ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG)

dokumen-dokumen yang mirip
Kehutanan & Pertanian Lain. Transportasi & Pergudangan Informasi & Komunikasi Keuangan & Asuransi. Pertambangan/ Penggalian Industri Pengolahan

DATA JUMLAH RUMAH TIDAK LAYAK HUNI / RTLH (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG

DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BAB (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN MAGELANG

Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9. Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian Arti Luas. Pertanian tanaman padi & palawija

PENDUDUK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 ISBN : Katalog : No. Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Hala

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA

Lampiran 1. Tabel Analisis Kesesuaian dan Alternatif Pemanfaatan

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 KAJIAN SANITASI

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

JADWAL MUSRENBANG DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2019

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN MAGELANG SD/SDLB

Daftar RA/BA/TA Tahun Jml Siswa

568,500,000 Oktober Distanbunhut Kab. Magelang. 21,000,000 Oktober Kabupaten Magelang. 13,000,000 Oktober Kabupaten Magelang

17,400,000 Juni Distanbunhut Kabupaten Magelang (Pengadaan Almari) 3 Pengadaan peralatan gedung kantor Barang Pengadaan Peralatan Kantor

POTRET PEMBANGUNAN AIR MINUM, SANITASI DAN HIGIENE DI KABUPATEN MAGELANG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG

Aspek Geografi dan Demografi

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

Aspek Kesejahteraan Rakyat

KEGAGALAN TEKNOLOGI BANJIR LAPINDO

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

HASIL PENILAIAN PORTOFOLIO SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN KUOTA TAHUN 2010 LPTK RAYON 6 IAIN WALISONGO SEMARANG

KONDISI UMUM. Aspek Biofisik

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

DAFTAR NAMA GURU PAI PADA SEKOLAH - TAHUN 2011 KABUPATEN : MAGELANG - PROVINSI : JAWA TENGAH

BAB III BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Tengah letaknya diapit oleh beberapa kabupaten dan kota antara lain Kabupaten. Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosobo,

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 4 PROGRAM KEGIATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Peng

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 2012 KETUA POKJA AMPL KABUPATEN MAGELANG. Rohadi Pratoto,SH.Msi NIP

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

DAFTAR CALON PESERTA SERTIFIKASI GURU RA/MADRASAH DALAM JABATAN DEPARTEMEN AGAMA PROVINSI JAWA TENGAH

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2013 DINAS PEKERJAAN UMUM, ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BAB II. Gambar 2.1 Peta Kabupaten Magelang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN BOROBUDUR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

DINAS PARIWISATA KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KABUPATEN MAGELANG VISI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi Pariwisata di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

b. bahwa untuk maksud tersebut maka perlu dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah.

PENYEBAB BANJIR : 1. CURAH HUJAN TINGGI : 2. BUANG SAMH SEMBARANGAN 3. SELOKAN,SUNGAI ALIRAN AIR TERBENDUNG SAMPAH 4. RESAPAN AIR KE TANAH BERKURANG

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.upaya Indonesia dalam mengembangkan sektor wisata itu. Borobudur adalah salah satu objek wisata andalan yang dimiliki oleh

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG

BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN Jalan Sendangsono Km. 0,5 Progowati Mungkid Magelang

1. Kecamatan dan desa rawan Jumlah penduduk di 3 (tiga) kecamatan rawan dan desa rawan adalah sebagai berikut :

STUDI KETERKAITAN ANTAR OBYEK WISATA DALAM RANGKA PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA DI WILAYAH PENGEMBANGAN PARIWISATA (WPP) A KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 32 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Magelang Kondisi Administratif Kabupaten Magelang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masih dioperasikan secara open dumping, yaitu sampah yang datang hanya dibuang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PROFIL SANITASI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

STUDI KETERKAITAN ANTAR OBYEK WISATA DALAM RANGKA PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA DI WILAYAH PENGEMBANGAN PARIWISATA (WPP) A KABUPATEN MAGELANG

Rencana Umum Pengadaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 1994 T E N T A N G

Perda No. 25 / 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SOT Dinas Pasar dan UPT Dinas Pasar Kab. Magelang..

STUDI PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL BREGASMALANG (BREBES, TEGAL, SLAWI, PEMALANG) Abstrak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III TINJAUAN WILAYAH

TRANSKRIP INTERVIEW PENELITIAN THESIS The Significance of Customer Loyalty for Marketing Strategy at PT. Armada Tunasjaya.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MAGELANG TAHUN

Kata kunci: Risiko bencana, Bencana Gerakan Tanah, Kecamatan Salaman.

