Ular Welang, Bungarus fasciatus (Schneider, 1801), di Lereng Selatan Gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Variasi Genetik Spesies Mangrove Ceriops tagal Berdasarkan Marka RAPD

II. TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Jenis Kadal dan Ular (Squamata: Reptilia) di Sepanjang Sungai Code, Daerah Istimewa Yogyakarta

Jurnal MIPA 38 (1) (2015): Jurnal MIPA.

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

PEMBAHASAN Taksonomi, Zoogeografi dan Habitat Ular M. ikaheka

Volume 12, Nomor 1, Juni 2013

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

KEANEKARAGAMAN SPESIES ULAR DI DESA PERING, KECAMATAN BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR, BALI

BAB III METODE PENELITIAN

Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu

Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Anggota Ordo Anura di Lereng Selatan Gunung Merapi Tahun 2012

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT*

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

KORELASI PANJANG EKOR DAN PANJANG TUBUH TERHADAP JENIS KELAMIN ULAR SANCA BATIK (Python reticulatus)

Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEANEKARAGAMAN JENIS KATAK DAN KODOK (ORDO ANURA) DI SEPANJANG SUNGAI OPAK PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. Subordo : Serpentes Famili : Elapidae

ABSTRAK. INVENTARISASI JENIS ULAR DI DESA KELILING BENTENG ILIR KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR Oleh : Chandra Wiguna, Dharmono, Kaspul

PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di

JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI

ISSN Fauna. donesia. Volume 11, No. 2 Desember Hylarana rufipes MZI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

USULAN SANCA BULAN Simalia boeleni (Brongersma, 1953) UNTUK MASUK DALAM DAFTAR SATWA LIAR YANG DILINDUNGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Teknik Identifikas Reptil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

KEANEKARAGAMAN ANGGOTA ORDO ANURA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANURA DIVERSITY IN YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY

Rega Alfi Rosalini ( ) M. Faris Indratmo ( ) Aditya Ahkami ( ) Aurora Hadiluhung (

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Kelimpahan dan Distribusi Gastropoda Di Zona Intertidal Teluk Sikulo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Achmad Barru Rosadi, Adeng Slamet, dan Kodri Madang Universitas Sriwijaya

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

PENYUSUNAN MODUL KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEBAGAI ALTERNATIF PENGAYAAN DI SMA KELAS X

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

IDENTIFIKASI JENIS KURA-KURA DI KALIMANTAN BARAT. Turtles Identification In West Kalimantan

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

HASIL Daerah Penyebaran Ular M. ikaheka

DESCRIPTION OF THE SPECIES OF SNAKES ON A UNIVERSITY CAMPUS FIELD ANDALAS LIMAU MANIH PADANG

III. METODE PENELITIAN

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna ABSTRAK

(Diterima September 2015, Disetujui Desember 2015) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

Profil Marion Anstis : Guru Musik yang Mencintai Berudu

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Anthony Agustien selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Andalas.

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

Rencana Perkuliahan Taksonomi Vertebrata

JENIS-JENIS REPTILIA DI PPKA BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNNA DI KECAMATAN GIRIMULYO KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

PREFERENSI KETINGGIAN HABITAT PTYCHOZOON KUHLII DI TEMPAT WISATA AIR TERJUN RORO KUNING KABUPATEN NGANJUK

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

DUA JENIS ULAR AIR KECIL DI RAWA LEBAK INDRALAYA SUMATERA SELATAN TWO SMALL SNAKE SPECIES AT INDRALAYA SWAMP AREA SOUTH SUMATERA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. sudah maju maupun di negara yang masih berkembang, di daerah dataran rendah

Transkripsi:

