ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Produksi Sediaan Farmasi di Rumah Sakit

OPTIMALISASI SISTEM EXHAUST FAN DALAM SISTEM TATA UDARA GUNA MENUNJANG STABILITAS FLOW PATTERN DI LABORATORIUM

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA PADA SISTEM RUANG BERSIH FARMASI SKRIPSI DIMAS ADRIANTO

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

Pendahuluan. Proteksi Produk Proteksi Personil Proteksi Lingkungan

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TRANSFER TARGET CAIR UNTUK PRODUKSI RADIOISOTOP F-18 (FLUOR-18) PADA FASILITAS SIKLOTRON

SARANA - PRASARANA PENCAMPURAN ASEPTIK dan TATA CARA BEKERJA DI RUANG ASEPTIK. Dra Nastiti Setyo Rahayu. Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

Biologycal Safety Cabinet

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

MEWUJUDKAN PELAKSANAAN DISPENSING OBAT KANKER DENGAN BIAYA TERBATAS. Erlina Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan

5.1.1 Kesimpulan Tugas Khusus Pengawasan Mutu - Kualitas air dan menjaga air dari kontaminasi mikrobiologi merupakan bagian penting untuk memastikan

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, PENGAMBILAN DATA DAN SIMULASI

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PENENTUAN CLASSROOMS LABORATORIUM DI INSTA- LASI RADIOMETALURGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

SISTEM TATA UDARA. Oleh Bu Eli Dosen tidak tetap pada Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

APLIKASI PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA Modifikasi Automatic Loading Machine Generator 99 Mo/ 99m Tc berbasis PZC

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOAL UJIAN FARMASI KLINIK SEMESTER GENAP 2014

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

SIMULASI ALIRAN TATA UDARA PADA RUANG PENIMBANGAN BAHAN BAKU OBAT

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI

RANCANG BANGUN SISTEM INTERLOCK PADA PENGOPERASIAN FUME HOOD UNTUK MENCEGAH KONTAMINASI SILANG

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

JENIS SERTIFIKAT CPOB DAN CPBBAOB

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

REFURBISHING PENGENDALI ARUS LISTRIK PENGELASAN PADA MESIN LAS RESISTANCE SPOT WELDING ME-25 UNTUK PERAKITAN KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR PLTN

APLIKASI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) PADA SISTEM KONTROL PROSES PENGELASAN INNER DAN OUTER TABUNG IRADIASI

RUANGAN PRODUKSI STERIL

PEMANTAUAN KEBERSIHAN UDARA PADA DAERAH PENGOPERASIAN INSTALASI SEL PANAS RADIOMETALURGI

PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metode Pencampuran IV Admixture & Total Parenteral Nutrisi di Farmasi

PENGAWASAN PEMBUATAN DI PUSA T RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

INTISARI EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN PENYIMPANAN OBAT DI UPT INSTALASI FARMASI KABUPATEN BANJAR

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

TEKNIK ASEPTIK. Sebelum melakukan preparasi sediaan steril hal-hal yang harus dilakukan adalah Cuci tangan Memakai APD Mengoperasikan LAF Mengusap LAF

BAB I PENDAHULUAN BAB II. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Tujuan Praktikum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

Farmaka Volume 15 Nomor 2 67

OTOMATISASI PERPINDAHAN JALUR LISTRIK ANTARA PLN DENGAN GENERATOR

I Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana. PRR-Batan, kawasan Puspiptek Serpong, ABSTRAK ABSTRACT

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

LAYANAN SISTEM TATA UDARA RUANG PERKANTORAN DAN RUANG PROSES INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

water quantity and quality; the domestic needs of the population; management of potential sources of water.

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INTERIM STORAGE-1 SELAMA PERIODE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN, PENGAMBILAN DATA DAN SIMULASI

PENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS (SISTEM TATA UDARA) Gatot Sumartono, Ade Suherman Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Suhaedi Muhammad, Rimin Sumantri PTKMR BATAN

SAFE HANDLING OF CYTOTOXICS. Retno Muliawati, M.Sc Apt

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

Perbaikan zona produksi

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

PENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS. Gatot Sumartono Pusat T eknologi Limbah Radioaktif, BAT AN

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

PENGARUH JARAK KATUP LIMBAH DENGAN KATUP PENGHANTAR TERHADAP EFISIENSI HIDRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara

Oleh : Bambang Priyambodo

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

PELATIHAN PENCAMPURAN SITOSTATIKA

KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN

KATA PENGANTAR. Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Drs. Abdul Muchid, Apt. NIP

Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada Daerah Irigasi

10/2/2012 TANK SYSTEM AQUACULTURE ENGINEERING

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

Transkripsi:

ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN Muhammad Subhan, Wayan Widiana, dan Mulyono PRR- BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong e-mail: m.subhan@batan.go.id ABSTRAK Salah satu syarat pada laboratorium farmasi yaitu memiliki sistem pertukaran udara yang baik. Karena sistem pertukaran udara akan sangat mempengaruhi hasil produk yang diproses di laboratorium. Pusat Radioisotop Radiofarmaka (PRR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memiliki laboratorium farmasi yang digunakan untuk produksi kit Radiofarmaka yang disebut dengan clean room (ruang bersih). Kualifikasi sistem pertukaran udara clean room di PRR harus sesuai dengan persyaratan CPOB:2006. Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisis mengenai sistem pertukaran udara clean room agar didapatkan data teknis maupun data non teknis sehingga diharapkan data-data tersebut dapat digunakan untuk membantu kualifikasi clean room. Dari hasil analisis diperoleh nilai pertukaran udara dan jumlah partikel kelas A, kelas B, dan kelas C telah sesuai dengan persyaratan CPOB:2006. Kata kunci: pertukaran udara, clean room, HEPA filter ABSTRACT One of the requirements in the pharmaceutical laboratory that has good air exchange system. Because the air exchange system will greatly affect the outcome of laboratory processed products. Radioisotope Center radiopharmaceutical (PRR) of the National Nuclear Energy Agency (BATAN) having the pharmaceutical laboratory that is used for the production of radiopharmaceutical kits called a clean room (clean room). Qualification system in clean room air exchanges must comply with the requirements of PRR GMP: 2006. Therefore required an analysis of the clean room air exchange system for technical data and non technical data so hopefully these data can be used to assist qualified clean room. Values obtained from analysis of air exchange and particle number of class A, class B and class C in accordance with the requirements of GMP: 2006. Key words: Air exchange, clean room, HEPA filter PENDAHULUAN P usat Radioisotop dan Radiofarmaka Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah menjalin kerjasama dengan industri farmasi seperti PT. KIMIA FARMA untuk memproduksi kit radiofarmaka yang digunakan dalam bidang kesehatan. Untuk menjamin mutu produk radiofarmaka tersebut Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka memiliki laboratorium khusus yang disebut clean room (ruang bersih) sebagai fasilitas ruang yang digunakan untuk proses [1]. Clean room adalah suatu ruangan yang digunakan dalam proses pembuatan obat-obatan yang memiliki tingkat rendah lingkungan polutan seperti debu, udara mikroba, aerosol partikel dan uap kimia. Lebih jelasnya, clean room memiliki tingkatan pengawasan kontaminasi yang ditentukan oleh jumlah partikel per meter kubik pada ukuran partikel tertentu. Clean room dirancang sebagai ruang aseptik yang harus memenuhi persyaratan kualifikasi standar CPOB:2006 [2]. Ruang aseptik Muhamad Subhan, dkk. ISSN 1410 8178 Buku II hal. 367

tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem pertukaran udara. Kualifikasi sistem pertukaran udara clean room di PRR harus sesuai dengan persyaratan CPOB:2006. Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisis mengenai sistem pertukaran udara clean room agar didapatkan data teknis maupun data non teknis sehingga diharapkan data-data tersebut dapat digunakan untuk membantu kualifikasi clean room. Pada Gambar 1 ditampilkan clean room yang dimiliki oleh PRR. Cara Kerja Pengukuran Kecepatan aliran udara Dilakukan 3 kali pengukuran pada 3 titik permukaan setiap HEPA filter. Titik yang diukur kecepatannya pada HEPA filter ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 1. Clean room yang dimiliki PRR Secara umum clean room dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu: Kelas A Zona untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misal zona pengisian, wadah katup tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Dengan jumlah pertukaran udara minimal adalah 120 kali setiap jamnya. Kelas B Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A dengan jumlah pertukaran udara minimal adalah 20 kali setiap jamnya. Kelas C dan D Area bersih untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat resiko lebih rendah. Sedangkan jumlah pertukaran udara yang di izinkan minimal adalah 20 kali setiap jamnya [3]. TATA KERJA Peralatan Alat yang digunakan adalah Flow meter tipe LCA 6000 digunakan untuk mengukur laju aliran udara. Meteran tipe XP tool digunakan untuk mengukur dimensi setiap ruangan dan dimensi peralatan. Particle counter tipe GEO Handheld Laser digunakan untuk mengukur jumlah partikel udara. Gambar 2. Titik pengukuran kecepatan aliran udara pada HEPA filter Perhitungan Debit Aliran Udara Perhitungan debit aliran dilakukan dengan menggunakan rumus : Q = A x Q adalah debit aliran udara [m 3 /h] A adalah luasan HEPA filter [m 2 ] adalah kecepatan aliran udara [m/s] Perhitungan Jumlah Pertukaran Udara Dilakukan pengukuran volume benda dan volume ruangan. Hasil pengukuran dimasukan ke dalam rumus: Volume balok = PxLxT Untuk perhitungan jumlah pertukaran udara menggunakan rumus [4] : dengan Q adalah debit aliran udara [m 3 /h], Volume ruang kelas B adalah volume total ruang dikurangi volume benda [m 3 ]. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan jumlah pertukaran udara kelas A Hasil pengukuran laju aliran udara ditampilkan pada Tabel 1 sedangkan titik-titik pengukuran kecepatan aliran udara ditampilkan pada Gambar 3 Buku II hal. 368 ISSN 1410 8178 Muhamad Subhan, dkk

Gambar 3. Titik pengukuran Tabel 1. Hasil pengukuran kecepatan udara pada setiap titik di HEPA filter v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 6 V rerata 0,28 0,28 0,32 0,29 0,3 0,31 0,303 A minimal adalah 120 kali setiap jamnya, maka data yang didapatkan dari perhitungan ini telah sesuai dengan kualifikasi CPOB:2006. Perhitungan jumlah pertukaran udara kelas B Hasil pengukuran laju aliran udara ditampilkan pada Tabel 4. sedangkan titik-titik pengukuran kecepatan aliran udara ditampilkan pada Gambar 5. Tabel 2. Perhitungan debit aliran udara pada ruang kelas A Q [m 3 /h] V [m 3 ] Jumlah Pertukaran udara [m 3 /h] 775,8 2,594 300 Volume ruang pada kelas A yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya ditampilkan pada Gambar 4 : Gambar 5. Tititk-titik pengukuran pada setiap HEPA filter pada ruang kelas B Ukuran volume ruang kelas B yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya di tampilkan pada Gambar 6. Gambar 4. Volume ruang kelas A Tabel 3. Jumlah pertukaran udara kelas A A [m 2 ] v [m/s] Q [m 3 /h] 0,743 0,303 775,8 Gambar 6. Ukuran volume ruang kelas B yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya Perhitungan setiap volume benda pada ruang kelas B ditampilkan pada Tabel 6 dan dari Tabel 6 dapat diperoleh volume ruang yang akan diukur pertukaran udaranya dengan mengurangi volume total kelas B dengan volume total benda kelas B. Sedangkan pada Tabel 7 ditampilkan hasil dari pengurangannya. Dari Tabel 3. diperoleh jumlah pertukaran udara kelas A sebesar 300 kali setiap jamnya. Jika dibandingkan dengan persyaratan CPOB:2006 yang mensyaratkan bahwa jumlah pertukaran udara kelas Muhamad Subhan, dkk. ISSN 1410 8178 Buku II hal. 369