Usulan Bantuan Pembangunan Magelang Tahun 2016

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA)

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG UNTUK PENGELOLAAN PERSAMPAHAN. Oleh : A Hermanto Dardak Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS TEKNIS PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL MAGELANG (KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG) Diharto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 0229, email: di_har_to@yahoo.co.id Abstract : Make-up of amount of resident of urban with the make-up of garbage volume. Make-up of garbage volume perhaps will weigh against the final process place operational (TPA), at one blow will cut short the age TPA. This research target is to look for the correct location TPA regional serve the Town of Magelang and Regency Magelang. This TPA is hereinafter managed by together between Town and Regency Magelang. Its analysis use the SNI 0-24-99 - SK SNI T--99-0. Pursuant to perception/field observation and interview secondly is party handling garbage in the region, chosen two location alternative that is Countryside of Banyuurip and Countryside of Glagahombo of Subdistrict of Tegalrejo of Regency Magelang. Result of chosen analysis location of TPA regional in Countryside Glagahombo. Keywords : TPA Regional, garbage volume Abstrak : Peningkatan jumlah penduduk perkotaan dibarengi dengan peningkatan volume sampah. Peningkatan volume sampah tentunya akan memberatkan operasional tempat pemrosesan akhir (TPA), sekaligus akan memperpendek usia TPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari lokasi TPA regional yang tepat melayani Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. TPA ini selanjutnya dikelola secara bersama-sama antara Kota dan Kabupaten Magelang. Analisisnya menggunakan SNI 0-24-99 SK SNI T--99-0. Berdasarkan pengamatan/observasi lapangan dan wawancara dengan kedua pihak yang menangani persampahan di wilayah tersebut, terpilih dua alternatif lokasi yaitu Desa Banyuurip dan Desa Glagahombo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Hasil analisis terpilih lokasi TPA regional di Desa Glagahombo. Kata kunci : TPA regional, volume sampah PENDAHULUAN Kota Magelang memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang dengan luas ± Ha. Masa operasional TPA Banyuurip habis pada akhir tahun 2008, karena sel yang ada saat ini hampir penuh. Setiap hari ada ± 200 m³ sampah yang dibuang ke TPA ini. Sistem operasionalnya menggunakan sistem open dumping dengan peralatan unit Bulldozer; unit Wheel Loader dan unit Excavator. Sistem open dumping (lahan urug terbuka) adalah sistem pengolahan persampahan di TPA dengan cara limbah dibuang langsung ke lahan terbuka tanpa perlakuan lebih lanjut. Luas daerah pelayanan persampahan Kota Magelang mencapai 00% dari seluruh wilayah Kota Magelang (seluas ± 8,2 Km²). Jumlah penduduk pada tahun 2007 yang terlayani mencapai 99.200 jiwa (84,62%) dari seluruh jumlah penduduk Kota Magelang (7.2 jiwa) Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan persampahan Kota Magelang adalah akan habisnya masa operasional TPA Banyuurip; bila mencari lokasi TPA baru sangat sulit mengingat Kota Magelang tidak mempunyai lahan (TPA Banyuurip masuk wilayah Kabupaten Magelang); proteksi masyarakat sangat kuat terhadap pembangunan TPA baru; mau tidak mau lahan untuk TPA baru Analisis Teknis Pemilihan Lokasi TPA Regional Magelang (Kota Magelang Dan Kabupaten Magelang) - Diharto 2

