I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

I. PENDAHULUAN. dengan tindakan ancaman dan kekerasan. Perkosaan sebagai salah satu bentuk kejahatan yang

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADI KORBAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI KABUPATEN ACEH BARAT

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana Perkosaan dan Korban Perkosaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945, diarahkan untuk meningkatkan hukum bagi

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

I. PENDAHULUAN. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. budayanya. Meskipun memiliki banyak keberagaman bangsa Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

I. PENDAHULUAN. Korban dalam suatu tindak pidana, dalam Sistim Hukum Nasional, posisinya tidak

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN. ( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Karanganyar )

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

I. PENDAHULUAN. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK) disebutkan:

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat merupakan suatu gejala yang biasa dan bersifat umum

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Anak dan Perlindungan Hukum Bagi Anak

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

I. PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

I. PENDAHULUAN. bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

I. PENDAHULUAN. aliran tenaga listrik. Tenaga listrik merupakan cabang produksi yang penting bagi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Indonesia yang pada saat ini sedang memasuki era globalisasi. Oleh karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa Indonesia khususnya oleh masyarakat. Dari masa perubahan-perubahan tersebut kita sebagai manusia dituntut untuk mempunyai rasa tanggung jawab terhadap manusia dalam suatu masyarakat untuk memperjuangkan hak dan kewajibannya secara seimbang. Tujuan pembangunan yang dicita-citakan Bangsa selama ini yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, baik materiil maupun spirituil yang menjunjung martabat, hak-hak asasi dan kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Jadi sewajarnyalah bila masalah hak dan kewajiban dijadikan tolak ukur agar dapat tercipta kehidupan yang manusiawi, yang sesuai dengan cita-cita bangsa yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Saat ini masalah ganti rugi dan perlindungan korban perkosaan belum begitu ditanggapi secara serius dan sungguh-sungguh meskipun di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sudah dijelaskan tentang perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), agar dalam pemeriksaan pendahuluan

2 (penyidikan)tersangka/terdakwa tidak mendapatkan perlakuan yang melewati batas, sehingga melanggar hak asasinya. Perkembangan viktimologi suatu negara merupakan suatu hasil interaksi akibat adanya interrelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi yang penting sekarang adalah mencari fenomena yang relevan, yang mempengaruhi pengembangan viktimologi, yang menjadi partisipan pendukung atau penghambat pengembangan viktimologi di suatu negara. Salah satu faktor pendukung utama yang mempengaruhi kuat pengembangan viktimologi di suatu negara adalah pandangan hidup tertentu bangsa negara tersebut. Diharapkan adanya keserasian dan keselarasan antara pandangan hidup tersebut dengan viktimologi yang akan dikembangkan. Misalnya: - pandangan hidup tersebut harus merupakan dasar, landasan pemikiran, konsep-konsep dalam viktimologi yang dikembangkan; - konsep-konsep yang ada dalam viktimologi dapat diterima oleh sebab dapat bermanfaat untuk pelaksanaan pandangan hidup terebut dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pangan hidup tersebut. (Arif Gosita,1993). Pandangan, pemikiran, ideologi yang baru timbul dari dalam negeri atau yang berasal dari luar negeri harus dikaji, diuji dengan pandangan hidup yang telah diterima oleh bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Jadi yang dipermasalahkan sekarang adalah, apakah yang dianggap baru tersebut menurut Pancasila adalah rasional, dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat. Hal ini tentunya juga berlaku untuk viktimologi yang dianggap sebagai suatu yang baru dan ingin dikembangkan. Dengan demikian, maka dicari sekarang pemikiran-pemikiran

