DAMPAK RENCANA TATA RUANG PULAU SULAWESI TERHADAP PENINGKATAN PEREKONOMIAN SULAWESI

dokumen-dokumen yang mirip
Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

STRUKTUR RUANG DAN POLA RUANG RTR KEPULAUAN MALUKU DAN RTR PULAU PAPUA

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRIORITAS 11 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH SULAWESI

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Pembangunan Kehutanan

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BAB IV LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera dalam Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OLEH GUBERNUR SULAWESI TENGGARA GORONTALO, 3 MARET 2013

Muatan Rencana Tata Ruang Wilayah. Profil Singkat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

Transkripsi:

BKPRS DAMPAK RENCANA TATA RUANG PULAU SULAWESI TERHADAP PENINGKATAN PEREKONOMIAN SULAWESI Prof. DR. Aminuddin Ilmar Sekretaris Jenderal BKPRS Disampaikan pada Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011, Hotel Sahid Makassar, 31 Oktober 2013 Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 1

Tujuan Penataan Ruang Pulau Sulawesi 1. Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan konservasi laut 2. Lumbung pangan padi nasional (bagian selatan Pulau Sulawesi) & Lumbung pangan jagung nasional (bagian utara Pulau Sulawesi) 3. Pusat perkebunan kakao berbasis bisnis (bagian tengah Pulau Sulawesi) 4. Pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi serta minyak dan gas bumi 5. Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intensif, konferensi & pameran (MICE) 6. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan & pintu gerbang yang berbatasan dengan Filipina & Malaysia 7. Jaringan transportasi antar moda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah 8. Kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi & adaptasi bencana 9. Kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40 % dari luas Pulau Sulawesi sesuai kondisi ekosistemnya. Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 2

Sekilas BKPRS Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) didirikan tanggal 19 Oktober 2000 di Makassar oleh 4 Gubernur se Sulawesi, masing-masing Gubernur Sulawesi Selatan (H.Z.B Palaguna), Gubernur Sulawesi Utara (A.J Sondakh), Gubernur Sulawesi Tengah (H.B Paliudju) dan Gubernur Sulawesi Tenggara (La Ode Kaimoeddin). Tugas utama memfasilitasi kepentingan regional Sulawesi baik antar provinsi, kabupaten/kota serta hubungannya dengan pemerintah pusat, terdiri a) koordinasi di bidang perencanaan ekonomi, sosial budaya, b) Meningkatkan kerjasama antar daerah, c) Mendorong kerjasama, d) Meningkatkan kerjasama ekonomi/investasi dengan negara-negara sahabat melalui misi kerjasama antar pemerintah atau antar pengusaha, e) Memediasi kerjasama perencanaan pembangunan antar Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sejak tahun 2011 diketuai oleh Gubernur Sulawesi Barat Bapak Drs. H. Anwar Adnan Saleh. Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 3

Kebijakan & Strategi Penataan Ruang Pulau Sulawesi 1. Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan konservasi laut Kebijakan : a. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global b. Pengembangan kawasan minapolitan c. Pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 4

Strategi a.pusat pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil perikanan yang didukung oleh pengolahan limbah industri terpadu Meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan sentra perikanan. b. Pengembangan kawasan minapolitan dengan memperhatikan potensi lestari : Mengembangkan prasarana dan sarana penangkapan dan budidaya perikanan yang berdaya saing Mengembangkan sentra-sentra perikanan tangkap dan budidaya yang didukung teknologi tepat guna c. Pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi : Melestarikan terumbu karang dan sumberdaya hayati laut di wilayah segitiga terumbu karang (coral triangle) Mencegah sedimentasi pada kawasan muara sungai yang merupakan jalur migrasi biota laut yang dilindungi Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 5

2. Lumbung pangan padi nasional (bagian selatan Pulau Sulawesi) & Lumbung pangan jagung nasional (bagian utara Pulau Sulawesi) Kebijakan : a. Pengembangan sentra pertanian tanaman padi dan jagung yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional b. Pengembangan jaringan prasarana sumberdaya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung c. Pemertahanan kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 6

Strategi : a. Mengembangkan sentra pertanian tanaman padi dan jagung di kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian untuk ketahanan pangan b. Mendorong Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan pusat industri jasa hasil pertanian tanaman pangan padi dan jagung c. Mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan padi dan jagung Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 7

3. Pusat perkebunan kakao berbasis bisnis (bagian tengah Pulau Sulawesi) Kebijakan : a. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan b. Pengembangan sentra-sentra perkebunan kakao dengan prinsip pembangunan berkelanjutan Strategi : a. Mengembangkan kasawan industri pengolahan hasil perkebunan kakao yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu b. Meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan sentra perkebunan kakao c. Mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan perkebunan kakao. Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 8

4. Pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi serta minyak dan gas bumi Kebijakan : a. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan b. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, aspal, panas bumi serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Strategi : a. Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu b. Mengembangkan sarana dan prasarana untuk kelancaran distribusi dan produksi pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi dari kawasan peruntukan pertambangan ke pasar nasional dan internasional. Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 9

5. Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intensif, konferensi & pameran (MICE) Kebijakan : a. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran b. Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran Strategi : a. Mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan perkotaan nasional b. Meningkatkan keterkaitan secara kawasan perkotaan nasional dankawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 10

6. Jaringan transportasi antar moda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah Kebijakan : a. Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah b. Pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil. Strategi : a. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi darat, laut, dan udara yang menghubungkan antar kawasan perkotaan dan memantapkan koridor ekonomi pulau Sulawesi b. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat meliputi jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, pelabuhan dan bandar udara. Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 11

Potensi Strategis Pulau Sulawesi Pulau Sulawesi kaya akan potensi perikanan budidaya dengan produksi perikanan tangkap mencapai 19,2% produksi nasional, sedangkan perikanan budidaya mencapai 33% produksi nasional (Statistik Perikanan, 2007), yaitu sebesar 6.541 Triliun Rupiah (PDRB 2009) Gorontalo sebagai penghasil utama jagung berkontribusi 55 % dari total ekspor Pulau Sulawesi; Sulawesi Selatan merupakan pengekspor beras dengan jumlah produksi 63% dari total pulau Sulawesi (database pertanian 2009), sektor pertanian tanaman pangan menyumbang 30,5% dari total PDRB Pulau Sulawesi, yaitu sebesar 11.443 Triliun Rupiah (PDRB 2009) Pulau Sulawesi merupakan produsen utama kakao di Indonesia volume produksi dengan volume produksi mencapai 495.390 ton atau 67% produksi nasional dan Indonesia merupakan produsen nomor tiga terbesar di dunia (database pertanian 2009) Pulau Sulawesi menghasilkan nikel sekitar 500.000 ton, cadangan minyak bumi 51,95 MMSTB dan cadangan gas bumi 2,68 TSCF, serta deposit aspal yang diperkirakan sekitar 660 juta ton (JICA, 2008). Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 12

Pulau Sulawesi memiliki beberapa kawasan wisata (Taman Laut Bunaken, Takabonerate, Wakatobi, dan Tana Toraja) yang selama ini sudah menjadi tujuan wisata internasional dan nasional (jumlah tamu mancanegara adalah 54.296 orang, dan tamu domestik 1.951.097, BPS 2009) Kawasan perbatasan negara dengan14 pulau kecil terluar dan 46 pintu gerbang internasional memiliki posisi yang strategis dengan dengan Negara Filipina dan Malaysia Pulau Sulawesi memiliki akses transportasi lintas pulau yang menghubungkan kawasan budidaya dengan outlet dengan arus peti kemas 1.031.450 Theus dan 978.354 Box (Pelindo IV, 2008), akan tetapi lebih dari 35% jalan dalam kondisi rusak Terdapat kawasan rawan gunung api (Lokon 24 Juli 2011), gempa bumi/tsunami (6.9 skala richter, Manado, 14 juni 2011) Pulau Sulawesi memiliki fauna dan flora yang unik, disebut dengan bioregion Wallacea. Hampir semua spesies utama dan endemik dari tanaman, mammalia, burung, reptil, dan amfibi, menghuni wilayah konservasi dengan luas 20% dari total pulau dan tutupan lahan hutan 53% dari luas pulau Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 13

MP3EI Koridor IV Sulawesi Tema Pembangunan : Pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nikel Pusat Ekonomi : Makassar, Kendari, Manado, Palu, Gorontalo & Mamuju Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 14 Kegiatan Ekonomi Utama : Pertanian pangan, kakao, perikanan, nikel dan migas

Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 15 MP3EI Koridor IV Sulawesi dan RTR SULAWESI

Kawasan Strategis Nasional di Sulawesi 1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado-Bitung (Provinsi Sulut) 2. Kawasan konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano (Provinsi Sulut) 3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui (Provinsi Sulteng) 4. Kawasan Poso dan sekitarnya (Provinsi Sulawesi Tengah) 5. Kawasan Kritis Lingkungan Balingara (Provinsi Sulawesi Tengah) 6. Kawasan Kritis Kritis Lingkungan Buol-Lambunu (Provinsi Sulawesi Tengah) 7. Kawasan Perkotaan Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar (Mamminasata) (Provinsi Sulsel) 8. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Pare-Pare (Provinsi Sulawesi Selatan) 9. Kawasan Toraja dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan) 10. Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Pare-Pare (Provinsi Sulawesi Selatan) 11. Kawasan Soroako dan sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan) 12. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka dan Kendari (Provinsi Sultra) 13. Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa-Watumohai dan Rawa Tinondo (Provinsi Sultra) Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 16

