maksud dan tujuan serta pendekatan dan metode pengkajian yang digunakan dalam pembahasan. Bab dua berisi studi terhadap peran pelaku ekonomi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Landasan-landasan ketahanan nasional Pancasila sebagai landasan ideal. Peranan Pancasila sebagai landasan ideal tidak dapat dipisahkan dari kedudukan

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

2.1 Beberapa Ancaman Dalam dan Luar Negeri

B.S. SISMENNAS (SISTEM MANAJEMEN NASIONAL)

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

oleh negara. Kalau tidak, tampak produksi jatuh ketangan orangorang yang berkuasa dan rakyat banyak ditindasinya.

SISTEM MANAJEMEN NASIONAL (SISMENNAS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

Ketahanan Nasional. A. Pokok Pokok Pikiran. Manusia Berbudaya

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada. kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat

Modul ke: GEOSTRATEGI. 11Fakultas Teknik. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

KETAHANAN NASIONAL. Yanti Trianita S.I.Kom

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SRI HAYATI

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT UNTUK MENGAWASI AKTIFITAS FINANSIAL PADA KOPERASI KARYAWAN RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

KONSEP DASAR KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB II PERAN PELAKU EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

KEWARGAN EGARAAN WAWASAN N USAN TARA

BAB IV VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Geopolitik. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. mengamanatkan bahwa dengan upaya memajukan kesejahteraan umum dan

Oleh : Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd.

SISTEM EKONOMI INDONESIA Penafsiran Pancasila dan UUD 45. Pusat Kajian Ekonomi Kerakyatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENDEKATAN ASTA GATRA DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN NASIONAL. Kelompok 9 : Toni Irawan Ari Widyanto Deni Heryanto

Untuk dapat mempertahankan Negara, kita sebagai bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang yang dikenal sebagai Wawasan Nasional.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal

PROSEDUR PENAGIHAN REKENING LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR CABANG JEMBER

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian geostrategi? 2. Apa pengertian Ketahanan Nasional? 3. Apa saja unsur-unsur Ketahanan Nasional?

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Salah satu ciri positif yang dimiliki demokrasi ekonomi yang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KETAHANAN NASIONAL APA? TERDAPAT 3 WAJAH KONSEPSI PENGATURAN NEGARA KONDISI DINAMIS METODE BERPIKIR

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Modul ke: GEOPOLITIK. 10Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Politik & Strategi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALUR PIKIR: KEHIDUPAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konstitusionalisme SDA Migas. Zainal Arifin Mochtar Pengajar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

vii Tinjauan Mata Kuliah

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN GEOSTRATEGI/ KETAHANAN NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA. Dosen Pengampu : Alam Budi Kusuma, S. Pd. I., M. Pd. I.

BAB I PENDAHULUAN. prasarana penunjang kehidupan manusia yang semakin meningkat. Tolak ukur kemajuan

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI INDONESIA

KUMPULAN SOAL UJIAN SELEKSI PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL ============================================================

PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI MAHASISWA UMS DI SURAKARTA

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENJA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2015

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul UUD 1945 Pasal 33 Ayat (1)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Geostrategi Indonesia

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan Daerah Riau mengacu l<epada Lima Pilar. ekonomi kerakyatan akan difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama

Modul ke: 09TEKNIK GEOPOLITIK. Nanang Ruhyat. Fakultas. Program Studi Teknik Mesin

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

Jurnal ruang VOLUME 1 NOMOR 1 September 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Pendidikan merupakan investasi yang penting untuk menciptakan

