nalisis Pengaruh Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem -Gresik NLISIS PENGRUH GNGGUN BEBN LEBIH PD INTER BUS TRNSFORMER (IBT) TERHDP KINERJ OVER LOD SHEDDING (OLS) DI SUBSISTEM KRIN-GRESIK Ilda Nurida Teknik Elektro, Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail : ildanuridaa@gmail.com Tri Wrahatnolo Teknik Elektro, Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail : triwrahatnolo@unesa.ac.id bstrak Inter Bus Transformer (IBT) sebagai unsur utama dalam sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Penyaluran daya dapat terhambat akibat adanya gangguan yang mengakibatkan kerusakan dan berkurangnya lifetime pada peralatan. yang sering terjadi pada IBT yaitu gangguan beban lebih, kondisi ini dapat diatasi dengan penerapan strategi pelepasan beban secara otomatis (Over Load Shedding). Penerapan strategi OLS bertujuan untuk menghindari pemadaman yang meluas pada subsistem. Penelitian ini menggunakan studi kasus subsistem -Gresik yang merupakan salah satu sistem kelistrikan rea Jawa Timur. Tujuan penelitian yaitu menganalisis pengaruh beban lebih pada IBT 1,2 terhadap kinerja OLS untuk melakukan proses pelepasan beban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis gangguan beban lebih pada IBT 1,2 berdasarkan contingency screening dengan menguji lima kontingensi diantaranya terdapat IBT yang mengalami pembebanan >8%, sehingga memberikan pengaruh terhadap kinerja OLS serta tegangan bus mengalami undervoltage pada sistem 15 kv yaitu 142,5 kv (-5% dari tegangan nominal) dan sistem 7 kv yaitu 63 kv (-1% dari tegangan nominal). Diketahui tingkat gangguan beban lebih tertinggi pada kontingensi ke- 2 dengan gangguan PLTU Gresik, PLTGU Block 3 dan yang mengakibatkan IBT 1 mengalami pembebanan lebih sebesar 524,7 MW (124%) dengan nilai arus sebesar 2.793. Kondisi ini dinyatakan ekstrim, sehingga menyebabkan OLS tahap kedua bekerja melepaskan beban sebesar 249,7 MW. Kata Kunci: Beban Lebih, Inter Bus Transformer, Over Load Shedding. bstract Inter Bus Transformer (IBT) as a key element in the distribution system and electrical power distribution. The distribution of power may be hampered due to a disturbance resulting in damage and reduced lifetime on the equipment. Disturbance that often occurs on the IBT is over load disturbance, this condition can be overcome with the implementation strategy of automatically load shedding (Over Load Shedding). pplication of OLS strategy aims to avoid widespread outages in the subsystem. This study uses a case study of -Gresik subsystem which is one of the electrical system of the rea Jawa Timur. The research objective is to analyze the effect of load on the 1st and 2nd IBT on the performance of OLS to perform load shedding process. The results showed that over load interference analysis on the 1st and 2nd IBT based on contingency screening by testing five contingency, one of it have IBT experiencing loading >8%, so as to give effect to the performance of OLS and bus voltage experiencing undervoltage at 15 kv system is 142.5 kv (-5% of nominal voltage) and a system of 7 kv is 63 kv (-1% of nominal voltage). Discovered the highest load disruption level on 2th contingency with disturbance of PLTU Gresik, PLTU Block 3 and 2nd IBT resulting 1st IBT experiencing excess loading as 524,7 MW (124%) with a rated current as 2.793. This condition is declared extreme, causing the second stage OLS working off a load as 249,7 MW. Keywords: Overload, Inter Bus Transformator, Over Load Shedding. PENDHULUN Inter Bus Transformer (IBT) merupakan peralatan gardu induk yang vital sebagai unsur utama dalam sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Dalam operasi penyaluran tenaga listrik, IBT berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya dari sisi pembangkit ke pusat beban. Penyaluran energi listrik ke konsumen dapat terhambat akibat adanya gangguan yang mengakibatkan kerusakan dan berkurangnya lifetime pada peralatan sehingga peralatan tidak memenuhi kriteria single contingensi (N-1). 23
