I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang. Ombudsman Republik Indonesia menerangkan bahwa Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberi rasa puas terhadap masyarakat. Pelayanan kepada

Maret 2018 PELAYANAN PUBLIK PERPUSTAKAAN UMUM : BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2015

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TENGAH dan BUPATI ACEH TENGAH MEMUTUSKAN :

PROSEDUR PENGADUAN PADA PENGADILAN TINGGI AGAMA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pelaksanaan Good Governance yakni pemerintahan yang baik. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN.. TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

WALIKOTA PANGKALPINANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG KOMISI OMBUDSMAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KOTA BANJARMASIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. S.F. Marbun, SH, M.Hum. HUKUM ADMINISTRASI NEGARAII

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PERIZINAN DAN NON PERIZINAN

Peran Ombudsman Melindungi Kepastian Usaha dan Investasi

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pembangunan dan jalannya roda pemerintah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2014

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kualitas pelayanan perizinan

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN BANTAENG

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

'~j ~ OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

KATA PENGANTAR. Plt. Kepala Pusat PVTPP. Dr.Ir.Agung Hendriadi, M.Eng. NIP

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik pada saat ini menjadi topik pembicaraan yang tiada

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, pembangunan di berbagai sektor

WALIKOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan adalah kebutuhan pokok bagi manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain/mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah selaku penyelenggara pelayanan memang selalu mengalami peningkatan tetapi tidak semuanya, sebab masih banyak hal-hal yang belum memberikan kepuasan kepada masyarakat (Sampara dalam Sinambela, 2006: 5). Hakikatnya pelayanan publik merupakan pemberian pelayanan kepada masyarakat perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan secara tegas bahwa salah satu tujuan didirikannya Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan publik dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

2 Lembaga Ombudsman perwakilan Lampung mencatat setidaknya ada 120 pengaduan kasus maladministrasi di Provinsi Lampung yang ditangani selama tahun 2013, beberapa contoh kasus maladministrasi yaitu laporan berupa masalah pengenaan tarif reklame dan dugaan maladministrasi berupa penyalahgunaan wewenang dan permintaan uang yang dilakukan oleh Dispenda Kota Bandar Lampung, laporan mengenai pengenaan tarif izin usaha dan pemberian pelayanan dengan dugaan maladministasi berupa penyalahgunaan wewenang dan permintaan uang yang dilakukan oleh BPMP Kota Bandar Lampung serta masalah penanganan pasien jamkesmas dengan dugaan maladministrasi berupa penundaan berlarut dan melalaikan kewajiban yang dilakukan oleh RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil kepatuhan pemerintah daerah terhadap Undang-Undang Pelayanan Publik menunjukkan presentase kasus maladministrasi di Provinsi Lampung dan di Kota Bandar Lampung yaitu sebanyak 80% atau 16 SKPD di Provinsi Lampung dan 77% atau 20 SKPD di Kota Bandar Lampung masuk dalam zona merah yang berarti rendah tingkat kepatuhannya dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, sebanyak 15% atau 3 SKPD di Provinsi Lampung dan 15% atau 4 SKPD di Kota Bandar Lampung masuk kedalam zona kuning atau zona tengah, yang berarti sedang tingkat kepatuhannya, serta sebanyak 5% atau 1 SKPD di Provinsi Lampung dan 8% atau 2 SKPD di Kota Bandar Lampung masuk dalam zona hijau yang berarti tinggi tingkat kepatuhannya 1. 1 http://www.ombudsman.go.id/index.php/en/beritaartikel/berita/1044-2013-ombudsman lampung-terima-120-pengaduan.html, diakses pada tanggal 14 Maret 2014, pukul 08.22 WIB.

3 Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung merupakan pusat aktivitas pemerintahan, perekonomian, pendidikan dan sosial budaya, sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat harus ditata dengan baik. Penyelenggaraan pelayanan publik yang ada masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa, misalnya prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu penyelesaian, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak transparan, sikap petugas yang kurang responsif dan sebagainya, sehingga menimbulkan citra yang kurang baik terhadap citra pemerintah (Surjadi, 2009: 7). Berdasarkan survei integritas yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun 2012, indeks integritas Kota Bandar Lampung dalam pelayanan publik menempati urutan kedua terendah setelah Depok dari 13 kota yang disurvei. Pelayanan tersebut terutama dalam pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan layanan KTP. Dari survei tersebut, diperoleh indeks integritas beberapa pelayanan tersebut masih di bawah standar KPK, yakni 6,0. Indeks integritas Kota Bandar Lampung untuk pelayanan SIUP 4,83, layanan IMB 4,79, dan layanan KTP 5,94 sehingga total indeks integritas Pemkot Bandar Lampung hanya 5,19 2. Sedangkan pada survei integritas Komisi Pemberantasan Korupsi tahun 2013, indeks integritas Kota Bandar Lampung menempati posisi urutan 51 dengan total indeksnya sebesar 6,38 3. 2 http://lampost.co/berita/indeks-integritas-kota-bandar-lampung-urutan-kedua, diakses pada 16 Maret 2014, pukul 11.00 WIB. 3 http://www.kpk.go.id/image/pdf/pengumuman/siaran_pers_survey_integritas_2013. pdf, diakses pada 26 Agustus 2014, pukul 19.58 WIB.

