BAB I PENDAHULUAN. membentuk badan usaha. Salah satu badan usaha yang mendukung perekonomian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tumbuhnya perekonomian nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Ucapan Terima Kasih... ii Abstrak... v Daftar Isi...vii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

2015 PENGARUH PERPUTARAN MOD AL KERJA TERHAD AP LABA OPERASI PAD A PERUSAHAAN MANUFAKTUR BAN YANG TERD AFTAR D I BURSA EFEK IND ONESIA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan masyarakat pada umumnya. Menurut Undang-undang. kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ekonomi sekarang ini berdampak pada semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Statistik Keuangan Koperasi Karyawan Perum Peruri (KOPETRI)

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. daya saing yang kuat agar tetap mampu bertahan di tengah persaingan yang

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BAB II LANDASAN TEORITIS

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seperti tertuang dalam Pasal 33 Ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

Menimbang : a. Mengingat : 1.

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk membangun perekonomian Indonesia yaitu dengan memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, bahkan Dr. Muhammad Hatta, salah seorang Proklamator Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berasaskan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 33 ayat (1) yang berbunyi perekonomian Indonesia disusun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha, yaitu sektor negara, swasta

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pengaturan terhadap sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian dunia yang mengalami perubahan atas krisis dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif,

PEMERINTAH KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. lalu, kita dihadapkan kepada perdagangan bebas yang menimbulkan pasar yang lebih

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

L2

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

IG: Website: manda.sharingaddicted.com

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 dinyatakan bahwa koperasi adalah bangun

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini dan semakin pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2014

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KOKEDA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan suatu kumpulan orang orang yang menjadi anggota

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah ketika diberlakukannya Kawasan Perdagangan Bebas

BAB I PENDAHULUAN. koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dalam penjelasannya

ABSTRAK. Kata Kunci :Tingkat Perputaran Aktiva Lancar, Perputaran Modal Kerja, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Koperasi, Profitabilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat demi peningkatan perekonomian di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA SAWAHLUNTO PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 13 TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang menuju pada era globalisasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 14 TAHUN 2013 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berjalan demikian pesat mempengaruhi

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan yang terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan dapat mempertahankan posisi pasarnya di tengah-tengah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan dampak globalisasi dapat. menciptakan peluang bagi koperasi untuk meningkatkan kemampuan guna

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 2 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. syariah merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsipprinsip

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAGIAN SHU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYEJAHTERAKAN ANGGOTA KOPERASI BINTANG SAMUDRA

BAB III METODOLOGI ANALISIS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu usaha untuk membangun perekonomian negara adalah dengan membentuk badan usaha. Salah satu badan usaha yang mendukung perekonomian negara dengan asas kekeluargaan dan dengan mengutamakan kepentingan bersama khususnya bagi seluruh anggotanya adalah koperasi. Koperasi berperan penting terhadap pembangunan perekonomian negara karena koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan, itu tercantum pada Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 1 ayat(1) dan dipertegas pada Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat(1) yang menyatakan bahwa Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari website resmi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (http://www.depkop.go.id/) sebagai berikut : Pertumbuhan koperasi Indonesia meningkat cukup signifikan dari tahun 2006 hingga tahun 2011, yaitu sekitar 25%. Namun masih sedikit koperasi yang mempunyai asset dan volume perdagangan usaha yang besar. Hingga kini belum terlihat koperasi di Indonesia yang memiliki ratusan atau bahkan ribuan pabrik yang mengola bahan baku hingga menjadi produk akhir seperti di Belanda, New Zealand, dan Australia. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditas pertanian terbesar di dunia, dan seharusnya Indonesia dapat mengolahnya menjadi produk jadi. Hal ini disebabkan karena kurangnya modal yang terhimpun dalam koperasi di Indonesia.

