P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 20 September Indeks

dokumen-dokumen yang mirip
P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 15 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 27 September Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 9 Juni Indeks

Saat kasus korupsi terjadi, Hari Sabarno disebut tidak lagi menjabat sebagai Mendagri.

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 09 November Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 10 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 1 Juli Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 Agustus Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 November Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 19 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 04 Oktober Indeks

1. Dugaan Korupsi KPU Ada aliran dana ke lima media 2. Berstatus Saksi, KPK Kesulitan Pulangkan nazaruddin 3. Hakim Syarifuddin Bantah Terima Suap

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 09 Agustus Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 27 Juni Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 20 Juli Indeks

Rosa, Eks Orang Kepercayaan Nazaruddin Diperiksa Kasus Hambalang

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 19 Juli Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 04 Agustus Indeks

Siang Ini KPK Periksa 3 Tersangka Suap Proyek Kementerian Tenaga Kerja

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 07 September Indeks

Dharnawati Tertipu Nyoman Soal Uang Lebaran Rp 1,5 M Buat Cak Imin

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 04 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 26 September Indeks

Budi Mulya Bungkam Saat Ditanya Duit Rp 1 M dari Robert Tantular

Dugaan Suap Jaksa Periksa Sistoyo, Kejaksaan tidak Temukan Keterlibatan Jaksa Lain

1 P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 02 November Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 21 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 November Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 24 Juni Indeks

Dua Pejabat Pajak Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Korupsi

Analisa Kasus Wisma Atlet

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 17 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 13 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 14 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 11 Agustus Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 November Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 09 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 14 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 14 Juli Indeks

Kasus pembobolan dana nasabah Citibank senilai Rp 40 miliar oleh Inong

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 11November Indeks

Ia akan dimintai keterangan terkait kasus dugaan korupsi penjualan aset tanah penjualan tanah PT Barata Indonesia (persero) pada 2004.

Clipping Service. Anti Money Laundering 15 Juni Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 16 Juni Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 08 September Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 1 Juni Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 05 Agustus Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 01 Desember Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 12 Oktober Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 8 Juni Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 14 Juni Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 23 Juni Indeks

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 209 Putusan Vonis Kasus Korupsi Anas Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 25/09/2014

Gila! Golkar Calonkan Ketua DPR yang Terkait Banyak Kasus Korupsi

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 22 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 15 November Indeks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kasus korupsi di Indonesia merupakan salah satu berita yang sering

Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.

Clipping Service. Anti Money Laundering 6 Juni Indeks

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sebanyak mungkin orang untuk membaca dan melihatnya.

KASUS PENYUAPAN DANA WISMA ATLET SEA GAMES 2011 DI PALEMBANG DAN JAKARTA

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 22 November Indeks

Pajak Kaji Opsi Serahkan Seluruh Berkas Asian Agri

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)

Bendahara umum Partai Demokrat terjerat isu suap. Benarkah uangnya untuk partai?

Siaran Pers DPR LUMPUHKAN KPK

Clipping Service. Anti Money Laundering 22 Juni Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 21 Juni Indeks

Babak Baru Mafia Pajak?

BPK: ADA INDIKASI VANATH KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sangat mempengaruhi perkembangan negara tersebut. Salah satu

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 28 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 Juli Indeks

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 29 Juli Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 21 Juli Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 20 Juni Indeks

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 23 November Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 28 Juni Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 01 Agustus Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 7 Juni Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 13 Juni Indeks

36 Daftar Calon Sementara Anggota DPR RI Yang Diragukan Komitmen Anti Korupsinya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 23 Agustus Indeks

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

Bank Century bukanlah bank yang berdampak sistemik yang pantas mendapat dana talangan.

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 25 Oktober Indeks

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

SUMIYEM & SARMI LESTARI KASUS 1. Kasus Pembobolan Dana Nasabah Citibank-Melinda Dee

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 7 November Indeks

VONIS KASUS NAZARUDDIN DALAM KACAMATA FILSAFAT HUKUM (Oleh : FERLI HIDAYAT,SH.,SIK.)

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

Etika Bisnis & Profesi

Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar.

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 September Indeks

Transkripsi:

P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 20 September 2011 Indeks 1. Kasus Dugaan Suap kemenakertrans Ali Mudhori Mengelak Lagi 2. Kasus Suap Kemenakertrans Dharnawati Akui Permintaan Uang untuk THR Muhaimin 3. Empat Pimpinan Banggar Hadapi Penyidik KPK KPK sudah memeriksa mantan staf khusus Menteri Muhaimin Iskandar 4. Tersangka Suap Ungkap Pejabat Daerah Minta Jatah 5. Suap Wisma Atlet Idris hanya kasih uang keamanan ke Nazar 6. Kejahatan Perbankan Suami Melinda kena tiga dakwaan 7. Duit Nazar Mengalir ke Banyak Politikus 8. Suap Wisma Atlet Akhirnya, Nazaruddin buka-bukaan di KPK 9. Disebut, Dana Partai Demokrat dari Lima Proyek 10. Adik Ipar Melinda Dee Didakwa Lakukan Pencucian Uang 11. KPK Kantongi Bukti Indikasi Keterlibatan Muhaimin 12. Ini Dia Nasabah Citibank Korban Malinda Dee

