Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus sp.) Sebagai Pewarna dan Pengawet Alami Mie Basah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODE PENELITIAN

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

III. BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

BAB I PENDAHULUAN. Orde Baru bersamaan dengan dibentuknya Bulog (Badan Urusan Logistik) pada

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Rasa asam

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlect.) DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU SIMPAN MI BASAH MATANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE. Materi. Rancangan

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE. Bahan dan Alat

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah Dwita Oktiarni, Devi Ratnawati, Bomilia Sari Kimia FMIPA Gedung T Universitas Bengkulu Jl. W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu e-mail: dwita.oktiarni@gmail.com Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) dapat digunakan sebagai pewarna dan pengawet alami pada mie basah serta mengetahui karakteristik dan lama penyimpanan mie basah setelah penambahan variasi volume larutan ekstrak bunga kembang sepatu. Ekstrak bunga sepatu terdiri dari ekstrak segar dan ekstrak rebus yang kemudian dibuat variasi konsentrasinya menjadi variasi 1, variasi 2, dan variasi 3. Selanjutnya ditentukan kandungan proksimatnya yang terdiri dari kadar protein, kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar karbohidrat dari mie basah matang dengan penambahan ekstrak bunga kembang sepatu terhadap ketahanan waktu simpan mie basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak rebus variasi 1 pada mie basah, dapat mengawetkan mie selama 44 jam. Mie basah matang tersebut memiliki kadar protein yaitu 13,16%, kadar air 55,18%, kadar abu 0,79%, kadar lemak 2,76%, dan kadar karbohidrat 27,5%. Kata kunci: ekstrak bunga kembang sepatu, mie basah, pewarna dan pengawet alami. PENDAHULUAN Industri pangan di Indonesia terus berkembang pesat, mulai dari skala kecil, menengah maupun besar, sehingga perlu dilakukan pengawasan terhadap produk yang dihasilkan. Salah satu industri pangan yang berkembang pesat di Indonesia adalah industri mie basah. Industri mie basah tersebar luas di banyak wilayah di Indonesia dan kebanyakan diproduksi oleh industri rumah tangga, dan industri kecil atau menengah. Terdapat dua jenis mie basah yang dikenal masyarakat, yaitu mie mentah (raw noodle) dan mie rebus (cooked noodle). Kualitas mie, baik ditinjau dari mutu organoleptik, fisikokimia, mikrobiologi maupun daya awet dari mie basah dapat bervariasi disebabkan oleh adanya perbedaan proses pengolahan dan penggunaan bahan tambahan. Kebiasaan menggunakan bahan tambahan makanan dalam proses pengolahan pangan telah lama dilakukan. Bahkan nenek moyang kita telah menggunakan pati untuk pengental, garam untuk pemberi rasa asin, rempah rempah untuk memberi aroma yang khas, dan daun suji dan kunyit sebagai pewarna, serta ekstrak kunyit (curcuma domestica) sebagai bahan pengawet mie basah. Salah satu pewarna alami yang kerap dipakai adalah antosianin. Antosianin adalah penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan. Penelitian tentang identifikasi awal kandungan kimia bunga kembang sepatu mengidentifikasi adanya senyawa golongan flavonoid, saponin dan antosianin. Bunganya mengandung polifenol, diglukosida sianidin, asam askorbat, serat, niasin, riboflavin, tiamin, air, hibicetin, alkaloid, dan lendir. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kembang sepatu diantaranya antiradang (anti-inflamasi), antidiuretik dan antibakteri. Penelitian lain melaporkan khasiat bunga kembang sepatu Semirata 2013 FMIPA Unila 103