nalisis Pengaruh Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem -Gresik Volume 5 Nomor 3 Tahun 216, - 28 yang sering terjadi pada pengoperasian sistem tenaga listrik dalam menyalurkan daya yaitu gangguan arus lebih yang disebabkan oleh kelebihan beban (overload) pada IBT maupun saluran. Untuk menghindari terjadi gangguan overload, maka perlu dilakukan proses pelepasan beban secara otomatis yaitu Over Load Shedding (OLS). Penerapan strategi dimaksudkan untuk mendeteksi adanya arus lebih mengalir pada IBT maupun saluran transmisi bertujuan untuk melindungi sistem dari gangguan arus lebih. Pertumbuhan beban rata-rata sistem Jawa Bali pada tahun 211 hingga 214 mencapai 7,4% dan pertumbuhan instalasi mencapai 5,4%. Tingginya pertumbuhan beban yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan instalasi menyebabkan pembebanan instalasi tersebut semakin meningkat, sehingga terdapat peralatan instalasi berupa IBT maupun penyaluran dengan kondisi yang sudah tidak memenuhi kriteria N-1 serta pembebanannya mencapai lebih 6% (Fariz H,216). Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, peneliti bertujuan mengkaji tentang analisis pengaruh gangguan beban lebih pada IBT terhadap kinerja OLS di subsistem - Gresik menggunakan software ETP 12.6. Daya transformator dapat dirumuskan dengan persamaan berikut : S = x V x I (2) Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan persamaan berikut : Rating dan Klasifikasi Transformator Daya Rating transformator daya dibuat berdasar pada kemampuan transformator menyalurkan daya pada tingkat tegangan tertentu, dan frekuensi di bawah kondisi operasi biasanya tanpa melebihi temperatur internal yang telah dibatasi. Umur transformator daya secara normal diharapkan berkisar 3 tahun ketika beroperasi dengan rating yang telah ditentukan. Namun dalam beberapa kondisi tertentu, kemungkinan terjadi overload dan operasi melebihi rating yang ada sehingga menyebabkan memperpendek umur transformator. (1) (3) KJIN PUSTK Transformator Transformator atau trafo merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah maupun sebaliknya. Dalam bentuknya yang paling sederhana, transformator terdiri atas dua kumparan dan satu induktansi mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang dibelit oleh inti besi. Gambar 1. Konstruksi transformator Prinsip kerja transformator menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum ampere dan induksi faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat membangkitkan medan magnet dan perubahan medan magnet atau fluks medan magnet dapat membangkitkan tegangan induksi. Dalam menghitung arus nominal pada transformator daya dapat ditentukan dengan persamaan, sebagai berikut : Gambar 2. Transformator Daya Transformator terdapat tiga jenis, yaitu transformator step up dengan tegangan 23,5 kv/5 kv kv dan 11,5 kv/15 kv, transformator sedang atau Inter Bus Transformator dengan tegangan 5/15 kv dan 15/7 kv, transformator step down dengan tegangan 15/2 kv dan 7/2kV. Beban Lebih Pada Transformator beban lebih bukan merupakan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan. beban lebih sering terjadi terutama pada generator, transformator daya, dan saluran transmisi. Pada transformator daya bagian sekunder yang menyalurkan energi listrik pada konsumen akan memutuskan aliran beban melalui relai beban lebih jika konsumsi tenaga listrik oleh konsumen melebihi kemampuan transformator tersebut. (Tobing, 23) Halhal yang dapat dilakukan dalam mengatasi kondisi
