Gambaran Karakteristik Ibu Nifas dan Praktik Menyusui Yang Benar di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Eliska Mayasari / adalah mahasiswi D-IV Bidan

PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN. Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

PENELITIAN. TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR Di Polindes Blembem Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN

PENGARUH PELATIHAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA TERHADAP KETRAMPILAN DALAM MENYUSUI

Putri Kusumawati Priyono

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

LEMBAR PENJELASAN CALON RESPONDEN. mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

ABSTRACT. Bibliography : 13 ( ) Keywords : Knowledge mother, Implementation Techniques truthful Breastfeeding

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

GAMBARAN KETIDAKBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SENAM NIFAS DENGAN SIKAP TERHADAP SENAM NIFAS PADA IBU PASCA PERSALINAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM DI RS Dr.

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENYUSUI DENGAN PELAKSANAAN TEKNIK MENYUSUI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENYUSUI IBU PRIMIPARA DI BPS ENDANG PURWANINGSIH BANTUL¹

ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE. Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara. Telp/Fax (0408)

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

JoH Volume 4 Nomor 1 Januari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

1

Nisa khoiriah INTISARI

Sri Lestari Dwi Astuti, Asrining Surasmi Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU BUTEKI PADA KALANGAN PEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PERUSAHAAN X, SEMARANG TAHUN 2007

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

Nur Faridah Trisiyah *), Dewi Novianty **) STIKes Patria Husada blitar ABSTRACT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS NORMAL 1-3 HARI TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM DI RUANG NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

TEKNIK MENYUSUI PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI DESA JABONTEGAL DAN DESA BALONG MASIN KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO SOIDAH AHMAR SETYOWATI

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI IBU BERSALIN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

Jurnal Delima Harapan Volume 9 No.8 (Agustus 2017-Januari 2018)

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health)

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI RSKIA X KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Sri Setiyo Ningrum NIM :

ARTIKEL HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS DI DESA DANUREJO KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI BARU LAHIR PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH BANTUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN TEORI. dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004, 2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar,

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

KARAKTERISTIK IBU MEYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI. Danik Riawati Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK

Transkripsi:

Gambaran Karakteristik Ibu Nifas dan Praktik Menyusui Yang Benar di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Indah Tri Kuntarti Arie Wuryanto, SKM, M.Kes Ester Ratnaningsih, SST Abstract Aims (s) : This study aims to find out the the overview of mother puerperal characteristics and the right breastfeeding practices at Panti Wilasa Citarum Semarang Hospital. Method : The design of this study uses descriptive research method. The research was conducted at Panti Wilasa Citarum Semarang Hospital with Accidental Sampling techniques. The data were collected through behavioral mothers observations during breastfeeding that refers to the 13 action items of breastfeeding. Result : The results of this study indicate that mother puerperal has fairly the feeding behavior of 62.5%. This behavior can be found in the is distributed in the mother with the age category 20-35 years. 62.5% of the mothers have secondary education background, 62.5% of the mothers works and 56.3% of the mothers have delivered 2-5 timing. Conclusion : Puerperal mothers in the age of 20-35 years having secondary school background, working, and delivering 2-5 times have fairly good finding behavior that is 62.5%. Keywords : Characteristics of mothers, breast-feeding practices Kerangka Pemikiran Air Susu Ibu (ASI) sebagai ASI eksklusif sangat penting makanan alamiah adalah makanan untuk peningkatan SDM kita di masa yang tarbaik yang dapat diberikan oleh yang akan datang, terutama dari segi seorang ibu kepada anaknya yang kecukupan gizi sejak dini. Memberikan baru dilahirkan. Selain komposisinya ASI secara eksklusif sampai bayi sesuai untuk pertumbuhan dan berusia 6 bulan akan menjamin perkembangan bayi yang berubah tercapainya pengembangan potensial sesuai untuk pertumbuhan bayi. ASI kecerdasan anak secara optimal. Hal yang mengandung zat-zat pelindung ini karena selain sebagai nutrien yang yang dapat menghindarkan bayi dari ideal dengan komposisi yang tepat berbagai penyakit infeksi. Pemberian serta disesuaikan dengan kebutuhan ASI juga memiliki pengaruh emosional bayi, ASI juga mengandung nutriennutrien yang luar biasa, yang mampengaruhi khusus yang diperlukan otak hubungan batin ibu dan anak, dan bayi agar tumbuh optimal. (3) perkembangan jiwa anak. (1,2) (dikutip dari 3) WHO/ UNICEF (1990) membuat deklarasi yang dikenal

dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Dalam deklarasi ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Dan semua bayi diberikan ASI ekslusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah 4-6 bulan bayi diberi makanan pendamping / padat yang benar dan tepat, sehingga ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif ". (3) Saat ini, pemberian ASI Eksklusif di Indonesia dalam angka yang sangat memprihatinkan, karena secara umum masyarakat telah memberikan makanan pendamping pada saat bayi masih berumur muda. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan sebanyak 48,3%, sedangkan 28,6% lainya adalah bayi yang diberi susu formula dan 12,2% telah diberi makanan tambahan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 6 bulan menurun menjadi 17,3% dimana 11,2% nya adalah bayi dengan susu formula sedangkan 48,1% lainnya adalah bayi dengan makanan (4) (dikutip dari 6) yang dilakukan di Klaten, diperoleh hasil dimana ibu memiliki pengetahuan baik sebanyak 54% dan ibu berpengetahuan kurang sebanyak 10%. Dimana ibu yang berpengetahuan baik berada pada usia 20-35 tahun, yang berpendidikan SMA dan PT serta ibu bekerja. Dari ibu yang berpengetahuan baik tersebut, sebanayak 54% berperilaku menyusui dengan baik dan 28% berperilaku menyusui cukup. (6) Menyusui adalah proses yang alamiah yang tidak mudah dilakukan sehingga untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui yang benar. (2,4) menurut Notoatmodjo (2010) (dikutip dari 8) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif akan semakin langgeng. (2,7) Menurut data yang peneliti peroleh dari ruang rekam medik Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang ibu melahirkan setiap bulan berkisar antara 70-90 orang dan 42,8% di antaranya adalah ibu melahirkan primipara. Pada bulan januari 2011 ada sebanyak 71 ibu bersalin, baik secara SC ataupun secara normal. Dari 71 ibu nifas tersebut 16 diantaranya mengalami masalah seputar menyusui seperti puting susu lecet dan engorgement, dimana 11 ibu nifas yang mengalami masalah tersebut adalah ibu nifas primipara. Masalah seputar menyusui sering terjadi terutama pada ibu primipara. Untuk itu, ibu menyusui perlu untuk diberikan penjelasan tentang cara menyusui yang benar dan hal- hal yang berhubungan dengan seputar menyusui. Masalah menyusui bisa timbul sejak masa tambahan. Hal-hal yang menghambat rendahnya pemberian ASI Eksklusif menurut SDKI (2003) adalah pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, yaitu sebesar 19,07%. (4) Sedangkan pada tahun 2007 (SDKI) bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 32 %, dan 30% mendapat ASI dan makanan tambahan. (5) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angsuko (2007) sebelum persalinan (antenatal) seperti

