Optimalisasi Network Jaringan Disepanjang Jalur Kereta Api Jakarta- Bandung Diwilayah JABOTABEK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

BAB III METODA PENELITIAN

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK. AMPS (Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System. bahkan 1900 MHz khusus di Amerika Utara.

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang


TUGAS AKHIR ANALISA TRAFIK DAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM. Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

BAB II LANDASAN TEORI. Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam

ANALISIS MEKANISME REHOMING DAN REPARENTING PADA JARINGAN KOMUNIKASI SELULER GSM

BAB II DASAR TEORI. Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sistem

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER


BAB III LANDASAN TEORI

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR

BAB II LANDASAN TEORI

Global System for Mobile Communication ( GSM )

SISTEM PEMANTAUAN IDENTITAS JARINGAN GSM

Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN. GSM PT. INDOSAT, Tbk

BAB II KONSEP DASAR GSM

BAB II SISTEM JARINGAN GSM DAN HANDOVER

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN PERTUMBUHAN PELANGGAN SELULER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Perumusan Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. negara di Eropa menggunakan sistem komunikasi bergerak yang berlainan dan

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Fendy Yulian Rakhmad (L2F606027) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Abstrak. Kata Kunci : drive test, TEMS, GPS

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

Makalah Seminar Kerja Praktek. PERANGKAT MOBILE MEDIA GATEWAY R5.0 (M-MGW R5.0) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG

BAB IV HASIL DAN ANALISA

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for

Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB III METDOLOGI PENELITIAN

Bluetooth. Pertemuan III

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

Analisa Unjuk Kerja Jaringan Operator 3G(WCDMA-UMTS) Menggunakan Metode Drivetest

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

PEMROGRAMAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PENJEJAKAN POSISI DENGAN GPS MELALUI JARINGAN GSM-CSD BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Edy Hadiyanto

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

OPTIMASI PENEMPATAN BTS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

ANALISIS KUALITAS VOICE CALL PADA JARINGAN WCDMA DENGAN DRIVE TEST MENGGUNAKAN TEMS INVESTIGATION

BAB II TEKNOLOGI SELULER GSM. (Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple

Tugas Akhir Analisa Adaptive Multi Rate Untuk Meningkatkan Speech Quality Index Pada Sistem Jaringan GSM

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Budi Nugroho ( L2F )

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

Sistem Komunikasi Bergerak Seluler

Kata kunci : GSM (Global System Mobile), KPI, CDR, seluler

Analisis Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Jaringan Seluler PT. XL Axiata pada Area Jawa Tengah bagian Utara melalui Proyek Swap dan Modernisasi

ANALISIS PENERAPAN BASE TRANSCEIVER STATION HIGH CAPACITY PADA GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUCATION

BAB III DATA FAST TRAFFIC HANDOVER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat,

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

BAB I PENDAHULUAN. bergerak kemanapun selama masih dalam cakupan layanan Operator.

D a t a b a s e M e n a r a T e l e k o m u n i k a s i. Page 26

Abstract A. PENDAHULUAN. Sistem komunikasi semakin berkembang dengan tingginya kontinuitas

Kegagalan Panggil (Fail Connection) pada Sistem Jaringan Telepon Selular (GSM)