4 Berdasarkan data dari Ombudsman mengenai rekapitulasi laporan maladministrasi di Kota Bandar Lampung tahun 2013 yang peneliti peroleh pada saat pra riset, terdapat laporan maladministrasi yang cukup bervariasi di Kota Bandar Lampung. Dugaan maladministrasi yang dilaporkan berupa tindakan tidak patut, melalaikan kewajiban, penyalahgunaan wewenang, permintaan uang, tidak sesuai prosedur, penundaan berlarut, dan penyimpangan prosedur. Salah satu instansi yang dilaporkan adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung atas dugaan maladministrasi berupa penyalahgunaan wewenang dan permintaan uang. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah pelayanan perizinan. Perizinan dibutuhkan untuk mengendalikan setiap kegiatan atau prilaku individu atau kolektivitas yang sifatnya preventif. Perizinan sendiri dilaksanakan pemerintah untuk menciptakan kondisi bahwa kegiatan pembangunan sesuai diperuntukan, disamping itu agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pembangunan. Disisi lain kinerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kota Bandar Lampung masih lamban dalam mengeluarkan perizinan, dan masih ada dugaan adanya pungutan liar (pungli) yang dilakukan salah satu oknum pegawainya. Kasus tersebut terkuak karena ada salah seseorang yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dia membayar sebesar Rp 1,5 Juta, namun surat yang diperlukan tersebut belum keluar, dan tarif resmi mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) hanya sebesar Rp 500 ribu 4. 4 http://www.kupastuntaslampung.com/?page=berita&&no=7968, diakses pada 17 Maret 2014, pukul 20.18 WIB

5 Pada tahun 2013 Ombudsman menerima pengaduan dari Grace of Galery yang menyatakan keluhannya terhadap pelayanan yang diberikan oleh BPMP Kota Bandar Lampung terkait dengan tarif pajak yang dibebankan kepada mereka yang tidak sesuai dengan usaha yang mereka jalani. Melihat kondisi pelayanan publik yang ada, maka diperlukan pihak lain untuk ikut mengawasi pelayanan publik selain pemerintah. Pihak lain yang dimaksud adalah Ombudsman. Ombudsman dirancang sebagai lembaga yang mengawasi pelayanan publik dan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan persoalan masyarakat dengan pemerintah daerah. Sebagai lembaga pengawas eksternal, Ombudsman memberikan ruang yang memadai bagi keterlibatan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan syarat penting bagi jalannya proses demokratisasi di sebuah negara. Kinerja pengawasan Ombudsman dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kondisi yang kondusif dalam rangka pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, Lembaga Ombudsman memiliki fungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, selain itu Ombudsman berfungsi sebagai pemberi pengaruh bukan pemberi sanksi. Ombudsman memiliki tugas yaitu menerima laporan atau dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman. Selain menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya Ombudsman juga memiliki kewenangan. Ombudsman memiliki wewenang yang relatif luas, dimana wewenang Ombudsman yaitu meminta keterangan secara

6 lisan atau tertulis dari pelapor, terlapor atau pihak yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada Ombudsman. Ombudsman juga berwenang memeriksa keputusan, surat menyurat, atau dokumen lain yang ada pada pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan. Dengan demikian dalam persoalan di atas jika dikaitkan dengan kajian administrasi publik diperlukan lembaga lain yang berfungsi menjadi pemantau dan sebagai fasilitator. Ombudsman sebagai pengawas pelayanan publik bertanggungjawab mulai dari mengingatkan, mengawasi, memberikan reward hingga merekomendasikan pihak yang melanggar aturan untuk diberikan sanksi dan hukuman. Karena berhubungan dengan tanggung jawab maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Responsibilitas Ombudsman dalam Penganganan Maladministrasi di BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perizinan) Kota Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Responsibilitas Ombudsman dalam Penanganan Maladministrasi di Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kota Bandar Lampung?.

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang Responsibilitas Ombudsman dalam Penanganan Maladministrasi di Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kota Bandar Lampung. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Akademis Sebagai kajian keilmuan berkaitan dengan pengembangan konsep, teori, serta memberikan informasi dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai responsibilitas lembaga pengawas pelayanan publik. 2. Manfaat Praktis Sebagai referensi dan masukan bagi Ombudsman sendiri untuk lebih banyak sosialisasi pada masyarakat agar masyarakat mengetahui keberadaan Ombudsman dan tanggung jawabnya dalam hal mengawasi pelayanan publik, serta menjadi rujukan untuk pihak-pihak yang membutuhkan seperti mahasiswa maupun Pemerintah Kota Bandar Lampung.