Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN GORONTALO: PEMBANGUNAN INDUSTRI PAKAN TERNAK BERBAHAN BAKU JAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

MEMPERKUAT KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM. Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd Bupati Kabupaten Gorontalo

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KOTA PEMATANGSIANTAR: MEMBANGUN PLTA DI KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENDUKUNG PERGERAKAN RODA PEREKONOMIAN

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas Wilayah

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Analisis Isu-Isu Strategis

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

BERITA RESMI STATISTIK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

PROFIL PEMBANGUNAN DKI JAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

Transkripsi:

Executive Summary 2013 Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN GORONTALO: PEMBANGUNAN INDUSTRI PAKAN TERNAK BERBAHAN BAKU JAGUNG Pengenalan Kabupaten Gorontalo Secara geografis Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang terletak dititik tengah Provinsi Gorontalo, secara geografis berada pada 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 o 07 123 o 44 Bujur Timur. Kabupaten Gorontalo mempunyai luas wilayah seluas 214.905,23 ha dengan jumlah penduduk 356.978 jiwa dengan tingkat kepadatan 166 org/km²; terdiri dari 17 kecamatan dan 168 kelurahan/desa. Berdasarkan kondisi tofografi tampak bahwa Kabupaten Gorontalo merupakan daerah bukan pesisir, separuh lebih dari wilayah Kabupaten Gorontalo berada pada ketinggian 100 500 meter dari permukaan laut dan hanya 4% wilayahnya yang berada pada ketinggian di atas 1000 meter. Secara topologi Kabupaten Gorontalo mempunyai kondisi tofologi yang variatif yang terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 2 m seluas 20,12%, 2 15 m seluas 8,08%, 15 40 m seluas 34,31%, dan 40 m ke atas seluas 37,49% dari total luas wilayah Kabupaten Gorontalo. Peluang Investasi Pembangunan Industri Pakan Ternak Berbahan Baku Jagung Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam sub sektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDRB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2007, kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2010 meningkat tajam menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi ini mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan sub sektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya. Namun, peningkatan kebutuhan jagung dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang semakin besar. Selama periode tahun 2000 2010, penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81% per tahun. Pada tahun 2010, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%, sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2010). Karena alasan tersebut maka dirasa sangatlah penting untuk kembali memaksimalkan industri jagung lokal. 1

Executive Summary 2013 Dalam hal ini Kabupaten Gorontalo merupakan tempat yang cocok, mengingat kapasitas dan potensi pertanian jagung yang besar yang dimiliki oleh kabupaten ini. Kinerja pertanian Kabupaten Gorontalo didominasi produksi dan produktivitas komoditi jagung yang terus meningkat. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir (2009 2011), luas panen, luas tanam, dan produksi jagung terus mengalami peningkatan. Luas panen pada tahun 2009 mencapai 26.305 ha meningkat menjadi 30.350 ha pada tahun 2010, dan luas panen terbesar berada di Kabupaten Pulubala yaitu 28.151 ha atau 20,71% dari total luas panen jagung kabupaten. Sedangkan untuk produksi jagung menunjukkan peningkatan yang signifikan di mana pada tahun 2009 sebesar 122.423,47 ton meningkat menjadi 135.907,31 ton pada tahun 2010. Perkembangan komoditas jagung di Kabupaten Gorontalo sangat menarik karena komoditas jagung memiliki keterkaitan yang erat, yaitu antara sektor pertanian, industri, dan peternakan yang sifatnya saling mendukung. Produksi jagung akan terserap oleh industri pakan ternak, konsumsi rumah tangga, dan juga berguna sebagai bahan baku industri misalnya pada industri tepung, industri makanan, dan lain sebagainya. Untuk pakan ternak yang membutuhkan sekitar 50% jagung, maka Kabupaten Gorontalo sangat relevan karena merupakan salah satu penghasil jagung dengan produksi mencapai + 90.000 ton per tahun dengan luas lahan 20.130 ha (2011). Berdasarkan RTRW, terdapat 3 lokasi di Kabupaten Gorontalo yang akan dijadikan kawasan agrobisnis dan agro industri, yaitu Isimu, Kawasan Andalan Limboto, dan Kawasan Terpadu Agro industri. Ketiga lokasi tersebut merupakan kawasan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan industri pakan ternak berbahan baku jagung. Sehingga diharapkan pembangunan industri pengolahan jagung tersebut akan terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri yang ada di Kabupaten Gorontalo. Dibutuhkan investasi untuk pembelian lahan dan pembuatan bangunan serta pembelian mesin produksi senilai Rp 3.560.608.500. NIlai estimasi ini berlaku untuk setiap satu kawasan dari 3 kawasan yang rencananya akan digarap sebagai kawasan agrobisnis dan agro industri. Keuntungan yang didapat diestimasikan akan terus meningkat setiap tahunnya dengan dengan payback period selama 3 tahun 5 bulan.

Gambaran Wilayah 2013 A. GAMBARAN WILAYAH A.1. Aspek Geografis dan Administrasi Secara geografis Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di titik tengah Provinsi Gorontalo, secara geografis berada pada 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 o 07 123 o 44 Bujur Timur. Batas batas Kabupaten ini adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo Secara administratif wilayah Kabupaten Gorontalo mempunyai luas wilayah berdasarkan hasil interpretasi GIS sebesar 214.905,23 ha yang terdiri dari 17 kecamatan, 168 kelurahan / desa, yaitu: Tabel A 1 Luas Kabupaten Gorontalo Menurut Kecamatan Kecamatan Luas (km 2 ) Persentase (%) 1. Batudaa Pantai 114,05 5,37 2. Batudaa 34,66 1,63 3. Bongomeme 257,73 12,13 4. Tibawa 240,9 11,34 5. Pulubala 220,28 10,37 6. Boliyohuto 7. Bilato * 196,76 9,26 8. Mootilango 209,42 9,86 9. Tolangohula 140,05 6,59 10. Limboto 147,19 6,93 11. Limboto Barat 144,16 6,79 12. Telaga 78,18 3,68 13. Telaga Biru 104,71 4,93 14. Biluhu 72,93 3,43 15. Tabongo 49,48 2,33 16. Asparaga 102,75 4,84 17. Tilango 5,62 0,26 18. Telaga Jaya 5,73 0,27 Kabupaten Gorontalo 2.124,60 100 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 * Masih bergabung dengan kecamatan induk (Boliyohuto). 3

