PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

ANALISIS KUALITAS UDARA

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

Dampak kabut asap akibat kebakaran hutan terhadap kesehatan. Arifin Nawas Ketua Umum PDPI

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RANCANG BANGUN SISTEM DETEKTOR ASAP ROKOK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN SENSOR GAS TGS Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN ALAT PEMANTAU MUTU UDARA DENGAN MIKROKONTROLER AT89C51

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

BAB I BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017

Pencemaran Udara. I. Pendahuluan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING PENCEMARAN UDARA BERBASIS PROTOKOL ZIGBEE DENGAN SENSOR CO

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Analisa Temperatur Panas pada Saluran Emisi gas buang Kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Nurdin Zakaria, R. Azizah Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. vegetasi dan material karena ulah manusia (man made). Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)


BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN POLUTAN GAS H 2 S PADA LOKASI MANIFESTASI GEOTHERMAL GEDUNG SONGO MENGGUNAKAN SENSOR TGS 2602 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi setiap saat,

Dampak Kabut Asap Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN. Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 551/2001 TENTANG

Transkripsi:

PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT Satriya Ary Hapsara 1,2*, Umi Muflihatun Nurul Azizah 2, Yodhi Anggara P 2, Yospina Reru 1,2 1 Program Studi Fisika,Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana *Email : satrya_ary@rocketmail.com LATAR BELAKANG Di belahan dunia, terdapat sejumlah gunung gunung berapi yang tidak aktif, yang kemudian aktif, yang kemudian aktif karena adanya aktivitas pergeseran lempeng bumi. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari banyak gunung berapi, disamping Jepang, New Zealand, Italia, Hawai dan Filipina. Berikut disajikan prosentase penyebaran gunung berapi didunia (Geologi Lingkungan 1, 2003) dalam Tabel 1 Tabel 1. Prosentase penyebaran gunung berapi di dunia No. Negara / Daerah Prosentase (%) 1 Indonesia 99 2 Solomon 95 3 Guenia Baru 90 4 Italia 41 5 Islandia 39 6 Negara Pasifik 03 7 Dataran Rendah Viktoria 01 Sekalipun di daerah gunung berapi, bukan alasan bahwa masyarakat tidak membangun pemukiman sebagai tempat tinggal tetap disekitarnya. Pada kenyataannya, banyak 100

