KONSEP RANCANGAN SISTEM PEMURNIAN GAS PENDINGIN PRIMER PADA HIGH TEMPERATURE REACTOR (HTR)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN KOMPRESOR. Oleh Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN

ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI

ANALISIS KINERJA SISTEM KONVERSI ENERGI KOGENERASI RGTT200K UNTUK PRODUKSI HIDROGEN

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

KAJIAN DAMPAK GAS PENGOTOR PENDINGIN PRIMER TERHADAP INTEGRITAS MATERIAL STRUKTUR R G T T

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE)

KONSEP AWAL MODEL PEMISAHAN GAS PENGOTOR PENDINGIN PRIMER RGTT

ANALISIS TERMODINAMIKA UNTUK OPTIMASI SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR)

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI BERBASIS KOGENERASI REAKTOR TIPE RGTT UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PRODUKSI HIDROGEN

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-KOGENERASI ABSTRAK

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

ANALISIS PENGARUH WATER INGRESS TERHADAP PERTUMBUHAN GAS CO DAN H 2 DALAM PENDINGIN RGTT200K ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB I PENDAHULUAN I.1

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA

ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

PEMILIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K.

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi

ANALISIS PENGARUH UKURAN BUTIR KARBON AKTIF TERHADAP ADSORPSI GAS N 2 DAN O 2 PADA KONDISI KRIOGENIK ABSTRAK

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

MODEL REAKTOR PEMBIAK CEPAT

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

OPTIMASI PEMBENTUKAN HI DAN H2SO4 PADA REAKSI BUNSEN UNTUK MENDUKUNG PRODUKSI HIDROGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PROGRAM PENDIRIAN LABORATORIUM ENERGI BARU DAN TERBARUKAN. Djarot S. Wisnubroto

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

WIKA HEAT PUMP WATER HEATER FOR SWIMMING POOL / JACUZZI

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROL LEVEL AIR PADA TANGKI BERBASIS PLC (DESIGN AND IMPLEMENTATION OF WATER LEVEL CONTROL AT A TANK BASED ON PLC)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. KH. Soleh Iskandar KM.2 Bogor 16162

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

Transkripsi:

KONSEP RANCANGAN SISTEM PEMURNIAN GAS PENDINGIN PRIMER PADA HIGH TEMPERATURE REACTOR (HTR) PIPING SUPRIATNA Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310, Banten Telp, 021.7560912, Faks. 7560913 Abstrak KONSEP RANCANGAN SISTEM PEMURNIAN GAS PENDINGIN PRIMER PADA HIGH TEMPERATURE REACTOR (HTR). Peningkatan konsumsi energi dunia harus diimbangi oleh penambahan dan pengembangan sumber energi baru yang bersifat ramah lingkungan, praktis dan ekonomis. Dari berbagai aspek penilaian teknologi, ternyata PLTN jauh lebih praktis, lebih ekonomis dan lebih ramah lingkungan, dibandingkan dengan teknologi pembangkit tenaga listrik lainnya. Perkembangan Teknologi PLTN mulai dari Generasi-I tahun 1950-an, Generasi-II, Generasi-III yang sedang berjalan saat ini dan Generasi-IV yang akan diimplementasikan mulai tahun 2025. Konsep penggunaan teknologi PLTN saat ini tidak hanya terbatas pada pemanfaatan fungsinya sebagai pembangkit tenaga listrik, tapi juga berkembang dalam pemanfaatan untuk aplikasi lainnya yang lebih berguna dengan istilah reaktor kogenerasi. Reaktor ini umumnya dari jenis High Temperature Reactor (HTR), dengan nilai tambah memiliki kemampuan untuk produksi air bersih/desalinasi, penggunaan panas proses untuk industri, pencairan batubara, produksi hidrogen, Enhanced Oil Recovery (EOR), dll. Reaktor kogenerasi (HTR) menghasilkan output panas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan PLTN konvensional, dan memerlukan Heat Exchanger khusus untuk pendingin berupa gas helium (He). Dalam mempertahankan efisiensi pertukaran panas dengan baik perlu dijaga karakteristik dari gas Helium sebagai pendingin primer, terutama menjaga kemurniannya dari pengotornya (impurity). Dalam penelitian ini dilakukan kajian rancangan sistem pemurnian gas pendingin primer HTR, dengan metode diambil sebagian volume gas He, kemudian dipisahkan dari pengotornya, yang selanjutnya dikembalikan ke dalam siklus pendingin primer. Rancangan sistem pengujian dilakukan secara simulator fisik dengan memanfaatkan panas dari Heater sebagai pengganti teras reaktor. Hasil kajian menunjukkan bahwa konsep rancangan sistem pemurnian gas pendingin primer ini memungkinkan untuk diimplementasikan pada reaktor HTR, dalam rangka meningkatkan kinerja reaktor tersebut. Kata kunci : Energi, PLTN, HTR, Kogenerasi Abstract Design concept of Primary Coolant Gas Purification System of High Temperature Reactor (HTR). Increasing of electrical energy world consumption must be balanced by increased and developed of green energy resources. Technological assessment from many aspects, energy power plant is more green, practical and more economic than conventional energy power plant. The technological progress of NPP Generation-I on 1950 s, Generation-II, Generation-III recently on going, and Generation-IV which will be implemented on next year 2025, concept of nuclear power technology implementation not only for generate electrical energy, but also for other application which called cogeneration reactor. Commonly the type of this reactor is High Temperature Reactor (HTR), which have other capabilities like Hydrogen production, desalination, Enhanced Oil Recovery (EOR), etc. The cogeneration reactor (HTR) produce thermal output higher than commonly Nuclear Power Plant, and need special Heat Exchanger with helium gas as coolant. In order to preserve heat transfer with high efficiency, constant purity of the gas must be maintained as well as possible, especially contamination from its impurities. In this report has been done study for design concept of HTR primary coolant gas purification system, including methodology by way of sampling HE gas from Primary Coolant and purification. The examination has been designed in physical simulator by using heater as reactor core. The result of study show that the Design concept of Primary Coolant Gas Purification System is enable to be implemented on High Temperature Reactor (HTR), in order performance of the reactor increased. Keywords : Energy, NPP, HTR, cogeneration 421

