosin Berdasarkan data dan perhitungan didapatkan persamaan regresi linier larutan standar tirosin adalah y = 0,0027x + 0,9 dengan nilai R 2 = 0,9033. Harga R yang diperoleh mendekati 1, maka dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien korelasi layak artinya titik-titik pada kurva kalibrasi mendekati kemiringannya. Aanalisa Rendemen Analisa rendemen dilakukan dengan cara menimbang ekstrak papain yang dan membandingkan dengan berat sampel daun pepaya. Rendemen yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 2. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Gambar 2. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Buffer Fosfat terhadap Rendemen yang Berdasarkan Gambar 2 dilihat bahwa rendemen yang semakin meningkat seiring penambahan konsentrasi yang dilakukan. Namun untuk perendaman tidak terjadi pengaruh yang besar terhadapnya. Kondisi optimum yang terjadi terlihat pada penambahan konsentrasi ammonium sulfat 90% pada perendaman sebesar 18,81%. Seidman and Mowery [13], menyatakan bahwa ketika garam ammonium sulphat ditambahkan pada larutan protein enzim, maka sebagian besar molekul air akan berikatan dengan ion garam yang selanjutnya akan menurunkan jumlah air yang tersedia untuk berikatan dengan protein, sehingga protein akan mengendap. Selanjutnya menurut Wang [15], crude protease hasil presipitasi dengan ammonium sulphat masih merupakan fraksi campuran yang terdiri dari fraksi protein enzim dan protein non enzim. Jika ditinjau dari pengaruh waktu perendaman buffer fosfat, tidak terjadi perubahan yang signifikan. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa rendemen yang semakin meningkat seiring penambahan waktu perendaman buffer fosfat yang dilakukan. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu reaksi enzimatik maka semakin banyak produk yang terbentuk, yang juga berarti aktivitasnya semakin besar [2]. 10

Berat Kering (gram) Aktivitas Protease Kadar Air (%) Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014) Pengaruh Penambahan Konsentrasi Ammonium Sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 dan Waktu Perendaman Buffer Fosfat terhadap Aktivitas Protease Aktivitas protease diperoleh dengan cara menghitung hasil absorbansi yang diperoleh dari hasil analisa spektrofotometer sampel dengan menggunakan kurva standar tirosin yang telah ditetapkan sebelumnya kemudian dilakukan perhitungan aktivitas proteasenya. terbentuk, yang juga berarti aktivitasnya semakin besar [2]. Analisa Kadar Air Kadar air merupakan salah satu parameter uji yang penting. Kadar air memerankan peranan penting dalam menentukan umur simpan. Selain itu pada proses pembuatan tepung papain menurut Supiyatna [14], kadar air tepung papain jangan sampai lebih dari 9%. 140 120 100 100 80 60 40 20 90 80 70 0 60 Gambar 3. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Ammoniun Sulfat dan Waktu Penambahan Perendaman Buffer Fosfat terhadap Aktivitas Protease Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa aktivitas protease cenderung meningkat seiring bertambahnya konsentrasi. Akan tetapi pada konsentrasi tertentu aktivitas protease menurun, kemudian meningkat kembali apabila konsentrasi ammonium sulfat ditambahkan terus-menerus. Aktivitas protease yang terbaik diperoleh pada konsentrasi ammonium sulfat 60% pada perendaman sebesar 132,98 (unit/ml). Kemudian ketika konsentrasi ammonium sulfat ditambahkan menjadi 70%, aktivitas protease menurun menjadi 116,13 (unit/ml). Penambahan amonium sulfat menyebabkan protein mengendap dan aktivitas enzim menjadi meningkat karena menurunnya jumlah kontaminan yang menghalangi sisi aktif enzim untuk berikatan dengan substrat [16]. Menurut Aulanni am [3], penambahan amonium sulfat berpengaruh terhadap protein yang terendapkan selama proses pemurnian. Ion-ion garam amonium sulfat akan berkompetisi dengan protein untuk menarik molekul air. Ion-ion garam memiliki kelarutan lebih besar dibandingkan dengan protein sehingga ion garam akan menarik molekul air dari protein enzim. Protein-protein enzim akan berinteraksi membentuk gumpalan dan mengendap. Sedangkan untuk hasil perendaman yang dilakukan, perendaman yang terbaik terlihat waktu perendaman, karena Semakin lama waktu reaksi enzimatik maka semakin banyak produk yang Gambar 4. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Buffer Fosfat terhadap Kadar Air yang Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi ammonium sulfat yang diberikan maka kadar airnya semakin menurun. Kadar air yang terbaik terjadi pada perendaman pada konsentrasi ammonium sulfat 90% yaitu sebesar 65,69%. Hal ini disebabkan oleh ion-ion garam yang memiliki kelarutan lebih besar dibandingkan dengan protein sehingga ion garam akan menarik molekul air dari protein enzim. Kadar air bebas yang rendah menghambat difusi enzim atau substrat, akibatnya hidrolisis hanya terjadi pada bagian substrat yang langsung berhubungan dengan enzim [18]. 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Gambar 5. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Buffer Fosfat terhadap Berat Kering yang 11

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi ammonium sulfat yang diberikan maka berat kering yang semakin meningkat. Berat kering maksimum yang diperoleh terjadi pada perendaman pada konsentrasi ammonium sulfat 90% yaitu sebesar 1,37 gram. Hasil percobaan yang dilakukan belum mencapai berat kering yang diinginkan yaitu sebesar > 9%. Hal ini disebabkan karena sampel yang dianalisa kadar airnya berupa sludge. Banyak kandungan air pada sludge karena sludge yang belum dilakukan proses tahapan pengeringan menjadi tepung papain. Pembuatan papain hingga menjadi tepung perlu dilakukan proses lanjutan yaitu freeze drying. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengaruh perendaman buffer fosfat dan konsentrasi ammonium sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 terhadap aktivitas protease tertinggi pada konsentrasi ammonium sulfat 60% pada perendaman sebesar 132,98 (unit/ml). Daftar Pustaka [1] Ashari S, Hortikultura Aspek Budidaya, Edisi Revisi, UI Press, Jakarta, 2006. [2] Askurrahman, Tesis, Isolasi Karakterisasi Linamarase Hasil Isolasi Dari Umbi Singkong (Manihot Esculenta Craintz), Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, 2010. [3] Aulanni am, Protein dan Analisisnya, Citra Mentari Group, Malang, 2005. [4] Fitriani V, 2006. Getah Sejuta Manfaat, PT. Trubus Swadaya. Edisi April, Jakarta, 2006. [5] Konradlew, Khasiat Daun Pepaya. http://khasiatdaunpepaya. blogspot. com, 2013, diakses tanggal 4 Mei 2013. [6] Lee J. M, Biochemical Engineering, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1992. [7] Muchlisah F, Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Penebar Swadaya, Jakarta, 2004. [8] Mulyaningrum dan Sri Redjeki Hesti, Isolasi, Karakterisasi, dan Amobilisasi Enzim Papain dari Getah Pepaya. Fakultas Matematika dan Ilmu Penfetahuan Alam. Universitas Diponegoro, 1999. [9] Noviyanti dkk, Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Daun Sansakng (Pycnarrhena cauliflora Diels), JKK, tahun 2012, volume 1 (1), halaman 31-34, 2012. [10] Rahmadani, Kajian Pemanfaatan Enzim Papain dari Getah Pepaya (Carica papaya L.) untuk Melunakkan Daging. Universitas Negeri Medan, 2012. [11] Rahman A, Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta, 1992. [12] Sani, Panambahan Natrium, Bisulfit pada Kualitas Enzim Papain dari Getah Pepaya Secara MCU, Unesa University Press, Hal 1-41, 2008. [13] Seidman, L. and Mowery, J, Salting out Ammonium Sulfate Precipitation, The Biotechnology Project, Illinois State University, 2006. [14] Supiyatna, Manfaat Getah Pepaya. http://halalguide.info, 2007, diakses tanggal 05 Mei 2014. [15] Wang, N. S, Enzyme Purification by Salt (Ammonium Sulfate) Precipitation, Department of Chemical Engineering. University of Maryland, 2006. [16] Wardani, Agustin Kristina dan Nindita, Lia Oriana, Jurnal Teknologi Pertanian Vol 13 No. 3, 149 156, 2012. [17] Winarno, F. G, Enzim Pangan, Edisi dua, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 1973. [18] Winarno, F. G, Enzim Pangan, Penerbit Gramedia, Jakarta, 1983. [19] Witono dkk, Pemurnian Parsial Enzim Protease dari Getah Tanaman Biduri (Calotropis gigantea) menggunakan Ammonium Sulphat, Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 7 No. 1 (April 2006) 20-26, 2006. 12