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dalam usaha untuk mewujudkan cita-cita nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang membahagiakan seluruh bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pelaksanaan pembangunan di segala bidang. Semua usaha tersebut mengacu pada Pancasila dan menggunakan pedoman yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945). Upaya merealisasikan cita-cita tersebut telah dilaksanakan melalui proses pembangunan nasional (BANGNAS), dengan menggunakan dasar konsep Wawasan Nusantara (WASANTARA ). Dalam konsep itu tercakup pengertian perwujudan kepulauan Nusantara sebagai suatu kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi dan kesatuan pertahanan keamanan. Demikian pula dalam GBHN telah dinyatakan bahwa untuk dapat tetap memungkinkan berlangsungnya BANGNAS secara aman dan lancer, perlu dipelihara terus menerus Ketahanan Nasional (TANNAS) yang tangguh dan sebaliknya dengan TANNAS yang tangguh akan lebih mendorong lagi BANGNAS. Modal Dasar BANGNAS yang strategis sifatnya adalah sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM), di mana proses pengembangannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan berbagai aspek kehidupan bangsa dan negara. Pengembangan SDA tersebut dalam BANGNAS dan TANNAS memerlukan proses pengolahan dan pengelolaan oleh manusia. Manusia sebagai sumberdaya dapat berperan baik sebagai pemrakarsa, pemikir dan pengambil keputusan maupun sebagai pelaksanaan operasional dalam arti yang luas. Umumnya mereka terorganisir dalam suatu bentuk wadah organisasi pelaku ekonomi atau lembaga Pemerintahan, di samping dalam bentuk kegiatan perorangan. Produk yang dihasilkan harus dapat dimanfaatkan dan diamankan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi kepentingan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Secara yuridis normative pengaturan kegiatan pelaku ekonomi dalam pengembangan SDA tercantum dalam pasal 33 UUD 1945. Lebih lanjut penjelasan mengenai pasal tersebut telah menggariskan hal-hal yang berkaitan dengan penguasaan SDA tujuan dan orientasi proses pengembangan SDA serta para pelaku ekonomi yang terkait dalam proses tersebut. Di samping itu, keseluruhan pasal 33 tersebut beserta penjelasannya, mengandung unsur-unsur dasar pelaksanaan demokrasi ekonomi dalam Sistem Perekonomian Nasional (SPN) Kegiatan pelaku ekonomi dalam pengembangan SDA ternyata tidak terlepas dari berbagai masalah, sebagai akibat dari perkembangan lingkungan yang dinamis. Justru di saat proses pengembangan SDA dituntut mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi BANGNAS, secara bersamaan proses tersebut harus menghadapi masalah-masalah yang mendasar sifatnya. Hal itu nampak dalam hubungan dengan upaya 9

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kegiatan usaha, yang pada gilirannya dapat menciptakan nilai tanmbah, perluasan lapangan kerja yang produktif, dan peningkatan sumbangan nyata terhadap neraca pembayaran utang luar negeri kita. Salah satu penyebab pokok permasalahan tersebut adalah adanya ketidakseimbangan tata peran dan hubungan keterkaitan yang saling melengkapi dalam pengembangan SDA di antara para pelaku ekonomi, yang terdiri dari pelaku ekonomi di sektor Koperasi dan di sektor Swasta. B. Maksud dan TujuanT Buku ini disusun dengan maksud untuk menyampaikan hasil penelitian gagasan mengenai tata peran dan hubungan keterkaitan yang saling mengisi dan melengkapi di antara para pelaku ekonomi di sektor Negara [BUMN], sektor Koperasi dan Sektor Swasta dalam proses pengembangan SDA dengan melandaskan diri pada doktrin WASANTARA dan TANNAS. Adapun tujuan dari penelitian gagasan itu adalah untuk dapat merumuskan pokok-pokok pikiran, yang dapat membantu upaya menciptakan keseimbangan tata peran pelaku ekonomi dalam proses pengembangan SDA yang sesuai dengan Demokrasi Ekonomi. Hal ini sesuai dengan tujuan kita untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memperkuat TANNAS. Pokok-pokok pikiran tersebut, untuk selanjutnya diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan kebijaksanaan dan strategi BANGNAS di masa mendatang. Dalam hubungannya dengan tujuan tersebut di atas, secara lebih terarah pembahasan masalah dalam buku ini diharapkan dapat membantu menjabarkan secara lebih operasional upaya-upaya yang dapat mendukung program pembangunan jangka panjang. Buku ini sekaligus diharapkan dapat menjadi faktor penyambung (linking) dari rangkaian pokok-pokok pikiran, sejak mulai konsepsi disiplin nasional sebagai hasil dari seminar KRA XVI. Kemudian dilanjutkan dengan konsepsi SISMENAS sebagai hasil dari seminar KRA XVII. Akhirnya pembahasan buku ini diharaphan dapat pula menjadi masukan bagi seminar Sistem Ekonomi Pancasila, yang direncanakan akan dilaksanakan pada waktu-waktu mendatang. C. Pendekatan dan Metodologi Pengkajian Pendekatan pengkajian dilakukan dengan memanfaatkan analisis kesisteman yang bersifat koperhensif integral, melalui proses pemecahan persoalan yang berlandaskan pada falsafah Pancasila, konsep UUD 1945, logika WASANTARA dan bahasan TANNAS. Dalam proses penelitian gagasan untuk menghasilkan suatu model tata peran yang dimaksudkan di muka, telah dilakukan studi pustaka,dengan menggali berbagai informasi dan konsep-konsep yang dikembangkan LEMHANAS, hasil karya perorangan, bahan-bahan kursus dan hasil-hasil diskusi. Selanjutnya penulisan buku ini disusun dan dirangkum ke dalam bentuk berbagai variable model, yang diharapkan dapat menjelaskan pola keseimbangan tata peran tersebut. 10

D. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan utama dititik beratkan pada aspekaspek strategis dalam hubungan antara peran pelaku ekonomi dalam pengembangan SDA dengan proses BANGNAS dan TANNAS, yang antara lain mencakup: Pertama, pengertian dan peran SDA dalam kegiatan pembangunan ekonomi nasional yang berazaskan trilogi pembangunan, terutama dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan nilai tambah, perluasan lapangan kerja produktif, dan peningkatan serta pengamanan neraca pembayaran utang luar negeri. Kedua, pengkajian mengenai tata peran dan mekanisme hubungan antar pelaku ekonomi dalam rangka mengembangkan SDA secara maksimal. Dalam buku ini pengertian pelaku ekonomi mencakup sektor Negara (BUMN), Koperasi dan sektor Perorangan (Swasta). Ketiga, pengkajian mengenai kekuatan model tata peran antar pelaku ekonomi dalam hubungannya dengan penigkatan Ketahanan Ekonomi Nasional, untuk dapat menangkal ancaman, tantangan gangguan dan hambatan (ATGH) pada bangsa kita. Tentu juga untuk memperjelas wajah Demokrasi Ekonomi dalam tata ekonomi nasional yang sesuai dengan UUD 1945. E. Pengertian Pokok Untuk memberikan pengertian dan kesamaan persepsi teknis mengenai terminologi yang digunakan dalam buku ini, berikut dicantumkan penjelasan mengenai pengertian dari beberapa terminologi pokok, yaitu: 1. Garis-garis Besar Halua Negara (GBHN): adalah rumusan haluan Negara dalam garis-garis besarnya sebagai pernyataan kehendak rakyat, dan ditetapkan oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 2. Ketahanan Nasional (TANNAS): merupakan kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi ATGH, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, langsung maupun tak langsung dengan maksud untuk melaksanakan perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional. 3. Model; merupakan satu kesatuan sistem yang memiliki tujuan dan dinamika berdasarkan mekanisme operasional termasuk sub-sistem pengendalian yang melekat dalam model bersangkutan. 4. Pelaku Ekonomi: adalah semua lembaga atau perorangan yang melaksanakan pengambilan keputusan melalui pelaksanaan kegiatan di bidang perekonomian. Sampai pada tingkat tertentu hasilnya dapat mempengaruhi proses pemanfaatan dan pengembangan SDA. 5. Pembangunan Ekonomi: yaitu proses transformasi sumberdaya, termasuk di dalamnya sumberdaya alam. 6. Pengembangan Sumberdaya Alam; yaitu proses pengelolaan, pemanfaatan dan pengamanan sumberdaya alam 11