Mediaindonesia Kasus Dugaan Suap Kemenakertrans Ali Mudhori Mengelak Lagi JAKARTA--MICOM: Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ali Mudhori lagi-lagi mengelak terlibat dalam kasus dugaan suap di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Setelah diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ali Mudhori yang mantan staf asistensi Menakertrans Muhaimin Iskandar itu mengaku tidak paham mengenai kasus suap terkait program percepatan pembangunan infrastruktur daerah (PPID) bidang transmigrasi. "Enggak paham, enggak paham. Enggak ada, saya enggak tahu. Saya hanya sebagai saksi, maka saya tidak tahu. Semua saksi tidak menyebut nama saya. Tersangka juga tidak menyebut nama saya," ujar Ali kepada wartawan saat meninggalkan Gedung KPK di Jakarta, Senin (19/9). Sebelumnya, Ali Mudhori diperiksa penyidik lembaga antisuap itu sejak pukul 10.24 WIB. Ali meninggalkan ruang steril kantor KPK sekitar pukul 18.10 WIB. Menurut Ali, dirinya tidak paham soal teknis PPID bidang transmigrasi. Bahkan, mantan anggota DPR itu mengaku baru tahu mengenai program Kemenaketrans dari pemberitaan di media massa. Ali juga mengaku pasrah soal tudingan bahwa dirinya berperan sebagai kaki tangan Muhaimin dalam kasus tersebut. "Saya tidak tahu karena saya lebih banyak di daerah. Ya, silakanlah soal tudingan, tetapi saya tidak paham urusan itu. Saya tahunya dari koran, sama dengan sampean. Saya enggak pernah bicara dengan Pak Dadong sama Nyoman," pungkas Ali yang kali ini dibonceng motor saat hendak meninggalkan KPK. (SZ/OL-2) Mediaindonesia Kasus Suap Kemenakertrans Dharnawati Akui Permintaan Uang untuk THR Muhaimin JAKARTA--MICOM: Tersangka kasus suap di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dharnawati, mengaku nama Menakertrans Muhaimin Iskandar memang sering kali disebut-disebut oleh dua tersangka lainnya, Sekretaris Ditjen Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) I Nyoman Suisanaya dan

Kabag Program Evaluasi Ditjen P2KT Dadong Irbarelawan. Pengusaha dari PT Alam Jaya Papua itu mengakui permintaan uang tersebut untuk memenuhi tunjangan hari raya (THR) Muhaimin. Hal itu diutarakan Dharnawati usai menjalani pemeriksaan di kantor KPK, Jakarta, Senin (19/9). "Yang meminta memang Pak Dadong sama Pak Nyoman. Pinjamannya ya untuk THR. Sebenarnya saya tidak mau memberikan, tetapi didesak terus dengan ancaman usulan saya dalam proyek dibatalkan semua kalau tidak memberikan. Akhirnya saya bantu dengan Rp1,5 miliar. Saya punya kuitansinya," ujar Dharnawati kepada para wartawan. Menurut Dharnawati, Nyoman dan Dadong bersama mantan pejabat Kementerian Keuangan Sindu Malik memang pernah meminta biaya commitment fee sebesar 10% dari total Rp500 miliar untuk program percepatan pembangunan infrastruktur daerah (PPID) bidang transmigrasi. Lebih jauh, Dharnawati mengatakan Sindu Malik bahkan sempat memperlihatkan nama-nama perusahaan yang sudah membayar commitment fee tersebut. Pada saat pencairan dana Rp1,5 miliar yang kemudian disimpan dalam kardus durian, Dharnawati mengaku sempat meminta bantuan kepada temannya bernama Dani untuk melakukan kroscek langsung kepada Menteri Muhaimin. Akan tetapi, Dani (diduga Dani Nawawi, mantan anggota DPR dari Partai Hanura) tidak berhasil menemui Muhaimin. "Waktu itu uang sudah ada di mobil, saya sudah menunggu terlalu lama tetapi Dani belum kunjung ketemu beliau. Terpaksa saya serahkan langsung," tutur Dharnawati. Saat ditanya mengenai dugaan aliran dana ke Badan Anggaran DPR, Dharnawati mengatakan hal itu mungkin lebih diketahui oleh Iskandar 'Acos' Prasojo. Acos diduga sebagai orang dekat Wakil Ketua Banggar DPR Tamsil Linrung dari Partai Keadilan Sejahtera. Terakhir, Dharnawati mengaku sempat mengancam Sindu, Dadong, dan Nyoman untuk melapor ke KPK mengenai tindak tanduk mereka. Menurut Dharnawati, pihak KPK yang akan dia lapori adalah Wakil Ketua KPK Mochammad Jasin. (SZ/OL-3) Vivanews.com 4 Pimpinan Banggar Hadapi Penyidik KPK