nalisis Pengaruh Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem -Gresik gangguan beban lebih yaitu mengoptimalkan kapasitas pembangkit, pelepasan beban (load shedding), dan pemisahan sistem (islanding). Dampak Beban Lebih beban lebih dapat mempengaruhi antara daya yang dibangkitkan dan permintaan beban sehingga dapat menyebabkan beberapa hal yang dapat mengganggu kestabilan sistem, yaitu penurunan tegangan sistem (undervoltage) merupakan fenomena jatuhnya tegangan yang berkelanjutan akibat adanya gangguan beban lebih (overload), sehingga mengakibatkan sistem kelistrikan mengalami pemadaman total (blackout). Berdasarkan aturan jaringan sistem Jawa Bali tahun 27, tegangan operasi sistem harus dipertahankan dan diusahakan agar nilai tegangan masih dalam batasan operasi sistem. Tabel 1. Batasan operasi tegangan sistem (Sumber : Permen ESDM No. 3 tahun 27) Pada skema pelepasan beban menjelaskan apabila terjadi gangguan hingga menyebabkan trip maka OLS akan bekerja dan memberikan sinyal melalui teleproteksi (TP). Kemudian akan membuat OCR tahap pertama bekerja dan memutus beban terpilih, namun bila kondisi tersebut tidak mengurangi gangguan beban lebih maka OCR tahap kedua akan bekerja. Penerapan Pola Over Load Shedding (OLS) Penerapan pola pelepasan beban lebih ini dimaksudkan sebagai mengantisipasi untuk mengindari pemadaman yang meluas akibat terjadinya pembebanan lebih pada IBT atau saluran transmisi. Penerapan skema pelepasan beban dengan menggunakan OLS pada IBT merupakan pengaman agar tidak terjadi overload pada IBT yang beroperasi yaitu dengan melepaskan sebagian beban atau memadamkan sebagian beban konsumen sehingga pasokan daya yang melalui IBT dapat diturunkan hingga beban mencapai batas kemampuan IBT. No Tegangan Nominal Maksimal Minimal kv % kv % 1 5 kv 525 + 5% 475-5% 2 15 kv 157.5 + 5% 135-1% 3 7 kv 73.5 + 5% 63-1% 4 2 kv 21 + 5% 18-1% Diperlukannya batasan operasi tegangan sistem berkaitan dengan pengaruh ketidakstabilan sistem dan kualitas tegangan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan. Over Load Shedding (OLS) Over Load Shedding (OLS) merupakan defene scheme atau pertahanan sistem yang direncanakan khusus untuk mengatasi kondisi sistem kritis dalam mempertahankan integritas sistem dengan menggunakan relai pengaman arus lebih (OCR). Pada prinsipnya OLS bekerja atas dasar arus diatur pada suatu harga arus dibawah arus nominalnya (I n) dan kemudian akan memberikan perintah terhadap PMT untuk melaksanakan pelepasan beban (Ivan S, 213). Gambar 3. Skema pelepasan beban Gambar 4. Penerapan OLS pada IBT (a) Kondisi normal (b) Kondisi setelah gangguan tanpa OLS (c) Kondisi setelah gangguan dengan OLS Penerapan OLS pada IBT (a) mengilustrasikan penerapan OLS pada IBT yang bekerja secara paralel. Kedua IBT tersebut melayani beban sebesar 5 MW dan diasumsikan bahwa kapasitas maksimum IBT adalah 4 MW (b) terlihat bahwa IBT 1 mengalami trip maka akan terjadi overload pada, jika tidak dilengkapi dengan OLS maka IBT maka dalam waktu beberapa saat akan ikut trip (c) Namun jika dilengkapi dengan OLS maka IBT masih dapat beroperasi normal ketika bebannya telah dikurangi dengan melepaskan beban sesuai dengan kemampuan maksimummnya. 25