Gambaran Wilayah 2013 A.2. Kondisi Fisik C.3.1. Morfologi, Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan kondisi tofografi, separuh lebih wilayah Kabupaten Gorontalo berada pada ketinggian 100 500 meter dari permukaan laut dan hanya 4% wilayahnya yang berada pada ketinggian 1000 meter ke atas. Kabupaten Gorontalo memiliki banyak gunung yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Batudaa (Tohupo, Talumutuhu, Langgula, Oluhuwa, Lombata, dan Huango Daa), Kecamatan Tibawa (Pombolu, Botumoputi, dan Ayumolingo), dan Kecamatan Boliyohuto (Boliyohuto, Helumo, dan Satria). Kabupaten ini memiliki banyak sumber daya air. Hal ini dilihat dari 18 sungai yang melintas di 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Batudaa, Kecamatan Tibawa, Kecamatan Limboto, Kecamatan Telaga, dan Kecamatan Boliyohuto. Secara topologi Kabupaten Gorontalo mempunyai kondisi kemiringan tanah yang variatif, terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 2 m (20,12%), 2 15 m (8,08%), 15 40 m seluas (34,31%), dan 40 m ke atas seluas (37,49%). Batas tanah yang kemiringannya lebih dari 40 m diklasifikasikan menjadi Hutan Lindung. Kabupaten Gorontalo beriklim tropis dengan curah hujan rata rata berkisar 104 mm, dengan curah hujan tertinggi tercatat 190 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 161 hari pada tahun 2011. Suhu udara di Kabupaten Gorontalo pada siang hari rata rata berkisar antara 30,9 0 C sampai 33,4 0 C, rata rata temperatur udara dalam sehari berkisar antara 26,7 0 C 29,3 0 C, dan rata rata kelembaban udara bervariasi antara 51,5% 93,8%. A.3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan A.3.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Gorontalo hingga tahun 2012 telah mencapai 388.363 jiwa yang tersebar di 19 kecamatan. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Limboto yang merupakan ibukota kabupaten dengan jumlah penduduk sebesar 48.276 jiwa, setelah itu diikuti Kecamatan Tibawa sebanyak 41.511 jiwa, dan Kecamatan Telaga Biru dengan jumlah penduduk 27.969 jiwa. Kecamatan Biluhu merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil, yaitu sebanyak 8.369 jiwa.

Gambaran Wilayah 2013 Tabel A 2 Jumlah Penduduk untuk Tiap Kecamatan di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 No. Kecamatan Jumlah Penduduk Laki laki Perempuan Total 1 Limboto 23.835 24.441 48.276 2 Telaga 10.734 10.890 21.624 3 Batudaa 7.216 7.199 14.415 4 Tibawa 20.748 20.763 41.511 5 Batudaa Pantai 6.372 6.123 12.495 6 Boliyohuto 8.489 8.217 16.706 7 Telaga Biru 13.915 14.054 27.969 8 Bongomeme 9.860 9.783 19.643 9 Tolangohula 12.072 11.529 23.601 10 Mootilango 9.666 9.330 18.996 11 Pulubala 12.524 12.357 24.881 12 Limboto Barat 12.503 12.714 25.217 13 Tilango 6.969 6.870 13.839 14 Tabongo 9.385 9.185 18.570 15 Biluhu 4.380 3.989 8.369 16 Asparaga 6.984 6.641 13.625 17 Talaga Jaya 5.582 5.717 11.299 18 Bilato 4.822 4.743 9.565 19 Dungaliyo 8.919 8.843 17.762 Kab. Gorontalo 194.975 193.388 388.363 Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, Tahun 2012 A.3.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pencari kerja di Kabupaten Gorontalo berjumlah 1.792 orang. Tabel A 3 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No. Bulan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Jumlah 1 Januari 1 1 6 4 7 19 2 Februari 12 13 56 2 1 84 3 Maret 3 1 8 1 13 4 April 1 1 6 4 7 19 5 Mei 2 2 1 5 6 Juni 7 1 2 10 7 Juli 5 7 90 10 18 130 8 Agustus 3 35 2 16 56 9 September 1 188 37 42 268 10 Oktober 1 295 126 104 526 11 November 36 234 247 517 12 Desember 88 36 21 145 Jumlah 23 27 817 458 467 1792 5

Gambaran Wilayah 2013 Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, Tahun 2012 A.4. Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1. Transportasi Darat Pergerakan barang dan jasa di Kabupaten Gorontalo dipengaruhi oleh fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia, salah satunya adalah sarana jalan. Fasilitas jalan darat yang terdapat di Kabupaten Gorontalo berpengaruh dalam menunjang aksesbilitas yang dibutuhkan masyarakat dan menunjang perputaran perekonomian Kabupaten Gorontalo. Total panjang jalan Kabupaten Gorontalo pada tahun 2011 adalah 1.315,18 km, dengan rincian jalan yang diaspal sebesar 34,42%, yang masih kerikil 9,97%, dan yang masih kondisi tanah 55,62%. Pada tahun yang sama kondisi jalan yang masih baik hanya sebesar 35,5%, yang rusak 9%, dan yang rusak berat 55,4%. Tabel A 4 Keadaan Panjang Jalan Menurut Status Jalan Di Kabupaten Gorontalo tahun 2011 Keadaan Status Jalan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten 2010 2011 2010 2011 2010 2011 Jenis Permukaan 1. Diaspal 435,70 452,68 2. Kerikil 110,08 131,05 3. Batu 4. Tanah 769.40 731,45 Jumlah 1.315,18 1.315,18 Kondisi Jalan 1. Baik 409,87 467,17 2. Sedang 3. Rusak 117,48 119,28 4. Rusak Berat 787,83 728,73 Jumlah 1.315,18 1.315,18 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Praswil Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 6

