Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

PERHITUNGAN ENERGI EXPENDITUR, KONSUMSI ENERGI DAN PENILAIAN BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR. ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo)

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan. menjadi lebih dominan yang dialami oleh pekerja. Di sisi lain, ternyata

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang industri dan perdagangan, globalisasi menyebabkan arus

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang)

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

SEJARAH & PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa kita salah

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB II LANDASAN TEORI

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB II LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

Transkripsi:

hal II - 81 Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan Cardiovasculair Load Risma Adelina Simanjuntak 1 Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta email : risma_stak@yahoo.com Abstrak Buruh gendong wanita yang ada di Pasar Bringharjo Yogyakarta dalam mengangkat beban masih secara manual handling dengan mengerahkan tenaga untuk periode yang lama. Sikap tubuh yang tidak ergonomis, tidak alamiah dan dipaksakan seperti badan membungkuk, membawa beban yang terlalu berat merupakan penyebab terjadinya cedera pada pinggang dan punggung. Penilaian resiko pekerjaan manual handling dengan metode Indikator Kunci-LMM dan penilaian beban kerja fisik berdasarkan Cardiovasculair load-%cvl, dimaksudkan untuk mengetahui berat ringannya beban pekerjaan dan membantu mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil penelitian didapat (1) indikasi berat ringannya dari rating waktu dengan skor 4; rating massa dengan skor 7; rating sikap tubuh dengan skor 4 dan rating kondisi kerja dengan skor 2. Hasil penilaian akhir berada pada tingkat resiko 4, yang berarti situasi beban kerja tinggi dan pembebanan fisik berlebih sering terjadi. (2) Beban kerja fisik cardiovasculair % CVL adalah 6 pekerja tidak diperbolehkan beraktivitas, 9 pekerja diperlukan tindakan segera, 10 pekerja bekerja dalam waktu singkat, 5 pekerja diperlukan perbaikan dan 0 pekerja tidak terjadi kelelahan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pekerjaan buruh gendong harus dilakukan perubahan dan perbaikan segera melalui perbaikan secara teknik maupun organisasional untuk mengurangi resiko dan diperlukan redisain pekerjaan. Kata kunci: Manual handling, Cardiovasculair load, Resiko kerja 1. PENDAHULUAN Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai denggan penggunaan msin dengan berbasis teknokogi tinggi. Disisi lain, ternayta diberbagai industri juga masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat, seperti halnya juga pada penggunaan mekanisasi ternyata meningkatkan terjadinya keluhan dan komplain pada pekerja, seperti terjadinya sakit pada punggung dan pinggang, ketegangan pada leher, sakit pergelangan tangan, lengan dan kaki, kelelahan mata dan banyak komplain lainnya. Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh dari berat tubuh, memungkinkan manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaanya. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Dengan bekerja tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Setiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental. Setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia menerima beban. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh pekerja yang bersangkutan. : Corresponding Author