Tabel 4. Hasil Pengukuran kecepatan aliran udara di ruang kelas B Nama Kecepatan aliran udara [m/s] Nama Kecepatan aliran udara [m/s] HEPA 1 0,55 HEPA 4 0,63 0,6 0,77 0.69 0,4 rerata 0,613 rerata 0,6 HEPA 2 0,84 HEPA 5 0,86 1,05 0,99 1,13 0,72 rerata 1,006 rerata 0,86 HEPA 3 0,39 HEPA 6 0,5 0,49 0,4 0,63 0,54 rerata 0,503 rerata 0,48 Tabel 5. Hasil perhitungan debit aliran udara diruang kelas B Nama Luasan HEPA, A [m 2 ] Kecepatan aliran udara, v [m/s] Debit, Q [m 3 /s] HEPA 1 0,3716 0,613 0,2341 HEPA 2 0,3716 1,006 0,3965 HEPA 3 0,3716 0,503 0,1869 HEPA 4 0,3716 0,6 0,2229 HEPA 5 0,3716 0,86 0,3196 HEPA 6 0,3716 0,48 0,718 Total debit perdetik Total debit perjam 1,5384 [m 3 /s] 5538,3264 [m 3 /h] Tabel 6. Ukuran volume benda pada kelas B NAMA Panjang [cm] Lebar [cm] Tinggi [cm] Volume [cm 3 ] Volume, [m 3 ] V 1 476 170 109 8820280 8,8203 V 2 170 155 109 2872150 2,87215 V 5 34 29 108 106488 2,3795 V 6 387 90 93 3239190 3,2392 V 7 218 89 93 1804386 1,8044 V HAF 135 93 110 1381050 1,38105 V LAF 140 96 71 954240 0,9542 V 3 = V 4 2379456 2,3795 V benda 23828 23,8303 V total kelas B 50170400 50,1704 Buku II hal. 370 ISSN 1410 8178 Muhamad Subhan, dkk

Tabel 7. Hasil pengurangan volume total kelas B dengan volume total benda kelas B Volume total kelas B Volume total benda kelas B Volume ruang kelas B 50,1704 [m 3 ] 23,8303 [m 3 ] 26,17 [m 3 ] Tabel 8. Jumlah pertukaran udara kelas B Q [m 3 /h] Volume ruang [m 3 ] Jumlah pertukaran udara [m 3 /h] 5538,3264 26,17 212 Tabel 9. Hasil pengukuran laju aliran udara kelas C Nama Kecepatan aliran udara, [m/s] Nama Kecepatan aliran udara, [m/s] HEPA 1 1,15 0,91 0,94 HEPA 2 0,91 0,86 0,61 rerata 0,983 rerata 0,81 Tabel 10. Hasil perhitungan debit ruang kelas C Nama Luasan HEPA, A [m 2 ] Kecepatan aliran udara, v [m/s] Debit Q [m 3 /s] HEPA 1 0,3716 0,983 0,3653 HEPA 2 0,3716 0,81 0,3 rerata debit Dari Tabel 8 terlihat jumlah pertukaran udara kelas B sebesar 212 kali setiap jamnya. Jika dibandingkan dari persyaratan CPOB:2006 yang mensyaratkan bahwa jumlah pertukaran udara kelas B minimal adalah 20 kali setiap jamnya, maka data yang didapatkan dari perhitungan ini telah sesuai dengan kualifikasi CPOB:2006. 0,6663 [m 3 /s] 2398,68 [m 3 /h] Perhitungan jumlah pertukaran udara standar kelas C Hasil pengukuran laju aliran udara ditampilkan pada Tabel 9, sedangkan titik-titik pengukuran kecepatan aliran udara ditampilkan pada Gambar 7. Gambar 7. Tititk-titik pengukuran pada setiap HEPA filter ruang kelas C Gambar 8. Ruang kelas C Ukuran volume ruang kelas C yang akan diukur jumlah pertukaran udaranya di tampilkan pada Gambar 8. Perhitungan setiap volume benda pada ruang kelas C ditampilkan pada Tabel 11 dan dari Tabel 11 dapat diperoleh volume ruang yang akan diukur pertukaran udaranya dengan mengurangi volume total kelas C dengan volume total benda kelas C, sedangkan pada Tabel 12 ditampilkan hasil dari pengurangannya Muhamad Subhan, dkk. ISSN 1410 8178 Buku II hal. 371

