BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa, 2004:4). Dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

terdahulu, maka kesimpulan peneliti sebagai berikut: semaka makin tinggi motivasi berprestasi guru.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU. Saiful Bahri 1 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

Setia, 2011), hlm Sarbini & Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, (Bandung; Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi dan memegang peranan penting dalam. upaya meningkatkan sumber daya manusia. Melalui peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai. penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan.

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan energi mempengaruhi dan memberi arah yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu:

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Guru mempunyai posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang dituntut

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Organisasi dengan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional Rendahnya kualitas sumber daya manusia juga akan menjadi batu sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan global, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas, moral, maupun tanggung jawab. Penataan sumber daya tersebut perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004: 4). Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa (2004: 4). tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Gurupun terlibat sangat dominan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sardiman (2005: 125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. 1

2 Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Begitu juga Widoyoko (2006 : 2) menyatakan guru yang mempunyai kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Peran guru dalam pembelajaran cukup banyak, di antaranya guru sebagai: (1) pendidik, (2) pengajar, (3) pembimbing dan (4) pelatih. Guru sebagai pendidik menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Selain itu sebagai pendidik hendaknya memiliki ciri kemampuan: (a) pandai bergaul dengan anak usia SD, (b) bersifat sabar, (c) memiliki sikap kasih sayang, (d) bersikap periang dan (e) dapat memberikan keteladanan dalam bersikap, berperilaku, dan bertutur kata, sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Guru sebagai pengajar, yaitu guru melaksanakan pembelajaran, memang itu merupakan tugas dan tanggungjawabnya yang pertama dan utama. Tugas guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pembimbing, dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan

3 tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatitivitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Pendidikan yang baik dan guru yang efektif berusaha memikirkan perkembangan kepribadian peserta didik dan kehidupannya. Guru sebagai pelatih, dengan dasar bahwa proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih para peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk itu diperlukan sosok guru yang inovatif, kreatif, berkualitas dan profesional. Sedangkan kondisi kenyataan yang ada sekarang kinerja guru belum sesuai dengan harapan. Ini berdasarkan monitoring hasil supervisi pengawas sekolah di Kecamatan Kisaran Barat bahwa semua guru SD yang ada di Kisaran Barat tidak membuat RPP, para guru hanya mempunyai RPP yang dibeli yang tidak sesuai dengan kondisi dan tempat tinggal siswa. Sikap kreatif belum membudaya dikalangan para guru. Kreativitas yang dimaksud ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan belum dilakukan oleh seseorang. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya, dan apa yang akan dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang. Pada saat ini pembuatan administrasi kelas dan pajangan kelas sudah disediakan pihak sekolah melalui dana BOS. Guru hanya menulis ke sekolah dan beberapa hal yang sifatnya khusus. Jadi realitas yang ada sekarang tidak banyak kreativitas guru dalam

4 memilih dan mengembangkan materi standar sebagai bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Masih dalam hasil supervisi lapangan, guru pada umunya menjaga tidak mempergunakan alat peraga, walaupun alat peraganya sudah disediakan oleh sekolah. Dan sangat langka menemukan guru yang mau membuat alat peraga sederhana. Guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, banyak unsur dan cara yang harus dikuasai dan dikembangkan oleh sekolah. Pidarta dalam Saerozi (2005: 2) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, harapan-harapan, dan pegawasan (supervisi). Sejalan dengan itu Armstrong dan Baron, (Wibowo, 2009 ; 2). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya yaitu kompetensi, pengetahuan dan keterampilan, motivasi kerja, kepribadian, sikap kerja dan kepuasan kerja. Dengan demikian kelihatan bahwa efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam pengajaran ikut menentukan baik buruknya kinerja guru. Kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah

5 perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi pedagogik yang lebih baik. Namun dalam kenyataan kriteria peningkatan mutu tersebut di atas belum dijadikan acuan kinerja bagi guru atau dengan kata lain kinerja guru belum optimal. Indikasi ini dapat dilihat dari hasil supervisi gabungan kelompok kerja pengawas sekolah (KKPS) yang dilakukan pengawas UPT pendidikan kecamatan kisaran barat. Dari hasil laporan, data menunjukkan bahwa yang menyusun RPP 35%, RPP yang memenuhi standar 30%, guru yang terlambat 35%, guru yang menyenangkan mengajar 33%, yang membuat kisi-kisi soal 35%, yang memeriksa tugas 25%. Untuk itulah perlu dilakukan supervisi pengajaran tentang kompetensi guru dalam hal meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukannya. Menurut Oliva (1984:445) Melalui supervisi pengajaran kepala sekolah dapat mengetahui kinerja guru yang berhubungan dengan dimensi supervisi pengajaran yang meliputi kompetensi guru, kepemimpinan guru, dan evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas profesinya.antara lain kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Selain kompetensi pedagogik faktor lainnya yang tidak dapat dikesampingkan terhadap kinerja guru adalah kepemimpinan kepala sekolah. Koontz dalam Kamars (2005:108) mengatakan kepemimpinan (leadership) adalah