3 mana yang terdapat dalam pandangan hidup asli tersebut yang dapat mendukung pengembangan viktimologi. Viktimologi memberikan dasar pemikiran untuk masalah penyelesaian viktimisasi kriminal. Pendapat : viktimologi dipergunakan dalam keputusan : peradilan kriminal dan reaksi pengadilan terhadap pelaku kriminal. Mempelajari korban dari dan dalam proses peradilan kriminal, merupakan juga studi, mengenai hak dan kewajiban asasi manusia. Dari apa yang telah dikemukakan dapatlah sedikit banyak diketahui bahwa manfaat dan tujuan viktimologi adalah antara lain untuk meringankan kepedihan penderitaan dari orang yang menjadi korban kejahatan. Penderitaan dalam arti menjadi korban jangka pendek dan jangka panjang yang berupa kerugian fisik, mental maupun moral, sosial, ekonomis, kerugian yang hampir sama sekali dilupakan, diabaikan oleh kontrol sosial yang melembaga seperti penegak hukum Penuntut umum, pengadilan,petugas-petugas probation, pembinaan, pemasyarakatan dan sebagainya. Korban atau pihak yang menderita sebagai anggota masyarakat, wajib ikut serta dalam usaha penegakan hukum, dengan memberikan kesaksian. Korban sebagai saksi dimanfaatkan oleh jaksa untuk membuktikan kesalahan si pelaku sesuai dengan sistem peradilan pidana yang berlaku demi penegakan hukum. Sebetulnya korban/pihak korban merupakan salah satu pihak yang mencapai keadilan di pengadilan. Tetapi dalam keputusan pengadilan tersebut yang dimulai dengan kata-kata: Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak dicantumkan keputusan mengenai pemberian ganti kerugian bagi pihak korban.

4 Tabel : Perkara Tindak Pidana Perkosaan Tahun 2008-2009 No Putusan Hakim Pengadilan Negeri Nama Lengkap Dakwaan Yang dapat terdakwa dibuktikan Pidana badan denda Barang bukti Biaya perkara Pasal 81 UU 10 Rp.2000 RI No.23 (sepuluh) (dua Thn.2002 ttg tahun ribu Perlindungan penjara anak potong tahanan 1 Sulaiman Bin Kasma Rp.60.000. 000,- (enam puluh juta /subsidair 3 (tiga) bulan kurungan -1 buah celana dalam wanita warna merah -1 buah celana pendek wanita warna biru 2 Buang santus Bin Mustar KESATU Pasal 82 UU No.23/2002 Dan KEDUA Pasal 289 KUHP Dan KETIGA Pasal 285 11 (sebelas ) tahun penjara potong tahanan Rp.60.000. 000,- (enam puluh juta /subsidair 6 (enam) bulan kurungan 2 buah tasbih, 2 buah batu warna coklat, 1 potong baju warna coklat Rp.2000 (dua ribu 3 Zeni Bin Tarsan Pasal 285 KUHP 5 (lima) tahun penjara potong tahanan -1 buah celana panjang warna hitam -1 buah kaos dalam warna biru Rp.2000 (dua ribu

5 No Putusan Hakim Pengadilan Negeri Nama Lengkap Dakwaan Yang dapat terdakwa dibuktikan Pidana badan denda Barang bukti Biaya perkara Pasal 81 UU Rp.200 RI No.23 0 Thn.2002 ttg (dua Perlindungan ribu anak 4 Bambang Kurniawan Bin Ruqyan 5 (lima) tahun 7 (tujuh) bulan penjara potong tahanan Rp.60.000. 000,- (enam puluh juta /subsidair 3 (tiga) bulan kurungan Celana dalam laki-laki, 2 kondom bekas pakai merk fiesta dan celana dalam wanita warna ungu 5 Suhendrik Bin Masduki Pasal 81 UU RI No.23 Thn.2002 ttg Perlindungan anak, jo Pasal 55 KUHP 8 (delapan) tahun penjara potong tahanan Rp.60.000. 000,- (enam puluh juta /subsidair 2 (dua) bulan kurungan 1 baju kaos bergaris warna hitam. 1 BH dan 1 celana dalam pendek Rp.200 0 (dua ribu Sumber : Pengadilan Negeri Klas I.A Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun 2009 Berdasarkan tabel di atas, terdakwa hanya dikenakan pidana kurungan selama 5 sampai 12 tahun penjara dipotong masa tahanan dan denda sebesar Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta /subsidair 2 sampai 6 bulan kurungan.