nalisis Pengaruh Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem -Gresik Volume 5 Nomor 3 Tahun 216, - 28 METODE Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengamatan pada objek dalam mengumpulkan data parameter untuk menganalisis bagaimana pengaruh gangguan beban lebih pada IBT terhadap kinerja OLS dengan simulasi sistem menggunakan software ETP 12.6. Sistem yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu subsistem - Gresik yang memiliki IBT dengan pembebanan melebihi batas rating nominalnya. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. PLN (Persero) PB Jawa Timur yang berlokasi di Jl. Suningrat No. 45 Taman Sidoarjo, Jawa Timur. Waktu penelitian pada tanggal 8 Februari hingga Juni 216. Teknik nalisis Data nalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan dalam rangka merumuskan kesimpulan, seperti dijelaskan pada diagram alir sebagai berikut: Mulai Pengumpulan data dan studi literatur Pemodelan Single Line Diagram sistem menggunakan software ETP 12.6 Menginput data parameter Pemodelan basecase berdasarkan data realisasi operasi nalisis HSIL DN PEMBHSN Pada Penelitian tugas akhir ini, gangguan beban lebih yang akan disimulasikan terjadi pada IBT 1,2 yang diiringi dengan lepasnya pembangkit di tegangan sistem 15 kv. Untuk melakukan pengujian serta menganalisis simulasi yang dilakukan berdasarkan hasil contingency screening diantaranya terdapat 5 kombinasi kontingensi yang terdiri dari kombinasi kontingensi ke-17 hingga ke- 21. Hasil pengujian gangguan beban lebih terhadap IBT 1,2 disubsistem -Gresik yang telah dilakukan dengan menggunakan software ETP 12.6 memperoleh hasil berupa pengaruh gangguan beban lebih, tingkat gangguan beban lebih, serta kinerja OLS pada IBT 1,2 dalam melakukan tahapan pelepasan beban sesuai skema OLS. Ke - ke-17 ke-18 ke-19 ke-2 ke-21 Tabel 2. Hasil pengujian gangguan beban lebih terhadap IBT 1,2 Kondisi Subsistem IBT 1 MV MW MV MW 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6 242,5 272,1 1,47 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6 PLTU Gresik 314,8 399,3 1,536 314,8 399,3 1,536 448,3 591 2,274 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6 PLTGU Block 3 222,8 262,6 11 222,8 262,6 11 321 385,4 1,483 166,8 185,4 713,6 166,8 185,4 713,6 PLTU Gresik 314,8 399,3 1,536 314,8 399,3 1,536 PLTGU Block 3 37,3 486 1,87 37,3 486 1,87 524,7 725,9 2,793 166,8 185,4 713,4 166,8 185,4 713,6 PLTGU Block 1 299,3 37,6 1,425 299,3 37,6 1,425 427,8 547,3 2,16 Dari hasil tersebut dapat diketahui kondisi IBT 1 mengalami pembebanan lebih yang akan memberikan pengaruh terhadap kinerja OLS pada IBT 1. Sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui kondisi IBT 1 seperti ditunjukkan pada grafik berikut. Ket OLS Tahap 1 OLS Tahap 2 OLS Tahap 1 Menentukan target pelepasan beban Simulasi liran daya IBT mengalami overload? Tidak Sistem man Selesai Ya Melakukan Over Load Shedding Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian 9 8 7 6 5 4 3 2 1 PEMBEBNN IBT 1 KRIN ke- 17 ke- 18 ke- 19 ke- 2 ke- 21 MW 166.8 244.5 448.3 321 524.7 427.8 MV 185.4 272.1 591 385.4 725.9 547.3 rus 214.1 314.2 682.4 445.1 838.2 632 Gambar 6. Grafik tingkat pembebanan pada IBT 1
nalisis Pengaruh Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem -Gresik BEBN IBT 1 KRIN ( %) BEBN IBT (MW) Pengujian kontingensi menjelaskan tingkat beban yang ditanggung oleh IBT 1 serta arus yang mengalir saat kondisi kontingensi. Sehingga didapatkan presentase tingkat pembebanan pada IBT 1. 15% 135% 12% 15% 9% 75% 6% 45% 3% 15% % PRESENTSE PEMBEBNN IBT 1 KRIN ke-17 ke-18 ke-19 ke-2 ke-21 Beban 4% 57% 15% 75% 124% 1% Gambar 7. Grafik presentase tingkat pembebanan pada IBT 1 Selain mempengaruhi kinerja OLS pada IBT 1,2, gangguan beban lebih memberikan pengaruh terhadap perubahan tegangan bus pada subsistem. Terdapat beberapa bus mengalami undervoltage, pada sistem 15 kv mengalami kondisi marginal sebesar 142,5 kv (-5% nominal) dan bus 7 kv mengalami kondisi kritikal sebesar 63 kv (-1% nominal). 