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI COVERAGE AREA NODE B CIANGSANA BOJONG DI TELKOMSEL

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479 Optimalisasi Network Jaringan Disepanjang Jalur Kereta Api Jakarta- Bandung Diwilayah JABOTABEK Fadli Sirait Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia e-mail: fadlisirait@gmail.com Abstrak - Berawal dari keluhan dari pengguna layanan berkaitan dengan kualitas sinyal layanan operator dibeberapa wilayah disepanjang jalur kereta api Jakarta Bandung, maka diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi permalasahan tersebut. Adapun tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran drive test di sepanjang lintasan kereta api Jakarta Bandung untuk wilayah JABOTABEK, maka ditemukan masalah low coverage, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan perbaikan antenna dalam peruahan tilting dan bearing pada wilayah dengan masalah low coverage tersebut. Kata kunci : Network, Optimalisasi, coverage PENDAHULUAN Pada saat ini jasa layanan telekomunikasi sedang digiring menuju kearah komunikasi personal. Sehingga pemakai jasa telekomunikasi dapat dihubungi dengan nomor identifikasi perangkatnya dimanapun sedang berada. Hal tersebut dipengaruhi dengan adanya kebutuhan akan fleksibilitas dan produktifitas yang lebih tinggi dan kebutuhan mengurangi dead time, dan teknologi wireless merupakan teknologi yang dapat diandalkan sebagai jaringan yang dapat menembus wilayah-wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh telepon kabel. Sementara itu mobilitas yang tinggi menyebapkan kebutuhan masyarakat akan informasi terus meningkat, dilain fihak para pegguna jasa telekomunikasi tersebut juga menghadapi berbagai kendala yaitu berkaitan dengan masalah waktu dan tempat. Berawal dari keluhan pelanggan (customer complain) mengenai coverage layanan dan kualitas disepanjang lintasan kereta api Jakarta Bandung maka dilakukan audit dan optimalisasi kualitas jaringan dengan melakukan berbagai macam pengukuran dan analisis, sebagai solusi sementasa mengatasi permasalahan kualitas sinyal disepanjang lintasa kereta api Jakarta bandung dan sekaligus menjaawab solusi customer complain, dimana umumnya keluhan pelanggan adalah mengenai tidak adanya sinyal (bank spot) didaerah-daerah tertentu disepanjang lintasan kereta api Jakarta Bandung, sulitnya melakukan proses panggilan, juga kualitas suara yang kurang baik dan juga sering drop call pada saat pembicaraan berlangsung. Global System For Mobil Global system for mobile atau GSM adalah generasi kedua dari standar system seluler. Selain itu GSM adalah system standar selular pertama didunia yang menspesifikasi digital modulation dan network level architecture and service. Sebelum muncul standar GSM ini Negara-negara di Eropa menggunakan standar yang berbeda beda, sehinga pada saat itu tidak memungkinkan seorang pelanggan menggunakan single subscriber unit untuk menjangkau seluruh benua Eropa. Penggunaan alokasi frekuensi 900 MHz oleh GSM ini diambil berdasarkan rekomendasi GSM (Group Special Mobile Committee) yang merupakan salah satu grup kerja pada coference Europe ne Postes Des Telecommunication (CEPT). Namun pada akhirnya alasan marketing GSM berubah namanya menjadi The Global System for Mobile Communication, sedangkan standar teknisnya diambil dari European Technical Standard Institute (ETSI) Arsitektur GSM Secara garis besar terdiri dari 3 subsistem yang terkoneksi dan berinteraksi antar system dan dengan use melalui network interface, subsistem tersebut adalah: Base Statasion Subsystem (BSS) Network and Switching System (NSS) Operation Support Subsystem (OSS) Vol. 5 No.3 September 2014 147

Gambar 3 GSM Struktur Frame pada Air Interface Timeslot 0 pada frame TDMA arah downlink digunakan secara khusus untuk membawa kanal control FCCH, SCH, BCCH, PCH, AGCH dan SDCCH. Beberapa timeslot dialokasikan secara khusus pula untuk kanal control SDCCH dan timeslot lainnya digunakan untuk kanal TCH+SACCH pada arah uplink timeslot 0 dapat digunakan untuk kanal control RACH atau TCH+SACCH dan timeslot lainnya digunakan untuk kanal control SDCCH dan kanal TCH SACCH. ditentukan oleh HLR (2). HLR akan mencek keberadaan dari nomer yang dipanggil. Selanjutnya VLR yang relevan diminta untuk menyediakan Mobile Station Roaming Number (MSRN) (3). Dan konidisi ini akan ditransmisikan kembali menuju MSC (5). Sekarang VLR akan menanyakan status range lokasi dan jangkauan yang dapat di capai dari mobile subscriber (6). Jika MS dapat dicapai, maka panggilan radio dapat terjadi (7) dan dilakukan pada semua zona radio yang diberikan terhadap VLR (8). Ketika mobile subscriber telephone merespon terhadap halaman yang diminta dari radio cell (9), semua prosedur kemanan penting telah dilakukan (10). Jika proses ini berjalan sukses, VLR akan mengindikasikan pada MSC (11) bahwa proses pemanggilan telah dapat berlangsung (12). Rancangan Penelitian Langkah yang dilakukan untuk menentukan prosedur bagaimana melakukan optimalisasi kualitas RF sepanjang lintasan kereta api, serta analisa pengukuran sebelum dilakukan optimalisasi maupun setelah optimalisasi kualitas RF. Proses Pemanggilan pada GSM Proses aliran sinyal informasi suara dan signaling dari MS 1 ke MS 2 melalui jaringan BSS, gambar 4 mendeskripsikan sebuah panggilan dari fixed network subscriber terhadap mobile subscriber didalam jaringan GSM. Gambar 4 Blok Diagram Pengukuran QoS Dengan Menggunakan TEMS Gambar 4 Blok Diagram Proses Pemanggilan Pada GSM Panggilan masuk (Incoming Call) melewati fixed network menuju gateway MSC (GMSC) (1). Selanjutnya berdasarkan nomer IMSI dari call party, maka hal ini akan Variabel Penelitian Dalam Menentukan Parameter Performansi Kualitas Diperlukan variable variable untuk diolah secara matematik pada penelitian ini. Variable variable ini dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yang nantinya dapat saling melengkapi ataupun perbandingan dalam Vol. 5 No.3 September 2014 148