6 Kasus perkosaan yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 105 kasus, kasus pemerkosaan justru lebih banyak dilakukan masyarakat dengan strata sosial dan intelektual tinggi. Korban terbanyak adalah pembantu rumah tangga dan anak yang merupakan keponakan atau saudara teman. Jumlah kasus perkosaan pada tahun 2009 sudah jauh menurun dibandingkan dengan jumlah kasus sebelum tahun 2003. (Sumber : LSM DAMAR) Viktimologi dapat dirumuskan sebagai suatu studi yang mempelajari masalah korban, merupakan suatu masalah manusia sebagai suatu kenyataan sosial. Di sini yang dimaksud dengan korban dan yang menimbulkan korban dapat berupa seorang individu, suatu kelompok, korporasi swasta atau pemerintah. Sedangkan yang dimaksud dengan akibat-akibat penimbulan korban, adalah sikap atau tindakan-tindakan terhadap pihak korban dan atau pihak pelaku, serta mereka yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan. Sikap dan tindakan yang diambil dapat pula merupakan berbagai macam kepedihan dan penderitaan bagi yang bersangkutan, seperti misalnya : pemberian imbalan hukuman yang berlebihan, di luar kemampuan untuk dihukum pihak pelaku; pemberian hukuman secara kolektif pada suatu kelompok oleh karena seseorang anggota kelompok tersebut telah melakukan suatu kejahatan. Jadi, seorang yang melakukan kejahatan yang lain ikut menerima hukuman; pihak korban setelah menderita akibat perbuatan orang lain, tidak mendapatkan pelayanan ganti rugi atas penderitaannya. Penentuan sikap dan pengambilan tindakan tertentu tidak selalu menyelesaikan permasalahan, menegakkan keadilan dan mendatangkan kesejahteraan pada yang bersangkutan.

7 Berdasarkan uraian di atas mengenai latar belakang permasalahan dengan penjelasan tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membahas suatu masalah yang erat kaitannya dengan viktimologi dengan judul : Tinjauan Viktimologi Terhadap Ganti Rugi Korban Tindak Pidana Perkosaan B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan pada uraian di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimanakah tinjauan viktimologi terhadap ganti rugi korban tindak pidana perkosaan? b. Apakah faktor penghambat yang dihadapi dalam pelaksanaan ganti rugi terhadap korban tindak pidana perkosaan? 2. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dari penulisan skripsi ini agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dengan mengkaji tinjauan viktimologi terhadap ganti rugi korban tindak pidana perkosaan, serta faktor penghambat yang dihadapi dalam proses pelaksaan ganti rugi tersebut.

8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui tinjauan viktimologi terhadap ganti rugi korban tindak pidana perkosaan. b. Untuk mengetahui faktor penghambat yang dihadapi dalam pelaksanaan ganti rugi terhadap korban tindak pidana perkosaan. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Secara teoritis kegunaan penelitian ini berguna untuk dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan hukum dan menambah perbendaharaan kepustakaan hukum. b. Secara Praktis Secara praktis penulisan ini berguna sebagai bahan pemikiran dan masukan bagi para aparat penegak hukum, masyarakat yang bernaung pada hukum dan para korban tindak pidana perkosaan.

9 D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah kerangka-kerangka yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang relevan untuk penelitian. (Soerjono Soekanto 1986:24). Korban dalam pengertian sebagai akibat adanya tindak pidana (victim against crime). Posisi korban dalam praktek dapat dilihat dalam sudut pandang : 1. Korban dilihat dari pembentukan hukum. 2. Korban dilihat dari perilaku kriminal atau anti sosial. 3. Korban dilihat dari dalam lingkup HAM dan kesejahteraan social. (Bambang Purnomo, 2002: 16). Lingkup bahasan dalam kelompok di atas adalah mengenai korban dalam kelompok 2 (dua), yakni korban perilaku kriminal/anti sosial, yang dapat diproses berdasarkan KUHAP sebagai landasan operasional penyelenggaraan peradilan (pidana).ketentuan-ketentuan dalam hubungannya dengan aspek viktimologi di dalam KUHAP secara relatif boleh di katakan banyak. Apabila di catat maka pengaturan KUHAP dalam kaitannya dengan viktimologi khususnya tentang ganti kerugian yaitu pada Pasal 98 KUHAP tentang penggabungan perkara gugatan ganti kerugian. (Arif Gosita, 1985: 18-20).

