Struktur Double Barrier Untuk Aplikasi Pada Divais Silikon Amorf

dokumen-dokumen yang mirip
Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov.

PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS SILIKON MIKROKRISTAL (µc Si:H) TIPE-P DENGAN METODE HOT WIRE PLASMA ENHANCED CHEMICAL VAPOR DEPOSITION (HW-PECVD)

Penumbuhan Lapisan Tipis µc-si:h Tipe-P dengan Metode HW-PECVD untuk Aplikasi Sel Surya

BAB I PENDAHULUAN. Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

Optimasi Tekanan Deposisi dalam Simulasi Efisiensi Sel Surya Berbasis Material a-si:h

Optimalisasi Struktur Sel Surya GaAs Sambungan p-n dengan Lapisan Antirefleksi yang tergandeng dengan Lapisan Window AlGaAs

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 2 FOTOKONDUKTIVITAS. Zudah Sima atul Kubro G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR

Pengaruh Optis Kontak Belakang terhadap Parameter Optis Lapisan a-si:h

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

STRUKTUR CRISTAL SILIKON

a. Lattice Constant = a 4r = 2a 2 a = 4 R = 2 2 R = 2,8284 x 0,143 nm = 0,4045 nm 2

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA

STUDI TENTANG PENGARUH DOPING TINGGI TERHADAP RESISTANSI BASIS DAN BANDGAP NARROWING PADA Si/Si 1-x Ge x /Si HBT

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER

Semikonduktor. Sifat. (ohm.m) Tembaga 1,7 x 10-8 Konduktor Silikon pd 300 o K 2,3 x 10 3 Semikonduktor Gelas 7,0 x 10 6 Isolator

BAB I PENDAHULUAN. modern pada fotokonduktor ultraviolet (UV) membutuhkan material

Kontribusi Fisika Indonesia Vol. 12, No.3, Juli 2001

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. dari perkembangan divais elektronik yang semakin mengecil secara ukuran namun

KARAKTERISASI GaAs DENGAN PHOTOLUMINESCENCE LASER ARGON

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Teori Semikonduktor. Elektronika (TKE 4012) Eka Maulana. maulana.lecture.ub.ac.id

PEMAKSIMALAN DAYA KELUARAN SEL SURYA MENGGUNAKAN LENSA CEMBUNG

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : DEVAIS MIKROELEKTRONIKA* (Ujian Utama) KODE MK / SKS : KK / 3

SKSO OPTICAL SOURCES.

PERKEMBANGAN SEL SURYA

BAB V Simulasi Electronic Charged State Individual Quantum dot Berbasis Silikon

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS a-si:h:b UNTUK BAHAN SEL SURYA

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

PROFIL GERMANIUM SEGIEMPAT PADA TRANSISTOR BIPOLAR SILIKON-GERMANIUM

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

What Is a Semiconductor?

Mekanisme Hamburan Defek Statis Dan Vibrasi Termal Terhadap Mobilitas Elektron Pada Film Tipis GaN

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

#2 Steady-State Fotokonduktif Elektronika Organik Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : SISTEM FABRIKASI & DEVAIS MIKROELEKTRONIKA / AK SEMESTER / SKS : VIII / 2

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PANEL SURYA BERDASARKAN MATERIAL PENYUSUN DAN INTENSITAS CAHAYA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Efek Staebler-Wronski dan Pengaruh Waktu Anil pada Lapisan Instrinsik Silikon Amorf Terhidrogenasi (a-si:h)

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan piranti optoelektronika yang berkualitas tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain. 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

BAB 2 TEORI PENUNJANG

KRISTAL SEMIKONDUKTOR

Karakterisasi XRD. Pengukuran

PHOTODETECTOR. Ref : Keiser

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

Bab 1 Bahan Semikonduktor. By : M. Ramdhani

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

Prinsip Semikonduktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Physical Aspects of Solar Cell Efficiency Light With Too Little Or Too Much Energy

DAFTAR ISI. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. HALAMAN MOTO...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG...