Gambar 1 Blok Diagram Arsitektur Sistem GSM Setiap subsistem BSS terdiri dari beberapa Base Station Controllers(BSCs) yang berfubgsi mengkoneksikan MS ke NSS via MSCs. Sedangkan NSS berfungsi mengatur fungsi switching dari sistem dan menjamin MSC agar dapat berkomunikasi dengan network yang lain seperti halnya PSTN dan ISDN. HLR (Home Location register) merupakan sebuah database yang berfungsi menyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen dalam arti tidak bergantung pada posisi pelanggan dan VLR (Visitor Locaton Register) berfungsi untuk menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC VLR tersebut. Gambar 2 Variasi Interface Yang Digunakan Dalam GSM Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa interface yang menghubungi BTS dengan BSC disebut sebagai Abis Interface. Interface ini membawa traffic dan data maintenance dan dispesifikasikan GSM untuk distandarisasi untuk seluruh vendor. Air Interface GSM menggunakan pita frekuensi 900 dan 1800 MHz, kedua alokasi frekuensi tersebut masing-masing dibagi kedalam beberapa kanal frekuensi lagi dengan lebar masing-masing adalah 200 KHz yang biasa disebut sebagai ARFCN (Absolute Radio Frequency Channel Numbers), ARFCN mensyaratkan bahwa untuk masing arah frekuensi uplink dan downlink dipisahkan dengan lebar frekuensi 45 MHz. GSM menggunakan metode akses TDMA dan FDMA pada air interface agar BTS dapat menyediakan akses yang simultan kepada multiple user. Setiap alokasi frekuensi tertentu atau ARFCN dibagi dalam domain waktu menjadi frame TDMA sebesar 4.615 ms. Masing-masing kanal radio (frame TDMA) dibagi menjadi 8 time slot atau burst, yang diberi nomor 0 sampa dengan 7 (TN0 s/d TN7). Setiap time slot/burst digunakan untuk membawa informasi percakapan, data signaling. Struktur Kanal pada Air Interface Kanal pada air interface GSM dibagi menjadi kanal fisik (Physical Channel) dank anal logika (Logical Channel). Kanal fisik merupakan sebuah kombinasi dan timeslot dan suatu fekuensi pembawa/arfcn, sementara itu kanal logika berupa rangkaian bit-bit berisi informasi tertentu (berisi percakapan atau signaling) yang dibawa oleh kanal fisik. Kanal logika dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kanal control (Control channel atau CCH) dank anal trafik (Traffic Channel atau TCH). Kanal traffic (TCH) digunakan untuk membawa percakapan pengguna atau data dari MS ke BTS (uplink) atau sebaliknya (downlink). Kanal control bertugas membawa informasi signaling dan sinkronisasi antara BTS dan MS. Dibawah ini merupakan yang termasuk kanal control yaitu frequency correction channel (FCCH), Synchronication Channel (SCH), Broadcast Control Channel (BCCH), Paging Channel (PCH), Acces Grant Channel (AGCH), Random Access Channel (RACH), Stand-alone Dedicatet Control Channel (SDCCH), Slow Associated Control Channel (SACCH), dan fast Acociated Control Channel (FACCCH). Tiap kanal control memiliki fungsi dan arah transmisi yang berlainan (uplink dan downlink). Pemetaan Kanal pada Air Interface Kanal control seperti FCH, SCH, BCCH, PCH, AGCH, SDCCH, SACCH dibawa oleh kanal fisik dalam bentuk multiframe 51- frame yaitu kumpulan frame-frame TDMA yang berjumlah 51 frame. Kanal trafik (TCH) dan beberapa kanal control seperti SACCH dan FACCH dibawa oleh kanal fisik dalam bentuk multiframe 26-frame. Struktur multiframe ditunjukkan pada gambar 3. Vol. 5 No.3 September 2014 149