Dwita Oktiarni dkk: Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah dalam meningkatkan senyawa antioksidan endogen miokardial, sehingga berefek kardioprotektif. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa bunga kembang sepatu merah (hibiscus rosa-sinensis Linn) mengandung antosianin dan flavonoid yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pewarna dan pengawet alami pada mie basah. Selain itu akan dilihat bagaimana pengaruh variasi penambahan ekstrak bunga kembang sepatu terhadap daya simpan dan uji organoleptik mie basah, serta dianalisis juga bagaimana kualitas kimia mie basah dengan penyimpanan terlama. METODE PENELITIAN Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga kembang sepatu merah atau hibiscus Red (hibiscus rosa sinensis Linn) yang diperoleh dari Kota Bengkulu. Pembuatan larutan warna ekstrak bunga kembang sepatu merah dilakukan dengan 2 cara yaitu ekstraksi segar dan ekstraksi rebus. Ekstraksi segar dilakukan dengan cara memblender bunga kembang sepatu merah dengan akuades dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 200 g kulit buah naga : 200 ml akuades. Kemudian bunga kembang sepatu merah diblender hingga hancur dan halus, ekstrak hasil blender kemudian diperas dengan menggunakan kain lalu disaring. Sedangkan ekstraksi rebus dilakukan dengan cara merebus bunga kembang sepatu merah dengan akuades dengan perbandingan 1 : 3 yaitu 100 g bunga kembang sepatu merah : 300 ml akuades. Kemudian direbus di dalam panci sampai volume menjadi 1/3 nya (100 ml). Ekstrak yang didapat lalu disaring [9]. Pembuatan variasi volume larutan ekstrak bunga kembang sepatu merah didapat dengan cara, diambil 15 ml larutan ekstrak segar yang telah dibuat diatas dalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan akuades sampai tanda batas (V1). Begitu juga untuk variasi kedua, diambil 25 ml larutan ekstrak segar yang telah dibuat, dalam labu ukur 50 ml ditambahkan akuades sampai tanda batas (V2). Sedangkan variasi ketiga dilakukan tanpa pengenceran yaitu diambil 50 ml larutan dari ekstrak segar yang telah dibuat (V3). Perlakuan yang sama dilakukan untuk ekstrak rebus. Aplikasi Variasi Volume Larutan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu Merah Pada Pembuatan Mie Basah Pembuatan mie basah dilakukan sesuai prosedur yang telah dilakukan oleh Pahrudin (2005), dengan bahan baku tepung terigu 100 g, air 38 ml, dan garam 1 g. Pada penelitian ini penggunaan 38 ml air diganti dengan 38 ml ekstrak kulit buah naga. Proses pembuatan mie basah terdiri atas beberapa tahap, yaitu penimbangan bahan, pencampuran, pengadukan, pembentukan lembaran, pengistirahatan, pembentukan untaian mie, perebusan dan pengukusan, pendinginan, dan pemberian minyak sawit. Tahap selanjutnya adalah pembentukan lembaran. Lembaran tersebut didiamkan selama 15 menit yang bertujuan untuk menyempurnakan pembentukan gluten. Pembentukan untaian mie dilakukan dengan membentuk mie menjadi untaian benang-benang mie yang memiliki tebal 1-3 mm dengan menggunakan alat penggiling mie. Proses selanjutnya mie langsung direbus selama 2 menit dan dikukus selama 13 menit. Setelah itu didinginkan dalam air es selama 1 menit untuk menghilangkan sisa uap panas saat proses perebusan dan pengukusan. Tahap terakhir dalam pembuatan mie basah matang adalah pemberian minyak sawit, dengan tujuan agar untaian mie tidak lengket satu sama lain, memberikan cita rasa, serta meningkatkan warna dan penampakan mie agar tampak lebih. 104 Semirata 2013 FMIPA Unila

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Aplikasi Variasi Volume Larutan Ekstrak Kulit Buah Naga Terhadap Ketahanan Mie Basah Pengamatan waktu mie basah dilakukan pada 0 jam, 12 jam, dan 24 jam. Dari 0 jam sampai 12 jam pengamatan mie basah dilakukan setiap 4 jam sekali, kemudian setelah 24 jam pengamatan dilakukan setiap 2 jam sekali hingga diketahui waktu terbaik masa simpan mie basah. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah dengan memperhatikan bau asam dan lendir yang terbentuk serta perubahan warna, tekstur, dan kelengketan pada mie basah tersebut. Analisis Mutu Kimia Mie Basah Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu derajat keasaman (ph), kadar proksimat yang terdiri dari kadar protein (mikro-kjeldahl yang meliputi destruksi, destilasi, dan titrasi), kadar air (metode oven), kadar abu (muffle furnace), kadar lemak (metode oven), kadar karbohidrat (by difference) dan hasil uji organoleptik (preference test) dari mie basah. Analisis data ph dan kadar proksimat diolah dengan menggunakan metode non statistik dimana data yang ada dimasukkan ke dalam tabel lalu dibuat grafik dan kemudian diinterpretasikan. Sedangkan data kuisioner untuk uji organoleptik diolah dengan metode analisa keragaman atau sering disebut dengan metode ANOVA. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembuatan Larutan Warna Ekstrak Bunga Kembang Sepatu Merah Pembuatan larutan zat warna dilakukan dengan beberapa variasi volume larutan ekstrak bunga kembang sepatu merah yaitu variasi 1, variasi 2, dan variasi 3 yang diambil dari larutan awal ekstrak segar dan ekstrak rebus. Pemilihan sampel bunga kembang sepatu merah ini dikarenakan pada bunga kembang sepatu merah mengandung pigmen betalain yang dapat menimbulkan warna sehingga bisa dijadikan sebagai zat warna alami [10]. Pada proses pembuatan larutan zat warna alami dari ekstrak bunga kembang sepatu merah ini dihasilkan warna ungu untuk ekstraksi rebus melalui proses perebusan selama 15 menit atau sampai volume 100 ml, dan warna merah muda untuk ekstraksi segar dengan cara sampel diblender. Warna yang dihasilkan tersebut diindikasikan sebagai senyawa betasianin. Betasianin merupakan golongan betalain yang menghasilkan warna merah-ungu. 2. Pengamatan Pengaruh Variasi Ekstrak Yang Ditambahkan Terhadap Lama Penyimpanan Mie Basah Pemilihan konsentrasi ekstrak bunga kembang sepatu yang terbaik dilakukan berdasarkan pengamatan subyektif terhadap warna, aroma, tekstur dan umur simpan mie basah matang sampai dengan mie dinyatakan rusak atau basi. Parameter yang digunakan adalah timbulnya bau asam, tumbuhnya kapang, adanya lendir (lengket), dan perubahan tekstur (lembek) [12]. Selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan dikarenakan antosianin yang stabil pada ph kurang dari 4 [14], sehingga mempengaruhi ph mie basah matang menjadi ikut rendah (asam) dan menjadikannya lebih cepat rusak. Awalnya mie basah matang bersifat lengket akibat proses gelatinisasi pati. Namun, setelah disimpan selama 40 jam kelengketannya meningkat. Peningkatan kelengketan tersebut disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme, seperti pembentukan lendir yang menyebabkan mie basah matang menjadi lengket [15]. Semirata 2013 FMIPA Unila 105