puting susu datar, dan masa setelah persalinan seperti puting susu lecet, payudara bengkak, dll. (2) Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal, sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu dan bayi jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu karena bayi enggan untuk menyusu maka berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI. (7) Faktor Ekstrinsik Sosial budaya Lingkungan Sumber informasi Jenis informasi Tingkat pengetahuan ibu nifas Praktik Menyusui Yang Benar Metode Penelitian Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Praktik menyusui yang benar, Umur, Pendidikan, Status bekerja, Paritas. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di ruang nifas RS Panti Wilasa Citarum Semarang pada 1 minggu pertama bulan Juni 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang melahirkan secara pervaginam pada 1 minggu pertama bulan Juni 2011 di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara,di mana peneliti mendapat informasi secara lisan tentang karakteristik ibu Faktor Intrinsik Umur Pendidikan Status Bekerja Paritas menyusui yaitu,usia, pendidikan, status bekerja, paritas ibu menyusui. Metode observasional digunakan untuk mengukur praktik ibu menyusui, yaitu suatu suatu prosedur yang berencana yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat aktivitas ibu tentang cara menyusui yang benar. (18,21,22) Instrumen pada penelitian ini menggunakan Check List y berisi identitas, karakteristik ibu menyusui serta daftar yang menunjukan praktek menyusui yang benar. Pada penelitian ini menggunakan analisa data univariat, yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku menyusui ibu berdasarkan karakteristik ibu.

Hasil berperilaku menyusui kurang baik Dari 16 responden menunjukkan berada pada kategori pendidikan SMA bahwa seluruh responden termasuk yaitu sebanyak 40% (4 orang). dalam kategori umur 20-35 tahun. Dari kategori pndidikan, Sebagian besar Sebagian besar responden berperilaku menyusui kurang baik berada dalam berada pada kategori pendidikan SMA kategori bekerja yaitu sebanyak yaitu sebanyak 62,5% (10 orang), 33,3%(2 orang). Sebagian besar sedangkan sebagian kecil berada berperilaku menyusui kurang baik pada kategori pendidikan SMP yaitu responden berada dalam kategori 12,5% (2orang) dan sebanyak 25% (4 bersalin 2-5 kali yaitu 44,4% (5 orang). orang) berpendidikan Akademi. Dari kategori pekerjaan, sebagian besar Pembahasan responden berada dalam kategori Pada hasil penelitian ini sebagian bekerja yaitu sebanyak 62,5% (10 besar ibu memiliki pengetahuan yang orang), sedangkan sebagian kecil cukup tentang cara menyusui akan berada dalam kategori tidak bekerja yaitu 37,5% (6 orang). Dari kategori tetapi ada beberapa yang masih dianggap kurang. Hal ini disimpulkan paritas, sebagian besar responden oleh peneliti setelah mengajukan berada dalam kategori bersalin 2 5 kali yaitu 56,3% (9 orang) sedangkan beberapa pertanyaan seputar cara menyusui. Sedangkan pada teknik 43,8% (7 orang) berada pada kategori menyusui didapatkan kesimpulan bersalin 1 kali. sebagai berikut: Pada penelitian ini dibedakan atas praktek menyusui yang baik, a. Dari 16 responden sebanyak kurang dan cukup, skor praktek 81,25% (13 orang) sudah memilih menyusui diperoleh melalui observasi. Nilai diperoleh dari pembagian Skor yang didapat dibagi skor maksimal, kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam kriteria Baik, Cukup, Kurang. posisi yang nyaman saat menyusui yaitu duduk bersandar di kursi dengan kaki diberi alas, ada pula ibu yang duduk di tempat tidur dengan bersandar dengan rileks Sebagian besar teknik menyusui dan nyaman. Hal ini sesuai yang sudah dapat dilakukan dengan baik. dikemukakan oleh Perinasia posisi Akan tetapi ada 3 item teknik menyusui yang benar bahwa ibu menyusui yang hampir sebagian besar duduk atau berbaring dengan tidak dilakukan oleh ibu menyusui, santai, bila duduk lebih baik yaitu mengoleskan sedikit ASI menggunakan kursi yang rendah sebelum dan sesudah menyusui serta menyendawakan bayi. Sebagian besar melakukan praktik menyusui cukup baik yaitu sebanyak 62,5% (10 orang) (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. b. Dari 16 responden tidak ada yang sedangkan 31,3% (5 orang) berada mengeluarkan sedikit ASI dan pada kategori kurang dan 6,3% (1 orang) berada pada kategori baik dalam praktek menyusui yang benar. mengoleskan pada puting dan areola sebelum menyusui, hal ini disebabkan karena ketidaktahuan Dari hasil tabel silang, nampak ibu akan manfaat dari bahwa seluruh responden berperilaku mengeluarkan sedikit ASI dan menyusui cukup baik pada kategori umur 20-35 tahun yaitu 100% (16 orang). Sebagian besar responden mengoleskan di sekitar puting dan areola yang sebenarnya berfungsi sebagai disinfektan dan menjaga