masyarakat Indonesia yang membangun pemukiman di kawasan gunung berapi. Hal tersebut bisa disebabkan karena material letusan gunung berapi yang terbentuk setelah terjadinya letusan gunung berapi sangat berguna dalam pengelolaan bidang pertanian, khususnya kesuburan tanah pertanian. Hal ini diperkuat dengan pendapat para pakar tanah yang menyatakan bahwa material letusan gunung berapi merupakan bahan yang kaya akan unsur pupuk (P, K, Ca, dan Mg). Pada hari kamis (3/2/1993) pukul 03.50 WIB, gunung Semeru, gunung tertinggi di pulau Jawa memuntahkan lavanya. Menurut Pos Vulkanologi (Surya, 4 februari 1994) material yang dimuntahkan mencapai volume 4 juta meter kubik. Berdasarkan hasil analisis Direktorat Vulkanologi (1979) terhadap material letusan gunung Semeru dapat dikonversikan terhadap nilai setara (ekivalen) pupuk yang disajikan dalam Tabel 2 (Geologi Lingkungan 1, 2003) Tabel 2. Banyaknya pupuk yang terkandung dalam material letusan Semeru sebanyak 4 juta meter kubik No Pupuk Jumlah Harga Satuan Harga 1 TSP 9.77771 Rp. 450, 00 Rp. 4.399.650, 00 2 KCl 126.671 Rp. 500, 00 Rp. 63.335.500, 00 3 Kiserit 197.714 Rp. 1.000, 00 Rp. 197.714.000, 00 4 Kapur 743.228 Rp. 200, 00 Rp. 148.657.600, 00 Harga Total Rp. 415.106.750, 00 Dari data diatas setidaknya memberikan bukti bahwa material letusan gunung berapi sangat bermanfaat dalam pengelolaan kesuburan tanah pertanian. Namun hasil dari abu vulkanik gunung berapi tidak hanya memberikan keuntungan seperti yang disebutkan diatas, berikut jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi ( http://chem-is-try.org 2 ) : Sulfur Dioksida (SO x ) Karbon Monoksida (CO) Ozon (O3) Haidro karbon (HC) PM 10, Partikel debu (PM 2,5) TSP (debu) Pb (Timah Hitam) Dari parameter pencemar udara tersebut, senyawa kimia fase gas yang terkandung dalam abu vulkanik hasil letusan gunung berapi adalah Sulfur Dioksida (SO 2 ) dan Karbon Monoksida (CO) ( http:heniputra.com 3 ). dari sumber netral ( Wikipedia.org 4 ) disebutkan bahwa, gas yang dihasilkan berupa Hidrogen Sulfida (H 2 S) dan Nitrogen Dioksida (NO 2 ). Makalah ini hanya membatasi fokus masalah pada kandungan gas yang terdapat pada abu vulkanik. Karena senyawa kimia dalam fase gas ini lebih muah dihirup dans ulit untuk di deteksi kecuali dengan teknologi khusus. Berikut dijelaskan dampak senyawa kimia dalam fase gas yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia ( http://rachmariska.wordpress.com 5 ) Tujuan dan Manfaat Gagasan dari ide detektor asap ini sendiri bertujuan untuk mendeteksi adanya polutan yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi. Udara yang tercemar polutan hasil dari letusan gunung berapi akan dengan mudah dihirup oleh masyarakat sekitar dan memiliki dampak buruk untuk kesehatan masyarakat sekitar. Manfaat dari ide ini dapat dimanfaatkan sebagai tanda bahaya pencemaran udara dan memberikan kontribusi keamanan kesehatan sistem pernapasan kepada masyarakat yang menetap di kawasan gunung berapi. TEORI Dampak senyawa kimia fasa gas yang dihasilkan ole abu vulkanik terhadap kesehatan masyarakat : 101

Sulfur Oksida (SO x ). Berpengaruh pada iritasi sistem pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan iritasi tenggorokan dapat terjadi jika kadar Sulfur Dioksida lebih besar dari 5 ppm. Individu yang sangat sensitif dapat terjadi pada kadar 1 2 ppm. Berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan kardiovaskular. Karbon Monoksida (CO). Dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak Nitrogen Dioksida (NO 2 ). Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru paru ( edema pulmonary ). Terhadap manusia sendiri dapat mengakibatkan kesulitan bernafas pada kadar 5 ppm 10 ppm. Tabel 3 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara, terutama komponen yang terdapat pada abu vulkanik yang didasarkan pada ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) (rachmariska.wordpress.com). Tabel 3. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara Kategori Rentang (ppm) Karbon Monoksida Nitrogen Dioksida (NO 2 ) Sulfur Dioksida (SO 2 ) Baik 0 50 Tidak ada efek Sedikit berbau Luka pada beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi SO 2 * Sedang 51 100 Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi Berbau Luka pada beberapa spesies tumbuhan* Tidak Sehat 101 199 Peningkatan pada kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung Bau dan kehilangan warna, peningkatan reaktifitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma kerusakan tanaman* Sangat Tidak Sehat 200 299 kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat sensitifitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkitis sensitifitas pada pasien asma dan bronkas Berbahaya > 300 Tingkat bahaya bagi semua populasi Detektor Asap Detektor asap merupakan piranti yang berfungsi untuk mendeteksi adanya asap. Detektor terdiri atas LDR (Light Dependent Resistor) dan diode yang peka cahaya yaitu LED (Light Emitting Diodes). Pada detektor 102