2 Menurut Nadratuzzaman yang merupakan staf ahli Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) pada website resmi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menyatakan bahwa : Koperasi juga harus memiliki modal yang besar, lebih produktif dan lebih efisien agar mampu beroperasi dengan volume perdagangan yang besar seperti di Belanda, New Zealand, dan Australia. Selain modal sebagai faktor utama, ada juga faktor-faktor lain yang menghambat tumbuhnya koperasi Indonesia yaitu terdapatnya masalah baik itu di dalam koperasi itu sendiri ataupun permasalahan yang timbul dari luar koperasi. Permasalahan internal yang terjadi pada koperasi Indonesia Berdasarkan website resmi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (http://www.depkop.go.id/) dapat disimpulkan diantaranya karena banyaknya pengurus koperasi yang telah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas. Adanya rangkap jabatan pengurus koperasi dan ini akan berakibat pada fokus perhatiannya terhadap pengelolaan koperasi berkurang sehingga kurang menyadari adanya perubahan-perubahan lingkungan. Adanya ketidakpercayaan anggota koperasi terhadap manajemen koperasi itu sendiri menimbulkan kesulitan dalam memulihkan keadaan perekonomian koperasi itu sendiri. Karena keterbatasan dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan fasilitas (mesin-mesin) hal ini mengakibatkan harga pokok yang relatif tinggi sehingga mengurangi kekuatan bersaing koperasi. Administrasi koperasi belum memenuhi standar sehingga penyediaan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap, demikian pula data statistiknya, kebanyakan kurang memenuhi kebutuhan. Juga karena kurangnya solidaritas anggota untuk berkoperasi, dan di lain pihak anggota lebih banyak berhutang kepada koperasi. Sedangkan permasalahan ekternal diantaranya adalah

3 karena bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi, tanggapan masyarakat sendiri terhadap koperasi; karena kegagalan koperasi pada waktu yang lalu tanpa adanya pertanggungjawaban kepada masyarakat yang menimbulkan ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi, juga tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru menciutkan usaha. Salah satu koperasi yang masih berdiri dan memiliki komitmen untuk maju karena didukung oleh anggota dan pengurus adalah Pusat Koperasi Polisi daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar). Puskoppolda Jabar merupakan koperasi yang masih berdiri sejak tahun 1976 dan masih terus berkembang. Puskoppolda Jabar sebagai organisasi ekstra struktural Polda Jabar merupakan koperasi fungsional, dimana berperan membantu Pimpinan Polda Jabar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota Polri, PNS beserta keluarganya. Puskoppolda Jabar juga merupakan koperasi sekunder yaitu yang didirikan dan beranggotakan koperasi primer (Primkoppol-Primkoppol). Salah satu prestasi yang dimiliki koperasi ini yaitu sebagai pembina dan pengembang gerakan koperasi di jajaran Polda Jabar. Dengan demikian pengembangan usaha bagi Puskoppolda Jabar perlu dilakukan agar dapat tetap bertahan ditengah persaingan dengan badan usaha lainnya di era globalisasi ini. Melalui kerjasama dengan lembaga keuangan, mitra usaha lainnya dan sesama gerakan koperasi, terutama koperasi Polisi serta kerjasama dengan pihak lainnya perlu dilakukan untuk mempertahankan

4 eksistensinya, juga untuk menjalankan tugas khususnya yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi, yaitu anggota Polisi beserta PNS. Bidang usaha yang dijalankan Puskoppolda Jabar ini terdiri dari usaha simpan pinjam dan usaha dagang, namun usaha yang lebih besar dalam menghasilkan laba adalah pada usaha dagangnya. Untuk mendukung kemajuan dan pengembangan usaha dagang Puskoppolda Jabar yang disertai dengan kejujuran pengurus dan kesetiaan anggota adalah pendapatan usaha yang semakin meningkat sehingga berdampak pada laba bersihnya. Laba dalam koperasi dikenal dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan koperasi agar dapat bertahan dan terjamin kelangsungan usahanya. Menurut Undang-Undang No.25 tahun 1992 pasal 45 ayat 1 dinyatakan bahwa Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sehingga SHU pada badan usaha lain lebih tepat dikatakan sebagai laba bersih. Menurut Kuswandi (2005:17) Secara sederhana, laba adalah pendapatan dikurangi seluruh beban/biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian maka Sisa Hasil Usaha adalah fungsi dari pendapatan dan beban. Dalam kegiatan operasi, SHU digunakan untuk keperluan pendidikan koperasi, usaha koperasi di masa yang akan datang dan kepentingan lain sesuai dengan keputusan Rapat Anggota yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.