melakukan optimalisasi RF. Dalam hal ini variable yang ditentukan adalah parameter kualitas. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui performansi kualitas pada penelitian ini adalah parameter kualitas layanan Quality of Service (QoS). Pengukuran parameter QoS ni dengan menggunakan MS tertentu mewakili kondisi di lapangan seperti selayaknya pengguna lainnya untuk melihat performansi kualitas berdasarkan sudut pandang pengguna layanan. Parameter parameter tersebut ditentukan dengan mengikuti rekomendasi dari ITU-T. Parameter QoS yang didefenisikan dengan mengikuti rekomendasi ITU-T mengenai QoS antara lain accessability, retainability, dan integrity yang digunakan daam penelitian ini adalah prosentase kuat sinyal yang diterima (Receive Level). Teknik Pengumpulan Data dan Metode Pengukuran Teknik pengumpulan data yang diperoleh bersumber dari hasil pengukuran dilapangan sebelum dan setelah dilakukan optimalisasi disepanjang lintasan kereta api Jakarta Bandung. Teknik Pengukuran Data Dengan Metode Lapangan Teknik pengumpulan data dengan metode lapangan ini dilakukan dengan melakukan drive test dengan menggunakan kendaraan berupa kereta api jurusan Jakarta Bandung. Teknik Pengumpulan Data Dengan Metode Kepustakaan Analisis dan pengambilan data yang dilakukan akan selalu disesuaikan antara hasil yang diperoleh dilapangan dengan studi kepustakaan yang berhubungan dengan teori mengenai GSM. Perangkat Pengukuran Perangkat Pengukuran Survey Transmisi Survey transmisi dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa GPS, kamera digital, peralatan komunikasi (Test Mobile Phone), laptop yang dilengkapi dengan software perhitungan pathloss, kabel antenna, kabel dan battery charger. Perangkat Performansi Kualitas Perangkat yang digunakan dalam melakukan pengukuran performansi kualitas adalah sebagai berikut: 1. Program dan Handphone TEMS (Terminal Equipment Measurement System) Eriscson. 2. Program FICS (File and Information Converting System) Ericson. 3. Program GIMS (Geographical Information Measurement System) Ericson. 4. Program MapInfo 5. Program editor 6. Counter pada jaringan BSS Motoral 7. MARS tool statistic khusus perangkat Motorola 8. Server OMC jaringan BSS (DataBase Program) 9. Program spreadsheet (MS-Excel) 10. Site Master 11. Sinyal Generator 12. Power Meter. Pengukuran Quality of Service Untuk mengetahui kualitas layanan terhadap pelanggan maka perlu dilakukan prosedur pengukuran terhadap QoS dimana hal ini dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung dilapangan dengan menggunakan program TEMS (Terminal Equipment Measurement System) yang dapat mengukur parameter QoS. Pada saat melakukan pengukuran maka dilakukan panggilan dengan menggunakan TEMS untuk mengukur keberhasilan membuat panggilan, keberhasilan panggilan, dan kualitas sinyal pada saat panggilan teradi, lalu area diukur tersebut di kelilingi (drive test). Dari kegiatan pengukuran dengan menggunakan TEMS tersebut maka diperoleh log file yang nantinya akan dikonversi kedalam bentuk data statistic dengan menggunakan program FICS, untuk selanjutnya dianalisa dan dibuat dalam bentuk grafik. Selain itu log file tersebut dapat juga dikonversikan kedalam format peta digital dengan menggunakan MapInfo, untuk dapat melihat tampilan parameter QoS pada area disepanjang lintasan kereta api yang diukur dan keperluan analisis. Metoda Analisis Permasalahan dan Optimalisasi RF Metode Optimalisasi Network Vol. 5 No.3 September 2014 150