10 Apabila kita cermati mengenai hak-hak korban yang tertuang di dalam KUHAP, maka di dapat pengaturan hak-hak bagi korban sangat minim sekali dibandingkan dengan pengaturan tentang hak-hak pelaku tindak pidana (tersangka/terdakwa/terpidana). Perlindungan hukum lebih banyak di atur untuk pelaku tindak pidana, sebagaimana tampak dalam berbagai Pasal tersebut di atas dibandingkan dengan kepentingan korban yang mengalami penderitaan dari perbuatan pelaku tindak pidana. Masalah korban menimbulkan berbagai permasalahan dalam masyarakat pada umumnya dan pada korban/pihak korban kejahatan pada khususnya. Belum adanya perhatian dan pelayanan terhadap para korban kejahatan suatu masyarakat merupakan tanda belum atau kurang adanya keadilan dan pengembangan kesejahteraan dalam masyarakat tersebut. Ini berarti juga bahwa citra mengenai sesama manusia dalam masyarakat tersebut masih juga belum memuaskan dan perlu disempurnakan demi pembangunan manusia seutuhnya. Selanjutnya Soerjono Soekanto mengakui adanya beberapa faktor yang berperan dalam penegakan hukum yaitu : faktor hukumnya sendiri, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1983: 5) 2. Konseptual Kerangka Konseptual adalah suatu kerangka yang menggambarkan antara konsepkonsep khusus yang merrupakan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang digunakan dalam penulisan atau apa yang diteliti. (Soerjono Soekanto,1986:132).

11 Dalam penulisan skripsi ini akan dijelaskan mengenai pengertian pokok-pokok istilah yang akan digunakan sehubungan dengan obyek dan ruang lingkup penulisan sehingga mempunyai batasan yang jelas dan tepat dalam penggunaannya. Adapun istilah serta pengertian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi : a. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana (Wirjono Prodjodikoro, 1998: 50). b. Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita (Arif Gosita, 1985: 41). c. Korban perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seseorang laki-laki terhadap seorang perempuan dengan cara menurut moral dan/atau hukum yang berlaku adalah melanggar (Soetandyo Wignjosoebroto, 1997: 25). d. Viktimologi adalah suatu studi atau pengetahuan ilmiah yang mempelajari masalah korban kriminal sebagai suatu masalah manusia merupakan suatu kenyataan sosial (Arif Gosita, 1985: 12). e. Ganti kerugian adalah hak seseorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 ayat (22) KUHAP).

12 E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam membaca dan memahami isi dari skripsi ini, maka penulis menyusun kedalam lima bab, yang isinya mencerminkan susunan dan ciri sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Merupakan bab yang isinya memuat latar belakang penulisan, dan uraian latar belakang tersebut kemudian disusun pokok yang menjadi permasalahan dalam penulisan selanjutnya serta memberikan batasan-batasan penulisan. Selain itu pada bab ini juga memuat tujuan dan kegunaan dari penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Merupakan bab pemahaman pada pengertian tindak pidana perkosaan, korban perkosaan, pengertian viktimologi, tujuan viktimologi dan manfaatnya serta pengertian ganti kerugian dalam tindak pidana perkosaan. III. METODE PENELITIAN Pada bab ini menguraikan tentang metode-metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini yang menunjukan langkah-langkah dalam pendekatan masalah, langkah-langkah penelitian, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan data dan pengolahan data serta analisis data.

13 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan tentang berbagai hal yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini yang menjelaskan tentang karakteristik responden, tinjauan viktimologi terhadap ganti rugi korban tindak pidana perkosaan serta faktor penghambat dalam proses pelaksanaan ganti rugi terhadap korban tindak pidana perkosaan. V. PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, selanjutnya terdapat juga saran-saran penulis yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

14 DAFTAR PUSTAKA Arif Setiawan, Muhammad. 1992. Kedudukan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana. Jakarta. Gosita, Arif. 1985. Viktimologi dan KUHAP. Akademika Presindo. Jakarta. 1993. Masalah Korban Kejahatan. Akademika Presindo. Jakarta. Prodjodikoro, Wirjono. 1998. Asas-asas Hukum di Indonesia. PT. Eresco Jakarta. Bandung Purnomo, Bambang. 2002. Hukum dan Viktimologi, Bahan Kuliah Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Pidana Universitas Padjadjaran Bandung. Soetandyo, Wignjosoebroto. 1997. Kejahatan Perkosaan Telaah Teoritik Dari Sudut Tinjau Ilmu-Ilmu Sosial, dalam Perempuan Dalam Wacana Perkosaan. Yogyakarta. Undang-Undang No. 8, LN. No. 76 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).