5 Laporan keuangan koperasi terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, rencana dan realisasi anggaran belanja, juga data-data mengenai berbagai kegiatan operasi koperasi. Dengan mencermati laporan laba-rugi maka dapat diketahui seberapa besar uang yang bisa dihasilkan, seberapa besar biaya yang dikeluarkan dan seberapa besar SHU yang dihasilkan serta untuk mengetahui seberapa baik kinerja operasional koperasi khususnya pada keuntungan yang dihasilkan. Pada Puskoppolda Jabar target SHU yang diharapkan dengan realisasi SHU yang didapatkan sering tidak sesuai, yaitu pada kenyataannya SHU yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenaikan SHU yang diharapkan dari tahun sebelumnya. Pada Puskoppolda Jabar kenaikan SHU yang diharapkan adalah sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Berikut merupakan gambaran besarnya persentase keberhasilan target SHU yang diharapkan dengan realisasinya. Tabel 1.1 Persentase Keberhasilan Kenaikan SHU 20% dari Tahun Sebelumnya Pusat Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat Tahun Realisasi SHU Kenaikan SHU sebesar 20% Persentase Keberhasilan 2002 Rp 155.596.642,21 Rp 154.147.584,00 1% 2003 Rp (22.525.690,00) Rp 86.715.970,65-929% 2004 Rp 108.290.880,00 Rp (18.020.552,00) 117% 2005 Rp 282.150.946,00 Rp 129.949.056,00 54% 2006 Rp 252.995.662,00 Rp 338.581.135,20-34% 2007 Rp 405.582.423,00 Rp 303.594.794,40 25% 2008 Rp 503.849.284,00 Rp 486.698.907,60 3% 2009 Rp 237.606.989,00 Rp 604.619.140,80-154% 2010 Rp 234.853.183,00 Rp 285.128.386,80-21% 2011 Rp 371.734.532,00 Rp 281.823.819,60 24% (Sumber: laporan tahunan Puskoppolda Jabar (data diolah kembali)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 6 Berikut adalah grafik data mengenai perbandingan antara anggaran laba bersih dengan realisasi laba bersih pada Puskoppolda Jabar untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Dalam Rupiah 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 Realisasi SHU Target Kenaikan SHU 0-200.000.000 Tahun (Sumber: laporan tahunan Puskoppolda Jabar (data diolah kembali) Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Target Kenaikan SHU dengan Realisasi SHU Pusat Koperasi Polisi daerah Jawa Barat Dari tabel 1.1 dan gambar 1.1 dapat terlihat SHU (standar SHU) yang diharapkan mengalami kenaikan sebesar 20% dari tahun sebelumnya selama 10 tahun belum semuanya sesuai dengan harapan Puskoppolda Jabar. Kenaikan yang diharapkan tersebut yang sesuai dengan standar SHU koperasi hanya tercapai dalam enam tahun saja, sedangkan sisanya belum sesuai dengan harapan atau dengan kata lain Puskoppolda Jabar belum berhasil mendapatkan SHU sesuai dengan kenaikan yang diharapkan (standar SHU minimum). Ini merupakan salah