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

BAB I 1 PENDAHULUAN. kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENINGKATAN TEMPERATUR PERMUKAAN SEL SURYA

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5. Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA

OPTIMALISASI TEGANGAN KELUARAN DARI SOLAR CELL MENGGUNAKAN LENSA PEMFOKUS CAHAYA MATAHARI

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

STUDI PARAMETER PADA DIODA P-N

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

ELEKTRONIKA. Bab 2. Semikonduktor

BAB I PENDAHULUAN. Spektrum elektromagnetik yang mampu dideteksi oleh mata manusia

TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR

PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b

Teknologi Plasma. dalam Industri Manufaktur Semikonduktor dan Divais Elektronik. (Bagian I) Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

STUDI SPEKTROSKOPI ELECTRON SPIN RESONANCE (ESR) LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-sic:h) HASIL DEPOSISI METODE DC SPUTTERING

Asisten : Robby Hidayat / Tanggal Praktikum :

Asisten: (Heldi Alfiadi/ ) Tanggal Praktikum: ( ) Kata Kunci : Efek Hall, Potensial Hall, Gaya Lorentz

Transkripsi:

Kontribusi Fisika Indonesia Vol. No., Januari 00 Struktur Double Barrier Untuk Aplikasi Pada Divais Silikon Amorf Ida Hamidah dan Wilson W. Wenas Laboratorium Riset Semikonduktor, Jurusan Fisika ITB Jl. Ganesha No. 0 Bandung 403 Jurusan Pend. Teknik Mesin FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 07 Bandung 4054 e-mail: ihamidah@eudoramail.com Abstrak Dalam studi ini dikaji sifat-sifat struktur double barrier pada divais silikon amorf (a-si). Struktur double barrier dibangun dengan mengkombinasikan material a-si:h dengan material a-sic:h yang memiliki celah energi optik yang berbeda. Material a-si:h berfungsi sebagai sumur kuantum di antara material a-sic:h yang berfungsi sebagai barrier. Probabilitas tunneling yang menjadi pokok utama sifat-sifat struktur double barrier dihitung berdasarkan persamaan Schroedinger, pendekatan WKB, dan pendekatan Lorentzian. Probabilitas tunneling mencapai harga 0, untuk tegangan luar 0 V, tebal barrier 0 Å dan lebar sumur potensial 0 Å. Selanjutnya, hasil perhitungan probabilitas tunneling diaplikasikan pada salah satu divais a- Si yaitu Thin Film Light Emitting Diode (TFLED), untuk menghitung rapat arus tunneling dan brightness. Didapatkan bahwa semakin tinggi probabilitas tunneling, rapat arus tunneling semakin meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan harga brightness dari TFLED. Abstract The properties of double barrier structure applied into amorphous silicon (a-si) device was studied. Double barrier structure was modeled with combining a-si:h and a-sic:h materials having different optical band gap. Potential well and barrier were made by a-si:h and a-sic:h, respectively. Tunneling probability which determine the properties of double barrier structure was calculated by employing the Schroedinger equation, WKB approximation and Green function. Tunneling probability had a value 0. for 0 V forward bias, 0 Å barrier width and 0 Å potential well width. The calculation of tunneling probability was then applied to thin film light emitting diode (TFLED) to calculate tunneling current density and brightness of the device. It was found that the higher tunneling probability the higher tunneling current density and finally the brightness of TFLED can be enhanced.. Pendahuluan Penggunaan material silikon amorf (a-si) pada divais semikonduktor telah berkembang dengan sangat pesat dalam dua dekade terakhir dengan aplikasi yang berbeda dengan material silikon kristal (x-si) yang sudah lebih dahulu digunakan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dan sifat fisis antara a-si dan x-si. Berbeda dengan silikon kristal, a-si mempunyai susunan atom yang tidak teratur sehingga tidak memiliki periodisitas berjangkauan jauh atau simetri kristal. Selain itu pada a-si terdapat banyak ikatan bebas (dangling bond) yang mengakibatkan rapat keadaan terlokalisasi di daerah celah pita energi. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan sifat listrik dan optik antara kedua material tersebut. Penumbuhan lapisan tipis a-si dengan metode plasma enhanced chemical vapor deposition (PECVD) mengandung konsentrasi atom hidrogen sekitar 5% - 5% ). Kehadiran atom hidrogen ini akan menutup dangling bond sehingga terbentuk ikatan Si-H yang pada akhirnya akan mereduksi rapat keadaan terlokalisasinya. Proses pemberian ketakmurnian (impuritas) juga telah dapat dilakukan sehingga memungkinkan dilakukannya pengontrolan tipe penghantaran listrik (p atau n), dengan demikian material a-si dapat digunakan pada divais semikonduktor. Material a-si memiliki koefisien absorpsi cahaya yang tinggi dan memiliki temperatur penumbuhan yang rendah, serta memiliki kemudahan penumbuhan dalam daerah yang luas. Hal ini menyebabkan a-si menjadi material yang murah untuk diaplikasikan pada berbagai divais semikonduktor ). Unjuk kerja divais semikonduktor dapat ditingkatkan, salah satu caranya adalah dengan pengoptimasian struktur divais itu sendiri, misalnya dengan penggunaan struktur double barrier. Struktur double barrier dapat diaplikasikan pada divais yang memiliki unjuk kerja berdasarkan pemancaran atau penyerapan cahaya, dimana struktur double barrier dapat meningkatkan efisiensi injeksi pembawa muatan (probabilitas tunneling) 3). 5