Dwita Oktiarni dkk: Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah GAMBAR 1 Warna mie basah matang dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak bunga kembang sepatu 3. Pengujian Organoleptik Mie Basah Matang dengan Penambahan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu Pengujian organoleptik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Pengujian organoleptik ini dilakukan dengan menggunakan indra pembau, peraba, penglihatan dan perasa. 3.1 Uji Organoleptik terhadap Warna Penglihatan atau kenampakan dari suatu produk merupakan sifat pertama yang diamati oleh konsumen. Pengamatan warna ini termasuk dalam kenampakan yang merupakan salah satu aspek penilaian paling penting dalam suatu produk. Oleh sebab itu warna merupakan salah satu unsur kualitas sensoris yang penting dalam suatu olahan pangan. Berdasarkan warna yang ditimbulkan maka penilaian panelis semakin beraneka ragam. Pada konsentrasi ekstrak rebus variasi 3, panelis memberikan penilaian yang bervariasi, dari sangat suka sekali sampai sangat tidak suka. Sedangkan hasil analisis data yang didapat menyatakan bahwa perlakuan penambahan ekstrak bunga kembang sepatu dengan konsentrasi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik tekstur mie basah matang dimana F hitung (1,49) < F tabel 5% (2,17) dan F tabel 1% (2,95). 3.2 Uji Organoleptik terhadap Rasa Rasa merupakan sesuatu yang diterima oleh lidah. Dalam indra pengecap ini dibagi empat cecapan utama yakni manis, asam, asin dan pahit serta tambahan respon bila dilakukan modifikasi rasa [17]. Rasa adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan keputusan akhir konsumen dalam menerima atau menolak suatu makanan, tetapi jika rasanya tidak enak atau tidak disukai maka produk akan ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa mempunyai peranan yang penting dalam memilih suatu produk. Mie dengan penambahan ekstrak segar variasi 1 dan ekstrak rebus variasi 3 memiliki penilaian rasa yang paling banyak disukai. Analisis data yang didapat menyatakan bahwa perlakuan penambahan ekstrak bunga kembang sepatu dengan konsentrasi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik tekstur mie basah matang dimana F hitung (0,7753) < F tabel 5% (2,17) dan F tabel 1% (2,95). 3.3 Uji Organoleptik terhadap Aroma Salah satu faktor yang menentukan suatu makanan dapat diterima oleh konsumen adalah aroma karena aroma makanan menentukan kelezatan makanan tersebut. Aroma merupakan suatu yang dirasakan oleh hidung. Pada 106 Semirata 2013 FMIPA Unila