45 375 3 225 15 75 166.8 314.8 PLTU Gresik 448.3 krian 376.8 OLS Tahap 1 166.8 314.8 448.3 376.8 Gambar 8. Grafik pembebanan pada skenario kedua Skenario 3 ( Ke-19) Subsistem mengalami gangguan pada PLTGU Block 3 dan, gangguan ini menyebabkan subsistem kekurangan pasokan daya tanpa adanya peningkatan daya mampu dari pembangkit. Dalam hal ini, IBT 1 akan menanggung beban sebesar 321 MW (75%). rus yang mengalir pada IBT 1 disisi primer sebesar sebesar 445,1 dan sekunder sebesar 1.483,44. Pada kondisi ini arus yang mengalir disisi sekunder belum menyentuh batasan relai OLS sehingga kondisi masih normal. Skenario 1 ( Ke-17) Subsistem mengalami gangguan pada, kondisi dimana salah satu pemasok utama pada subsistem yaitu terlepas dari sistem. Dalam hal ini, IBT 1 akan menanggung beban sebesar 242,5 MW (57%). rus yang mengalir pada IBT 1 disisi primer sebesar sebesar 314,19 dan sekunder sebesar 1.47,31. Pada kondisi ini arus yang mengalir disisi sekunder belum menyentuh batasan relai OLS sehingga kondisi masih normal. Skenario 2 ( Ke-18) Subsistem mengalami gangguan pada PLTU Gresik dan, gangguan ini menyebabkan subsistem kekurangan pasokan daya tanpa adanya peningkatan daya mampu dari pembangkit. Dalam hal ini, IBT 1 akan menanggung beban sebesar 448,3 MW (15%). rus yang mengalir pada IBT 1 disisi primer sebesar sebesar 682,42 dan sekunder sebesar 2.274,76. Pada kondisi ini arus yang mengalir di sisi sekunder telah menyentuh batasan relai OLS sehingga OLS bekerja melepas beban. Pelepasan beban pada skenario kedua dilakukan dalam satu tahap, pada tahap pertama beban OLS memutuskan PMT 15 kv penghantar Driyorejo dan PMT 15 kv penghantar Babadan. Jumlah titik beban yang dilepas pada tahap pertama sebanyak 7 titik, dengan total daya yang dilepas sebesar 142,3 MW. Skenario 4 ( Ke-2) Subsistem mengalami gangguan pada PLTU Gresik dan PLTGU block 3, kondisi dimana dua pembangkit pada subsistem mengalami gangguan yang disertai dengan gangguan pada. ini menyebabkan subsistem kekurangan pasokan daya tanpa adanya peningkatan daya mampu dari pembangkit. Dalam hal ini, IBT 1 akan menanggung beban IBT 2 sebesar 524,7 MW (124%). rus yang mengalir pada IBT 1 disisi primer sebesar sebesar 838,2 dan sekunder sebesar 2.793. Pada kondisi ini arus yang mengalir di sisi sekunder telah menyentuh batasan relai OLS sehingga OLS bekerja melepas beban. Pelepasan beban pada skenario keempat dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama OLS memutuskan PMT 15 kv penghantar Driyorejo, PMT 15 kv penghantar Babadan, dan PMT 2 kv trafo 2,3 di GI Tandes. Jumlah titik beban yang dilepas pada tahap pertama sebanyak 7 titik, dengan total beban yang dilepas sebesar 136,9 MW namun kondisi masih mengalami overload. Pada tahap kedua OLS memutuskan PMT 15 kv trafo 2 di GI Surabaya Barat, PMT 15 kv penghantar Cerme, dan PMT 15 kv penghantar Kasih Jatim. Jumlah titik beban yang dilepas pada tahap kedua sebanyak 5 titik, dengan total beban yang dilepas sebesar 112,8 MW. Setelah dilakukan OLS tahap kedua IBT 1 telah melepaskan beban sebesar 249,7 MW. 27
nalisis Pengaruh Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem -Gresik Volume 5 Nomor 3 Tahun 216, - 28 BEBN IBT (MW) MW 6 525 45 375 3 225 15 75 166.8 314.8 PLT U Gresik 37.3 PLT GU Block 3 OLS Tahap 1 OLS Tahap 2 IBT 1 166.8 314.8 37.3 524.7 444.3 399.1 Gambar 8. Grafik pembebanan IBT 1 pada skenario keempat Skenario 5 ( Ke-21) Subsistem mengalami gangguan pada PLTGU Block 1 dan, gangguan ini menyebabkan subsistem kekurangan pasokan daya tanpa adanya peningkatan daya mampu pembangkit. Dalam hal ini, IBT 1 akan menanggung beban sebesar 