PENDAHULUAN Energi listrik bagi umat manusia saat ini merupakan kebutuhan utama dalam menjalankan semua aspek kegiatan hidupnya, berbagai jenis pembangkit tenaga listrik diciptakan oleh para ahli untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, berbagai sumber energi dimanfaatkan mulai dari tenaga air, tenaga gas bumi, bahan bakar batu bara, bahan bakar minyak sampai sumber energi nuklir. Ternyata berbagai jenis teknologi pembangkit tenaga listrik ini menimbulkan berbagai masalah baru secara global, terakumulasinya gas yang menimbulkan efek rumah kaca, pemanasan global dunia, perubahan iklim yang drastis, makin terbatasnya persediaan energi terbarukan, dan semakin parahnya kerusakan lingkungan akibat polusi dari penggunaan energi yang tidak terkendali. Hal ini mendorong para ahli energi untuk membuat terobosan baru dalam penciptaan sumber energi yang bersifat ramah lingkungan, terbarukan, portable, efektif dan efisien, di antaranya adalah fuel-cell yang memanfaatkan gas hidrogen sebagai bahan bakar dan pembuatan reaktor Kogenerasi yang dirancang memiliki tingkat efisiensi pemanfaatan output thermal dari reaktor sebesar 100%. Perlu diketahui bahwa PLTN generasi sebelumnya (Generasi I, II, III dan III+) tingkat efisiensi pemanfaatan output thermal hanya mencapai efisiensi 33,33%, dan tidak didesain untuk memanfaatkan output thermal sisa untuk keperluan lainnya (aplikasi reaktor), melainkan output thermal sisa ini dibuang ke lingkungan. Hal ini jelas akan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dunia [1]. Konsep teknologi reaktor nuklir kogenerasi dengan memanfaatkan panas yang dikeluarkan oleh reaktor ini dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik (33,33%), produksi gas hidrogen (28,33%) dan desalinasi (38,33%). Dengan demikian seluruh energi panas yang dikeluarkan oleh reaktor dapat dimanfaatkan semuanya, tanpa ada yang terbuang ke lingkungan. Negara Jepang telah berhasil menguasai teknologi reaktor kogenerasi ini, namun dalam hal efisiensi pemanfaatan panas yang dihasilkan oleh reaktor kogenerasi belum bisa mencapai 100%. Efisiensi pemanfaatan panas dari reaktor kogenerasi oleh negara Jepang baru mencapai 80%. Kunci keberhasilan penerapan teknologi ini adalah bagaimana dapat mempertahankan efisiensi transfer panas secara sempurna, yang dalam hal ini pendinginnya adalah gas helium. Kemurnian gas helium sebagai pendingin untuk transfer panas pada reaktor kogenerasi memegang peranan penting untuk mencapai efisiensi 100% [2]. Gambar 1. Konsep Dasar Reaktor Kogenerasi dengan Fungsi dan Aplikasinya Gas helium sangat tepat dijadikan sebagai fluida pendingin untuk transfer panas pada pada reaktor dengan suhu sangat tinggi (untuk HTGR, VHTR dan jenis gascool reactor lainnya sampai sekitar 950 o C), mengingat karakteristik dari gas helium sebagai gas ideal / gas inert, tidak mengalami perubahan sifat fisik maupun kimia pada suhu relatif sangat tinggi, tidak bereaksi dengan gas / zat lainnya, efektif untuk keperluan heat transfer dan mudah dimampatkan sampai di atas 5 MPa atau lebih. Karakteristik gas helium bisa bertahan seperti ini jika kemurniannya (purity) bisa dijaga dengan baik. Namun demikian unsur-unsur gas pengotor bisa muncul dari akibat kebocoran orde mikro pada sistem shield antar sambungan pipa pendingin, sehingga gas pengotor (impurity gas) memungkinkan masuk ke dalam sistem pendingin. Tidak mustahil jika pelumas dari bearing dengan sistem penyekatan yang tidak sempurna, pada suhu sangat tinggi akan menjadi gas kontaminan yang bisa merusak karaksteristik dari gas helium. Setiap material yang mengalami kontak langsung dengan gas helium dengan suhu sekitar 950 o C, cepat atau lambat akan mengalami kerusakan fisik akibat temperature stress sehingga secara fisik menjadi lebih rapuh. Benda rapuh ini akan menghasilkan debu yang mengotori gas helium. Bermacam-macam dampak yang ditimbulkan oleh gas pengotor pada sistem 422