7. Peran pelaku Ekonomi: adalah semua kegiatan yang dilaksanakan pelaku ekonomi dalam suatu sistem tata peran tertentu berdasarkan fungsi dan tanggung jawabnya dalam mengemban misinya. Peran secara nyata ditunjukan melalui implementasi kegiatan operasionalnya, yang dipengaruhi oleh tujuan dan ciri masingmasing para pelakunya. 8. Sistem: merupakan kesatuan dari berbagai bagian atau sub-sistem yang saling berhubungan, tergantung serta saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem ini mempunyai tujuan dan sifat-sifat yang ditentukan oleh interaksi dan interrelasi antar sub-sistem yang satu dengan sub-sistem yang lainnya. 9. Sistem Menejemen Nasional (SIMENAS): merupakan serangkaian proses pengambilan keputusan berwenang (TPKB), yang memiliki komposisi sistem dalam (inner system) yang terdiri atas Tatanan Administrasi Negara (TAN) dan Tata Laksana Pemerintahan (TLP), serta sistem luar (outer system) yang terdiri atas Tatanan Kehidupan Masyarakat (TKM), dan Tata Politik Nasional (TPN). Sistem ini akan mengolah pendapat masyarakat dan pendapat politik yang timbul sebagai masukan bagi proses pengambilan keputusan yang berwenang dalam TAN dan TLP. 10. Sistem Perekonomian Nasional (SPN): yaitu cara masyarakat Iindonesia dalam mengorganisir faktor-faktor produksi dan menuangkannya ke dalam struktur kelembagaan bagi proses BANGNAS. 11. Sumberdaya Alam (SDA): secara teknis dimaksudkan sebagai semua temuan manusia dari alam, yang dapat digunakan bagi keperluan hidupnya. Dalam hubungan dengan TANNAS, SDA dikenal sebagai kekayaan alam (KA) suatu bangsa, yang terdiri atas segala bentuk nyata dan potensi alam yang diperoleh di atas permukaan serta di dalam bumi dan laut, yangberada di wilayah kekuasaan/yuridikasi suatu negara. 12. Sumberdaya Manusia (SDM): adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu dan yang memiliki potensi untuk menghasilkan karya tertentu, baik dengan cara mengolah SDA secara langsung maupun tidak langsung. 13. Wawasan Nusantara (WASANTARA): adalah wawasan dalam mewujudkan tujuan BANGNAS, yang menckup pandangan bahwa rakyat, bangsa, negara dan wilayah nusantara (darat, laut, udara) merupakan suatu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahpisahkan. Dalam BANGNAS, wawasan ini mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai suatu kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi dan kesatuan pertahanan-keamanan. F. Sistematika Penulisan Uraian dalam buku ini akan mengikuti alur pikiran sebagai berikut; Bab satu berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan pola dan pikiran yang melandasi penulisan buku ini. Demikian pula dicakup 12

maksud dan tujuan serta pendekatan dan metode pengkajian yang digunakan dalam pembahasan. Bab dua berisi studi terhadap peran pelaku ekonomi dalam pengembangan sumberdaya alam. Bab ini menguraikan pengertian, potensi serta ciri pelaku ekonomi. Selanjutnya pembahasan dihubungkan dengan peranan pelaku ekonomi dalam proses pengembangan SDA dan keterkaitannya pada BANGNAS dan TANNAS, yang didasarkan pada WASANTARA. Bab tiga berisi analisa terhadap pelaku ekonomi dalam pengembangan sumberdaya alam. Bab ini memuat uraian mengenai hasil BANGNAS yang telah dicapai hingga saat ini dan berbagai kondisi yang memberikan dampak negatif terhadap pencapaian sasaran BANGNAS tersebut. Bab ini juga menjelaskan masalah strategis yang muncul dalam hubungannya dengan proses penyiapan kondisi tinggal landas. Pembahasan diakhiri dengan menunjukan aspek strategis yang terkait dengan tata peran dari pelaku ekonomi dalam proses BANGNAS. Bab empat berisi bentuk analisa keseimbangan tata peran pelaku ekonomi. Bab ini mencakup uraian mengenai dasar dan pola pemikiran atas konsep ideal dari model keseimbangan tata peran antar pelaku ekonomi yang dihubungkan dengan upaya mempersiapkan sumberdaya manusia yang handal. Uraian dilengkapi dengan tujuan model, kendala model, mekanisme interaksi dan inter-relasi dari komponen pelaku ekonomi. Uraian tersebut mencakup pula ciri dan tingkah laku model yang harus diwujudkan agar dapat mengoptimalkan tata peran yang dimaksud, di samping pembahasan sistem pengendaliannya. Bab lima berisi usulan penerapan dan implikasi model terhadap pembangunan nasional. Bab ini memuat penjelasan mengenai bagaimana pola operasionalisasi proses penerapan modelnya, serta bagaimana menggerakan proses tersebut dalam hubungannya dengan SISMENAS dan asas-asas kepemimpinan serta imlikasinya terhadap proses pembinaan TANNAS. Bab enam adalah penutup. Bab ini diakhiri dengan penyampaian kesimpulan dan saran-saran untuk keperluan penerapan model dalam kegiatan ekonomi yang sedang dan akan berlangsung masa mendatang. 13