Gambaran Wilayah 2013 A.4.2. Transportasi Laut Kabupaten Gorontalo Memiliki Pelabuhan sebagai sarana transfortasi laut baik untuk keperluan angkutan barang maupun Penumpang. Lokasi pelabuhan terletak di Jl May Dullah 176 Kabupaten/Kota Gorontalo. A.4.3. Ketersediaan Air Bersih Selain sarana dan prasarana jalan, kebutuhan mendasar yang tidak kalah penting adalah penyediaan sarana dan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cakupan air bersih di Kabupaten Gorontalo hingga tahun 2011 sudah mencapai 73,1%, melalui kegiatan pengadaan dan pemasangan pipa sepanjang 140.748 m, pengadaan pompa air sebanyak 7 unit, pengadaan meteran air 4000 buah, pengadaan genset dan water meter masing masing 1 unit. A.4.4. Sumber Energi Listrik Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Gorontalo dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pembangunan infrastruktur energi dalam rangka pemenuhan fasilitas penerangan masyarakat diupayakan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga surya. Sampai dengan saat ini sebanyak 2.149 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya telah dibangun untuk memenuhi kebutuhan penerangan masyarakat di daerah tertinggal. A.5. Kebijakan Pembangunan Daerah A.5.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Berdasarkan kondisi Kabupaten Gorontalo dan tantangan yang akan dihadapi dalam waktu 5 (lima) tahun mendatang, serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Pemerintah Kabupaten Gorontalo Tahun 2010 2015 adalah: KABUPATEN GORONTALO SEHAT, CERDAS, KREATIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN MENUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA DAN MANDIRI Untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Gorontalo, maka di dalam menyusun rencana strategis untuk 5 (lima) tahun ke depan ditetapkan misi pembangunan, yaitu sebagai berikut: 7

Gambaran Wilayah 2013 Misi 1: Mewujudkan Kabupaten Gorontalo Sehat, Cerdas dan Kreatif Dalam penyelenggaraan pemerintahan periode 2005 2010 Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah mendapat sejumlah hasil pencapaian yang diapresiasi oleh berbagai pihak termasuk Pemerintah Pusat. Pencapaian dan prestasi pembangunan di periode 2005 2010, pada hakekatnya adalah salah satu modal dasar yang harus diteruskan untuk meraih pencapaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi di 5 (lima) tahun mendatang (2011 2015). Misi 2: Mewujudkan Kabupaten Gorontalo yang Berwawasan Lingkungan Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan adalah pendayagunaan sumber daya alam sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, bertanggungjawab, dan sesuai daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Konsep pembangunan ini bertujuan membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menyelaraskan tanggung jawab moral dengan strategi pembangunan berwawasan lingkungan. Hal ini perlu ditegaskan mengingat adanya kecenderungan gaya hidup konsumerisme, hingga bergesernya potensi fisik alami manusia akibat meluasnya pemanfaatan perangkat dalam proses pembangunan. Misi 3: Memantapkan Pembangunan Kabupaten Gorontalo yang Sejahtera dan Mandiri Tujuan akhir pembangunan tidak lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal ini sesuai dengan amanat pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Untuk itu Pemerintah sebagai penggerak pembangunan bertanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan masyarakat sejahtera mengandung pengertian yang dalam dan luas, mencakup keadaan yang mencukupi dan memiliki kemampuan bertahan dalam mengatasi gejolak yang terjadi, baik dari luar maupun dari dalam. A.5.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Langkah yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Gorontalo dalam mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan 8

Gambaran Wilayah 2013 pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Sedangkan tujuannya adalah mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gorontalo yang dapat berfungsi sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, yaitu: Rumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Gorontalo. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah di kabupaten serta keserasian antar sektor. Mengarahkan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Kabupaten Gorontalo. Menyusun penataan ruang wilayah kabupaten yang merupakan dasar dalam pemberian perizinan lokasi pembangunan dan pengawasan implementasi rencana. Sebagai dasar bagi penyusunan rencana tata ruang yang lebih rinci. Mengarahkan pengembangan struktur dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Gorontalo ke depan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Gorontalo. 9

Profil Perekonomian Wilayah 2013 B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH B.1. Struktur Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator makro ekonomi yang dipakai untuk melihat karakteristik perekonomian di suatu wilayah. Penyajian informasi mengenai hal ini sangat diperlukan untuk melihat nilai tambah dari berbagai aktivitas perekonomian yang dijalankan pada suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut perhitungan harga yang berlaku diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kemakmuran suatu wilayah yang meliputi nilai tambah sektoral dan sebagai informasi pokok untuk mendapatkan angka pendapatan perkapita. Perkembangan PDRB Kabupaten Gorontalo menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Gorontalo harga berlaku sebesar Rp 1.560.531 juta dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 1.881.976 juta. Demikian pula PDRB harga konstan tahun 2010 sebesar Rp 744.969 juta dan tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 7,45% menjadi Rp 800.681 juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel B 1 PDRB Kabupaten Gorontalo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 No. Lapangan Usaha Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 251.583 269.177 319.586 519.775 608.613 2 Pertambangan dan Penggalian 11.952 14.57 16.845 18.897 23.724 3 Industri Pengolahan 83.086 84.015 94.688 100.333 119.708 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 3.783 4.264 5.966 5.969 7.029 5 Bangunan 34.752 51.125 69.084 93.049 111.268 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 94.312 99.888 107.853 117.158 145.692 7 Pengangkutan dan Komunikasi 95.514 109.087 130.501 144.041 176.781 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 133.984 149.693 166.379 197.29 249.58 9 Jasa Jasa 223.374 252.563 292.733 363.015 439.581 PDRB (Juta) 932.313 1.034.382 1.203.634 1.560.531 1.881.976 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2012 10