asap dilengkapi dengan alarm sehingga kita dapat mengetahui tingkat pencemaran asapnya. Namun, pada makalah ini kami tidak menggunakan alarm, karena rangkaian yang kami buat merupakan ide dasar untuk pembuatan detektor asap yang lebih kompleks. Fungsi alarm ini kami gantikan dengan Voltmeter (alat pengukur tegangan). METODOLOGI Berikut rangkaian dari detektor asap sederhana +9 Volt R = 1kΩ LED ground Gambar 1 HASIL & PEMBAHASAN LDR +9 Volt R = 1kΩ Cara Kerja Alat Detektor asap dirangkai seperti pada gambar.1 diatas. LED yang bernyala dan LDR saling dihadapkan. LED ditutup dengan corong hitam supaya cahaya terfokus ke LDR, begitu pula dengan LDR. Ketika asap timbul, asap akan memasuki corong dan (cahaya dari) LED akan tertutupi oleh asap sehingga intensitas cahaya menjadi berkurang dan LDR akan menangkap intensitas cahaya tersebut. Tanggapan dari LDR berupa bunyi alarm. Tapi pada rangkaian yang kami buat, kami gunakan hasil dari pengukuran Voltmeter. Pada percobaan yang kami laksanakan. Kami gunakan asap rokok yang ditiupkan ke arah LED. Intensitas cahaya akan segera terbaca oleh LDR yang ditunjukkan dari hasil pengukuran Voltmeter. Hasil pengukuran Voltmeter ketika menggunakan asap rokok sangatlah kecil, sebab asap rokok yang dihasilkan tidak terlalu pekat. Oleh karena itu, indikator kepekatan dari asap ini kami gantikan dengan lipatan kertas. Tebal lipatan kertas dianalogikan dengan kepekatan asap. Tampak bahwa hasil pengukuran tegangan semakin besar pula (terlampir dalam Hasil). Hasil dari pengukuran tegangan yang dihasilkan dapat dilihat dibawah ini : Hasil Percobaan 1 Menggunakan asap rokok. Hasil pengukuran tegangan mendekati 0 Volt. Hal ini disebabkan karena kepekatan asap rokok dalam satu kali hembusan dan dua kali hembusan pada Voltmeter tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Karena asap sangat cepat berhambur dengan udara. Percobaan 2 Menggunakan analogi lipatan kertas Lipatan ke - Pengukuran Tegangan 0 0, 3 Volt 1 0, 66 Volt 2 0, 718 Volt 3 0, 8 Volt 4 0, 863 Volt Lipatan kertas dianalogikan sebagai kepekatan asap. Tampak bahwa, semakin banyak lipatan kertas nilai tegangan semakin tinggi. Sehingga Inilah yang menjadi ide dasar kami untuk membuat detektor asap yang lebih kompleks untuk KESIMPULAN Kesehatan merupakan faktor penting sebagai penunjang kualitas hidup seseorang. Gangguan kesehatan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi yang ditentukan dari makanan yang dikonsumsinya. Tetapi bisa juga karena 103

adanya pencemaran lingkungan, dan yang paling banyak ditemui adalah pencemaran udara, yang disinggung dalam makalah ini adalah pencemaran udara karena abu vulkanik akibat aktivitas gunung berapi. Masyarakat disekitar gunung berapi aktif akan sering menghirup abu vulkanik yang mengandung senyawa senyawa kimia dalam fasa gas yang amat berbahaya, seperti sulfur dioksida ( SO 2 ), karbon monoksida ( CO ), hydrogen sulfide ( H 2 S ) dan nitrogen dioksida ( NO 2 ). Senyawa senyawa kimia tersebut yang terkandung dalam abu vulkanik dapat dihirup pada ambang batas tertentu (skala tertentu). Namun, masyarakat disekitar gunung berapi tidak dapat menentukan pada ambang batas berapa abu vulkanik dapat dihirup. Maka dengan detektor yang lebih kompleks dapat diketahui tingkat pencemaran yang membahayakan kesehatan sistem pernafasan. 104