6 sebagai pengaruh, seni atau prose mempengaruhi orang-orang sehingga mereka mau bekerja keras dalam meningkatkan kinerja secara sukarela dan bersemangat ke arah pencapaian tujuan-tujuan kelompok. Siagian (1992: 17) pimpinan pada dasarnya dapat dikategorikan pada lima tipe yaitu: (1) Tipe otokratik, (2) Tipe paternalistik, (3) Tipe kharismatik, (4) Tipe Laissez faire, dan (5) Tipe demokratis. Dalam penelitian ini tipe kepemimpinan yang dimaksud adalah tipe demokratis. Siagian (1992; 23) menyatakan lagi Pemimpin dalam tipe demokratis menafsirkan kepemimpinanya bukan sebagai diktator melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya, hubungannya dengan para bawahannya bukan sebagaiatasan dan bawahan tetapi lebih pada saudara tua pada adiknya, dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari para bawahannya, demikian juga terhadap kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin merupakan salah satu komponen yang paling berperan dalam memberi kontribusi terhadap kinerja guru. Sebagaimana diungkapkan Supriadi dalam Mulyasa (2005:25) bahwa : Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah, seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, kinerja guru di sekolah. Tenaga kependidikan terutama guru merupakan jiwa dari sekolah. Oleh karena itu peningkatan profesionalisme guru, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan

7 pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, sampai pada imbal jasa merupakan garapan kepala sekolah (Mulyasa, 2005 : 90). Hasil penelitian Rosenholtz (dalam Permadi, dkk. 1999:5) menyimpulkan bahwa peranan manajemen menentukan hampir lebih 1/3 dari hasil belajar, bahkan penelitian yang dilakukan terhadap 33 SD di satu kecamatan menghasilkan temuan bahwa faktor kepemimpinan kepala sekolah khususnya atau manajemen sekolah memberi kontribusi berarti bagi peningkatan hasil belajar dan kestabilan perolehan hasil belajar. Dalam penelitian Permadi (1999:4) menyimpulkan bahwa pembinaan kepemimpinan mandiri bagi kepala SD yang bertumpu pada pengembangan 10 dimensi kepemimpinan mandiri telah mampu mengubah perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang lebih dinamis dan produktif yang dapat meningkatkan kinerja sekolah terutama dalam mengatasi hambatan proses belajar mengajar melalui pemanfaatan sumber-sumber daya yang tersedia. B. Identifkasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kota Kisaran Barat Kabupaten Asahan?

8 3. Bagaimana supervisi pengajaran guru SD Negeri Kecamatan Kota Kisaran Barat Kabupaten Asahan? 4. Bagaimana tipe kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? 5. Apakah terdapat hubungan yang signifikan dan berarti kompetensi pedagogik guru dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? 6. Apakah terdapat hubungan yang signifikan dan berarti tingkat kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? 7. Apakah terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kompetensi pedagogik guru dan tingkat kepemimpinan demokratis kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? C. Pembatasan Masalah Permasalahan dalam penelitian dibatasi dengan maksud untuk memperoleh ruang lingkup yang lebih jelas dan menghindari terjadinya pengembangan analisis data. Adapun permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan kompetensi pedagogik dan tingkat kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.

9 D. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalahyang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kompetensi pedagogik guru dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara tingkat kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kompetensi pedagogik guru dan tingat kepemimpinan demokratis kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan yang signifikan dan berarti antara kompetensi pedagogik guru dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. 2. Hubungan yang signifikan dan berarti antara tingkat kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.

10 3. Hubungan yang signifikan dan berarti antara kompetensi pedagogik guru dan tingkat kepemimpinan demokratis kepala sekolah secara bersamasama dengan kinerja guru SD Negeri Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain : 1. Memberi pengaruh yang berdaya guna bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan khususnya pada kompetensi pedagogik guru dan kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru. 2. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam meningkatkan kinerja guru di tingkat satuan pendidikan. 3. Dapat dijadikan sebagai alternatif model inovasi dalam pengembangan tentang kompetensi pedagogik dantingkat kepemimpinan demokratis kepala sekolah, terhadap kinerja guru. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan : 1. Dalam pengembangan sumber daya manusia di sekolah, hal ini penting dengan mengetahui sebab-sebab dan cara-cara meningkatkan kinerja guru, akan meningkat output pendidikan di SD di Kabupaten Asahan khususnya Kecamatan Kisaran Barat.

11 2. Bagi para stake holders dan pihak yang terkait termasuk dinas pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan kinerja guru. 3. Bagi kepala sekolah dan guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan terutama yang berhubungan dengan tingkatkepemimpinan demokratis kepala sekolah, dan kinerja guru.