Profil Perekonomian Wilayah 2013 Tabel B 2 PDRB Kabupaten Gorontalo menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 No. Lapangan Usaha Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 171.946 182.771 196.199 219.093 226.761 2 Pertambangan dan Penggalian 6.16 6.943 7.363 7.89 9.112 3 Industri Pengolahan 51.657 52.422 57.007 59.536 61.286 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2.578 2.855 3.273 3.222 3.399 5 Bangunan 22.059 28.294 31.541 35.944 41.805 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 57.82 59.692 62.174 64.779 72.46 7 Pengangkutan dan Komunikasi 77.622 84.063 90.44 93..116 102.706 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 71.042 78.105 83.677 90.4 97.919 9 Jasa Jasa 139.987 148.978 160.458 170.989 185.234 PDRB (Juta) 600.872 644.123 692.134 744.969 800.681 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2012 Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo, baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian atas dasar harga berlaku sebesar Rp 608.613 juta, sedangkan berdasarkan harga konstan sektor ini mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 226.761 juta. B.2. Potensi Ekonomi B.2.1. Pertanian Di tahun 2011 luas panen padi sawah 24.105 hektar dengan produksi 125.370,11 ton, padi ladang luas panen 18 hektar dengan memproduksi 43,9 ton. Untuk palawija, produksi jagung mencapai 92.879,82 ton. Sedangkan untuk komoditi lain, masing masing adalah: ubi kayu 1.995,65 ton, ubi jalar 520,88 ton, kacang tanah 506,94 ton, kacang hijau 74,81 ton dan kedelai 124,01 ton. Selama tahun 2006 2011 rata rata kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB sebesar 32,34% masih jadi yang terbesar daripada sektor lainnya. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut di atas, sektor ini ke depan masih diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mengingat kontribusinya terhadap PDRB. 11

Profil Perekonomian Wilayah 2013 Gambar B 1 Produksi Padi Sawah dan Jagung di Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 B.2.2. Perkebunan Lahan perkebunan terdapat cukup luas di wilayah Kabupaten Gorontalo, yang saat ini tercatat sekitar 64.177 ha. Berdasarkan survei lapangan dan analisis data statisitik kabupaten, terdapat 5 (lima) komoditas perkebunan yang dianggap unggul dan perlu untuk dikembangkan, yakni kelapa, kakao, cengkeh, tebu, dan jambu mede. Potensi komoditas unggulan perkebunan ini cukup besar dan dapat dikembangkan di hampir semua wilayah. Tabel B 3 Luas Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman Kabupaten Gorontalo (ha) Tahun 2011 Kecamatan Kapuk Kelapa Kopi Kakao Batudaa Pantai 437.25 22 Biluhu 881.75 189.76 Batudaa 699.25 97 Bongomeme 40.30 4.088.24 127 Tabongo 1.043.78 Tibawa 2.932.88 68 Pulubala 3.492.35 235 Boliyohuto 71.70 1.170 192 12

Profil Perekonomian Wilayah 2013 Mootilango 15.590 257 Tolangohula 693.50 292.50 Asparaga 686.50 50 Bilato Limboto 34.00 1.102.30 77 Limboto Barat 31.00 1.508 98 Telaga 296.64 148 Telaga Biru 29.20 565.20 91 Tilango 169.53 Talaga Jaya 117.83 2011 2010 206.20 206,20 21.033 20.708 465,85 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 1.944.26 1.412,88 Tabel B 4 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Kecamatan Kapuk Kelapa Kopi Kakao Batudaa Pantai 57.312 Biluhu 997,92 Batudaa 532.915 Bongomeme 19.55 2.854.128 Tabongo 877.416 Tibawa 1.710.432 Pulubala 3.721,2 Boliyohuto 39.06 1.127,37 Mootilango 944.112 Tolangohula 356.755 Asparaga 351.642 Bilato Limboto 12.65 656,64 Limboto Barat 11.96 983.028 Telaga 265.296 Telaga Biru 11.68 475.981 Tilango 140.712 Talaga Jaya 107.532 Kab.Gorontalo 2011 2010 94.90 94.90 9.663.764 19.569.035 115,20 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 5.850 B.2.3. Peternakan Di Kabupaten Gorontalo, usaha peternakan dilakukan di berbagai kecamatan dalam skala kecil. Saat ini yang paling umum (menurut jumlah dan produksinya) adalah usaha 13