Penelitian yang dilakukan adalah berdasarkan customer complain yang berkaitan dengan kualitas sinyal diarea sepanjang lintasan kereta api Jakarta Bandung. Dan setelah dilakukan pengukuran pada area sepanjang lintasan kereta api maka ditemukan beberapa spot dengan permasalahan low coverage, penambahan sector dibeberapa spot juga penambahan site baru untuk mengatasi masalah low coverage tersebut. Tahapan Optimalisasi dan Analisis Permasalahan disepanjang Lintasan Kereta Api Jakarta Bandung Ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk melakukan optimalisasi disepanjang lintasan kereta api Jakarta Bandung. Tahapan yang dimaksud adalah: 1. Pengumpulan data Data-data yang lengkap dan akurat sangat diperlukan untuk dapat melakukan analisi optimalisasi sehingga pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang sesuai dilapangan. 2. Identifikasi Masalah Setelah dilakukan pengukuran dan diperoleh data-data maka dilakukan analisis dan dari hasil analisis dapat diketahui mengenai permasalahan kualitas sinyal di area sepanjang lintasan kereta api yang diukur disebapkan karena permasalahan coverage. 3. Site Visit Hal ini perlu dilakukan karena datadata yang diperoleh secara real hanya akan dapat diperoleh dangan cara dating langsung ke lokasi. 4. Optimalisasi Neighbourlist Dalam hal Optimalisasi Neighbourlist perlu kiranya diperhatikan mengenai performansi BTS neighbourlist, apakah dengan dilakukannya optimalisasi di sepanjang lintasan kereta api yang di ukurr akan berpengaruh terhadap performansi terhadap BTS yang berada di dekatnya atau tidak. 5. Monitoring Sebelum dan sesudah dilakukan optimalisasi maka perlu kiranya dilakukan tindakan monitoring, hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan dari kondisi dan kualitas sinyal sebelum dan sesudah dilakukannya optimalisasi. Pengukuran Performansi dengan Drive Test Pengukuran Drive Test dilengkapi dengan membawa peralatan khusus untuk memantau jaringan meliputi laptop yang didalamnya terdapat software yang disebut TEMS (Test Mobile System), antenna GPS (Global Positioning System) untuk menentukan koordinat pengukuran, MS (Mobile System) yang dilengkapi dengan software TEMS. Informasi yang diberikan oleh TEMS meliputi cell identity (Identitas Cell) BTS Identity Code, BCCH Carrier, ARFCN Carrier, Mobile Country Code, Mobile Network Code dan Location Area Code (LAC) dari sel yang sedang diduduki. TEMS juga memberikan informasi tentang RxLev, BSIC dan ARFCN lebih dari 6 sel tetangga, nomer kanal, nomor timeslot, tipe kanal, TDMA offset, model kanal, nomor sub kanal, indikasi kanal hoping, mobile allocation indek offset, hoping sequence number of dedicated channels dan RxLe, RxQual, FER, DTX downlink, TEMS speech quality index (SQI), timing advance (TA), Tx Power, radio link time slot counter dan parameter CIA untuk radio environment. Signal Strength (Kuat Sinyal), Rxqual, CIA, TA, Tx, Power, TEMS, SQI, dan FER dari sel yang diduduki dan signel strength untuk dua sel tetangga bisa diperlihatkan disimulasi TEMS. Dengan menghubungkan TEMS tambahan keserial port dari PC, data dari network bisa dimonitor pada saat bersamaan. Dalam kasus ini data dari mobile phone kedua adalah sel yang melayani dan sel tetangganya serta parameter radio environment. Satelah selasai, samua data bisa disimpan dilog file. Data bisa dilihat kambali untuk dianalisa. Untuk mandapatkan data dalam bentuk statistic log file bisa dionlah dangan manggunakan software FIGS (File and information Converting System). Aplikasi TEMS untuk Drive Test Perangkat lunak TEMS yang digunakan untuk melakukan drive test dapat diapliikasikan untuk melakukan berbagai macam pengukuran, antara lain : 1. Test dengan duration call 2 menit (sweeping drive test 2 minutes call) 2. Test Panggilan continue (sweeping drive test continue call) Vol. 5 No.3 September 2014 151

3. Test Integrasi sel atau perluasan (Cell site integration or extension test) a. Test Pemindahan Sel (Swinger Test) b. Test Durasi Call setup (Call setup time test) c. Test Timeslot Kanal Traffic (TCH timeslot test) Mekanisme Pengukuran dengan Drive Test Tahap-tahap yang perlu perlukan dalam melakukan pengukuran menggunakan drive test (TEMS) adalah sebagai berikut: 1. Instalkan perangkat lunak TEMS 2. Aktifkan perangkat Iunak TEMS pada komputer yang tersedia 3. Inisialisasikan MS dan GPS dengan cara mengaktifkan toolbar identity equipment 4. Aktifkan toolbar connect all untuk menyambungkan MS dan GPS dengan perangkat lunak TEMS 5. Pada saat posisi start perjalanan drive test aktifkan toolbar log file kemudian pilih start recording pada windows yang muncul, pilih directory tempat untuk menyimpan log file, ketikkan nama file kemudian OK. 6. MS kita idle-kan jika kita ingin melihat bagaimana kondisi pada saat idle. 7. Sepanjang perjalanan, selain memperlihatkan karakteristik radio yang harus diperhatikan pada windows general information, lat, lon, time dan log size harus memiiki harga yang berubah-ubah. 8. Jika terjadi blocking call atau drop call, ulangi Iangkah 6 dan 7. 9. Untuk mengakhiri kegiatan drive test, log file hasil drive test tersebut dapat diproses dengan menggunaan PICS statistic untuk memperoleh data statistic. Hasil pengolahan ini disebut dengan nilai NEF (Network Quality and Eficiency Factor), nilai inilah yang kemudian dijadikan acuan bagi performansi radio dari daerah yang diukur. Analisa Hasil Pengukuran Agar dapat diperoleh data-data yang cukup valid maka perlu dilakukan pengukuran langsung dilapangan, hal ini erat kaitannya dengan program optimalisasi yang akan dilakukan. Dalam melakukan optimalisasi radio frekuensi, maka perlu dilakukan drive test karena dengan melakukan drive test maka akan dapat dirasakan kondisi real di lapangan sebagaimana yang di rasakan oleh pengguna jasa telekomunikasi yang erat kaitannya dangan kualitas sinyal dan kualitas suara yang dihasilkan. Analisis Hasil Pengukuran Drive Test Sebelum dilakukan Optimalisasi Dalam melakukan analisa, implementasi dan optimaiisasi radio frekuensi disepanjang lintasan kereta api yang diukur, maka perlu digunakan beberapa parameter pengukuran yang biasa di sebut dengan Final Test, hal ini biasa dilakukan untuk mengetahui apakah hasil dari pengukuran yang dilakukan dapat memenuhi spesifikasi yang sesuai Dengan parameter performansi yang telah ditetapkan. Pengukuran dan analisis yang dilakukan pada saat melakukan pengukuran ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah pengukuran yang dilakukan pada saat sebelum dilakukannya optimalisasi, sedangkan pada tahap yang kedua adalah pengkuran yang dilakukan pada saat setelah dilakukannya optimalisasi. Analisis Data Kualitas Sinyal Dan Coverage Dengan Menggunakan TEMS Investigation. Tindakan yang dilakukan dalam rangka pemecahan masalah yang berkaitan dengan kualitas sinyal dipandang dari sisi abis interface, maka perlu dilakukan pengukuran dari dua sisi yaitu dari sisi subscriber maupun dari sisi network, hal ini dilakukan semata-mata berdasarkan pada prinsip dasar optimalisasi jaringan. Pengukuran yang dilakukan akan menghasilkan data dan informasi dilapangan yang nantinya akan sangat berguna untuk nnemastikan apa penyebab permasaiahan dan untuk menentukan solusi yang harus diambil untuk menyeiesaikan permasalahan tersebut. Dalam pengukuran ini penggunaan alat ukur TEMS investigation berguna untuk melakukan investigasi mengenai kualitas sinyal di sepanjang daerah pengukuran, dengan menggunakan alat ukur TEMS investigation ini dapat di ketahui wilayah wilayah dengan kualitas sinyal yang sangat jelek, sering putus - putus dan susah melakukan call. Nilai parameter drive test mengacu pada nilai yang telah ditetapkan secara bersama oleh pihak operator dengan vendor seperti tertera pada tabel dibawah ini. Vol. 5 No.3 September 2014 152