7 satu masalah yang dihadapi oleh Puskoppolda Jabar, karena salah satu tujuan utama koperasi ini belum dapat terwujud dengan baik. SHU adalah selisih lebih antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soemarso S. R. (2002:234) mengenai laba yaitu Laba bersih merupakan selisih lebih antara jumlah pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian. Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU menurut Lukman Syamsudin (2007:59) adalah Besarnya perolehan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya modal kerja, biaya bahan baku, pengalaman, harga jual dan inovasi produk. Penyataan tersebut sesuai dengan beberapa penelitian yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi SHU atau laba seperti yang dikemukakan oleh Novi Indah Budiarti (2006) pada hasil penelitiannya menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan yang didapatkan adalah promosi, karena dengan adanya promosi yang baik maka pendapatan dapat meningkat dan laba pun meningkat. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Anisah (2010) menyatakan bahwa pengendalian biaya produksi, biaya pemeliharaan, biaya operasional berpengaruh terhadap besarnya laba yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan oleh Tika Karinawati (2012) menujukkan bahwa volume penjualan berpengaruh terhadap SHU yang dihasilkan. Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa SHU dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya biaya-biaya yang

8 dikeluarkan, promosi atau cara pemasaran yang dilakukan, volume penjualan dan juga masih banyak terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya laba yang dihasilkan seperti modal kerja, harga pokok penjualan ataupun besarnya bunga pinjaman serta masih banyak faktor lainnya. Pada Puskoppolda Jabar, modal atau dana yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi sehari-harinya menjadi salah satu masalah yang menghambat kegiatan operasional koperasi, sehingga mempengaruhi kinerja koperasi yang mengakibatkan penurunan pendapatan juga pemanfaatan modal kerja yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu dalam penelitian ini modal kerja dijadikan salah satu variabel yang perlu dikaji karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi SHU. Sementara itu variabel yang melibatkan pengaruh modal kerja terhadap SHU juga belum banyak yang meneliti. Sebuah koperasi harus menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya agar tetap hidup dalam jangka waktu yang lama. Jika biayanya jauh lebih rendah dari pendapatan yang artinya jika SHU bernilai tinggi maka koperasi tersebut memiliki fundamental yang kuat untuk tumbuh dan berkembang. Maka untuk dapat melangsungkan kegiatan operasional koperasi memerlukan modal, dan modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari koperasi disebut dengan modal kerja. Gambaran modal kerja pada Puskoppolda Jabar yaitu modal kerja pada koperasi ini cukup atau bahkan pada beberapa tahun terakhir berbanding terbalik dengan SHU yang dihasilkan, yaitu modal kerja yang terlalu berlebih dan SHU yang terus menurun. Kelebihan atas modal kerja pada Puskoppolda Jabar ini

9 mengakibatkan kemampuan SHU menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana koperasi. Hal ini menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu menggunakan modal kerja secara efisien atau tidak produktif. Sebagian modal kerja Puskoppolda Jabar dipinjam dari bank maka koperasi mengalami kerugian dalam membayar bunga. Menurut data yang diperoleh dari Laporan Tahunan Pengurus dan Badan Pemeriksa Puskoppolda Jabar hambatan yang terjadi selama 10 tahun adalah sebagian besar dikarenakan masalah di bidang permodalan diantaranya adalah modal lancar yang sangat minim, karena sebagian besar tertanam pada tanah, kendaraan, dan investasi. Modal usaha yang ada masih kurang mendukung permodalan untuk pengembangan usaha yang lebih besar, sementara modal yang ada diprioritaskan untuk usaha-usaha yang telah berjalan seperti usaha simpan pinjam dan unit usaha lainnya. Juga belum adanya kredit lunak yang disalurkan oleh dinas koperasi UKM bagi koperasi fungsional, maka dari itu perlu upaya mendapatkan kredit lunak yang lain. Sehingga mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif atau tidak digunakan untuk kegiatan operasi koperasi secara efisien. Masalah lain yang dialami oleh Puskoppolda Jabar selama sepuluh tahun terakhir ini menghambat kegiatan operasional koperasi, sehingga mempengaruhi kinerja koperasi yang mengakibatkan penurunan pendapatan juga pemanfaatan modal kerja dengan sebaik-baiknya. Masalah tersebut diantaranya kurangnya tenaga profesional khusus bidang perkoperasian yang ditempatkan di Puskoppolda Jabar sehingga sulit mengembangkan koperasi, masih adanya pengurus yang