hal II - 82 Berat ringanya beban kerja dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis sedangkan penilaian subjektif melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Pekerjaan manual handling juga dapat menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera Lebih seperempat dari total kecelakan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling (Health Safety Executive, 2003). Meskipun kecelakaan kerja yang bersifat fatal akibat manual handling jarang terjadi, tetapi banyak sekali cedera yang terjadi berupa terkilir/keseleo atau ketegangan otot, terutama pada bagian otot pinggang dan punggung disebabkan karena aplikasi pekerjaan yang tidak benar dan atau pengerahan tenaga untuk periode yang lama. Sikap tubuh yang dipaksakan dan repetisi gerakan yang berlebihan merupakan faktor penting sebagai penyebab terjadinya cedera tersebut. Berdasarkan pengamatan awal dari buruh gendong wanita di pasar tradisional Beringharjo Yogyakarta yang membutuhkan fleksibiltas tinggi seperti manual handling dengan mengangkat beban secara manual masih tetap mengandalkan kemampuan manusia sebagai pekerja. Buruh gendong mengangkat muatan dari parkiran mobil dengan sekuat tenaga untuk mengangkat muatan dengan alat bantu keranjang besar dan selendang. Perpindahan material secara manual menjadi faktor utama tingginya tingkat cedera di mana disebabkan oleh pengerahan tenaga secara berlebihan dalam perpindahan/ penanganan material secara manual. Pekerjaan buruh gendong wanita tampak tidak manusiawi, tetapi karena tidak ada pilihan dan hidup harus tetap berjalan. Sebagian buruh gendong wanita di pasar tersebut mengandalkan kekuatan tubuh antara lain punggung dan pinggul. Dengan melihat sikapi/postur kerja buruh gendong, berat beban dan jarak pemindahan material pekerja terlihat postur kerja yang tidak alamiah. Misalnya punggung terlalu membungkuk, kepala/leher terlalu menunduk, pergelangan tangan kiri dan kanan pekerja terangkat, dan lain-lainnya. Pekerjaan ini setiap hari tetap dilakukan dikarenakan tidak mengetahui bahwa jangka waktu tertentu keluhan tersebut berbahaya dan jika berkepanjangan bisa mengakibatkan cidera otot. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian yang dilakukan, adalah untuk mengetahui berat ringannya beban kerja buruh melalui penilaian beban kerja dan penilaian resiko manual handling. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah (1) menilai beban kerja buruh dan resiko kerja., (2) tindakan korektif yang relevan. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergo dan Nomos. Ergo artinya kerja dan Nomos artinya hukum alam. Ergonomi merupakan ilmu interdispliner yang melibatkan beberapa keilmuan. Sesuai dengan pengertian ergonomi prinsip ergonomi yang selalu digunakan adalah prinsip fitting the task/job to the man, ini berarti harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia (Pulat,1992). Beradasarkan prinsip tersebut maka sistem kerja dirancang dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi kelebihan dan keterbatasan manusia sebagai pengguna maka diperoleh suatu rancangan sistem kerja yang berada didalam daerah kemampuan manusia. Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja. 2.2 Manual Handling Manual handling didefenisikan sebagai suatu pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, membawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan dan atau dengan penegrahan seluruh bahan.. Sebagai contoh beban ditopang dengan bahu atau dipanggul. Pekerjaan manual handling akan dapat menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja seperti pengerahan tenaga, sikap tubuh yang dipaksakan dan gerakan berulang yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera, energi terbuang secara percuma dan waktu kerja tidak efisien. Faktor resiko yang dominan yang berkaitan dengan terjadinya cedera akibat pekerjaan manual handling antara lain meliputi : (Tarwaka,2010) Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan Gerakan berulang Pengerahan bahan berlebihan Sikap kerja statis, dll 2.2 Penilaian Resiko Manual Handling Selama dilakukan pekerjaan manual handling untuk objek yang berat seperti mengangkat, menahan, memindahkan dan menurunkan objek, maka akan dapat menyebabkan resiko cedera atau menebabkan gangguan sistem muskuloskeletal, khususnya pada pinggang. Untuk menilai resiko seperti tersebut diatas dengan metode Indikator Kunci LMM ( Leitmerk Mal Methode) Metode ini digunakan didalam penilaian resiko selama dilakukan pekerjaan manual handling untuk objek kerja yang berat dengan mempertimbangkan empat (4) faktor atau