Kondisi Ekonomi Sulawesi Dalam PDRB Wilayah, Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan memberikan kontribusi hingga mencapai ±92%. Sedangkan Gorontalo dan Sulawesi Barat masih <10%. Kontribusi Wilayah Sulawesi terhadap perekonomian nasional sebesar 4,61%. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB wilayah disusul dengan sektor jasa dan perdagangan. Adanya potensi perikanan budidaya dengan produksi perikanan tangkap 19,2% produksi nasional dan perikanan budidaya 33% produksi nasional. Gorontalo sebagai penghasil utama jagung berkontribusi 55 % dari total ekspor Pulau Sulawesi; Sulawesi Selatan merupakan pengekspor beras dengan jumlah produksi 63% dari total pulau Sulawesi sektor pertanian tanaman pangan menyumbang 30,5%. Produsen utama kakao di Indonesia volume produksi dengan volume produksi mencapai 495.390 ton atau 67% produksi nasional. Penghasil nikel sebesar 500.000 ton, cadangan minyak bumi 51,95 MMSTB dan cadangan gas bumi 2,68 TSCF, serta deposit aspal yang Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 17 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Wilayah atas dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (dalam persen)

Perkembangan Panjang Jalan menurut Status Kewenangan di wilayah Sulawesi Kondisi Infrastruktur Sulawesi Jalan terpanjang antarprovinsi di Wilayah Sulawesi berada di Sulawesi Selatan yang meliputi 40 persen. Perkembangan total panjang jalan dalam periode 2008-2010 meningkat sepanjang 5.252 km, dengan peningkatan tertinggi berasal dari jalan kabupaten yaitu sepanjang 3.247 km. Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi Listrik Kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International Roughness Index, Departemen PU, Agustus 2010), kualitas jalan nasional tidak mantap di Wilayah Sulawesi cenderung meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Konsumsi energi listrik perkapita pada tahun 2011, tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 429,59 kwh/kapita, dan terrendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 127,4 kwh/kapita. Layanan telpon kabel terbanyak adalah di Sulawesi Selatan sebanyak 853 desa/kelurahan (28,6%), dan menurut persentasenya adalah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 35,1%. Sumber Air Bersih untuk Kebutuhan Domestik Masyarakat Menurut Provinsi Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi Untuk memperoleh air bersih sebagian besar masyarakat (49%) di Wilayah Sulawesi menggunakan pompa listrik/tangan atau sumur. Kondisi yang paling memprihatinkan dalam memperoleh air bersih adalah bagi masyarakat yang tergantung terhadap air hujan. Kondisi ini, paling banyak dihadapi oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara yaitu mencapai 61 Desa atau 3% dari total desa/kelurahan. 18

Persentase Desa/Kelurahan yang Mengalami Gangguan Lingkungan menurut Provinsi dan Jenis Gangguan Jumlah DAS berdasarkan Tingkat Prioritas Penanganan Luas dan Penyebaran Lahan Kritis Terdapat kawasan rawan gunung api (Lokon 24 Juli 2011), gempa bumi/tsunami (6.9 skala richter, Manado, 14 juni 2011) dan tanah longsor. Pulau Sulawesi memiliki topografi yang sangat bervariasi dan cenderung curam. Wilayah Sulawesi dikepung oleh lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia yang jika sewaktu-waktu lempeng ini bergeser patah akan menimbulkan gempa bumi yang disusul dengan terjadinya tumbukan antar lempeng tektonik yang dapat menghasilkan tsunami. Sulawesi merupakan jalur The Pasific Ring of Fire yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Kondisi Lingkungan Sulawesi Luas lahan kritis di Wilayah Sulawesi tahun 2010 mencapai 7.610.814,50 hektar atau sekitar 9,26 persen dari luas lahan kritis nasional. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Sulawesi dengan kondisi rusak pada tahun 1999-2007 sebanyak 88 DAS. Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat merupakan dua provinsi yang paling banyak mengalami bencana longsor. Bencana longsor yang terjadi kedua provinsi tersebut berlangsung di 523 desa pada tahun 2008. Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 19

No Isu Strategis 1. Belum optimalnya pengembangan potensi perikanan dan migas 2. Belum berkembangnya investasi manufaktur penambahan nilai sektor perkebunan dan pertambangan 3. Rendahnya produktivitas sektor unggulan pertanian 4. Belum optimalnya pengembangan simpul transportasi yang melayani nasional dan provinsi. 5. Rendahnya aksesbilitas masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan 6. Adanya ketimpangan sumber daya manusia antar provinsi 7. Rendahnya kualitas angkatan kerja usia produktif 8. Terjadinya degradasi lingkungan akibat lemahnya pengendalian kegiatan ekstraksi pertambangan 9. Tingginya tingkat kerawanan bencana alam Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 20

TERIMA KASIH Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi www.bkprs-news.com email : info@bkprs-news.com/ bkprssulawesi@ymail.com Jl. Kasuari No. 10 Makassar 90125 Telp. 0411-831195/ Fax. 0411-831195 Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi 21