tetap dicarikan di wilayah Kabupaten Magelang; dengan sistem operasional open dumping. Kabupaten Magelang memiliki 2 lahan TPA yaitu TPA Pasuruhan dan TPA Klegen. TPA Pasuruhan terletak di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan dengan luas ±,7 Ha dengan sistem open dumping. TPA Klegen terletak di Desa Klegen Kecamatan Grabag dengan luas ± 0, Ha dengan sistem open dumping. Setiap hari ada ± 90 m³ sampah yang dibuang kedua TPA ini. Peralatan yang ada di TPA Pasuruhan unit Back hoe; unit Wheel Loader dan unit Excavator. Sementara di TPA Klegen tidak ada peralatan. Luas daerah pelayanan persampahan Kabupaten Magelang mencakup wilayah Kota Mertoyudan, Kota Mungkid, Kota Muntilan, Kota Borobudur dan Kota Salaman, yang kesemuanya dilayani TPA Pasuruhan. TPA Klegen melayani wilayah Kota Grabag dan Kota Secang. Jumlah penduduk yang terlayani mencapai 72.600 jiwa. Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan persampahan Kabupaten Magelang adalah sistem operasional open dumping; tidak ada peralatan operasional di TPA Klegen (TPA Klegen berjarak ± 2 Km dari TPA Banyuurip); wilayah Kabupaten Magelang yang berada di sekitar TPA Banyuurip membuang sampahnya ke TPA tersebut dengan membayar restribusi. Dari permasalahan pengelolaan persampahan kedua wilayah tersebut khususnya dalam pengelolaan TPA diperlukan pemecahan yaitu dengan adanya pembangunan TPA regional. TPA regional ini melayani wilayah dan dikelola oleh kedua pemerintah baik Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. Yang menjadi permasalahan utamanya adalah bagaimana mencari lokasi TPA regional tersebut yang tepat dan memenuhi kaidah baik teknis, sosial - ekonomi dan lingkungan. TUJUAN PENELITIAN Untuk mencari lokasi TPA regional yang tepat dan memenuhi kaidah baik teknis, sosial - ekonomi dan lingkungan yang melayani dan dikelola secara bersama baik oleh pemerintah Kota dan Kabupaten Magelang. TINJAUAN PUSTAKA Umum Pedoman umumnya adalah Undangundang No. 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Tata cara pemilihan lokasi tempat pemrosesan akhir sampah menggunakan ketentuan SNI 0-24-99 SK SNI T--99-0. Definis tempat pemrosesan akhir sampah berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pemrosesan akhir sampah, yang selanjutnya disebut TPA; pemrosesan akhir sampah adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Pemilihan lokasi TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut; 2. disusun berdasarkan tahapan yaitu : a. tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan; 22 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor Volume 0 Januari 2008, hal: 2 28

b. tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional; c. tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi, berdasarkan hasil analisis dari tahap regional dan tahap penyisih. Khusus Kriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :. kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau zona tidak layak sebagai berikut : a. kondisi geologi; tidak berlokasi di zona holocene fault; tidak boleh di zona bahaya geologi b. kondisi hidrogeologi; tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari m; tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 0-6 cm/det; jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 00 m di hilir aliran; dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas, maka harus diadakan masukan teknologi; c. kemiringan zona harus kurang dari 20%; d. jarak dari lapangan terbang harus lebih dari.000 m untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari.00 m untuk jenis lain; e. tidak boleh ada daerah lindung/ cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 2 tahun. 2. kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut : a. iklim; hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik; angin arah angin dominan tidak menuju ke permukiman dinilai makin baik; b. utilitas: tersedia lebih lengkap dinilai makin baik; c. lingkungan biologi: habitat kurang bervariasi, dinilai makin baik; daya dukung kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik; d. kondisi tanah: produktifitas tanah: tidak produktif dinilai lebih baik; kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik; ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai lebih baik; status tanah: makin bervariasi dinilai tidak baik; e. demografi: kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik; f. batas administrasi: dalam batas adminitrasi dinilai semakin baik; g. kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik; h. bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik; i. estetika: semakin tidak telihat dari luar dinilai semakin baik; Analisis Teknis Pemilihan Lokasi TPA Regional Magelang (Kota Magelang Dan Kabupaten Magelang) - Diharto 2