hal II - 83 parameter stress fisik terjadi selama pekerjaan manual handling yaitu waktu (time), beban (load), sikap tubuh ( body posture) dan kondisi selama kerja ( condition of performing work). 2.3 Rating Indikator 1) Rating indikator waktu (Time Indicator T) Indikasi berat ringanya dari lama waktu ketika seseorang menangani beban/objek kerja dapat dinilai, yang didasarkan pada jenis aktivitas manual handling., dengan memilih salah satu dari ketiga bentuk tentang bagaimana penanganan beban biasanya dilakukan, berdasarkan pada Tabel 1. 2) Rating Indikator Massa/Beban ( Mass Indicator- M) Indikasi berat ringanya beban kerja oleh karena massa dari suatu objek yang dikerjakan dapat dinilai yang didasarkan pada tabel dibawah ini, didasarkan pada tabel 2 3) Rating Indikator Sikap Tubuh (Body Posture Indicator P) Indikasi berat ringannya faktor sikap tubuh dinilai atau rating berdasarkan piktogram seperti pada tabel 3. 4) Rating Indikator Kondisi Kerja (Working Condition Indicator W) Indikator berat ringannya kondisi kerja, salah satu yang harus dipertimbangkan adalah kondisi kerja yang dominan selama periode kerja secara keseluruhan, pada tabel 4 2.3 Rating Indikator Hasil penilaian adalah berupa skor (O), selanjutnya O dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : O = T x (M + P + W) Berdasarkan hasil yang dihitung (O) dapat menilai secara kasar tingkat resiko pekerjaan manual handling, berdasarkan tabel 5 Tabel 1. Penilaian Waktu Didasarksan Jenis Manual Handling Mengangkat atau operasi pemindahan (< 5 detik) Menahan/menopang objek (>5 detik) Memindahkan Objek pada Jarak > 5m Frekuensi (Jumlah/1 hari Rating Waktu Total Durasi Menahan/1 hari Rating Waktu Total jarak selama satu hari Rating Waktu kerja) kerja (menit) kerja (km) < 10 1 < 5 1 < 0,3 1 10 -< 40 2 5 - < 15 2 0,3 - < 1 2 40 - < 200 4 15 - < 60 4 1 - < 4 4 200 - <500 6 60 - <120 6 4 - < 8 6 500 - <1000 8 120 - <240 8 8 - < 16 8 >1000 10 >240 10 >16 10 Tabel 2. Penilaian Massa/Beban Terhadap Beban Efektif Beban Kerja untuk Laki-laki (Kg) Rating Beban Beban Efektif untuk Wanita (Kg) Rating Beban < 10 1 < 5 1 10 - < 20 2 5 - < 10 2 20 - < 30 4 10 - < 15 4 30 - < 40 7 16 - < 25 7 >40 25 Tabel 3. Penilaian Sikap Tubuh Terhadap Jenis Sikap Tubuh dan Posisi Beban Sikap Tubuh, Posisi Beban Hubungannya dengan Tubuh Rating Sikap Tubuh bagian atas tidak memutar. Beban berada dekat dengan badan 1 Sedikit membungkuk ke depan atau sedikit memuntirkan badan 2 Beban berada dekat dengan badan atau diatas ketinggian bahu Membungkuk sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup jauh 3 Sedikit membungkuk ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan.beban berada jauh dari badan atau diatas bahu Membungkuk jauh ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan. Beban 4 berada jauh dari badan. Stabilitas tubuh terbatas, pada saat berdiri.jongkok dan

hal II - 84 atau berlutut Tabel 4. Penilaian Indikator Kondisi Kerja Penjelasan Kondisi Pada Saat Melakukan Pekerjaan Kondisi ergonomi yang baik, tidak ada menghalangi beban kerja, pencahyaan bagus Terbatasnya ruang untuk bergerak, stabilitas tubuh terganggu karena keadaan lantai tidak rata Ruang untuk kerja sangat terbatas dan atau pusat gravitasi beban tidak stabil selama pemindahan bahan Rating Kondisi Kerja 0 1 2 Tabel 5. Penilaian Resiko Berkaitan Dengan Beban Kerja Final Skor Final Skor (O) Penjelasan Beban Kerja; Frekuensi dan Efek Tingkat Resiko Sarana Preventif < 10 Situasi beban kerja rendah, 1 Tidak diperlukan perbaikan pembebanan fisik jarang muncul 10 - < 25 Situasi beban kerja meningkat. 2 Belum diperlukan adanya perbaikan. Bagi Pembebanan fisik kemungkinan pekerja tpengaturan kembali tempat terjadi untuk pekerjaan tertentu kerjaertentu tersebut, diperlukan adanya 2- < 50 Situasi beban kerja meningkat tinggi. Pembebanan fisik berlebih mungkin dialami oleh pekerja normal >50 Situasi beban kerja tinggi. Pembebanan fisik berlebih sering terjadi 3 Diperlukan adanya perbaikan yang menyebabkan stress fisik bagi individu pekerja dengan menanyakan kepada mereka tentang beban kerja dan kemungkinan terjadinya cedera 4 Harus dilakukan perubahan dan perbaikkan segera, melalui perbaikan secara teknik maupun organisasional untuk mengurangi resiko 2.4 Beban Kerja Beban kerja (work load) dapat didefenisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan kerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja tingkat pembebanan yang berbeda-bedamanusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Menurut Hard & Staveland (1988), bahwa beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja juga didefenisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Pada umunya, tingkat intensitas pembebanan kerja optimum akan dapat dicapai, apabila tidak ada tekanan dan ketegangan yang berlebihan baik secara fisik maupun mental. (Meshkati1984 dalam Tarwaka, 2010) Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beban kerja oleh karena faktor eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja adalah tugas itu sendiri, lingkungan kerja dan organisasi. Ketiga aspek ini sering disebut stressor Beban kerja oleh faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringanya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu perubahan reaksi fisiologis. Sedsangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif lainnya. Faktor internal meliputi : faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor psikis (motivasi, persepsi,