Tabel 11. Ukuran volume benda pada kelas C NAMA P [cm] L [cm] T [cm] V [cm 3 ] V [m 3 ] Volume lemari 92 46 183 774456 0,7744 Volume pass box 67 33 60 132660 0,1326 Volume tembok sekat1 14 70 310 303800 0,3038 Volume tembok sekat1 110 14 310 477400 0,4774 Volume air shower 130 100 310 4030000 4,03 Volume kulkas 54 47 117 296946 0,2969 Total volume benda 6015262 6,0151 Volume total ruangan 34720000 34,72 Tabel 12. Hasil pengurangan volume total kelas C dengan volume total benda kelas C Volume total kelas C Volume total benda kelas B Volume ruang kelas B 34,72 [m 3 ] 6,0151 [m 3 ] 28,6569 [m 3 ] Tabel 13. Jumlah pertukaran udara kelas C Q [m 3 /h] Vruang [m 3 ] Jumlah Pertukaran udara [m 3 /h] 2398,68 28,6569 84 Tabel 14. Hasil pengukuran jumlah partikel kelas A, kelas B dan kelas C Dari Tabel 13 terlihat jumlah pertukaran udara kelas C sebesar 84 kali setiap jamnya. Jika dibandingkan dari persyaratan CPOB:2006 yang mensyaratkan bahwa jumlah pertukaran udara kelas C minimal adalah 20 kali setiap jamnya, maka data yang didapatkan dari perhitungan ini telah sesuai dengan kualifikasi CPOB:2006. Gambar 9. Denah pengukuran jumlah partikel Hasil Pengukuran Pengukuran hasil jumlah partikel ukuran 0,5 µm dan ukuran 5 µm kelas A, kelas B dan kelas Buku II hal. 372 ISSN 1410 8178 Muhamad Subhan, dkk

C ditampilkan pada Tabel 14. Sedangkan denah pengukurannya ditampilkan pada Gambar 9. Dari Tabel 14 terlihat ruang kelas A, kelas B dan kelas C jumlah partikelnya masih jauh dibawah standar yang di izinkan, dengan kata lain clean room telah memenuhi persyaratan KESIMPULAN Dari hasil perolehan pengukuran jumlah partikel setiap ruangan dan hasil perhitungan jumlah pertukaran udara, kedua hasil tersebut telah sesuai dengan persyaratan CPOB:2006. Maka persyaratan clean room di PRR telah sesuai dengan kualifikasi persyaratan CPOB:2006. DAFTAR PUSTAKA 1. Tim Jaminan Mutu. (2008). Manajemen Mutu Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Tanggerang Selatan: BATAN 2. Tim Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006, Jakarta: BPOM. 3. Tim Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006 (Suplemen 2009), Jakarta: BPOM. 4. F. STOECKER, WILBERT., JEROLD W. JONES. (1992). Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Jakarta: Penerbit Erlangga. TANYA JAWAB Agung nugroho Mengapa pengukuran aliran udara dilakukan pada supply udara dan apakah bisa ditempat lain misalnya pengeluaaran/exhaust? Bagaimana cara memastikan agar hasil pengukuran yang dilakukan akurat? Muhamad Subhan Pengukuran aliran udara dilakukan pada supply udara karena ruangan bersifat positif yang berarti tekanan di dalam ruangan lebih besar dari pada di luar ruangan, jadi untuk ruangan yang bertekanan positif biasanya dilakukan pada supply udara. Bisa saja di lakukan di tempat lain seperti di exhaust tetapi laju aliran udara pada exhaust biasanya dilakukan untuk ruangan yang bersifat negatip. Prosedur pengukuran harus sesuai dengan persyaratan CPUB seperti alat-alat yang digunakan harus teraklibrasi dan cara penggunaan alat harus dilakukan dengan besar dan tepat. Agus Nur R Klasifikasi clean room-nya apa? Apakah 3 titik pengukuran saja sudah cukup? Muhamad Subhan Klaisfikasi clean room di PRR terbagi menjadi 3 besar, yaitu kelas A, keas B, dan kelas C. Dimana setiap kelasnya mempunyai syarat dan fungsinya masing-masing. Untuk kelas A itu persyaratannya minimum adalah 100 partikel/m 2 fungsinya sebagai tempat utama dalam proses pembuatan kit radiofarmaka. Kelas B ini latar belakang kelas A minimal 10.000 partikel/m 2. Kelas C jumlah partikel yang diinginkan adalah 100.000 partikel/m 2 dan biasanya digunakan untuk meletakkan benda/peralatan pendukung. Dalam mengambil titik pengukuran minimal dilakukan 3 kali tempat titik pengukuran sehingga untuk 3 titik pengukuran saja sudah cukup tetapi lebih dari 3 titik pengukuran akan lebih baik. Muhamad Subhan, dkk. ISSN 1410 8178 Buku II hal. 373