kelembaban puting susu. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang pada bayi agar membuka mulut dan segera memasukkan puting diungkapkan oleh Perinasia susu dan areola ke dalam mulut dimana sebelum menyusui, bayi akan tetapi setelah bayi keluarkan ASI sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar areola payudara. Akan tetapi ibuibu menyusu, dan sebanyak 62,5% ibu masih tetap memegang payudara dan tidak melepasnya karena takut menyusui membersihkan jika hidung bayi tertutup sehingga puting dengan menggunakan bayi tidak bisa bernafas. Hal ini sabun karena ibu tidak mengetahui sesuai dengan teori yang bahwa sabun dapat menyebabkan diungkapkan oleh Perinasia bahwa iritasiyaitu sebanyak 43,8 %(7 menyusui yang benar adalah orang). c. Dari 16 responden sebagian besar memberi rangsangan pada bayi agar membuka mulut. sudah dapat memegang dan f. Dari 16 responden sebanyak memposisikan bayi dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Perinasia Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu tangan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu. Satu tangan bayi diletakkan di 62,5% (10 orang) melepas isapan bayi dengan sedikit menekan dagu tetapi tidak sempurna, akan tetapi 37,5% (6 orang) di antaranya langsung menarik puting susu. Hal ini disebabkan karena ibu tidak mengetahui bahwa menarik dan belakang badan ibu dan yang satu melepas isapan bayi secara didepan. Tangan bayi diletakkan di langsung dapat menyebabkan belakang badan ibu dan yang satu puting susu menjadi lecet. didepan, telinga dan lengan bayi g. Dari 16 responden sebanyak terletak pada satu garis lurus. 93,75% tidak mengoleskan sedikit Akan tetapi masih ada beberapa di ASI pada puting dan areola antaranya yang masih ragu setelah selesai menyusui, hal ini disebabkan ibu merasa takut kalau disebabkan karena ibu tidak kepala bayi defleksi (dengklak) mengetahui manfaat dari yaitu sebanyak 75%(12 orang). mengoleskan sedikit ASI yaitu d. Dari 16 responden sebanyak sebagai disinfektan, dan menjaga 68,75% sudah menyangga kelembaban puting sehingga payudaranya saat menyusui putting tidak lecet. Hal ini tidak dengan baik dan benar hal ini sesuai dengan teori yang disebabkan karena ibu merasa diungkapkan oleh Perinasia lebih mudah untuk memberikan dimana sesudah menyusui, rangsang pada mulut bayi dan mendekatkan payudara saat bayi sudah mulai membuka mulut.. Hal keluarkan ASI sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar areola payudara. ini sesuai dengan teori yang h. Dari 16 responden sebanyak 75% diungkapkan oleh Perinasia bahwa ibu menyusui sudah menyusui saat akan menyusui payudara pada kedua payudara secara dipegang dengan ibu jari diatas bergantian yaitu payudara kiri dan dan jari yang lain menopang kanan, karena mereka dibawah. mempercayai mitos yang e. Dari 16 responden sebanyak beranggapan pada payudara 62,5% sudah memberi rangsangan kanan berisi makanan dan