Profil Perekonomian Wilayah 2013 peternakan sapi, kambing, kuda, babi, dan unggas (utamanya ayam dan itik). Jumlah maupun produksi (daging dan telur) ternak mengalami peningkatan yang pesat dalam lima tahun terakhir, dan ini menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Gorontalo adalah merupakan salah satu daerah penghasil ternak di Provinsi Gorontalo yang cukup besar. Sebagai gambaran, Jumlah ternak di Kabupaten Gorontalo di tahun 2011 berturut turut: Sapi potong 73.712 ekor, Kambing 39.055 ekor, dan kuda 1.027 ekor. Unggas berjumlah masingmasing: Ayam ras 170.350 ekor, ayam buras 373.914 ekor, dan itik 12.505 ekor. Potensi pengembangan untuk usaha peternakan dengan skala besar pun cukup prospektif dikembangkan dengan tersedianya lahan yang cukup luas. Peluang investasi juga terbuka untuk sarana pendukung lainnya seperti industri pakan ternak, pembangunan rumah potong hewan, penggemukan ternak (cattle fatening) industri pengalengan daging, dan pembibitan. Tabel B 5 Populasi Ternak dan Unggas di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 Kecamatan Sapi Potong Kuda Kambing Ayam Ras Ayam Buras Batudaa Pantai 3.404 2.343 7.303 216 Biluhu 3.370 2.157 7.180 143 Batudaa 4.326 60 3.042 12.826 1.753 Bongomeme 10.698 104 5.699 26.644 206 Tabongo 4.342 57 2.994 14.463 1.650 Tibawa 6.313 148 8.392 38.372 635 Pulubala 7.482 39 3.359 20.000 100.806 197 Boliyohuto 1.985 27 522 18.268 831 Mootilango 10.823 46 853 22.814 720 Tolangohula 2.841 31 758 14.417 949 Asparaga 2.826 26 743 14.240 464 Bilato 1.883 9 496 8.517 377 Limboto 2.584 204 2.008 50.500 25.254 1.324 Limboto Barat 3.581 164 1.708 3.500 26.910 274 Telaga 1.359 33 567 35.850 10.471 258 Telaga Biru 3.173 44 2.189 53.500 13.784 1.360 Tilango 1.326 27 615 1.000 7.038 393 Talaga Jaya 1.396 34 610 6.000 6.607 753 2011 2010 73.712 71.245 1.027 1.079 39.055 37.990 170.350 165.850 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 373.914 373.002 Itik 12.505 11.997 14

Profil Perekonomian Wilayah 2013 B.2.4. Perikanan Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Gorontalo dilakukan di perairan darat atau perairan umum dan di perairan pesisir dan laut. Di perairan darat, potensi kawasan berupa danau, dan kolam kolam. Danau Limboto tidak saja dimanfaatkan sebagai reservoir air untuk penanggulangan banjir tetapi juga dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan tangkap, dan perikanan budidaya. Demikian juga kawasan sekitar sungai (DAS) dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan budidaya kolam yang menggunakan air sungai sebagai media pemeliharaan. Sementara kawasan pesisir dan laut dapat dimanfaatkan selain untuk pengembangan perikanan budidaya (pertambakan dan marikultur), serta perikanan tangkap (coastal fisheries). Tabel B 6 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Sub sektor Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Kecamatan Perikanan Laut Perikanan Umum Jumlah 2010 2011 2010 2011 2010 2011 Batudaa Pantai 472,80 3.329 472,80 3.329 Biluhu 52,60 2.606 52,60 2.606 Batudaa 583,30 583,30 Bongomeme Tabongo Tibawa Pulubala Boliyohuto 606,70 606,70 Mootilango Tolangohula Asparaga Bilato 1.978 1.978 Limboto 343 343 Limboto Barat Telaga 98,06 98,06 Telaga Biru 32 32 Tilango 97,23 100 97,23 100 Talaga Jaya 153,52 99 153,52 99 2011 1.132,10 7.913 932,11 574 2.064,21 8.487 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 B.2.5. Pertambangan dan Energi 1. Mineral Berdasarkan hasil penelitian Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2004) ditemukan wilayah indikasi logam emas di Kecamatan Boliyohuto. Sedangkan wilayah dengan potensi mineral non logam tersebar di berbagai wilayah kecamatan: 15

Profil Perekonomian Wilayah 2013 1. Granit, terbesar di Kecamatan Batudaa dan Kecamatan Tapa. 2. Batu Gamping, penyebarannya meliputi daerah perbukitan yaitu di Kecamatan Tibawa, Kecamaan Batudaa dan Kecamatan Bonepantai. 3. Lempung dengan penyebarannya di Kecamatan Tibawa dan Kecamatan Limboto. 4. Sirtu dengan penyebarannya berada di Kecamatan Telaga, Kecamatan Batudaa, dan Kecamatan Limboto. 2. Energi Panas Bumi / Geo Thermal Selain itu terdapat pula dua lokasi potensi energi panas bumi di kabupaten ini, yaitu di desa Lombongo dan di Pentadio Barat. Selama ini dua lokasi potensi energi panas bumi ini hanya digunakan untuk pemandian air panas. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai besaran potensi energi panas bumi di kabupaten ini dan kemungkinan peluang investasinya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. B.2.6. Sektor Jasa jasa Sektor ini menyumbang kontribusi terbesar kedua pada PDRB Kabupaten Gorontalo setelah pertanian yaitu sebesar 23.45% pada tahun 2011. Rata rata kontribusi sektor jasa ini cukup signifikan dalam menopang PDRB Kabupaten Gorontalo. Majunya sektor jasa akan menjadi indikator kemajuan sektor sektor lain. Kemajuan di sektor lain akan membutuhkan dukungan kemajuan sektor ini. Tabel B 7 Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Jasa Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2006 2011 Tahun PDRB Sektor Jasa Jasa Kontribusi (%) Pertumbuhan (%) 2006 252.563 24,42 13,07 2007 292.733 24,32 15,91 2008 363.015 23,26 24,01 2009 439.581 23,36 21,09 2010 517.146 23,47 22,01 2011 592.501 23,45 21,43 Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012 B.2.7. Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Penyumbang PDRB terbesar ketiga ini memberikan kontribusi sebesar 14,37% pada tahun 2007, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan menjadi 13,26%. Pertumbuhan pada sektor ini masing masing disumbangkan oleh pertumbuhan sub sektor 16

Profil Perekonomian Wilayah 2013 lembaga keuangan tanpa bank yang mengalami pertumbuhan sebesar 26,31%, sub sektor sewa bangunan yang mengalami pertumbuhan 16,61%. Tabel B 8 Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun 2007 2011 Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2011 Tahun PDRB Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Kontribusi (%) Pertumbuhan (%) 2007 133.984 14,37 23,09 2008 149.693 14,47 11,72 2009 166.379 13,82 11,15 2010 197.290 12,68 18,58 2011 249.580 13,26 26,50 Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012 17