Ular Welang, Bungarus fasciatus (Schneider, 1801), di Lereng Selatan Gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta Abstract Donan Satria Yudha 1), Rury Eprilurahman 1) M. Fahrul Hilmi 2), Iman Akbar Muhtianda 2), dan Aisyah Arimbi 2) 1) Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jl.Teknika selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281 e-mail: donan_satria@yahoo.com 2) Kelompok Studi Herpetologi, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jl.Teknika selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281 Diterima Juni 2013 disetujui untuk diterbitkan September 2013 There are three known kraits species of the Genus Bungarus (Elapidae) inhabit Java Island, Indonesia. Two species out of the three species, i.e., Bungarus candidus (Malayan kraits) and Bungarus fasciatus (Banded kraits) are commonly found in Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Province. However, a longterm research about herpetofauna diversity in the Southern slope of Mount Merapi since 2006 until 2011 shows no species records from genus Bungarus. A nocturnal survey on April 28 th, 2012 was administerd around the Kaliurang recreational area. We found snake which was suggested belong to the genus Bungarus. Detailed identification showed that this snake was Bungarus fasciatus or banded kraits snake. This finding provide the new record of genus Bungarus in Southern slope of Merapi especially since the periodical research of herpetofauna diversity which was started in 2006. To complete the data, it needs intensive research to know the distribution and species abundance of Bungarus fasciatus in Southern slope of Mount Merapi. Keywords: Banded kraits (Bungarus fasciatus), Elapidae, southern slope of Merapi, local species, new record. Abstrak Di Pulau Jawa terdapat tiga jenis ular dari Genus Bungarus anggota Familia Elapidae. Dua jenis, yaitu Bungarus candidus dan Bungarus fasciatus adalah ular berbisa yang sering dijumpai di wilayah Propinsi DIY. Dari penelitian keanekaragaman herpetofauna di Lereng Selatan Merapi sejak 2006 hingga 2011, belum ada data mengenai jenis ular anggota Familia Elapidae terutama dari Genus Bungarus. Pada survei malam yang dilaksanakan pada tanggal 28 April 2012, dijumpai ular dari Genus Bungarus di sekitar tempat wisata Kaliurang. Identifikasi dilaksanakan di laboratorium menggunakan metode perbandingan morfologi dengan sampel koleksi yang ada serta studi pustaka. Hasil identifikasi di Laboratorium memperkuat identifikasi di lapangan bahwa ular tersebut adalah jenis Bungarus fasciatus. Ular jenis ini merupakan temuan baru (new record) di Lereng Selatan Merapi wilayah wisata Kaliurang, terutama sejak penelitian rutin keanekaragaman herpetofauna yang dimulai tahun 2006. Guna melengkapi data yang ada, diperlukan penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui persebaran dan cacah individu jenis Bungarus fasciatus. Kata kunci: ular welang (Bungarus fasciatus), Elapidae, lereng selatan Merapi, spesies lokal, new record Pendahuluan Ular dari Genus Bungarus termasuk ke dalam kelompok ular berbisa kuat dari familia Elapidae. Di Indonesia, genus ini memiliki tiga spesies yaitu Bungarus candidus, Bungarus fasciatus, dan Bungarus flaviceps (de Rooij, 1917; Das, 2010). Ketiga spesies tersebut memiliki persebaran alami di Pulau Jawa, sehingga dapat disebut spesies lokal. Dua dari tiga spesies ular tersebut, yaitu Bungarus candidus dan 1