10 merangkap jabatan dengan jabatan struktural, adanya jabatan yang kosong sehingga roda organisasi tidak berjalan seperti semestinya, kurangnya pemahaman dalam penelitian program kerja yang realistis mengenai sasaran dan dukungan anggaran yang dapat dicapai, juga kurangnya kerjasama dengan mitra usaha lain. Manajemen keuangan dimaksudkan untuk mengelola aliran dana yaitu modal kerja untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka modal merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta membangun tatanan perkoperasian nasional. Ditegaskan oleh Agnes Sawir (2005:129) yang menuturkan bahwa Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut data yang telah diperoleh dari lima penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anny Yuliany (2004), Silmy Rasyid (2008), Nia Yuniar (2009), Affiq Taufiq Hidayat (2010), dan Yudi Aldiansyah (2010) dengan jenis penelitian yang sama, yaitu meneliti tentang pengaruh modal kerja terhadap laba menghasilkan hasil penelitian yang berbeda. Dari lima penelitian tersebut, empat penelitian diantaranya menyatakan bahwa terdapat pengaruh modal kerja terhadap laba, sedangkan hasil penelitian Yudi Aldiansyah menyatakan bahwa sama sekali tidak terdapat pengaruh pada modal kerja terhadap laba. Ini merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk dilakukannya penelitian, dan untuk membuktikan

11 adanya pengaruh atau tidak terdapatnya pengaruh modal kerja terhadap SHU di Puskoppolda Jabar. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa laba tidak hanya dipengaruhi oleh beberapa faktor saja seperti penjualan, permintaaan, suplai, tenaga kerja tapi juga modal kerja. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai modal kerja dan SHU juga membuktikan terdapatnya pengaruh modal kerja terhadap SHU pada Puskoppolda Jabar. Atas dasar tersebut peneliti akan mengungkap permasalahan tersebut dalam judul penelitian : Pengaruh Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha Pada Pusat Koperasi Polisi daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar) 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan laporan tahunan pengurus Puskoppolda Jabar terdapat beberapa penurunan SHU yang terjadi. SHU yang diharapkan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, ternyata pada kenyataannya terdapat beberapa kali penurunan. Modal kerja yang dimiliki cukup namun tidak digunakan secara produktif. Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran modal kerja pada Pusat Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar).

12 2. Bagaimana gambaran Sisa Hasil Usaha pada Pusat Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar). 3. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap Sisa Hasil Usaha pada Pusat Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar). 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada masalah yang dikemukakan, maka maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisis serta menginterprestasikan data dan informasi tersebut. Khususnya adalah untuk menggambarkan data dan informasi mengenai modal kerja, SHU dan pengaruh modal kerja terhadap SHU pada Puskoppolda Jabar. Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana gambaran modal kerja pada Pusat Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar). 2. Untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana gambaran Sisa Hasil Usaha pada Pusat Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar). 3. Untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana pengaruh modal kerja terhadap Sisa Hasil Usaha pada Pusat Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat (Puskoppolda Jabar). 1.4 Kegunaan Penelitian

13 Setelah melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut : 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu bahan referensi untuk lebih memahami dan memperkuat teori atau konsep mengenai laba bersih khususnya pada badan usaha koperasi yang dipengaruhi oleh modal kerja. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Puskoppolda Jabar Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai modal kerja dan SHU yang dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi pihak manajemen Puskoppolda Jabar dalam mengevaluasi kebijakan yang berkaitan dengan kinerja modal kerja yang baik untuk dapat menghasilkan jumlah SHU yang optimal. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pendalaman materi pada mata kuliah manajemen keuangan dan dapat dijadikan perbandingan antara teori yang telah didapatkan dari bangku kuliah dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan mengenai laba dan juga pengaruh modal kerja terhadap SHU yang dihasilkan. 3. Bagi Pihak Lain Dengan adanya informasi mengenai SHU dan juga pengaruh modal kerja terhadap SHU yang dihasilkan ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan referensi bagi peneliti lain.

14