Peluang Investasi 2013 C. PELUANG INVESTASI C.1. Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor tertentu yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor sektor lain untuk berkembang di suatu wilayah. Selain itu sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor. Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo selain sektor jasa. C.2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan kapasitas ekonomi suatu daerah. Dengan melihat beberapa indikator yang tertuang dalam PDRB sektoral seperti struktur PDRB, laju pertumbuhan, PDRB berkapita, dan pendapatan perkapita, maka dapat dilihat sejauh mana keadaan perekonomian Kabupaten Gorontalo dalam waktu 2006 2011. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Gorontalo pada tahun 2006 sebesar Rp 932.312,62 (juta), meningkat menjadi Rp 1.881.976,41 (juta) pada tahun 2011. Demikian pula laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo sejak tahun 2006 naik dari angka 5,98% menjadi 7,48% di tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo antara tahun 2006 2011 menunjukan gejala yang positif dan termasuk salah satu kabupaten yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Gorontalo. Tabel C 1 Gambaran PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten GorontaloTahun 2011 Tahun PDRB Harga Berlaku Pertumbuhan Ekonomi (%) 2007 2008 2009 2010 2011 932.312,62 1.034.381,52 1.203.634,26 1.560.531,26 1.881.976,41 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2012 5,98 7,20 7,45 7,63 7,48 18

Peluang Investasi 2013 Dari tabel tersebut di atas, terlihat bahwa perekonomian daerah tetap tumbuh dengan cukup stabil, dengan kecenderungan mengalami peningkatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 terjadi kontraksi, mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2010, namun angka ini masih di atas rata rata pertumbuhan ekonomi nasional. Tabel C 2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gorontalo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 Sektor Pertanian Pertambangan& Penggalian A.Sektor primer Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan B.Sektor sekunder Perdagangan,Hotel& Restoran Pengangkutan& Komunikasi Keuangan,Persewaan& JasaPerusahaan jasa jasa Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 251.583 11.925 83.086 3.783 34.752 94.312 95.514 133.984 223.374 269.177 14.57 84.015 4.264 51.125 99.888 109087 149.693 52.563 319.586 16.845 94.688 5.966 69.084 107.853 130.501 166.379 292.733 519.775 18.978 100.333 5.969 93.049 117.158 144.041 197.29 363.015 608.613 23.724 119.708 7.029 111.268 145.692 176.781 249.58 439.581 PDRB 932.313 1.034.382 1.203.634 1.560.531 1.881.976 Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012 Jika dilihat menurut sektor ekonomi, penyumbang PDRB terbesar yaitu: Sektor Pertanian di mana pada tahun 2011 nilai kontribusi sektor ini sebesar 608.613. Sektor lain yang juga cukup besar pengaruhnya adalah sektor jasa jasa, yaitu sebesar 23,36%. C.3. Peluang Investasi Pembangunan Industri Pakan Ternak Berbahan Baku Jagung Pertanian menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi yang masih sulit tergantikan oleh usaha lainnya, keunggulan sektor pertanian ini membuat kegiatan industri pengolahan bergairah, sebab hampir semua bahan baku industri bersumber dari hasil pertanian. Kabupaten Gorontalo mempunyai potensi pertanian yang masih menjadi andalan. hasil utama pertanian di daerah ini berupa padi, jagung, tanaman holtikultura, dan palawija. Komoditi jagung menjadi andalan daerah ini yang selalu meramaikan perdagangan antar pulau, daerah, dan bahkan untuk diekspor. Pengembangan jagung menjadi sangat menarik mengingat keterkaitan antara pertanian, industri, dan peternakan yang sifatnya saling mendukung. Produksi jagung akan terserap oleh industri pakan ternak yang saat ini masih memiliki peluang investasi sangat besar. Di 19

Peluang Investasi 2013 samping untuk konsumsi rumah tangga, produksi jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri misalnya pada industri tepung, industri makanan, dan lain sebagainya. Dengan mengembangkan industri pengolahan yang berbahan baku jagung sebagai komoditi unggulan, diharapkan produk turunan jagung ini dapat bermain di tataran pasar regional apalagi ekspor. Sangat bijak bila pemilihan investasi memperhatikan ketersediaan bahan baku utama di lokasi investasi sehingga mempunyai keunggulan komparatif. Untuk pakan ternak yang membutuhkan sekitar 50% jagung, maka Kabupaten Gorontalo sangat relevan karena merupakan salah satu penghasil jagung dengan produksi mencapai + 90.000 ton per tahun dengan luas lahan 20.130 ha (2011). Jadi investasi pakan ternak merupakan keputusan bijak bisnis. C.3.1. Peluang Pasar Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan. Konsumsi jagung untuk pakan cenderung meningkat dengan rata rata pertumbuhan pertahun sebesar 11,52%, sementara itu pertumbuhan produksi hanya 6,11%. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2006 2010), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10 15%/tahun. Dengan demikian, produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat. Di samping untuk pakan ternak, konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat lebih tinggi dari peningkatan produksi, menyebabkan makin besarnya jumlah impor dan makin kecilnya ekspor. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging dan telor terlihat terus meningkat. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam sub sektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Kondisi ini mengindikasikan besarnya 20