6 KFI Vol. No. 00 Fenomena resonans tunneling pada struktur double barrier telah diaplikasikan pada beberapa material kristal seperti GaAs, ZnSe, dan lain-lain. Dalam hal ini unjuk kerja divais-divais kristal tersebut telah dapat ditingkatkan 4). Namun demikian masih sedikit studi tentang struktur double barrier pada divais a-si, sehingga aplikasi struktur double barrier pada divais a-si diharapkan dapat meningkatkan unjuk kerja divais-divais tersebut. Pada studi yang lalu telah diaplikasikan struktur double barrier pada divais TFLED yang ditempatkan pada perbatasan lapisan p-i dan i-n. Dalam studi ini dikaji struktur double barrier yang lebih umum yang ditempatkan di tengah-tengah lapisan-i pada divais p-i-n a-si,5).. Probabilitas Tunneling Struktur double barrier dalam studi ini dapat dibangun dengan mengkombinasikan material a-si:h dengan material a-sic:h yang memiliki celah energi optik yang berbeda. Celah energi optik a-si:h dan a-sic:h dapat diatur dengan mengontrol kandungan atom hidrogen dan atom karbon dalam matreial a-si:h dan a-sic:h. Profil potensial struktur double barrier di bawah pengaruh bias maju ditunjukkan pada Gambar, dimana d adalah tebal barrier dan w adalah lebar sumur potensial. Gambar. Profil potensial struktur double barrier di bawah pengaruh bias maju. Peningkatan unjuk kerja divais semikonduktor dengan struktur double barrier ditentukan oleh efisiensi injeksi pembawa muatan (elektron atau hole) melalui proses tunneling. Konsep yang mendasari peristiwa tunneling adalah sifat-sifat solusi persamaan schrodinger dan interpretasi probalistik. Jika ada elektron/hole datang dengan fungsi gelombang tertentu, maka hal terpenting dari gejala tersebut menurut pandangan teori kuantum adalah probabilitas elektron atau hole untuk menerobos barrier. Tunneling merupakan gejala kuantum dimana partikel dapat menembus barrier, walaupun energi partikel datang lebih kecil dibandingkan dengan energi piotensial barrier. Kemampuan partikel untuk menembus barrier tersebut disebabkan oleh sifat dualisme gelombang-partikel, dimana sifat gelombang dari elektron/hole lebih berperan daripada sifat partikelnya. Peristiwa tunneling pada struktur double barrier dapat dijelaskan sebagai berikut: Struktur potensial double barrier yang dilukiskan pada Gambar terdiri dari dua barrier simetris dengan lebar barrier d dan lebar sumur potensial w. Jika ada elektron/hole datang dengan energi ε yang lebih kecil daripada energi potensial barrier V 0, maka dalam keadaan ini elektron/hole dapat memasuki sistem dengan probabilitas tunneling mendekati harga satu. Hal ini dapat dijelaskan dengan keadaan resonans, yaitu bahwa elektron/hole mendapatkan penambahan probabilitas tunneling ketika energi elektron/hole yang datag tepat sama dengan energi resonans keadaan-keadaan eigen di dalam sumur potensial. Peristiwa ini juga dapat dipandang sebagai interferensi konstruktif antara gelombang elektron/hole yang meninggalkan barrier pertama dengan gelombang elektron/hole yang direfleksikan oleh barrier kedua. Besarnya probabilitas tunneling dari pembawa muatan yang masuk ke dalam struktur double barrier dapat dimulai dari persamaan Schrodinger berikut ini: d h + V ( z) ψ( z) = εψ( z) * (.) m dz Dengan memasukkan pendekatan WKB, dimana z ξ, akan didapatkan probabilitas tunneling untuk barrier yang berbentuk segitiga 6) : * 4 m 3/ P tri = exp ( ε ) (.) 3qhE dan barrier yang berbentuk trapesium 7) : * 4 m P = [( ε ) ( ε ) ] 3/ 3/ tra exp 3qhE (.3) dengan: E = medan listrik pada barrier; ε = ½ beda potensial antara barrier pertama dengan lapisan i; 6