pendingin helium ini. Gas N 2 dan O 2 yang terperangkap dalam sistem pendingin helium dengan suhu sangat tinggi akan membentuk gas NO x. Gas pengotor ini jelas akan menurunkan efisiensi heat transfer dari sistem pendingin helium. Gas O 2 yang terperangkap masuk kedalam bejana reaktor, ketika mengenai balokbalok grafit yang dijadikan moderator, pada suhu sangat tinggi akan terjadi reaksi pembentukan gas CO x, dan hal ini akan menimbulkan kerapuhan pada permukaan balok grafit, bahkan jika gas O 2 yang mengenai balok grafit ini menghunjam tajam akan menimbulkan keretakan pada balok grafit. Apapun bentuk kerusakan material pada sistem pendingin ini akan merupakan pengotor yang bisa menurunkan unjuk kerja dari sistem pendingin gas helium secara keseluruhan. Berdasarkan kondisi seperti itu maka pemeliharaan dalam bentuk pemurnian gas helium sebagai pendingin pada gascooled reactor adalah mutlak diperlukan tanpa harus menghentikan proses yang sedang berjalan [3]. SIGNIFIKANSI PENELITIAN Persyaratan reaktor kogenerasi sama halnya dengan reaktor nuklir generasi-iv, yaitu dituntut untuk memenuhi kriteria : 1. Sustainability yang menyangkut Resources input, wastes output dan nonproliferation. Keberlanjutan eksistensi sistem PLTN supaya tetap bisa beroperasi secara normal dalam jangka panjang, sedikit limbah radioaktif dan berumur pendek, sehingga sistem PLTN yang diterapkan ini ramah terhadap lingkungan. Daur ulang limbah dilakukan langsung di dalam sistem PLTN, sehingga limbah akhir yang dibuang tidak bisa didaur-ulang lagi sebagai bahan bakar nuklir. 2. Safety & reliability yang menyangkut excellence, core damage dan emergency response. Keamanan dan keandalan dalam pengoperasian PLTN supaya berjalan secara sempurna (error free), dengan menerapkan peraturan yang ketat untuk menghindari terjadinya kegagalan akibat human error, dan penerapan teknologi expert system untuk menghindari terjadinya kegagalan akibat design error. Perbaikan design teras reaktor untuk menekan probabilitas kerusakan teras pada saat reaktor beroperasi. Dengan menerapkan teknologi expert system, penanganan keadaan darurat dilakukan secara otomatis, tanpa perlu adanya sistem respon darurat secara eksternal (alert system). 3. Economics yang menyangkut life cycle cost dan risk to capital. Biaya operasional dan biaya perawatan secara ekonomi harus lebih kompetitif, dan resiko finansial harus lebih kecil jika dibandingkan dengan teknologi pembangkit listrik lainnya [1]. Khusus untuk reaktor Kogenerasi rancangannya dibuat sedemikian rupa agar thermal output dari reaktor ini dapat dimanfaatkan secara maksimal, atau level efisiensi penggunaan thermal output dari reaktor ini bisa mencapai 100% (lihat Gambar 1). Namun dalam prakteknya yang telah dilaksanakan di negara Jepang, karena adanya ketidak-sempurnaan pada berbagai komponen tertentu dari reaktor ini, efisiensi pemanfaatan thermal output reaktor kogenerasi baru bisa mencapai 80%. Banyak kendala yang menyebabkan susahnya pencapaian 100% efisiensi pemanfaatan thermal output reaktor kogenerasi, diantaranya adalah kemurnian (purity) dari gas helium yang digunakan sebagai gas pendingin untuk reaktor kogenerasi, kebocoran orde mikro pada sistem shield antar sambungan pipa pendingin yang dapat meningkatkan kadar impurity dari gas helium, pelapukan/korosi pada dinding pipa pendingin akibat suhu tinggi dan impurity dari gas O 2. Untuk mengatasi kendala di atas mutlak diperlukan pemeliharaan dalam hal kemurnian gas helium yang digunakan sebagai pendingin, yang mana pemurnian gas helium ini dilakukan tanpa harus menghentikan proses operasi reaktor yang sedang berjalan. Pemurnian pendingin gas helium dari reaktor kogenerasi ini akan efektif jika dilakukan pada bagian Cold-Leg dari reaktor kogenerasi (lihat Gambar 2) [4]. 423