Peluang Investasi 2013 peranan jagung dalam memacu pertumbuhan sub sektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya. Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan industri pangan olahan berbahan baku jagung. Namun, peningkatan kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar. Selama periode tahun 2000 2010, penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81% per tahun. Mulai tahun 2004, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu sekitar 40,29%. Pada tahun 2010, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%, sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2010). Karena alasan tersebut di atas maka dirasa sangatlah penting untuk kembali memaksimalkan industri jagung lokal. Dalam hal ini Kabupaten Gorontalo merupakan tempat yang cocok, mengingat kapasitas dan potensi pertanian jagung yang besar yang dimiliki oleh kabupaten ini. C.3.2. Bahan Baku Kinerja pertanian Kabupaten Gorontalo didominasi produksi dan produktivitas komoditi jagung yang terus meningkat. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir (2009 2011), luas panen, luas tanam, dan produksi jagung terus mengalami peningkatan. Luas panen pada tahun 2009 mencapai 26.305 ha meningkat menjadi 30.350 ha pada tahun 2010, dan luas panen terbesar berada di Kabupaten Pulubala yaitu 28.151 ha atau 20,71% dari total luas panen jagung kabupaten. Sedangkan untuk produksi jagung menunjukkan peningkatan yang signifikan di mana pada tahun 2009 sebesar 122.423,47 ton meningkat menjadi 135.907,31 ton pada tahun 2010. Tabel C 3 Luas Panen dan Produksi Jagung di Kabupaten Gorontalo Tahun 2009 2011 Kecamatan Luas Panen (ha) 2009 2010 2011 Luas Luas Produksi Produksi Panen Panen (ton) (ton) (ha) (ha) Produksi (ton) Batudaa Pantai 433 2.015,18 1.222 5.472,12 508 2.343,91 Biluhu 344 1.600,98 725 3.246,55 724 3.340,54 Batudaa 700 3.257,80 367 1.643,43 808 3.728,11 21

Peluang Investasi 2013 Kecamatan Luas Panen (ha) 2009 2010 2011 Luas Luas Produksi Produksi Panen Panen (ton) (ton) (ha) (ha) Produksi (ton) Bongomeme 2.026 9.429,00 3.515 15.740,17 3.672 16.942,61 Tabongo 1.402 6.524,91 1.152 5.158,66 1.073 4.950,82 Tibawa 2.282 10.620,43 3.445 15.426,71 1.962 9.052,67 Pulubala 3.381 15.735,17 6.368 28.515,90 1.730 7.982,22 Boliyohuto 1.610 7.492,94 1.965 8.799,27 777 3.585,08 Mootilango 1.083 5.040,28 2.789 12.489,14 2.106 9.717,08 Tolangohula 3.439 16.005,11 3.408 15.261,02 2.551 11.770,31 Asparaga 6.406 29.813,52 1.635 7.321,53 1.945 8.974,23 Bilato 543 2.505,40 Limboto 1.309 6.092,09 1.175 5.261,65 624 2.879,14 Limboto Barat 1.248 5.808,19 1.225 5.485,55 353 1.628,74 Telaga 28 130,31 146 653,79 7 32,30 Telaga Biru 602 2.801,71 1.141 5.109,40 703 3.243,64 Tilango 9 41,89 17 76,13 16 73,82 Talaga Jaya 3 13,96 55 246,29 28 129,19 Kabupaten Gorontalo 26.305 122.423,47 30.350 135.907,31 20.130 92.879,81 Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, 2010 2012 C.3.3. Lokasi Pembangunan Berdasarkan RTRW, pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri Kabupaten Gorontalo diarahkan di daerah: a) Isimu, Kecamatan Tibawa sebagai kawasan agrobisnis dan agro industri. b) Kawasan Andalan Limboto yang mencakup wilayah Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Jaya, dan Tilango. c) Kawasan Terpadu Agro industri yang mecakup wilayah Kecamatan Asparaga, Tolangohula, Boliyohuto, dan Mootilango. Ke 3 (tiga) lokasi tersebut merupakan kawasan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan industri pakan ternak berbahan baku jagung. Sehingga diharapkan pembangunan industri pengolahan jagung tersebut akan terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri yang ada di Kabupaten Gorontalo. C.3.4. Kelayakan Investasi Kelayakan investasi yang akan dihitung adalah pembangunan pabrik pakan ternak berbahan baku jagung, dengan rincian: 1. Produk : Pakan ternak unggas (broiler) 22

Peluang Investasi 2013 Starter (pakan untuk DOC) Grower (pakan untuk ayam usia pertumbuhan) Finisher (ayam menjelang dijual) 2. Kapasitas : Kapasitas tahun pertama 5 ton per hari dan dinaikan secara periodik Pabrik pakan yang akan dibuat, diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengembangkan berbagai inovasi teknologi untuk menjawab permasalahan yang ada pada industri pakan termasuk meningkatkan efisiensi, mengendalikan kualitas, pengolahan pakan, dan mengembangkan imbuhan pakan. Kebutuhan Investasi Dibutuhkan investasi untuk pembelian lahan dan pembuatan bangunan serta pembelian mesin produksi. Perhitungan investasi telah menyesuaikan dengan kapasitas produksi yang dihitung dengan cara melakukan komparasi dengan perusahaan dengan kapasitas mesin yang relatif sama. Berikut ini kebutuhan investasi yang cukup memadai untuk pembangunan pabrik pakan unggas sekala kecil: Tabel C 4 Kebutuhan Investasi Industri Pakan Ternak No Nama Spek Kapasitas Satuan Vol. Harga Satuan (Rp) x 1000 Jumlah (Rp) x 1000 A. Bangunan dan Lahan Bangunan (lahan dan bangunan) 1000 m 2 unit 1 1.500.000 1.500.000 B. Mesin 1. Jo (penghancur tulang) lokal 500 Kg/jam unit 1 20.000 20.000 2. Lasser (penggilingan) Jagung import 200 Kg/jam unit 1 17.000 17.000 Kedelai import 200 Kg/jam unit 1 17.000 17.000 Bahan lain import 200 Kg/jam unit 1 17.000 17.000 3. Mixer Lokal 2000 unit 1 100.000 100.000 Kg/jam 4. Lotterpain (membuat Lokal 500 Kg/jam unit 1 100.000 100.000 butiran) 5. Oven/Dryer Lokal 500 Kg/jam unit 1 50.000 50.000 C. Alat Alat 1. Timbangan Besar Lokal 1 ton unit 1 5.000 5.000 Kecil Lokal 100 kg unit 1 200 200 2. Mesin jahit Besar Lokal Standar unit 4 300 1.200 karung Kecil Lokal Standar unit 1 500 500 23