KFI Vol. No. 00 7 ε = ½ beda potensial antara barrier kedua dengan lapisan i; Pada proses injeksi pembawa muatan dalam struktur double barrier, terdapat efek hamburan antar-muka lapisan. Dengan adanya hamburan ini, pembawa muatan akan kehilangan memori fasa sehingga dapat menurunkan probabilitas tunneling. Proses hamburan ini terbagi menjadi dua, yaitu hamburan elastik dan hamburan inelastik. Hamburan inelastik berkaitan dengan pembukaan channel baru dan efek fisis yang utamanya adalah penyerapan fluks (elekton/hole) datang, yang akhirnya dapat menurunkan probabilitas tunneling 4,8). Untuk mendapatkan egek hamburan inelastik kita dapat menambahkan bagian imajiner pada potensial V(z) = V r (z) iv r (z), sehingga diperoleh fungsi eigen ω n (z) yang merupakan solusi persamaan Schrodinger dengan potensial kompleks. Untuk menguji kelakuan probabilitas tunneling koheren (dari hamburan elastik), Booker memasukkan faktor peredam (damping factor) γ, yang besarnya terletak 0<γ<. Dengan melakukan pendekatan Lorentzian, probabilitas tunneling untuk bagian koheren diperoleh: esc γγ P c = Pmax (.4) 0 dan bagian inkoheren: ( Γis + γγc + ( γ) ) P i = Pmax 0 (.5) sehingga priobabilitas tunneling total menjadi: ( Γis + γγc + ( + γ) ) P tot = Pmax 0 (.6) dimana: P max = probabilitas tunneling maksimum tanpa hamburan inelastik; Γ esc = kontribusi ½ lebar resonansi; Γ is = kontribusi hamburan inelastik; Γ c = kontribusi hamburan akibat refleksi elektron/hole; Γ = Γ is + Γ esc ; γ = faktor peredaman, dimana γ = menunjukkan hamburan elastik danγ =0 E z 0 ε n menunjukkan hamburan inelastik; = energi elektron datang; = energi dalam keadaan resonan. 3. Hasil Hasil perhitungan probabilitas tunneling (P) terhadap tegangan luar pada struktur double barrier ditunjukkan pada Gambar. Terlihat bahwa semakin besar tegangan luar (medan listrik pada barrier menjadi lebih tinggi), probabilitas tunneling semakin meningkat. Probabilitas tunneling akan mengalami saturasi pada tegangan luar sekitar 0 V. Dari gambar terlihat pula bahwa nilai P yang paling tinggi dicapai pada barrier yang paling tipis (d = 40 Å) dan lebar sumur potensial 0 Å. Gambar. Hasil perhitungan probabilitas tunneling pada energi optik barrier 4 ev. Perbandingan hasil perhitungan probabilitas tunneling untuk tinggi barrier, lebar sumur potensial dan tegangan bias yang berbedabeda ditunjukkan pada Gambar 3, 4, 5 dan 6. Didapatkan bahwa bila tinggi barrier dibuat lebih rendah, lebar barrier lebih sempit, lebar sumur potensial lebih sempit dan tegangan bias lebih tinggi, maka pembawa muatan akan lebih mudah terinjeksi masuk ke dalam barrier, yang pada akhirnya dapat meningkatkan probabilitas tunneling. Dari hasil di atas terlihat bahwa optimasi probabilitas tunneling melalui struktur double barrier dari pembawa muatan perlu dilakukan untuk memperoleh unjuk kerja optimal dari divais yang dibentuk oleh struktur tersebut.