KPK sudah memeriksa mantan staf khusus Menteri Muhaimin Iskandar. VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi hari ini mengagendakan memeriksa pimpinan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat. Mereka adalah Ketua Badan Anggaran Melchias Marcus Mekeng beserta tiga Wakil Ketua Badan Anggaran Mirwan Amir, Olly Dondokambey, dan Tamsil Linrung. "Mereka akan diperiksa sebagai saksi terkait kasus suap di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi," kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 20 September 2011. KPK sudah menetapkan tiga tersangka. Mereka adalah Sekretaris Dirjen di Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (P2KT) Kemenakertrans I Nyoman Suisnaya, Kepala Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan Dirjen P2KT Dadong Irbarelawan, serta kuasa direksi PT Alam Jaya Papua Dharnawati. Dalam kasus ini KPK menjerat ketiga tersangka dengan sangkaan melakukan percobaan penyuapan terhadap Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. Ketiganya tertangkap beberapa waktu lalu dengan alat bukti suap berupa uang Rp1,5 miliar dalam kardus durian yang disita KPK dari gedung P2KT. KPK juga sudah memeriksa mantan staf Menteri Muhaimin Iskandar Ali Mudhori, serta mantan pejabat Kementerian Keuangan Sindu Malik. Nama Mudhori terungkap dari pernyataan kuasa hukum Dharnawati, Rahmat Jaya. Mudori bersama Fauzi yang juga staf Menakertrans diduga sebagai pihak yang berperan aktif dalam upaya permintaan sejumlah uang kepada PT Alam Jaya Papua. Mereka mengaku staf Muhaimin dengan kode istilah 'Mentra 1'. Selain itu, ada satu nama lagi yang muncul yaitu Acoz. Acoz merupakan orang yang mengaku dekat dengan Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tamsil Linrung. Kepala Humas Kemenakertrans Suhartono juga ikut membenarkan, Ali Mudhori pernah menjadi tim asistensi Menakertrans Muhaimin Iskandar. Namun kata Suhartono, tim asistensi itu sudah dibubarkan sejak tahun 2010 lalu dan hingga kini katanya, Muhaimin tidak pernah lagi berhubungan dengan Ali baik secara personal maupun sebagai Menakertrans. Sementara Sindu Malik merupakan mantan Kepala Seksi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah IVc di Ditjen Pajak Kemenkeu. Kuasa Hukum Dharnawati adalah makelar dalam proses pencairan anggaran tersebut di Kemenkeu. (umi)

Epaper.korantempo.com Tersangka Suap Ungkap Pejabat Daerah Minta Jatah Fulus dari proyek percepatan pembangunan infrastruktur daerah di kawasan transmigrasi ternyata juga diberikan kepada pemerintah daerah. Sebelumnya disebutkan bahwa uang kompensasi hanya dibagikan ke Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat. Kuasa direksi PT Alam Jaya Papua, Dharnawati, mengungkapkan hal itu setelah diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi kemarin.tersangka kasus suap Rp 1,5 miliar ini mengaku sejumlah pemerintah daerah minta jatah. Dharnawati tahu bahwa daerah juga minta, ujar Farhat Abbas, pengacara Dharnawati. Menurut Farhat, semua pengusaha yang terlibat dalam proyek percepatan pembangunan infrastruktur untuk kawasan transmigrasi di 19 kabupaten, kecuali Dharnawati, telah menyetor fee 10 persen dari nilai proyek Rp 500 miliar. Datanya sudah ada di KPK, katanya. Dharnawati menjadi tersangka dalam kasus ini bersama Sekretaris Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi di Kementerian Transmigrasi, I Nyoman Suisnaya, dan Kepala Bagian Evaluasi dan Perencanaan Dadong Irbarelawan. Ketiganya membeberkan kepada penyidik KPK bahwa alokasi fee 10 persen akan dibagikan kepada anggota Badan Anggaran serta Kementerian. Bukti alokasi dana 10 persen ataupun hadiah uang Rp 1,5 miliar, kata Farhat, berupa pesan pendek yang diterima kliennya dari beberapa orang. Di antaranya dari Ali Mudhori dan Sindu Malik, keduanya orang dekat dan menjadi staf khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar. Ada juga bukti catatan yang sudah disita KPK. Di situ ada pembagian wajib kepada pengusaha, ujarnya. KPK juga telah memeriksa sejumlah orang dekat Menteri Muhaimin. RUSMAN PARAQBUEQ RIKY FERDIANTO Vivanews.com Suap Wisma Atlet Idris Hanya Kasih Uang Keamanan ke Nazar