payudara kiri berisi minuman sehingga bayi kebutuhan nutrisinya cukup. i. Dari 16 responden sebanyak 62,5% tidak menyendawakan bayi setelah menyusui akan tetapi langsung menidurkan bayi setelah ibu selesai menyusui. Hal ini disebabkan karena ibu tidak mengetahui manfaat menyendawakan bayi yaitu mengeluarkan udara dari perut bayi sehingga bayi tidak gumoh. Dan ibu menganggap bila bayi mengalami gumoh itu disebabkan karena ibu terlalu banyak memberikan ASI. Kesimpulan 1. Gambaran karakteristik umur responden menunjukkan bahwa seluruh ibu menyusui memiliki perilaku menyusui yang cukup baik pada kategori umur 20-35 tahun. 2. Gambaran karakteristik pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku cukup baik dalam praktik menyusui yang benar berada pada kategori pendidikan SMA yaitu sebanyak 62,5% dan kategori pendidikan PT sebanyak 25%. 3. Gambaran karakteristik pekerjaan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku menyusui cukup baik pada kategori ibu yang bekerja yaitu sebanyak 62,5%. 4. Gambaran karakteristik paritas responden menujukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku menyusui cukup baik pada kategori paritas 2-5 kali yaitu sebayak 56,3%. 5. Gambaran praktik menyusui yang Saran 1. Diharapkan ibu akan lebih termotivasi untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan teknik yang benar. 2. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan ibu dengan memberikan informasi melalui penyuluhan dan memberikan bimbingan tentang cara menyusui pada saat ibu menyusu. 3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya penelitian tentang cara dan masalah menyusui. Daftar Pustaka 1. Lowdermilk B. Buku ajar perawatan maternitas. Jakarta: EGC; 2004. h. 460-3,468-76. 2. Bahiyatun. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC; 2009. h.9-10, 19-22, 29, 21-4. 3. Suherni, Widyasih H, Rahmawati A. Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2008. h.38-40, 48-53,77-84. 4. Astriani. ASI eksklusif survey demografi kesehatan indonesia. 2008 (diakses tanggal 2 Januari 2011) didapat dari www. Pdfwindows.com/pdf/asi-aksklusif- 2008. 5. Irianto T. Survey demografi kesehatan indonesia. 2009 (diakses tanggal 28 Mei 2011) didapat dari www. lontar.ui.ac.id 6. Angsuko DV. Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Menyusui Yang Benar Dengan Perilaku Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan Di Bidan Yuda benar sebagian besar masuk dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 62,5 %. Klaten. 2009. (diakses tanggal 2

Januari 2011) didapat dari keperawatan. Jakarta: Salemba http://digilib.uns.ac.id/upload/doku men/150931808201003191.pdf Medika; 2003. h. 93-9. 114-5. 21. Arikunto, S. Prosedur penelitian 7. Perinasia. Manajemen laktasi. suatu pendekatan praktik. Jakarta: Jakarta: Depkes RI; 2003. H.4,7- Rineka Cipta; 2006. h. 118-9. 11. 22. Sugiyono. Statistik untuk 8. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku penelitian. Bandung: Alfabeta; kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h.31-2. 2007. h.67-8 9. Angraini Y. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana; 2010. h.1-3,9-13,31-50. 10. Huliana M. Perawatan ibu pasca melahirkan. Jakarta: Puspa Swara; 2003. h. 29-36, 43-6. 11. Saleha S. Asuhan kebidanan masa nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 36-8. 12. Danuadmaja B, Meiliasari M. 40 Hari pasca persalinan. Jakarta: Puspa Swara; 2003. h. 41-3. 13. Sulistyawati A. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: CV Andi Offset; 2009. h. 9-12,25-30, 73-83. 14. Fitriani S. Promosi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011. h.124-31, 136-7. 15. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. H. 20-4, 123-46. 149-50. 16. Wawan, Dewi M. Teori dan pengukuran pengetahuan sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h.16-8. 17. Mustafa Z. Mengurai variabel hingga instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009.h. 39-44. 91-9. 18. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 103-4,115-30, 176-7,182-3, 201-8. 19. Setiawan A, Suryono. Metodologi penelitian kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 54-5, 81-3, 88-108. 20. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu