BAB II KAJIAN TEORI. Perkataan tersebut mempunyai akar kata Mathema yang berarti pengetahuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

BAB II BAB II KAJIAN TEORI. sumber-sumber belajar. Herman Hudojo (2005: 71) mengartikan belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika, selain dari faktor keaktifan, faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (Bandung: Tarsito, 2006),

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Sejalan dengan itu Jujun (Prasetya, 2010: 2) mengatakan, dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini

d. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. Matematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Matematika Istilah Mathematics (Inggris), Mathematic (Jerman), Mathematique (Prancis), Matematico (Itali), Matematiceski (Rusia), atau Mathematic atau Wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin Mathematica, yang mulanya diambil dari kata Yunani, Mathematike yang berarti relating to learning. Perkataan tersebut mempunyai akar kata Mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, Science). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu Mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir) 12. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan menalar, hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu yang lain diperoleh tidak melalui penalaran. Akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan ilmu-ilmu yang lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran 13. Suherman menjelaskan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya sendiri secara empiris. Kemudian pengalaman empiris 12 Tim MKPBM Jurusan pendidikan Matematika, Strategi pembelajaran matematika kontemporer, Common Text Book, (Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Matematika, 2001), h.17. 13 Ibid, h.18 10

11 diproses dalam dunia rasio. Diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran dalam struktur kognitif, sehingga sampai pada kesimpulan berupa konsep-konsep matematika 14. Hudojo menyatakan bahwa aktivitas mental dalam mempelajari matematika terdiri dari observasi, menebak, merasa dan mencari analogi. Sejalan dengan pendapat tersebut maka dalam mempelajari suatu topik dalam matematika perlu di perhatikan hubungan-hubungan atau kesamaan-kesamaan antara topik yang dipelajari dengan topik-topik sebelumnya 15. Menurut James, matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, besaran, susunan dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya 16. Ini berarti bahwa matematika adalah ilmu yang hierarki karena seseorang yang mempelajari suatu materi B dan belum memahami materi A yang mendasari materi B, maka akan sulit untuk memahami materi B. Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa matematika merupakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan aktivitas manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. 14 Suherman, Erman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Edisi Revisi, (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003),h.16 15 Hudojo, Herman. Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika, (Malang: Malang University Press, 2003),h.3. 16 Suherman, Erman, dkk, op.cit., h.16.

12 B. Komunikasi Dalam bahasa komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communikatee). Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan, jika di analisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol), konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa 17. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), di mana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi. Definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran seperti apa yang di ungkapkan oleh Shannon dan Weaver bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi antar manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan 17 Effendi,onong uchjana, ilmu,teori,dan filsafat komunikasi (Bandung :PT.citra aditya bakti,2003),hal,28

13 bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Apabila kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomuiksi 18. C. Komunikasi Matematika Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai materi termasuk materi matematika. Pengertian komunikasi matematika menurut Syaban adalah merefleksikan pemahaman ide-ide matematika, sedangkan Asikin menjelaskan bahwa komunikasi matematika adalah suatu peristiwa saling dialog yang terjadi dalam lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan yang berisi tentang materi matematika yang dipelajari baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa 18 Canggara hafied, pengantar ilmu komunikasi (Jakarta: PT.raja gafindo persada,2004),hal,19-20.

14 komunikasi matematika adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan, dimana terjadi pengalihan pesan yang berisi tentang materi-materi matematika yang dipelajari baik secara lisan maupun tulisan. Terdapat beragam bentuk komunikasi matematika, misalnya (1) merefleksi dan mengklarifikasi pemikiran tentang ide-ide matematika, (2) menghubungkan bahasa sehari-hari dengan menggunakan simbol-simbol matematika, (3) menggunakan keterampilan membaca, mendengarkan, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika, dan (4) menggunakan ide-ide matematika untuk membuat dugaan (conjecture) dan membuat argumen yang meyakinkan. Sedangkan menurut Vermont department of Education menyatakan bahwa komunikasi matematika melibatkan 3 aspek, yaitu: (1) menggunakan bahasa matematika secara akurat dan menggunakannya untuk mengkomunikasikan aspek-aspek penyelesaian masalah, (2) menggunakan representasi matematika secara akurat untuk mengkomunikasikan penyelesaian masalah, dan (3) mempresentasikan penyelesaian masalah yang terorganisasi dan terstruktur dengan baik 19. Komunikasi matematika mencakup komunikasi tertulis maupun lisan atau verbal. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. 19 Mahmudi ali, komunikasi dalam pembelajaran matematika, jurnal MIPMIPA UNHALU, volume 8, nomor 1, Yogyakarta 2009.

15 Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan matematika siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi antar siswa misalnya dalam pembelajaran dengan setting diskusi kelompok 20. Komunikasi menjadi salah satu proses yang esensial dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi siswa mampu merefleksikan dan memperjelas suatu ide, hubungan, dan argumen matematika. Berhubungan dengan pembelajaran matematika depdiknas kemudian menegaskan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, dan diagram. Untuk mengembangkan komunikasi matematika siswa, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara meminta siswa untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dan mendengarkan siswa lain dalam berbagai ide, strategi dan solusi matematika. Mengkomunikasikan matematika baik secara lisan atau tulisan 20 Ali mahmudi, komunikasi dalam pembelajaran matematika (makalah termuat pada jurnal MIPMIPA UNHALU volume 8,2009)

16 mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan mereka dan mengklarifikasikan ide-ide untuk mereka sendiri. Sementara untuk para guru membaca dan memahami segala sesuatu yang siswa tulis adalah cara yang istimewa dalam pembelajaran matematika. Sudrajat mengatakan ketika sebuah konsep atau informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Senada dengan Sudrajat, Astute menyatakan bahwa ketika siswa memahami apa yang sedang dipelajari melalui kegiatan menulis, berpikir, merespon, dan berdiskusi, sesungguhnya mereka telah menggunakan kemampuan komunikasi matematika. Secara umum komunikasi dipahami sebagai suatu bentuk aktivitas penyampaian informasi dalam suatu komunitas tertentu. Komunikasi dapat terjadi dalam satu arah, yaitu dari penyampai pesan kepada penerima pesan. Pada aktivitas komunikasi seperti ini bisa terdapat banyak penyampai dan penerima pesan, sehingga komunikasi ini merupakan aktivitas berbagi ide dan gagasan, curah pendapat, sumbang saran dan kerjasama dalam kelompok. Aktivitas semacam ini dapat mengasah kemampuan berkomunikasi atau kemampuan menyampaikan pemikiran tentang sesuatu hal bagi para pesertanya. Khususnya komunikasi dalam matematika adalah suatu aktivitas

17 penyampaian dan atau penerimaan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa matematika 21. Romberg Chair mengatakan bahwa salah satu aspek berpikir tingkat tinggi dalam matematika adalah komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik yang menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika, menjelaskan ide matematika, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa simbol matematik, mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika, mencoba dengan pemahaman suatu presentasi matematika secara tertulis, membuat argumen, membuat konjektur, merumuskan definisi generalisasi, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari 22. Dari uraian tentang komunikasi matematika di atas tampak bahwa komunikasi matematika terjadi jika siswa belajar aktif baik secara lisan maupun secara tertulis. D. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Dalam pembelajaran matematika, komunikasi dapat menunjang siswa terlibat aktif untuk mengemukakan ide, dan menangkap atau memahami ide orang lain serta menggunakan bahasa dan notasi secara tepat. Sehingga jika 21 Oktavianti,rina,profil daya matematis siswa ditinjau dari kecenderungan kepribadian, 2011,tesis program pascasarjana unesa. 22 Utari Sumarno. 2002. Pengukuran evalua si dalam pendidikan. UPI Bandung.

18 siswa telah mampu berkomunikasi secara aktif, baik lisan maupun tulis, maka siswa akan mampu untuk memahami penjelasan atau uraian dari guru atau temannya. Dengan cara demikian, siswa dapat meningkatkan pengetahuannya melalui suatu komunikasi dengan orang lain 23. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara tertulis perlu dilatih. Karena matematika lebih banyak menggunakan simbol-simbol abstrak, sehingga perlu penyajian dalam bentuk kata-kata atau kalimat agar lebih membantu dalam memahaminya. Selain berkomunikasi secara tertulis, komunikasi lisan yang digunakan oleh siswa juga sangat diharapkan, terutama agar siswa terlatih untuk menyampaikan ide-ide matematis secara verbal kepada teman atau guru. Komunikasi lisan ini dapat difasilitasi dengan adanya tanya jawab, diskusi, dan presentasi. Kebanyakan siswa mampu berkomunikasi secara tertulis dengan baik, namun kemampuan komunikasi secara lisannya kurang begitu baik, karena kurang begitu diasah dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi baik secara tertulis maupun lisan dalam matematika menjadi tuntutan khusus dalam pembelajaran dikelas. Indikator komunikasi matematika menurut NCTM (national council teachers of mathematics) dapat dilihat dari: 1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual. 23 Depdiknas.2005.pedoman penulisan buku pelajaran matematika. Jakarta:Depdiknas

19 2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ideide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya. 3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Sedangkan menurut Sumarmo indikator komunikasi matematika meliputi kemampuan siswa: 1. Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika. 2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar. 3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 5. Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan. 6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi 24. Berdasarkan indikator komunikasi matematika di atas, dalam penelitian ini disimpulkan bahwa indikator kemampuan komunikasi 24 Agustina,nuri. Kemampuan komunikasi matematika siswa pada pembelajaran kooperatif dengan strategi think-talk-write(ttw), skipsi pendidikan matematika unesa 2011.

20 matematika siswa yang digunakan untuk indikator penelitian kemampuan komunikasi matematika siswa antara lain: 1. Mengekspresikan ide-ide matematika dengan cara sistematis. 2. Menggunakan istilah-istilah atau notasi-notasi matematika dalam menyelesaikan persoalan matematika yang ada. 3. Menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan persoalan yang ada dengan bahasa dan kata-kata siswa sendiri. 4. Kemampuan siswa menyelesaikan persoalan memenuhi semua permintaan yang di inginkan. E. Definisi Soal Cerita Abidin mengemukakan bahwa soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan panjang cerita yang disajikan. Selanjutnya, Haji mengemukakan bahwa soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dapat berbentuk soal cerita dan bukan soal cerita atau soal hitungan. Soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada dilingkungan siswa. Penyajian soal dalam bentuk cerita merupakan usaha menciptakan suatu cerita untuk menerapkan konsep yang sedang dipelajari sesuai dengan

21 pengalaman sehari-hari. Biasanya siswa akan lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah atau soal-soal yang ada hubungannya dengan kehidupannya. Siswa diharapkan dapat menafsirkan kata-kata dalam soal, melakukan kalkulasi dan menggunakan prosedur-prosedur relevan yang telah dipelajarinya. Soal cerita melatih siswa berpikir secara analisis, melatih kemampuan menggunakan tanda operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). Disamping itu juga memberikan latihan dalam menterjemahkan cerita-cerita tentang situasi kehidupan nyata ke dalam bahasa Indonesia. Sejalan dengan yang dikemukakan Sugondo bahwa latihan memecahkan soal cerita penting bagi perkembangan proses secara matematis, menghargai matematika sebagai alat yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, dan akhirnya anak akan dapat menyelesaikan masalah yang lebih rumit. Untuk sampai pada hasil yang diinginkan, dalam penyelesaian soal cerita siswa memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan tersebut terlihat pada pemahaman soal yakni kemampuan menuliskan apa yang diketahui dari soal, apa yang ditanyakan dalam soal, apa saja informasi yang diperlukan, dan bagaimana akan menyelesaikan soal. Jadi sentral pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah pemecahan masalah karena lebih mementingkan proses daripada hasil. Sebagaimana halnya pengajaran matematika pada umumnya, dalam pembelajaran soal cerita peserta didik sering berhadapan dengan masalah.

22 Masalah tersebut bisa muncul dalam kegiatan belajar mengajar tanpa disadari dan sebaliknya bisa juga sengaja dimunculkan oleh guru karena tuntutan strategi belajar mengajar yang dipergunakan. Soal cerita yang sering dijumpai di sekolah dasar, antara lain tentang bilangan, pecahan, usia, pengukuran, kecepatan dan lain-lain. Berikut ini disajikan beberapa jenis contoh soal cerita di sekolah dasar disertai topik-topik materi yang harus dikuasai, misalnya: Keluarga Pak Ahmad yang terdiri dari 6 orang sedang memetik jeruk. Setiap anggota keluarga memetik 64 buah. Seluruh jeruk tersebut disimpan dalam 12 keranjang. Berapa buah jeruk yang berada dalam setiap keranjang?. F. Operasi Hitung Campuran Operasi hitung campuran adalah menyelesaikan perhitungan yang terdiri dari perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Aturan pengerjaannya 25 : 1. Operasi di dalam tanda kurung didahulukan. 2. Penjumlahan dan pengurangan sama kuat, jadi yang dikerjakan terlebih dahulu adalah yang berada di sebelah kiri dengan cara dikelompokkan. Contoh : Tabungan Andi Rp. 42.500,00 lalu ditambah lagi sebesar Rp. 50.000,00. Suatu hari diambil sebanyak Rp. 32.500,00. Berapakah sisa tabungan Andi? Jawab : 25 ibid

23 (42.500,00 + 50.000,00) 32.500 = 92.500,00 32.500,00 = 60.000,00 Jadi sisa uang Andi sekarang adalah Rp. 60.000,00 3. Perkalian dan pembagian sama kuat, yang dikerjakan terlebih dahulu adalah yang berada di sebelah kiri dengan cara dikelompokkan. Contoh : Bu Rosa membeli 150 kantong beras. Setiap kantong berisi 5 kg beras. Sebanyak 15 kg diberikan kepada nenek. Beras yang masih tersisa dibagikan kepada 49 tetangga di sekitarnya. Jika kamu menjadi Bu Rosa, berapa kg beras yang akan kamu bagikan kepada masing-masing tetangga? Jawab: ((150 x 5) 15) : 49 =(750 15) : 49 =735: 49 = 15 Jadi, beras yang akan ibu ros bagikan kepada masing-masing tetangganya sebanyak 15 kg/tetangga. 4. Perkalian atau pembagian lebih kuat dari penjumlahan atau pengurangan, yang dikerjakan terlebih dahulu adalah operasi perkalian atau pembagian dengan cara dikelompokkan. Contoh : Pak Made membeli 10.000 batu bata dan 45 sak semen untuk membangun rumahnya. Harga 1.000 batu bata Rp310.000,00 dan 1 sak semen Rp34.000,00. Berapa harga batu bata dan semen yang harus dibayar seluruhnya oleh pak made? Jawab: (( 10.000 : 1.000) x 310.000,00) + (45 x 34.000,00)

24 = (10 x 310.000,00) + 1.530.000,00 = 3.100.000,00 + 1.530.000,00 = 4.630.000,00 Jadi pak Made harus membayar seluruhnya sebabanyak Rp4.630.000,00 G. Pembelajaran Duti-Duta (Two Stay Two Stray) Salah satu tipe yang ada dalam metode pembelajaran kooperatif adalah Two Stay Two Stray. Melalui metode kooperatif teknik Two Stay Two Stray diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya dalam kelompoknya sendiri, kemudian dalam kelompok lain. Sejalan dengan hal tersebut, Anita Lie juga mengungkapkan bahwa dalam struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Model pembelajaran Two Stay Two Stray atau Dua Tinggal Dua Tamu (Duti-Duta) merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Teknik pembelajaran seperti ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dan dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Struktur Duti-Duta memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan

25 kelompok lain. Hal ini didasarkan pada kenyataan hidup dimana kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri pembelajaran Duti-Duta (Two Stay Two Stray) 1. Satu kelompok beranggota 4 siswa. 2. Beri tugas untuk berdiskusi. 3. Setelah selesai dua siswa ketemu kelompok lain. 4. Dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua temannya. 5. Tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

26 Struktur Two Stay Two Stray yang dimaksud tampak seperti pada gambar berikut ini: Gambar 2.1 Struktur Two Stay Two Stray Langkah-langkah penerapan (proses) pembelajaran duti-duta sebagai berikut : 1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang. 2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain.

27 3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. 4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. 6. Dan yang terakhir membuat kesimpulan. Keunggulan Sistem Belajar Two Stay Two Stray 1. Melalui penerapan metode ini, banyak hal positif yang bisa diperoleh. Salah satunya guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran karena dua siswa (sebagai tuan rumah) diminta tampil berbicara yaitu melaporkan secara lisan hasil diskusi kepada kelompok lain. Dua siswa lain (sebagai tamu) juga pergi ke kelompok lain untuk mendengarkan presentasi kelompok lain dan berdiskusi disana. Hal tersebut tentunya sangat berbeda ketika siswa atau kelompok maju satu per satu ke depan kelas. Waktu yang diperlukan untuk hal tersebut tentu lebih lama. 2. Melalui metode kooperatif Two Stay Two Stray ini, siswa akan bekerja secara berkelompok. Ketika melaporkan ke kelompok lain juga secara berpasangan (2 orang) sehingga diharapkan siswa tidak merasa takut dan grogi ketika mengungkapkan hasil diskusi kepada kelompok lain. Hal ini juga menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

28 3. Keunggulan lain adalah melalui teknik Two Stay Two Stray tersebut, siswa dikondisikan aktif mempelajari bahan diskusi atau hal yang akan dilaporkan, karena setiap siswa memiliki peran dan tanggung jawab untuk mempelajari bahan tersebut bersama kelompok ketika menjadi 'tamu' maupun 'tuan rumah'. Dengan demikian, pengetahuan dan wawasan siswa berkembang, siswa lebih menguasai topik diskusi itu sehingga kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan 26. 2012 26 http://aritmaxx.wordpress.com/2010/08/03/model-pembelajaran/ di akses pada tgl 31 juli