Gambar 2. Rancangan Alokasi Sistem Pemurnian Gas He Pada Reaktor Kogenerasi METODOLOGI Semua sumber pembangkit energi yang efisiensinya rata-rata sekitar 30%, panas selebihnya akan dibuang ke lingkungan dan akan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global di muka bumi. Pengalaman menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian dari berbagai aspek teknologi, PLTN jauh lebih praktis, lebih ekonomis dan lebih ramah lingkungan, dibandingkan dengan teknologi pembangkit tenaga listrik lainnya. Namun perlu diketahui bahwa PLTN generasi sebelumnya (Generasi I, II, III dan III+) tingkat efisiensi pemanfaatan output thermal hanya mencapai efisiensi maksimal sampai 34%, dan tidak didesain untuk memanfaatkan output thermal sisa untuk keperluan lainnya (aplikasi reaktor), sehingga output thermal sisa ini dibuang begitu saja ke lingkungan. Untuk gascooled reactor dengan pendingin gas helium, pemurnian gas helium dilakukan pada saat reaktor tersebut sedang dalam keadaan beroperasi, dimana suhu dari gas helium sebagai pendingin sekitar 950 o C dan tekanannya sebesar 5 MPa. Namun demikian proses pengambilan sampel untuk pemunian gas helium dilakukan pada bagian Cold-Leg dari primary loop, yang memiliki suhu sekitar 594 o C dan tekanannya sebesar 5 Mpa (lihat Gambar 3). Sampel gas helium diambil dengan jalan dipompakan pada suatu chamber berukuran sekitar 1 m 3. Chamber tersebut (Chamber-A) juga sudah dilengkapi dengan instrumen kontrol berupa kontrol tekanan (dengan sistem transducer) dan kontrol kuantitas gas helium (detektor helium) di dalam chamber (lihat Gambar 3). Melalui Physical Helium Splitting Membran sampel gas helium disalurkan ke dalam chamber-b, tetapi hanya gas helium dan partikel gas yang lebih kecil dari gas helium saja (gas hidrogen) yang dapat melewati membran tersebut. Pada chamber-b juga sudah dilengkapi dengan instrumen kontrol tekanan (transducer) dan kontrol kuantitas gas hidrogen (detektor hidrogen). Dengan demikian pada chamber-a dapat diketahui tekanan dari sampel gas helium berikut kadar heliumnya, dan pada chamber-b dapat diketahui tekanan dari campuran gas helium dan gas hidrogen berikut kadar hidrogennya. Gambar 3. Sistem Pemurnian Gas Helium. Adapun proses pelaksanaan pemurnian sampel gas helium sampai menjadi gas helium murni yang dikembalikan ke dalam loop pendingin primer, bagan siklusnya dapat dilihat pada Gambar 3. Siklus proses pemurnian sampel gas helium dimulai dengan membuka valve-1 (V 1 ), menjalankan Pompa-1 (P 1 ) dan Pompa-3 (P 3 ). Pompa-1 akan mengisap sampel gas helium dengan impurity-nya yang berasal dari bagian pendingin primer aliran gas helium yang suhunya mencapai 594 o C. Melalui Pompa- 3 sampel gas helium ini akan dilewatkan terus hingga melewati Physical Helium Splitting Membran (M1) dan Physical Hidrogen Splitting Membran (M2). Hanya gas helium dan partikel lebih kecil (gas hidrogen sebagai impurity) 424