427,8 MW (11%). rus yang mengalir pada IBT 1 disisi primer sebesar sebesar 631,9 dan sekunder sebesar 2.16. Pada kondisi ini arus yang mengalir di sisi sekunder telah menyentuh batasan relai OLS sehingga OLS bekerja melepas beban. Pelepasan beban pada skenario kelima dilakukan dalam satu tahap, pada tahap pertama beban OLS memutuskan PMT 15 kv penghantar Driyorejo dan PMT 15 kv penghantar Babadan. Jumlah titik beban yang dilepas pada tahap pertama yaitu 6 titik, dengan total beban yang dilepas sebesar 123,6 MW. 45 375 3 225 15 75 166.8 299.3 PLTGU Block 1 Gambar 9. Grafik pembebanan IBT 1 pada skenario kelima PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian analisis pengaruh gangguan pada IBT terhadap kinerja OLS di subsistem -Gresik dapat disimpulkan sebagai berikut : beban lebih yang terjadi pada IBT 1,2 dengan menguji kontingensi ke-17 hingga ke-21 mengakibatkan salah satu dari kedua IBT tersebut mengalami pembebanan >8% sehingga memberikan pengaruh terhadap kinerja OLS serta tegangan bus 524.7 427.8 IBT 2 444.3 365.6 399.1 OLS Tahap 1 IBT 1 166.8 299.3 427.8 365.6 mengalami penurunan tegangan, pada sistem 15 kv mengalami kondisi marginal sebesar 142,5 (-5% dari tegangan nominal) dan bus 7 kv mengalami kondisi kritikal sebesar 63 kv (-1% dari tegangan nominal). Dari hasil pengujian kontingensi ke-17 hingga ke-21 dapat diketahui bahwa tingkat gangguan beban lebih tertinggi terjadi pada kontingensi ke-2 dengan gangguan PLTU Gresik, PLTGU Block 3 serta lepasnya IBT 1 dari sistem mengakibatkan mengalami pembebanan lebih sebesar 524,7 MW (124%) kondisi ini dinyatakan ekstrim. Sedangkan untuk tingkat gangguan beban lebih terendah terjadi pada kontingensi ke-17 dengan gangguan lepasnya IBT 1 dari sistem mengakibatkan mengalami pembebanan lebih sebesar 242,5 MW (57%) kondisi ini masih dinyatakan normal. beban lebih pada IBT 1,2 memberikan pengaruh terhadap kinerja OLS yang terjadi pada kontingensi ke-2, dimana nilai arus IBT 1 dengan sebesar 2.793 telah menyentuh batas relai OLS sehingga OLS tahap pertama dan kedua bekerja melepas beban sebesar 125,6 MW. Berbeda dengan kontingensi ke-21 nilai arus pada IBT 1 sebesar 2.274 telah menyentuh batas relai OLS sehingga OLS tahap pertama bekerja dengan membuang beban sebesar 71,5 MW. Hasil tersebut menunjukkan kinerja OLS bekerja berdasarkan IBT yang telah menyentuh nilai arus lebih dari 2.. Saran Saran yang dapat diberikan berdarsakan kesimpulan, sebagai berikut : Untuk para peneliti diharapkan melakukan studi secara berkala dalam menganalis dan mengevaluasi pengaruh gangguan beban lebih (overload) pada subsistem -Gresik dengan memperhatikan pertumbuhan instalasi listrik serta beban dengan tujuan dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan terulangnya gangguan serupa. nalisis pengaruh gangguan beban lebih pada subsistem -Gresik perlu dilakukan menganalisis kinerja OLS pada saluran untuk mengetahui kondisi OLS keseluruhan pada subsistem -Gresik. Membuat Rencana Operasi dalam merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga dapat mencegah terjadinya forced outage yang menyebabkan instalasi listrik mengalami beban lebih.
nalisis Pengaruh Beban Lebih Pada IBT Terhadap Kinerja OLS Di Subsistem -Gresik DFTR PUSTK hdiyat, Fariz. H. 216. Studi Pelepasan Beban kibat Beban Lebih Pada Jaringan PT. PLN (Persero) PB Jakarta Dan Banten, Subsistem Kembangan. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta : Universitas Indonesia. Tobing, B.L. 23. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Seyedi. H. 29. Design Of New Load Shedding Special Protection Schemes For Double rea Power System. merican Journal Of pplied Sciences Vol. 6, No.2. 29