hal II - 85 kepercayaan, keinginan, kepuasan dll). Faktor utama yang menentukan beban kerja adalah faktor tuntutan tugas, faktor usaha/tenaga dan faktor performansi. 2.4 Penilaian Beban Kerja Fisik Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Kerja fisik disebut juga manual operation dimana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung pada upaya manusia yang berperan sebagai sumber tenaga maupun pengendali kerja. Selama kerja fisik berlangsung, maka konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat/ ringannya suatu pekerjaan. Salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan pengukuran denyut jantung. Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefenisikan oleh Grandjean (1993) yaitu : Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : % CVL = Dimana denyut nadi maksimum adalah (220- umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari hasil penghitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan seperti pada tabel 6 Tabel 6. Klasifikasi Beban kerja Berdasarkan % CVL Range Klasifikasi <30% Tidak terjadi kelelahan 30 s.d. < 60% Diperlukan perbaikan 60 s.d < 80% Kerja dalam waktu singkat 80 s.d < 100% Diperlukan tindakan segera >100 Tidak diperbolehkan beraktivitas Tabel 7. Identifikasi Manual HandlingBerdasarkan Kelompok Faktor No Kelompok Faktor 1 Tugas-tugas/ pekerjaan Pekerjaan dilakukan dengan membungkuk Pekerjaan dilakukan dengan mengangkat dan menurunkan Pekerjaan dilakukan dengan membawa beban jarak yang jauh Pekerjaan melibatkan pengerahan tenaga fisik untuk waktu yang lama Pekerja harus menahan beban terlalu lama 2 Beban/objek Beban/objek yang dikerjakan berat Ukuran beban ukurannya terlalu besar Beban sulit untuk dipegang Beban memponyai potensi bahaya 3 Lingkungan Kerja Lantai kerja tidak rata Terdapat ketinggian lantai/ tangga lantai Suhu udara dan kelembaban ekstrim 4 Individu Pekerjaan memerlukan suatu kekuatan Pekerja tidak memakai pakaian kerja yang sesuai Pekerja ada yang mempunyai masalah kesehatan

hal II - 86 Tabel 9. Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan % CVL No Umur Denyut Nadi Klasifikasi (Tahun) Istirahat Kerja Maksimum % CVL (200-usia) 1 42 60 140 158 82 Kerja dalam waktu singkat 2 40 65 147 160 86 Kerja dalam waktu singkat 3 70 50 123 130 91 Diperlukan tindakan segera 4 55 70 154 145 112 Tidak dibolehkan beraktivitas 5 60 58 133 140 91 Diperlukan tindakan segera 6 66 63 105 134 56 Diperlukan perbaikan 7 48 63 126 152 71 Kerja dalam waktu singkat 8 50 65 137 150 85 Diperlukan tindakan segera 9 40 70 133 160 70 Kerja dalam waktu singkat 10 35 70 137 165 71 Kerja dalam waktu singkat 11 40 75 147 160 85 Diperlukan tindakan segera 12 30 75 137 170 65 Kerja dalam waktu singkat 13 45 80 154 155 99 Diperlukan tindakan segera 14 45 73 140 155 82 Diperlukan tindakan segera 15 55 70 147 145 103 Tidak dibolehkan beraktivitas 16 55 70 154 145 112 Tidak dibolehkan beraktivitas 17 50 65 130 150 76 Kerja dalam waktu singkat 18 56 60 147 144 104 Tidak dibolehkan beraktivitas 19 56 65 119 144 68 Kerja dalam waktu singkat 20 40 70 151 160 90 Diperlukan tindakan segera 21 45 70 151 155 95 Diperlukan tindakan segera 22 30 75 140 170 68 Kerja dalam waktu singkat 23 40 75 147 160 85 Diperlukan tindakan segera 24 50 63 109 150 53 Diperlukan perbaikan 25 49 70 105 151 43 Diperlukan perbaikan 26 70 55 98 130 57 Diperlukan perbaikan 27 43 55 102 157 46 Diperlukan perbaikan 28 60 55 168 140 121 Tidak dibolehkan beraktivitas 29 65 63 147 135 117 Tidak dibolehkan beraktivitas 30 37 55 140 163 79 Kerja dalam waktu singkat Tabel 10. Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan %CVL Range Klasifikasi Jumlah pekerja <30% 30 s.d. < 60% 60 s.d < 80% 80 s.d < 100% >100 Tidak terjadi kelelahan Diperlukan perbaikan Kerja dalam waktu singkat Diperlukan tindakan segera Tidak diperbolehkan beraktivitas 0 5 10 9 6 3. PEMBAHASAN Pekerja yang diamati ada sebanyak 30 orang, dilakukan identifikasi pekerjaan tersebut secara manual handling dilingkungan kerja dan pengkuran denyut nadi, interview/wawancara dan pengamatan tempat kerja yang berhubungan dengan penelitian ini. Data mentah yang dikumpulkan merupan cikal informasi, perlu diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan data tersebut layak untuk diolah lebih lanjut. 3.1 Penilaian resiko material handling Hasil dari identifikasi pekerjaan tersebut secara manual handling dilingkungan kerja berkaitan dengan mengangkat beban, membawa beban dan menurunkan beban dengan