yang bisa melewati membran M1, sedangkan untuk membran M2 hanya gas hidrogen yang mampu untuk melewatinya. Ketika tekanan pada chamber A mencapai 5,0 MPa, Pompa-1 (P 1 ) dan valve-1 (V 1 ) dimatikan (OFF) dan ketika konsentrasi H 2 pada chamber B mencapai 0.001% Pompa-3 (P 3 ) dimatikan (OFF). Selanjutnya Pompa-4 (P 4 ) dijalankan (ON) sampai konsentrasi He pada chamber A mencapai 0.001% dan tekanan pada chamber B mencapai 0.1 MPa. Ketika kondisi tersebut telah dicapai, maka Pompa-4 (P 4 ) dimatikan (OFF), kemudian Pompa-2 (P 2 ) dan valve-2 (V 2 ) dijalankan (ON) sampai tekanan pada chamber A mencapai 0.1 MPa. Tahap akhir dari siklus pemurnian gas He adalah ketika tekanan pada chamber A mencapai 0.1 MPa, maka selanjutnya Pompa-2 (P 2 ) dan valve-2 (V 2 ) dimatikan (OFF), kemudian kembali ke siklus semula, yaitu membuka valve-1 (V 1 ), menjalankan Pompa-1 (P 1 ) dan Pompa-3 (P 3 ), dan seterusnya. Proses kerja sistem pemurnian gas helium di atas semuanya dilakukan secara otomatik melalui pengendalian oleh micro controller. Untuk lebih jelasnya proses otomasi sistem pemurnian gas pendingin primer Reaktor HTR ini dapat dilihat bagan alirnya (flowchart) pada Gambar 4. L Gambar 4. Proses Otomasi Sistem Pemurnian Gas Pendingin Primer Reaktor 425