Idris menegaskan tidak melakukan penyuapan. VIVAnews - Perkara suap wisma atlet dengan terdakwa Mohammad El Idris sudah memasuki tahap akhir. Manajer Marketing PT Duta Graha Indah itu tetap bersikukuh dirinya dipaksa Direktur Pemasaran Permai Group Mindo Rosalina Manulang untuk memberikan uang keamanan kepada Seskemenpora Wafid Muharam. "Kalau tidak diberikan, PT DGI tidak boleh ikut lagi proyeknya Permai Group. Ya udah kita ikutin saja," kata pengacara El Idris, Tommy Sihotang, dalam keterangan kepada VIVAnews.com, Selasa 20 September 2011. Menurutnya, sudah ada kesepakatan antara kliennya dengan Rosa untuk menyerahkan sejumlah uang ketika proyek didapatkan. "Ibaratnya PNS yang sudah sepakat menyerahkan uang kalau berhasil. Karena sudah deal, ya sudah," ujarnya. Tommy menjelaskan, Idris dan Rosa akhirnya menyetujui pemberian dana kepada Wafid. Dan pada 21 April 2011, Idris bersama Rosa akhirnya menemui Wafid di kantornya. "Dan saat itu KPK menangkap tangan mereka," ujarnya. Sementara pengacara Idris lainnya, Muhammad Assegaf, menegaskan unsur penyuapan yang didakwakan jaksa salah sasaran. Menurutnya, penyuapan merupakan tindakan memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu. Padahal, kata dia, kliennya telah mendapatkan dan menjalankan proyek yang telah selesai 60 persen. "Kami berpendapat tidak ada suap. Nazaruddin dan perusahaannya yang begitu," ujarnya. Seperti diketahui, Idris dituntut 3,5 tahun penjara dan denda Rp150 juta. Jaksa menyatakan dia bersama dengan Rosa menyuap Wafid Muharram dan Muhammad Nazaruddin. (umi) Cetak.kompas.com KEJAHATAN PERBANKAN Suami Malinda Kena Tiga Dakwaan Jakarta, Kompas - Andhika Gumilang alias Juan Ferrero, suami siri tersangka Inong Malinda Dee, didakwa melakukan tiga tindak kejahatan, yaitu dua terkait pencucian uang dan satu terkait pemalsuan kartu tanda penduduk.

Hal itu terungkap dalam sidang perdana Andhika dengan agenda pembacaan dakwaan oleh jaksa penuntut umum Helmi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (19/9). Sidang dipimpin ketua majelis hakim Yonisman. Jaksa mengatakan, Andhika terlibat pencucian uang yang diduga dari hasil kejahatan Malinda dengan menjebol dana sejumlah nasabah Citibank. Andhika dinilai mengetahui uang yang diterimanya dari Malinda berasal dari hasil kejahatan, mengingat sejak awal Andhika tahu Malinda Dee hanya pegawai pada Citibank dengan jabatan sebagai relationship manager. Jaksa mengatakan, Andhika diduga menerima atau menguasai transfer dana dari Malinda, Visca Lovitasari, dan Ismail bin Janim (adik ipar Malinda). Andhika memiliki rekening tabungan di Bank BCA cabang Sudirman Park. Rekening itu antara lain menerima setoran tunai sekitar Rp 140 juta dari Malinda dalam 24 kali transaksi. Andika juga menerima kliring Rp 75 juta dari Malinda dalam 6 kali transaksi dan transfer dari ATM sebesar Rp 5 juta. Pada perkara ketiga, kata Helmi, Andika diduga menggunakan KTP palsu untuk membuka rekening di bank. Terdakwa menggunakan KTP atas nama Juan Farrero, katanya. Devi Waluyo, kuasa hukum Andhika, keberatan jika kliennya didakwa melakukan pencucian uang. Menurut dia, perbuatan Andhika menerima uang dari Malinda merupakan hal biasa sebagai suami-istri. (faj) Tempointeraktif.com Duit Nazar Mengalir ke Banyak Politikus TEMPO Interaktif, Jakarta - Selain aliran ke Tamsil Linrung dan Yasti Soepredjo Mokoagow, dalam laporan keuangan Grup Permai milik Muhammad Nazaruddin, tercatat setoran duit ke politikus lain. Dalam laporan PT Anugrah Nusantara, salah satu perusahaan dalam grup ini yang banyak menggarap proyek pemerintah, disebutkan adanya aliran uang ke Jhonny Allen Marbun dan Izedrik Emir Moeis. Laporan keuangan tertanggal 25 Januari 2008 itu, seperti dilansir situs Gresnews.com, dibeberkan bahwa Nazar meneken pemberian uang kepada politikus Partai Demokrat dari politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut. Saat itu Jhonny anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan Emir menjabat Ketua Komisi Keuangan dan Perbankan.