Peluang Investasi 2013 No Nama Spek Kapasitas Satuan Vol. Harga Satuan (Rp) x 1000 Jumlah (Rp) x 1000 3. Elektrikal Genset 28 KVA import 28 KVA unit 1 150.000 150.000 Total Kebutuhan Pabrik 1.977.900 Jumlah kebutuhan belanja bangunan dan mesin adalah sebesar Rp 1.977.900.000, (Satu Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah). Kebutuhan dana untuk operasionalisasi pabrik juga membutuhkan modal kerja yang cukup banyak terutama untuk produksi selama 3 bulan dengan asumsi bahwa stok selama 3 bulan membuat perusahaan dalam kondisi aman tidak akan kewalahan memenuhi order. Kelayakan Usaha Kelayakan usaha dilihat dari perhitungan rugi laba dalam satu periode produksi maupun selama periode investasi. Kelayakan usaha sangat dipengaruhi oleh penjualan, tingkat bunga, masa kredit, harga jual, dan tentu saja harga produksi. Dasar perhitungan perhitungan kelayakan usaha adalah sebagai berikut: Besar Investasi : Rp 3.560.608.500, Grace Periode : 6 Bulan Tingkat Bunga : 16% Harga Jual : Rp 5.000, Kapasitas Produksi : 150 ton per bulan, tahun berikutnya menyesuaikan Tanpa gejolak harga jagung, dalam kondisi normal, proyeksi laba rugi perusahaan pabrik pakan ternak, menunjukkan adanya peluang keuntungan yang cukup besar. Secara lebih lengkap disajikan dalam perhitungan dalam tabel berikut: Gambar C 1 Perhitungan Rugi Laba per Hari (periode pembuatan pakan) No. Uraian Satuan Vol. Harga Satuan Jumlah Total A. Pendapatan 1. Penjualan Pakan kg 4999 5000 24.950.000 24.950.000 B. Modal Kerja Biaya Produksi 1. Bahan Pakan: 14.065.650 Jagung kuning kg 2605 2700 7.033.500 Dedak kg 775 1200 930.000 Bungkil kedelai kg 900 3500 3.150.000 24

Peluang Investasi 2013 No. Uraian Satuan Vol. Harga Satuan Jumlah Tepung batu kg 380 500 190.000 Tepung daging kg 150 8000 1.200.000 Corn gluten meal kg 100 7500 750.000 Prmiks kg 6,5 40000 260.000 Minyak kg 25 6000 150.000 Garam kg 16 900 14.400 Metionin kg 5 35000 175.000 Lisin kg 2,5 23000 57.500 Kal. Fosfat kg 34,5 4500 155.250 Total 2. Gaji Tenaga Kerja Manajer pabrik HOK 1 150.000 150.000 Administrasi HOK 2 80.000 160.000 Teknisi pabrik HOK 2 80.000 160.000 Pekerja HOK 30 50.000 1.500.000 Jumlah Biaya Produksi HOK 16.035.650 C. Biaya Operasional Biaya listrik dan BBM Is Is 1.000.000 1.000.000 1.000.000 Biaya pemasaran Paket 1 500.000 500.000 500.00 Administrasi Paket 1 50.000 50.000 50.000 Jumlah Biaya Operasional 1.550.000 Jumlah Biaya 17.585.650 D. Penyusutan Mesin (3%) 527.570 E. Pendapatan sebelum pajak 8.386.781 F. PPn 10% 838.678 G. Pendapatan setelah pajak 7.548.102 Jumlah biaya yang diperlukan untuk pengembangan pabrik pakan ternak adalah sebagai berikut: Modal investasi sebesar (Rp 1.977.900.000, ) + 3 bulan Jumlah biaya untuk pembuatan pak an (Rp 17,585,650 X 90 hari) = Rp 1.582.708.500, jadi total kebutuhan investasi adalah sebesar Rp 3.560.608.500, Biaya dihitung selama 3 bulan, agar kondisi cash flow perusahaan tetap terjaga, dan mengantisipasi adanya kelambatan pembayaran dari peternak Adapun proyeksi rugi laba selama periode investasi diperlihatkan dalam tabel berikut ini: Tahun Pendapatan Biaya Bunga dan Pajak Keuntungan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 8.982.000 6.888.834 1.014.377 1.078.789 2 10.329.300 7.922.159 1.356.673 1.050.468 3 11.878.696 9.110.483 1.473.103 1.295.109 4 121.660.499 10.977.055 1.637.799 1.045.645 5 141.343.524 11.500.908 1.699.591 1.143.025 6 15.060.700 11.750.954 1.764.822 1.544.925 25

Peluang Investasi 2013 Tahun Pendapatan Biaya Bunga dan Pajak Keuntungan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 7 151.813.735 12.328.501 1.833.276 1.651.958 8 16.604.422 13.034.926 1.905.157 1.664.339 9 171.434.643 13.671.673 1.980.632 1.782.339 10 18.306.375 14.240.256 2.059.880 2.006.239 Kelayakan Investasi Pembangunan Pabrik Pakan Ternak (Jagung) Proyek Kriteria investasi Nilai Kelayakan Gross B/C 1,05 Layak Net B/C 1,08 Layak NPV Rp 1.865.467.068 Layak IRR 42,97% Layak Payback period 3 tahun 5 bulan Layak 26