Bungarus fasciatus adalah ular yang sering dijumpai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian keanekaragaman spesies anggota herpetofauna (Amfibi dan Reptil) di Lereng Selatan Gunung Merapi terutama Kaliurang telah dilakukan secara berkala, terutama sejak tahun 2006 hingga 2012. Anggota Kelas Reptilia yang sering ditemui di kawasan lereng selatan Gunung Merapi adalah kelompok kadal dan ular (Ordo Squamata). Penelitian tersebut pada umumnya memperoleh spesies ular dari anggota familia Viperidae dan Colubridae (Eprilurahman dan Muharromi, 2008; Eprilurahman dan Kusuma, 2011). Mata kuliah Herpetologi yang diampu oleh dosen dari Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM secara rutin/ berkala melakukan praktikum lapangan di wilayah Lereng Selatan Gunung Merapi. Praktikum berupa inventarisasi spesies anggota kelompok herpetofauna. Selain itu juga ada penelitian lepas/ individual baik dosen maupun mahasiswa yang dilakukan secara berkala mengenai keanekaragaman fauna secara umum di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi jenis ular welang yang ditemui di kawasan wisata Lereng Selatan Gunung Merapi (Kaliurang). Informasi tersebut berguna untuk melengkapi database herpetofauna yang telah ada, berupa temuan baru (new record) dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya. Materi dan Metode Hasil dan Pembahasan Karakter morfologi dari Bungarus fasciatus dan Bungarus candidus yang disarikan dari de Rooij (1917) dan Das Sampel welang dari Kaliurang ditemukan di bawah tangga batu sebelah barat Telaga Putri, Kaliurang pada tanggal 28 April 2012 pukul 19.43 WIB, pada saat cuaca berkabut; Koordinat lokasi: S 07 35,552; E 110 25,503 dengan ketinggian 861 meter di atas permukaan laut. Ular welang Kaliurang tersebut dijumpai pada saat pelaksanaan survei malam hari (nokturnal) dengan metode jelajah. Penelitian menyeluruh berupa perbandingan morfologi dengan spesimen koleksi dan studi referensi dilakukan di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi, UGM. Spesimen ular welang Kaliurang, diidentifikasi dengan dicatat semua karakter morfologi berdasarkan : de Rooij (1917), van Hoesel (1959) dan Das (2010). Dicatat juga lokasi dan waktu penangkapan, ketinggian dan koordinat tempat ditemukannya. Sampel ular welang koleksi Laboratorium Sistematika Hewan juga dicatat semua karakter morfologinya. Ketiga sampel kemudian dibandingkan karakter morfologinya dan didokumentasi. Spesimen yang dipelajari, menurut hasil identifikasi sementara di lapangan adalah ular welang (Bungarus fasciatus (Schneider, 1801)) berjenis kelamin betina yang ditemukan di Lereng Selatan Gunung Merapi. Dua spesimen ular welang koleksi Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM masingmasing berjenis kelamin jantan dan betina diperiksa dan digunakan sebagai pembanding. (2012) sebagai acuan awal untuk penentuan jenis yang ditemukan di Kaliurang disampaikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Karakter morfologi Bungarus fasciatus dan Bungarus candidus (disarikan dari : de Rooij, 1917 dan Das, 2012). Table 1. Morphological characters of Bungarus fasciatus and Bungarus candidus (based on : de Rooij, 1917 and Das, 2012). 2

No. Karakter Bungarus fasciatus (Welang) 1. Total Length (TL) 200 cm 160 cm 2. Kepala dan leher Kepala terpisah jelas dari leher Bungarus candidus (Weling) Kepala tidak terpisah jelas dari leher 3. Potongan melintang tengah tubuh Triangular Tubular 4. Snout Vent Length (SVL) 130 cm 5. Panjang ekor 13 cm 16 cm 6. Sisik Labial Atas (SLA) 7 buah 7 buah 7. SLA menempel Orbit Sisik ke-3 & 4 Sisik ke-3 & 4 8. Sisik Labial Bawah (SLB) 7 buah 7 buah 9. SLB menyentuh Anterior 3 buah sisik 3 & 4 buah sisik Chin Shield 10. Chin shield 2 pasang 2 pasang 11. Sisik Pre-ocular 1 buah 1 buah 12. Sisik Post-ocular 2 buah 2 buah 13. Sisik tengah tubuh 15 buah 15 (17) buah 14. Sisik vertebral Sangat melebar Tidak melebar 15. Jumlah sisik ventral 200-236 buah 194-237 buah 16. Anal shield Utuh Utuh 17. Sisik Sub-caudal Single Single 18. Jumlah sisik Sub-caudal 23-39 buah 37-56 buah 19. Ujung ekor Tumpul Runcing 20. Warna belang pada tubuh Melingkar hingga ventral Melingkar hingga lateral tubuh saja Perbedaan spesies antara Bungarus fasciatus dan Bungarus candidus tampak pada lima karakter yaitu : perbedaan kepala dengan leher, bentuk potongan melintang tengah tubuh, bentuk sisik vertebral, ujung ekor dan pola warna belang tubuh. Karakter lain diketahui memiliki rentang variasi yang hampir sama. Data perbandingan antara spesimen Kaliurang dengan dua ekor spesimen dari koleksi Laboratorium Sistematika Hewan disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Karakter morfologi Bungarus fasciatus yang dijumpai di Kaliurang dan dua individu sampel koleksi Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM. Table 2. Morphological characters of Bungarus fasciatus from Kaliurang and two individues of Animal Systematics Laboratory, Faculty of Biology UGM sample collection. No. Karakter Welang Welang Bantul, Kaliurang Koleksi Lab SH Jenis Kelamin Betina Jantan Betina Kepala terpisah Kepala terpisah jelas dari leher jelas dari leher 1. Kepala dan leher Welang, Koleksi Lab SH Kepala terpisah jelas dari leher 2. Potongan melintang tengah tubuh Triangular Triangular Triangular 3. Total Length (TL) 145 cm 115,5 cm 114,3 cm 4. Snout Vent Length (SVL) 135,5 cm 105 cm 103,1 cm 5. Panjang ekor 11,5 cm 11,5 cm 11,2 cm 3