PEMBAHASAN Uji Coba Sistem Pemurnian Pendingin Gas He. Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa jenis reaktor dari Generasi-IV akan mulai dioperasikan tahun 2025, sehingga secara fisik jenis reaktor tersebut saat ini belum ada. [4]. Gambar 5. Physical Simulator He Gascool Primary- Loop Dengan Sistem Pemurniannya. Namun demikian untuk melakukan eksperimen sistem pemurnian pendingin gas He tersebut dapat dilakukan dalam skala lab, menggunakan Simulator fisik He gascool primary-loop dengan sumber panas dari Heater dan dilengkapi dengan Pure He Supplier dan Impurities He Supplier (udara/n 2, O 2, dll.), seperti terlihat pada Gambar 5. Khusus untuk bagian Simulator He gascool primary-loop, Pompa-5 (P 5 ) akan dijalankan men-supply gas helium murni ketika tekanan pada simulator primary-loop turun sampai lebih kecil dari 5 Mpa. Pompa-6 (P 6 ) dijalankan untuk memvariasikan kadar impurities dalam He gascool primary-loop, yang akan mempengaruhi efisiensi Heat Transfer dari Heat Exchanger, sedangkan Pompa-7 (P 7 ) akan tetap berjalan selama proses berlangsung, yang fungsinya untuk mensirkulasikan gas Helium pada simulator He gascool primary-loop. Pompa-8 (P 8 ) digunakan untuk mensirkulasikan fluida pendingin pada sistem pendingin skunder. Pada sistem skunder dilengkapi dengan sistem pendingin dari kolam pendingin (air lingkungan), yang fungsinya untuk menurunkan panas yang ditransfer dari Heat Exchanger. Dengan diketahuinya parameter Heat Transfer pada sistem Simulator He gascool primary-loop dengan sistem pemurniannya, seperti kadar Impurities pada He gascool primary-loop, debit (pompa) fluida dan jenis fluida, temperatur tekanan inlet dan outlet pada sistem Heat Exchanger, baik loop-primer maupun loop-skunder (T 1, T 2, T 3 dan T 4 ), maka dapat ditentukan hubungan antara kadar Impurities pada He gascool primary-loop dengan efisiensi Heat Transfer dari sistem Simulator He gascool primary-loop. Semakin tinggi tingkat kemurnian gas He sebagai pendingin pada primary-loop, akan semakin tinggi pula tingkat efisiensi Heat Transfer dari Simulator-loop tersebut. Dengan mengatur variasi kadar Impurities pada He gascool primary-loop, akan diperoleh hubungan antara kadar Impurities dengan tingkat efisiensi Heat Transfer dari Simulator-loop. KESIMPULAN Untuk mempertahankan tingkat efisiensi reaktor kogenerasi/htr, perlu dijaga tingkat kemurnian gas He sebagai pendingin, tanpa mengganggu proses operasi dari reaktor tersebut. Rancangan sistem pemurnian gas Helium untuk reaktor kogenerasi/htr direncanakan dapat dioperasikan secara otomatis dengan menggunakan sistem kendali microcontroller, yang diharapkan mampu dioperasikan tanpa mengganggu jalannya proses operasi reaktor. Dalam konsep rancangan sistem pemurnian gas He pada reaktor jenis HTR, proses uji coba kinerja sistem dilakukan dengan menggunakan simulator fisik untai uji He gascool dengan sumber panas dari Heater (Gambar 5). Sistem ini dilengkapi dengan Pure He Supplier untuk supply gas He murni dan Impurities He Supplier untuk mengatur tingkat ketidakmurnian gas helium sebagai pendingin. Demikian juga detektor helium dipasang/digunakan untuk mengetahui kadar kemurniannya, Heat Exchanger untuk menentukan tingkat efisiensi Heat Transfer, serta perangkat fasilititas lainnya yang diperlukan. Konsep rancangan awal dari sistem pemurnian gas He tidak sampai pada 426

pembuatannya, mengingat penelitian ini perlu pendanaan yang cukup besar dan reaktor kogenerasi/htr saat ini belum beroperasi, sehingga hasil kajian ini lebih bersifat kualitatif. Berdasarkan hasil kajian di atas menunjukkan bahwa konsep rancangan sistem pemurnian gas helium sebagai pendingin primer ini memungkinkan untuk diimplementasikan langsung di lapangan pada reaktor HTR yang akan mulai dioperasikan pada tahun 2025, dalam rangka meningkatkan kinerja reaktor tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonymous, Generation IV Roadmap: R&D Scope Report for Gas-Cooled Reactor Systems, GIF-004-00, Generation IV International Forum (2002), http://gif.inel.gov/roadmap/. 2. M. Dhandhang P., Materi presentasi : Litbang Reaktor NuklirKogenerasi, Bidang Pengembangan Reaktor, PPTKR-BATAN, 18 Juli 2007. 3. J. M. Corum and T. E. McGreevy, R&D Plan for Development of High-Temperature Structural Design Technology for Generation IV Reactor Systems, ORNL/TM-2004/249, September 2004, (Draft). 4. T. E. McGreevy, D. L. Marriott, and P. Carter, High-Temperature Design Methods Development Advances for 617: Status and Plans, ORNL/TM-2005/515, July 2005 (Draft). 5. Baughn, J. W., and S. Shimizu, 1989. Heat transfer measurements from a surface with uniform heat flux and an impinging jet. J. Heat Transfer, 111, pp. 1096-1098. 427

428