8 KFI Vol. No. 00 Gambar 3. Hasil perhitungan probabilitas tunneling untuk tebal barrier 0 A dan tinggi barrier ev (garis tebal untuk V = 0 volt, garis putus-putus untuk V = 8 volt). Gambar 6. Hasil perhitungan probabilitas tunneling untuk lebar sumur potensial 0 A dan tinggi barrier ev (garis tebal untuk V = 8 volt, garis putus-putus untuk V = 0 volt). Salah satu aplikasi dari struktur double barrier pada divais a-si adalah untuk peningkatan unjuk kerja Thin Film Light Emitting Diode (TFLED), dimana struktur double barrier dapat meningkatkan rapat arus tunneling, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga brightness dari TFLED 5). Hasil perhitungan untuk keadaan ini ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 4. Hasil perhitungan probabilitas tunneling untuk tebal barrier 0 A dan tinggi barrier.5 ev(garis tebal untuk V = 8 volt, garis putus-putus untuk V = 0 volt) Gambar 7. Hasil perhitungan brightness terhadap arus tunneling pada Thin Film light Emitting Diode Gambar 5. Hasil perhitungan probabilitas tunneling untuk lebar sumur potensial 0 A dan tinggi barrier.5 ev (garis tebal untuk V = 0 volt, garis putus-putus untuk V = 8 volt). 4. Kesimpulan. Unjuk kerja divais a-si berdasarkan efisiensi penyerapan atau pemantulan cahaya dapat ditingkatkan dengan penggunaan struktur double barrier, dimana struktur double barrier dapat meningkatkan probabilitas tunneling.. Probabilitas tunneling pada struktur double barrier akan mencapai harga yang lebih tinggi jika lebar sumur potensial, tebal barrier, dan tinggi barrier dibuat lebih kecil. 8

KFI Vol. No. 00 9 3. Aplikasi struktur double barrier pada Thin Film Light Emitting Diode dapat menghasilkan brightness yang lebih tinggi jika rapat arus tunneling bertambah. Ucapan Terimakasih Penelitian ini terealisasi atas dukungan dana Domestic Collaborative Research Grant Program (University Research for Graduate Education) Universitas Pendidikan Indonesia dengan nomor kontrak: Daftar Pustaka. K. Takahashi dan M. Konagai, Amorphous silicon Solar Cell, North Oxford Academic, London, 986.. W.W. Wenas, The 3 rd Workshop on Electro Communication and Information, WECI III (999), p.4-7 4-0. 3. I. Hamidah dan W.W. Wenas, The 3 rd Workshop on Electro Communication and Information, WECI III (999), p.4-3 4-35. 4. S.M. Booker, et.al., Semiconductor Sci. Technology 7 (99), p.b439. 5. Ida Hamidah, Tugas Akhir, Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung, 999. 6. C.M. Wolfe, N. Holonyak, dan G.E. Stillman, Physical Properties of Semiconductor, Prentice Hall, New Jersey, 989), p.303 305. 7. M. Paasche, et. al, IEEE Transaction on Electron Devices 36, (989), p.76 769. 8. G. Garcia-Calderon, he Physics of Low Dimensional Structures, Plenum Press, New York, 99, p.07 6.