Keduanya memperoleh jatah dari perusahaan Nazar terkait dengan proyek di Kementerian Perhubungan. Jhonny memperoleh kucuran Rp 350 juta dan Rp 46.950.000 (dalam dolar AS). Adapun Emir ditulis kebagian Rp 422.550 (dalam dolar AS). PT Anugrah antara lain menggarap pengadaan 18 pesawat latih dan 2 simulator sayap pesawat untuk Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia di Curug, Tangerang Selatan. Nilai proyek Rp 114,59 miliar dari empat proyek di Kementerian Perhubungan, yang nilai totalnya mencapai Rp 298,1 miliar. Komisi Pemberantasan Korupsi sudah mengendus aliran duit tersebut dari terdakwa perkara suap proyek wisma atlet SEA Games, Mindo Rosalina Manulang. Sewaktu diperiksa penyidik pada 16 September lalu atas kasus proyek pembangkit listrik tenaga surya, Rosa ditanya perihal peran Jhonny dan Emir. Proyek di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu bernilai Rp 8,9 miliar. "Ditanya yang DPR-DPR, ya. Ya, Emir Moeis, Jhonny Allen Marbun, dan lain-lain," ucap Rosa waktu itu. Menurut Wakil Ketua KPK M. Jasin, informasi dari Rosa menjadi petunjuk bagi KPK. Jhonny membantah tudingan menerima duit dari Nazar. "Itu tak benar, saya tak pernah ada urusan dengan proyek perhubungan," ujarnya ketika dihubungi kemarin. Adapun Emir Moeis tak mengangkat telepon. Ia hanya membalas via pesan pendek bahwa posisinya sedang di Korea. "Kenal saja belum, bagaimana terima (uang)? Tahu saja juga baru sekarang." Pengakuan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, Yulianis, memperkuat soal adanya kucuran dana perusahaan milik bekas Bendahara Umum Demokrat itu kepada sejumlah politikus lintas partai. "Pelangilah, ada merah, kuning, hijau, biru. Sebut saja warna apa. Putih juga ada, kok," tuturnya kepada Tempo pada Selasa pekan lalu. Yulianis adalah saksi kunci kasus wisma atlet. IRA GUSLINA JOBPIE S Kompas.com Suap Wisma Atlet Akhirnya, Nazaruddin Buka-bukaan di KPK

JAKARTA, KOMPAS.com Tersangka kasus dugaan suap wisma atlet Muhammad Nazaruddin tak lagi tutup mulut di depan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi. Di hadapan penyidik, ia mengungkap sejumlah nama yang diduga menerima uang terkait proyek tersebut di hadapan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi. Menurut dia, uang Rp 9 miliar terkait proyek wisma atlet mengalir ke sejumlah anggota Badan Anggaran DPR, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dan Ketua Fraksi Partai Demokrat Djafar Hafsah. Hal itu disampaikan Nazar seusai menjalani pemeriksaan hampir 10 jam di Gedung KPK Jakarta, Senin (19/9/2011) malam. "Ditanyakan soal wisma atlet yang tidak dimasukkan dalam BAP (berita acara pemeriksaan), penjelasan soal Angelina yang waktu menjelaskan di depan ruangan ketua fraksi," kata Nazaruddin. Angelina, menurut Nazaruddin, pernah menjelaskan soal aliran dana tersebut di ruangan Djafar Hafsah sebelum pertemuan dengan Tim Pencari Fakta yang dibentuk Partai Demokrat pada 11 Mei. Nazaruddin memaparkan, uang wisma atlet senilai Rp 9 miliar semula diterima anggota Banggar DPR Wayan Koster (Fraksi PDI-Perjuangan) dan Angelina Sondakh (Fraksi Partai Demokrat). Keduanya kemudian menyerahkan kepada pimpinan Banggar, Mirwan Amir, sebesar Rp 8 miliar. "Uang dari Mirwan diserahkan ke pimpinan Banggar lainnya," kata Nazaruddin. Lalu, uang diserahkan kepada Anas yang tidak disebutkan jumlahnya, dan kepada Djafar sebesar Rp 1 miliar. Anas Urbananingrum Selain itu, Nazar mengaku, ia ditanya soal sumber dana ke kongres Partai Demokrat yang berlangsung di Bandung tahun lalu. Menurut dia, biaya untuk kongres Partai Demokrat berasal dari proyek di kementerian dan BUMN, antara lain proyek Hambalang, proyek e-ktp, proyek bantuan operasional sekolah, serta pembangkit listrik PLN di Riau dan di Kalimantan Timur. Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu juga mengaku ditanya soal keterlibatan Anas Urbaningrum terkait PT Anugrah Nusantara dalam kasus pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. "Tadi ditanyakan soal bagaimana peran Anas di PT Anugrah (PT Anugrah Nusantara), jadi lebih pada peran Anugrah, soal posisinya Anas," katanya.