hal II - 87 mengerahkan seluruh badan. Sikap tubuh pada saat bekerja terlihat tidak alamiah dan dipaksakan terlihat badan membungkuk, memuntir, jongkok dan berlutut. Pengerahan tenaga berlebihan terlihat mengangkat beban yang terlalu berat. Berdasar uraian ini dilakukan identifikasi yang berkaitan dengan manual handling dengan memperhitungkan kelompok faktor seperti pada tabel 7 dan indikasi berat ringannya pekerjaan dengan melakukan penilaian resiko manual handling pada tabel 8. Penilaian akhir : O = T x (M + P + W) = 4 x ( 7 + 4 + 2) = 52 Penilaian resiko berkaitan dengan beban kerja beredasarkan penilaian akhir adalah 52 dan lebih besar dari > 50 maka penilaian resiko berdasarkan indikator LMM, dengan penjelasan beban kerja, frekuensi dan efek adalah situasi beban kerja tinggi, pembebanan fisik berlebih sering terjadi sarana preventif adalah harus dilakukan perubahan dan perbaikkan segera, melalui perbaikan secara teknik maupun organisasional untuk mengurangi resiko. 3.2 Penentuan Beban Kerja Berdasarkan %CVL DAFTAR PUSTAKA Grandjean, E, (1993) Fitting The task to The Man, Taylor & Francis Inc London Pulat, B.M., 1992. Fundamental Of Industrial Ergonomics, Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey, USA Tarwaka,2010, Ergonomi Industri, dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi Di Tempat kerja, Harapan Press Solo BIOGRAFI PENULIS Penulis adalah dosen di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Gelar Magister Teknik Industri didapat dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia, pada tahun 1998. Fokus pengajaran dan penelitiannya adalah Analisis Perancangan Kerja, Simulasi Sistem, Ergonomi dan Statistik Industri. Untuk informasi lebih lanjut, dapat dihubungi melalui risma_stak @yahoo.com Pengukuran denyut nadi saat istirhat dan denyut nadi selama kerja yang digunakan untuk menilai cardiovasculairl strain. Pengukuran dilakukan secara manual memakai stopwatch dengan penghitungan denyut nadi dengan metode 15 detik. Data pengukuran denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja, umur pekerja, untuk mengetahui denyut nadi maksimum, beban cardiovasculairload(%cvl). Hasil pengukuran, penghitungan dan penentuan kalsifikasi dapat dilihat pada tabel 9 dan tabel 10. 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan resiko kerja manual handling dengan metode LMM diperoleh penilaian akhir > 52 yang berarti situasi beban kerja tinggi dan pembebanan fisik berlebih. Penentuan beban kerja fisik berdasarkan cardiovasculair load % CVL adalah 6 pekerja tidak diperbolehkan beraktivitas, 9 pekerja diperlukan tindakan segera, 10 pekerja bekerja dalam waktu singkat, 5 pekerja diperlukan perbaikan dan 0 pekerja tidak terjadi kelelahan. Diharapkan perlunya adanya penyuluhan yang berkesinambungan kepada pekerja agar resiko kerja dapat di eliminer.