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 umumnya aroma yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai campuran atau ramuan dari empat bau utama yakni harum, asam, tengik dan hangus [17]. Analisis data yang didapat menyatakan bahwa perlakuan penambahan ekstrak bunga kembang sepatu dengan konsentrasi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik aroma mie basah matang dimana F hitung (1,2738) < F tabel 5% (2,17) dan F tabel 1% (2,95). 3.4 Uji Organoleptik terhadap Tekstur Tekstur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap suatu produk pangan. Tekstur adalah penginderaan yang berhubungan dengan rabaan atau sentuhan. Tekstur adalah kehalusan produk saat disentuh dan diraba oleh jari dan kulit panelis. Dari hasil analisis sidik ragam pengaruh tekstur sampel terhadap tingkat kesukaan konsumen adalah tidak terlalu berpengaruh. Tekstur yang dihasilkan normal dengan tingkat kesukaan terhadap tekstur tertinggi pada mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus variasi 3. Analisis data yang didapat menyatakan bahwa perlakuan penambahan ekstrak bunga kembang sepatu dengan konsentrasi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik tekstur mie basah matang dimana F hitung (0,46178) < F tabel 5% (2,17) dan F tabel 1% (2,95). 3.5 Analisis Mutu Kimia Mie Basah Pengujian mutu kimia yang dilakukan pada analisis ini adalah uji proksimat yang terdiri dari kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat. Hasil yang didapat dibandingkan dengan standar mutu mie basah (SNI 01-2987-1992) dan jurnaljurnal acuan yang berkaitan dengan analisis mutu yang dilakukan. Analisis mutu kimia mie basah yang dilakukan adalah mie basah dengan waktu penyimpanan terbaik, yaitu mie basah dengan penambahan ekstrak rebus variasi 1 dengan mie basah matang kontrol. Hasil pengujian mutu produk akhir mie basah matang dapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1 Kadar proksimat mie basah matang Pengujian Kontrol Penambahan ekstrak rebus variasi 1 SNI mie basah ph 7,2 6,5 - Kadar Air 53,846 % 54,302% 25-35% (sebelum perebusan) Kadar Abu 0,798 % 0,797 % Maks. 3 Kadar Lemak 2,542 % 2,448% - Kadar Protein 13,97 % 13,937 % Min. 3 Kadar - 28,884 % 28,516 % Karbohidrat Semirata 2013 FMIPA Unila 107

Dwita Oktiarni dkk: Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah KESIMPULAN 1. Bunga kembang sepatu dapat digunakan sebagai pewarna dan pengawet alami pada mie basah matang. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus bunga kembang sepatu variasi 1 adalah mie basah yang memiliki waktu simpan terlama yakni 44 jam dan berwarna ungu pudar. 2. Analisis data yang didapat menyatakan bahwa perlakuan penambahan ekstrak bunga kembang sepatu dengan konsentrasi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap uji organoleptik mie basah matang. 3. Penggunaan ekstrak bunga kembang sepatu pada mie basah matang tidak begitu mempengaruhi kualitas kimia dari mie basah. DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2006. Keamanan Pangan Mie basah: mencari jalan keluar dari masalah formalin dan boraks. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. IPB. Pahrudin. 2005. Aplikasi bahan pengawet untuk memperpanjang umur simpan mie basah matang [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Sihombing, P. A. 2007. Aplikasi Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Sebagai Bahan Pengawet Mie Basah [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid II. Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Astina, N. 2007. Pembuatan Mie Basah dengan Menggunakan Wortel (Daucus carota L.). Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara. Duke, W. F., Nordin, R. N., Baker, D., Mazunder, A. 2006. The Use and Performance of Biosand Filter In The Artibonite Valley of Haiti : A 86 Kurniawati, R. 2006. Penentuan Desai Proses dan Formulasi Optimal Pembuatan Mie Jagung Basah Berbahan Dasar Pati Jagung dan Corn Glutein Meal (CGM). IPB. Bogor. Septyani, P. 2009. Aktivitas Mukolitik Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L,) pada Mukus Usus Sapi secara In Vitro. Skripsi. Wiguna, I. 2007. Buah Lezat Berkhasiat Obat. Trubus. Jakarta. Bestari, E. 2010. Ekstraksi dan Uji Kestabilan Zat Warna Betasianin dari Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) serta Aplikasinya Sebagai Pewarna Alami Pangan. ITB. Bandung. Sukowati, V. K. I. 2007. Aplikasi teknologi dan Tambahan Pangan Untuk Meningkatkan Umur Simpan Mie Basah Matang [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor Suprastiwi, E. 2007. Efek Antimikroba Polifenol dari Teh Hijau Jepangm terhadap Streptococcus Mutans. Dep.I.Konservasi Gigi FKG. Universitas Indonesia. Elbe, J.H. Von dan Schwartz, Teven J. Colorants. Di dalam: Fennema, Owen. R. 1996. Food Chemistry. New York: Marcell Dekker. Fardiaz, S. 199). Mikrobiologi Pangan. Pustaka Utama. Jakarta. Buckle, K. A, Edwards, R. A, Fleet G. H, dan Wotto, M. 1987. Ilmu Pangan. 108 Semirata 2013 FMIPA Unila

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Diterjemahkan oleh Hari Parmono dan Adiono. UI Press: Jakarta. Zuhra, C. F. 2006. Cita rasa (Flavor). Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan. Semirata 2013 FMIPA Unila 109