Nazar mengatakan, Anas menjadi pimpinan perusahaan tersebut bersama dirinya. Dalam kasus PLTS, PT Anugrah merupakan salah satu perusahaan peserta tender proyek senilai Rp 8,9 miliar itu. Selain PT Anugrah, tender diikuti PT Mahkota Negara, PT Sundaya Indonesia, dan PT Alfindo Nuratama. Lalu, tender dimenangi PT Alfindo Nuratama yang kemudian disubkontrakan ke PT Sundaya Indonesia. Diduga terjadi penggelembungan harga dalam pelaksanaan proyek yang disubkontrakan tersebut sehingga menimbulkan kerugian negara senilai Rp 3,8 miliar. Selain itu, diduga PT Alfindo hanya dipinjam benderanya oleh PT Mahkota Negara yang disebut-sebut sebagai anak perusahaan PT Anugrah. Di PT Mahkota Negara, nama Nazaruddin dan Nasir pernah tercatat sebagai pemegang saham dan komisarisnya. Kompas.com Disebut, Dana Partai Demokrat dari Lima Proyek JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin mengungkapkan, sejumlah proyek di Kementerian dan BUMN menjadi sumber dana kongres Partai Demokrat yang berlangsung di Bandung tahun lalu. Proyek tersebut di antaranya proyek Hambalang, proyek pengadaan e-ktp, proyek Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan dua proyek pembangkit listrik PLN. Hal tersebut disampaikan Nazar seusai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus dugaan suap wisma atlet di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta, Senin (19/9/2011) malam. Menurutnya, pertanyaan soal sumber dana Kongres Partai Demokrat itu ditanyakan penyidik KPK kepada dia. "Kalau Januari-Februari 2010 sampai awal Mei, biaya kongres itu yang mengelola namanya Eva. Tapi waktu hari H, uang kan dibawa ke Bandung, Anas (Anas Urbaningrum) waktu itu mengatakan supaya uang itu dipegang Yulianis," kata Nazar. Dia memaparkan, dana dari proyek Hambalang diserahkan ke Yulianis dari seorang pengusaha bernama Mahfud. Namun Nazar tidak menyebutkan jumlahnya. Kemudian dari proyek e-ktp menurut dia mengalir Rp 40 milliar yang diserahkan pengusaha bernama Andi.

"Terus dari proyek BOS diserahkan oleh pengusaha langsung dari Yulianis," lanjutnya. Lalu dari proyek pembangkit listrik PLN, Nazar juga tidak menyebutkan jumlah uangnya. Dia hanya mengatakan dana berasal dari proyek pembangkit listrik PLN di dua daerah yakni di Riau yang dimenangkan PT Rekin (Rekayasa Industri) dan di Kalimantan Timur. "Waktu itu yang menyerahkan Mahfud juga melalui Adhi Karya. Waktu itu yang serahkan ke Yulianis namanya Bu Wila," ujarnya. Sebelumnya Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi Abdullah Hehamahua mengutip keterangan Nazaruddin yang mengakui adanya dana sekitar Rp 50 miliar dan 7 juta dollar AS untuk Kongres Partai Demokrat. Keterangan Yulianis Sebelumnya, saat ditemui Kompas, Selasa (13/9/2011), Yulianis menuturkan, ada tiga jenis uang atas perintah Nazaruddin yang dia catat saat Kongres Partai Demokrat di Bandung. Pertama, uang dari perusahaan Grup Permai sebesar Rp 30 miliar. Kedua,uang 2 juta dollar Amerika Serikat (AS) dari perusahaan, dan ketiga uang 3 juta dollar AS yang berasal dari sumbangan. Ia tidak menyebut asal sumbangan. Dari sejumlah uang itu, uang Rp 30 miliar dari perusahaan hanya dipakai sekitar Rp 600 juta. Uang 2 juta dollar AS dari perusahaan masih utuh dan uang dari sumbangan dipakai 1,8 juta dollar AS. Yulianis mengaku mengembalikan sisa uang perusahaan sebesar Rp 29,4 ke kas perusahaan. Uang perusahaan sebesar 2 juta dollar AS dibawa oleh Nazaruddin dan sisa uang sumbangan senilai 1,2 juta dollar AS dibawa oleh Neneng Sri Wahyuni, istri Nazaruddin. Dengan perhitungan ini, menurut Yulianis, sebenarnya Nazaruddin justru mengambil untung dalam Kongres Partai Demokrat. Pasalnya, meski kehilangan Rp 600 juta, istrinya membawa sisa uang sumbangan sebesar 1,2 juta dollar AS atau sekitar Rp 10,2 miliar dengan kurs 1 dollar AS sama dengan Rp 8.500. Mediaindonesia.com Senin, 19 September 2011 Adik Ipar Melinda Dee Didakwa Lakukan Pencucian Uang