No. Karakter Welang Welang Bantul, Welang, Koleksi Kaliurang Koleksi Lab SH Lab SH 6. Sisik Labial Atas (SLA) 7 buah 7 buah 7 buah 7. SLA menempel Orbit Sisik ke-3 & 4 Sisik ke-3 & 4 Sisik ke-3 & 4 8. Sisik Labial Bawah (SLB) 7 buah 7 buah 7 buah 9. SLB menyentuh Anterior 3 buah sisik 3 buah sisik 3 buah sisik Chin Shield 10. Chin shield 2 pasang 2 pasang 2 pasang 11. Sisik Pre-ocular 1 buah 1 buah 1 buah 12. Sisik Post-ocular 2 buah 2 buah 2 buah 13. Sisik tengah tubuh 15 buah 15 buah 15 buah 14. Sisik vertebral Sangat Sangat melebar Sangat melebar melebar 15. Jumlah sisik ventral 213 buah 205 buah 204 buah 16. Anal shield Utuh Utuh Utuh 17. Sisik Sub-caudal Single Single Single 18. Jumlah sisik Sub-caudal 33 buah 32 buah 30 buah 19. Ujung ekor Tumpul Tumpul Tumpul 20. Warna belang pada tubuh Melingkar hingga ventral Melingkar hingga ventral Melingkar hingga ventral Data penelitian mengenai keanekaragaman herpetofauna di Lereng Selatan Gunung Merapi (Kaliurang) selama ini belum pernah menyebutkan ditemukannya ular dari genus Bungarus. Pola warna sisik/belang tubuh ular anggota Genus Bungarus merupakan salah satu karakter identifikasi yang paling mudah dan cepat digunakan, terutama untuk membedakan jenis Bungarus fasciatus (welang) dengan Bungarus candidus (weling). Ular welang menunjukkan pola lingkaran hitam dan putih berseling yang melingkar utuh di sepanjang tubuh secara utuh dari dorsal hingga ventral (cincin hitam-putih), sehingga disebut welang atau belang. Ular weling menunjukkan pola lingkaran hitam dan putih berseling, tetapi hanya melingkar dari dorsal tubuh hingga lateral tubuh saja, warna ventral tubuh putih. Dapat dipastikan bahwa ular yang ditemukan di Kaliurang tersebut adalah dari jenis Bungarus fasciatus atau welang (Gambar 1 dan 2). Gambar 1. Bungarus fasciatus yang ditemukan di Kaliurang : A. Bagian dorsal; B. Bagian ventral. Figure 1. Bungarus fasciatus from Kaliurang : A. Dorsal view; B. Ventral view. 4

Gambar 2. Bungarus fasciatus koleksi Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi, UGM : A. Bagian dorsal; B. Bagian ventral. Gambar 2. Bungarus fasciatus collection of Animal Systematics Laboratory, Fakulty of Biology, UGM : A. Dorsal view; B. Ventral view. Ular welang ini sangat banyak dijumpai di daerah dataran rendah dengan habitat wilayah sedikit berhutan, sekitar rawa, sawah, dan sungai dekat dengan pemukiman warga. Ular ini jarang sekali dijumpai di dataran tinggi dan pegunungan. Aktivitas harian ular ini di malam hari (nokturnal), merupakan ular terestrial dan pada waktu siang hari sering bersembunyi di dalam lubang di bawah tanah seperti lubang bekas tikus (van Hoesel (1959); Zug (1993); Pough et.al. (1998) dan Das (2010). Dilihat dari perilaku dan sebaran ular ini, sangat beralasan jika penelitianpenelitian herpetofauna yang telah ada di Lereng Selatan Gunung Merapi, belum menemukan jenis ini. Ular welang Kaliurang menunjukkan banyak karakter morfologi yang sama/ identik dengan dua ular welang sampel koleksi Laboratorium Sistematika Hewan. Perbedaan terdapat pada dua karakter morfometri dan jumlah sisik ventral tubuh (Tabel 2). Perbedaan karakter morfometri ada pada Panjang Total tubuh/ Total Length (TL) dan Panjang Moncong hingga Kloaka/ Snout Vent Length (SVL) saja. Ular welang Kaliurang menunjukkan ukuran tubuh yang panjang daripada dua sampel koleksi. Hal tersebut dimungkinkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kemungkinan jumlah individu ular welang yang sedikit pada daerah pegunungan, sedangkan pakan berupa anggota mammal sangat melimpah (sedikit kompetisi pakan) dan sedikitnya aktivitas manusia di wilayah tersebut terutama di malam hari. Ular welang Kaliurang ini dengan mudah, leluasa dan nyaman untuk mencari pakan. Perbedaan juga ditemukan pada jumlah sisik ventral dan sub-caudal pada spesimen yang diperiksa. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa perbedaan TL dan SVL serta jumlah sisik ventral dan sub-caudal tidak cukup untuk membedakan individu menjadi genus bahkan spesies yang berbeda karena semua masih di dalam kisaran spesimen acuan untuk jenis Bungarus fasciatus menurut de Rooij (1917) dan Das (2012). Simpulan Ular dari Genus Bungarus yang dijumpai di Lereng Selatan Merapi adalah jenis ular welang (Bungarus fasciatus). Jenis ini merupakan temuan baru (new record) pada penelitian mengenai keanekaragaman herpetofauna di Lereng Selatan Merapi. Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan kepada Kepala Taman Nasional Gunung Merapi yang telah memberikan ijin praktikum lapangan. Pimpinan Fakultas Biologi UGM yang telah memberikan pengantar ijin praktikum lapangan; Drs. Trijoko, M.Si., selaku Kepala Laboratorium Sistematika Hewan yang telah 5

memberikan ijin kerja di Laboratorium. Hastin Ambar Asti, S.Si dan Farid Kuswantoro, S.Si sebagai asisten matakuliah Herpetologi; almarhum Khoirunnisa Andryani, Ikhsan Fauzi Wiryawan, Herdhanu Jayanto dkk., praktikan matakuliah Herpetologi; dan adik-adik anggota KSH lainnya dalam pengambilan data di lapangan dan kerja laboratorium lainnya. Daftar Pustaka Anonim. 2003. b. Grzimek s Animal Life Encyclopedia 2 nd ed. Vol. 7. Reptiles. Michaels Hutchins, Series Editor. Gale Group, Inc. Cogger, H.G. and R.G Zweifel. 2003. Encyclopedia of Reptiles and Amfibians. Frog City Press. San Fransisco. Das, Indraneil. 2010. A Field Guide to the Reptiles of South-east Asia. New Holland Publishers (UK) Ltd. de Rooij, Dr. Nelly. 1917. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. II. Ophidia. E. J. Brill Ltd. Eprilurahman, R., 2007. Keanekaragaman Anggota Subordo Lacertilia di Taman Nasional Gunung Merapi (Plawangan-Turgo), Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan penelitian. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Eprilurahman, R. dan A.F. Muharromi. 2008. Keanekaragaman Herpetofauna di Bukit Plawangan, Kawasan Wisata Kaliurang, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seminar Nasional Herpetologi Indonesia, 24-25 Mei 2008. Yogyakarta. Eprilurahman, R. dan K.I. Kusuma. 2011. Amfibi dan Reptil di Lereng Selatan Gunung Api Merapi Sebelum Erupsi 2010. Berkala Ilmiah Biologi Vol. 10, No. 1: 1-8 Pough, F.H., R.M. Andrew, J.E. Cadle, M.L. Crump, A.H. Savitzky, and K.D. Wells. 1998. Herpetology. Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River, New Jersey. Pp : 138, 169. Suhono, Budi. 1986. Ular ular Berbisa di Jawa. Penerbit Antar Kota. van Hoesel, J.K.P., 1959. Ophidia Javanica. Kementerian Pertanian. Lembaga Pusat Penjelidikan Alam. Museum Zoologicum Bogoriense. Pertjetakan Archipel Bogor. Zug, G.R. 1993. Herpetology: An Introductory Biology of Amfibians and Reptiles. Academic Press, Inc. San Diego, California. 6