Tabel 1 Parameter Drive Test No Parameter Good Fair Bad Drive Test 1 RxLevel -33s/d-60-85s/d -80-85s/d- 110 2 RxQualit y 0 s/d 4 5 6 s/d 7 3 SQI 18 s/d 38 10 s/d 8-20 s/d 10 4 FER 0 s/d 3 4 s/d 7 8 s/d 100 Gambaran Hasil Drive Test Dari hasil drive test yang dilakukan pertama kali, di ketahui bahwa kekuatan sinyal operator A masih Iebih lemah di bandingkan dengan kekuatan sinyal dari operator B, dan masih lebih baik dibandingkan dengan kekuatan sinyal operator C, sebagaimana digambarkan pada data berikut ini. Gambar 5 Hasil Benchmarking Pada Pengkuruan Pertama Secara keseluruhan hasil analisis drive test yang dilakukan pada pengukuran sebelum dilakukan optimalisasi menunjukkan terdapat beberapa spot dengan permasalahan low coverage yang cukup tinggi di sepanjang wilayah pengukuran, pada spot dengan low coverage tersebut sangat susah untuk melakukan call, dan seandainya bisa maka komunikasi yang yang terjadi akan putus - putus dan kurang jelas, dimana hal ini dapat dilihat pada bar yang ada di handphone. Hasil Pengukuran Drive Test Setelah Dilakukan Optimalisasi Setelah semua proses optimalisasi selesai dilakukan perlu dilakukan suatu pengujian apakah terjadi perubahan yang signifikan setelah pada beberapa spot yang bermasalah, maka dilakukan pengukuran drive test kembali untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi setelah diadakannya optimalisasi pada spot yang mengalami masaiah di sepanjang area pengukuran. Setelah dilakukan pengukuran kembali maka diketahui bahwa kualitas sinyai disepanjang wilayah pengukuran jauh Iebih baik dibandingkan dengan sebelum dilakukannya tindakan optimalisasi di sepanjanga wilayah pengukuran tersebut. Berikutnya dapat dilihat perbandingan receiver level (Rxlev) pada saat sebelum dilakukan optimalisasi dan setelah dilakukan optimalisasi, dimana kedua hasil ini diperoieh dari hasil pengukuran drive test pada saat sebelum dan setelah dilakukan optimaiisasi. Hasil Pengukuran Drive Test Sebelum Dilakukan Optimalisasi Gambar 7 Perbandingan Hasil Pengukuran Drivetest Pada Saat Sebelum dan Setelah Dilakukan Optimalisasi Gambar 6 Perbandingan Kualitas Sinyal Hasil Pengukuran Sebelum Dilakukan Optimalisasi Vol. 5 No.3 September 2014 153

Gambar 8 Grafik Perbandingan Hasil Pengukuran Drivetest Pada Saat Sebelum dan Setelah Dilakukan Optimalisasi KESIMPULAN 1. Dari hasil benchmarking dengan melakukan drivetest pada pengukuran yang pertama diperoleh hasil kualitas sinyal dari beberapa operator adalah sebagai berikut: a. Operator A (23.62%) b. Operator B (34.71%) c. Operator C (21.90%) 2. Untuk mengatasi masalah low coverage di sepanjang wilayah pengukuran maka dilakukan optimalisasi dengan melakukan refinement antenna berupa perubahan pada tilting dan bearing antenna pada spot yang mengalami permasalahan low coverage tersebut. 3. Setelah dilakukan optimalisasi, dan dilakukan drive test diperoleh nilai dari Rx-Level sebesar 42.59% dimana hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas sinyal bila dibandingkan nilai Rx-Level sebelum optimalisasi yang hanya bernilai 23.62% DAFTAR PUSTAKA Theodore S. Rapaport Wireless Communication Principles and Practice, Prantice Hall, 1997 Wondel and Goltemann GmbH and CO Pocket Guide for Fundamentals and GSM testing, 1998 Mehrota, Asha, Cellular Radio Performance Engineering. Artech House, 1994 Grag, Vijay K. Wireless Network Evolution 2G to 3G. Department of Electrical and Computer Engineering University of Illinois, Chicago, Prentice Hall, 2002. Vol. 5 No.3 September 2014 154