JAKARTA--MICOM: Ismail, 36, adik ipar Inong Malinda alias Melinda Dee didakwa menjadi penampung uang nasabah Citibank yang digelapkan Melinda Dee. Terdakwa Ismail menampung uang nasabah hingga Rp21,4 miliar sejak bulan Januari 2010 hingga Oktober 2010 dalam 51 kali transaksi. "Dana transfer yang masuk ke rekening terdakwa merupakan dana hasil tindakan pidana yang dilakukan Inong Malinda," kata jaksa penuntut umum Helmi saat membacakan dakwaan di Jakarta, Senin (19/9). Dalam dakwaan, diduga Malinda memperoleh uang itu dengan memalsukan tanda tangan nasabah. "Inong Malinda tanpa seizin nasabah Citigold pada Citibank melakukan transfer dengan cara mengisi formulir transfer yang telah dipalsukan," jelas Helmi. Atas perbuatannya, terdakwa Ismail diancam dengan pasal pencucian uang. "Maksimal 15 tahun penjara," sebutnya. Pengacara Ismail, Januardi S Hariwibowo, mengatakan kesiapannya dalam menanggapi dakwaan dengan eksepsi yang telah disiapkan. "Tidak akan kita ungkapkan pembelaan kita sekarang, nanti saja," ucapnya sambil berlalu seusai persidangan. Sebelumnya, istri Ismail, Visca Lovitasari juga diadili dengan pasal serupa, Rabu pekan lalu. Visca yang merupakan adik Malinda juga dituduh ikut menampung uang hasil kejahatan Malinda. Visca terindikasi mengetahui, jika uang yang ditampung di rekeningnya berasal dari hasil pembobolan Citibank. Kepolisian menetapkan sebagai tersangka dan menangkap Visca di kantornya, dekat kantor Citibank Landmark, pada Kamis (28/4). Menyusul suami Visca, Ismail, juga ditangkap dari kantornya dengan sangkaan yang sama. (OL-8) Mediaindonesia.com Senin, 19 September 2011 KPK Kantongi Bukti Indikasi Keterlibatan Muhaimin JAKARTA--MICOM: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mengantongi sejumlah alat bukti yang mengindikasikan keterlibatan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dalam kasus suap. Bahkan, beberapa barang bukti itu diduga turut menyeret sejumlah orang yang disebut-sebut bagian dari jaringan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Bukti-bukti itu antara lain berupa proposal, rekening, dan rekaman pembicaraan. "Di situ jelas ada beberapa oretan-oretan (tulisan) yang mengindikasikan bahwa memang ada pembagian-pembagian wajib para pengusaha. Bahkan, di daerah juga meminta, seperti bupatinya," tutur Farhat Abbas, kuasa hukum Dharnawati saat ditemui di kantor KPK, Jakarta, Senin (19/9). Farhat sendiri hanya menyebut inisial-inisial nama dalam dokumen tersebut yang diduga menerima jatah dari pembayaran commitment fee proyek transmigrasi. Mereka antara lain SM (diduga Sindu Malik, mantan pejabat Kementerian Keuangan), AM (diduga Ali Mudhori, mantan anggota DPR dari PKB), A (diduga Acos alias Iskandar Pasajo, staf dari Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Tamsil Linrung), dan MI (diduga Menteri Muhaimin Iskandar). Salah satu bukti yang dipamerkan Farhat adalah proposal program yang digunakan oknum-oknum di Banggar DPR dan Kemenakertans untuk memaksa para pengusaha untuk mencairkan fee program PPID. Menurut Farhat, daftar perusahaan yang telah membayar fee tersebut sudah dikantongi KPK. Satu-satunya perusahaan yang belum membayar adalah PT Alam Jaya Papua di mana Dharnawati bekerja sebagai kuasa direksi. "Jadi kalau ada yang mengklaim namanya dicatut itu tidak benar. Proposal ini dijadikan dasar bahwa commitment fee sebesar 10% itu wajib dibayarkan. Lalu dibagi-bagi oleh Banggar dan Kementerian. Kita juga punya rekaman dari KPK yang menyatakan bahwa perusahaan Dharnawati terancam batal dilibatkan karena dinilai tidak mampu membayar dana tersebut," tutur Farhat. Lebih jauh, Farhat menyatakan pihaknya memiliki beberapa bukti mengenai indikasi keterlibatan Muhaimin yang akan dicocokkan dengan pihak KPK. Beberapa alat bukti itu antara lain berupa rekening dan rekaman pembicaraan antara Dharnawati dan staf Muhaimin bernama Fauzi. Seperti diketahui, Dharnawati bersama Sekretaris Ditjen Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) I Nyoman Suisanaya dan Kabag Program Evaluasi Ditjen P2KT Dadong Irbarelawan telah ditetapkan sebagai tersangka. Ketiganya ditangkap KPK pada 25 Agustus bersama barang bukti uang Rp1,5 miliar yang disimpan dalam kardus durian. (SZ/OL-3) Tempointeraktif.com Senin, 19 September 2011

Ini Dia Nasabah Citibank Korban Malinda Dee TEMPO Interaktif, Jakarta - Inong Malinda Dee, bekas Senior Relationship Citibank, mentransfer duit Rp 20 miliar dari nasabah Citibank ke rekening pribadi adik iparnya, Ismail bin Janim. Suami dari Visca Lovitasari itu menerima duit tanpa sepengetahuan nasabah Citibank sebanyak 51 kali. Transfer mulai dilakukan 2008 hingga 2010. Menurut Jaksa Penuntut Umum, Helmi, transfer dilakukan dengan cara mengisi formulir transfer yang dipalsukan. Modus pemalsuannya dengan mengisi jenis transaksi, nama penerima, nomor rekening pengirim, jumlah nominal uang, serta tanda tangan. "Seolah-olah nasabah melakukan transaksi transfer dana," kata Helmi seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin, 19 September 2011. Hanya saja, Helmi berdalih tak tahu riwayat para nasabah tersebut. Dan inilah nama-nama pemilik rekening pada Citygold itu: 1. Romli bin Pateni dengan isi rekening Rp 1,4 miliar; 2. N. Susetyo Sutadji dengan isi rekening Rp 150 juta; 3. Suryati T. Budiman dengan isi rekening Rp 90.900 juta dan Rp 105 juta; 4. Arief Kushariadi dengan isi rekening Rp 125 juta; 5. R. Hartono dengan isi rekening Rp 20 juta, Rp 783.150 juta, dan Rp 318.675 juta; 6. Oetari dengan isi rekening Rp 175 juta, Rp 125 juta, dan Rp 325.980 juta; 7. Ali Sadikin dengan isi rekening Rp 1,151 miliar dan Rp 908 juta; 8. Triasnawati R. M. Adhi S. dengan isi rekening Rp 200 juta; 9. Shahreza Iqbal dengan isi rekening Rp 1 miliar; 10. Sri Mulyani dengan isi rekening Rp 1 miliar; 11. Irwan Hernadi S. atau Ali S. dengan isi rekening Rp 320.500 juta; 12. Nono Sampono dengan isi rekening Rp 630 juta dan Rp 500 juta; 13. Renie Singgih dengan isi rekening Rp 560.880 juta dan Rp 227.125 juta; 14. Abdul Irsan dengan isi rekening Rp 462.250 juta; 15. Doddy Haryadi dengan isi rekening Rp 280.650.000; 16. Karlina Umar W. dengan isi rekening Rp 515.480 juta; 17. Sukardi dengan isi rekening Rp 91 juta, Rp 111.377.500, Rp 573 juta, Rp 109 juta, dan Rp 78.174 juta; 18. Hanifie Asnan dengan isi rekening Rp 109.620 juta dan Rp 500 juta; 19. Mirtati Katohadiprodjo dengan isi rekening Rp 92.750 juta dan Rp 279 juta; 20. Soeryo Koesoemoe Adji dengan isi rekening Rp 92.300 juta; 21. Gaby M. Bakrie dengan isi rekening Rp 465.500 juta, Rp 550.500 juta, Rp 93.374 juta, dan Rp 160 juta;

22. S. Parno dengan isi rekening Rp 136.950 juta; 23. Syarifuddin dengan isi rekening Rp 363.168 juta; 24. Sukuesen Soemarinda dengan isi rekening Rp 542.500 juta, Rp 924 juta, dan Rp 185 juta; 25. August Paengkuan dengan isi rekening Rp 82.960 juta dan Rp 87 juta; 26. A. Syarifuddin Aisah dengan isi rekening Rp 1 miliar; 27. Srie Norheryanti dengan isi rekening Rp 600 juta dan Rp 411.525 juta; 28. Norman dengan isi rekening Rp 115 juta; 29. Rieta A. Beta dengan isi rekening Rp 795.001.650; dan 30. Karlinah W. dengan isi rekening Rp 87 juta. TRI SUHARMAN Humas PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre (INTRAC) (P) +62-21-3850455/3853922 (F) +62-21-3856809/3856826 (E) humas-ppatk@ppatk.go.id DISCLAIMER: Informasi ini diambil dari media massa dan sumber informasi lainnya dan digunakan khusus untuk PPATK dan pihak-pihak yang memerlukannya. PPATK tidak bertanggungjawab terhadap isi dan pernyataan yang disampaikan dalam informasi yang berasal dari media massa.