j. ekonomi: semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m /ton) dinilai semakin baik; Parameter dan bobot dari penilaian tersebut dapat dinilai dalam Tabel. Tabel. Parameter Penyisih No. Parameter Bobot Nilai I.. 2.. 4.. II.. 2.. 4. UMUM Batas Administrasi dalam batas administrasi diluar batas administrasi tetapi dalam satu sistem pengelolaan TPA sampah terpadu diluar batas administrasi dan di luar sistem pengelolaan TPA sampah terpadu diluar batas administrasi Pemilik hak atas tanah pemerintah daerah/ pusat pribadi (satu) swasta/perusahaan (satu) lebih dari satu pemilik hak dan atau status kepemilikan organisasi sosial/agama Kapasitas Lahan > 0 tahun tahun 0 tahun tahun tahun kurang dari tahun Jumlah pemilik tanah satu () kk 2- kk 4- kk 6-0 kk lebih dari 0 kk Partisipasi Masyarakat spontan digerakkan negosiasi LINGKUNGAN FISIK Tanah (diatas muka air tanah) harga kelulusan < 0-9 cm/dtk harga kelulusan 0-9 cm/dtk 0-6 cm/dtk harga kelulusan > 0-6 cm/dtk tolak (kecuali ada masukan teknologi) Air Tanah 0 m dengan kelulusan < 0-6 cm/dtk < 0 m dengan kelulusan < 0-6 cm/dtk 0 m dengan kelulusan 0-6 cm/dtk - 0-4 cm/dtk < 0 m dengan kelulusan 0-6 cm/dtk - 0-6 cm/dtk Sistem aliran air tanah discharge area/lokal recharge area dan discharge area lokal recharge area regional dan lokal Kaitan dengan pemanfaatan air tanah kemungkinan pemanfatan rendah dengan batas hidrolis 0 0 7 0 8 0 7 0 0 7 0 8 0 No. Parameter Bobot Nilai. 6. 7. 8. 9. 0.. 2.. diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas hidrolis diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas hidrolis Bahaya banjir tidak ada bahaya banjir kemungkinan banjir > 2 tahunan kemungkinan banjir < 2 tahunan tolak (kecuali ada masalah teknologi) Tanah penutup tanah penutup cukup tanah penutup cukup sampai ½ umur pakai tanah penutup tidak ada Intensitas Hujan dibawah 00 mm per tahun antara 00 min sampai 000 min per tahun diatas 000 min per tahun Jalan menuju lokasi datar dengan kondisi baik datar dengan kondisi buruk naik/turun Transport Sampah (satu jalan) kurang dari menit dari centroid sampah antara 6 menit 0 menit dari centroid sampah antara menit 60 menit dari centroid sampah lebih dari 60 menit dari centroid sampah Jalan masuk truk sampah tidak melalui daerah permukiman truk sampah melalui daerah permukiman berkepadatan sedang ( 00 jiwa/ha) truk sampah melalui daerah permukiman berkepadatan sedang ( 00 jiwa/ha) Lalu lintas terletak 00 m dari jalan umum terletak < 00 m pada lalu lintas rendah terletak < 00 m pada lalu lintas sedang terletak pada lalu lintas tinggi Tata guna tanah mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah sekitar mempunyai dampak sedang terhadap tata guna tanah sekitar mempunyai dampak besar terhadap tata guna tanah sekitar Pertanian berlokasi di lahan tidak produktif tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar 2 4 4 0 0 0 0 0 8 0 0 8 0 0 24 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor Volume 0 Januari 2008, hal: 2 28

No. Parameter Bobot Nilai 4.. 6. 7. berlokasi di tanah pertanian produktif Daerah lindung/cagar alam tidak ada daerah lindung/cagar alam di sekitarnya terdapat daerah lindung/cagar alam di sekitarnya yang tidak terkena dampak negatif terdapat daerah lindung/cagar alam di sekitarnya terkena dampak negatif Biologis nilai habitat yang rendah nilai habitat yang tinggi habitat kritis Kebisingan dan bau terdapat zona penyangga terdapat zona penyangga yang terbatas tidak terdapat penyangga Estetika operasi penimbunan tidak terlihat dari luar operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar operasi penimbunan terlihat dari luar 2 2 0 0 0 0 Sumber : SNI 0-24-99 SK SNI T--99-0 Catatan : lokasi dengan jumlah angka tertinggi dari perkalian antara bobot dan nilai merupakan pilihan pertama, sedangkan lokasi dengan angka-angka yang lebih rendah merupakan alternatif yang dipertimbangkan. PEMBAHASAN Dasar-dasar umum yang menjadi latar belakang dalam pembentukan TPA regional Magelang antara lain: a. Meningkatnya Timbulan Sampah Timbulan sampah akan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup. Peningkatan timbulan sampah ini memerlukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan masalah lingkungan. b. Ketersediaan Lahan TPA yang Semakin Berkurang Meningkatnya timbulan sampah menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan TPA. Dewasa ini, lahan TPA sulit didapatkan terlebih lagi di daerah perkotaan. TPA yang ada sekarang hampir dipastikan akan penuh beberapa tahun mendatang sehingga diperlukan lahan TPA yang baru. Selama penanganan sampah dilakukan secara open dumping, maka kebutuhan akan lahan TPA ini akan semakin besar. c. Penolakan Pembangunan TPA oleh Masyarakat TPA yang berkembang saat ini lebih banyak berupa open dumping tanpa adanya pengolahan. Hal ini menambah semakin sulitnya pencarian lahan TPA baru karena pada umunya akan mengalami kendala berupa penolakan oleh masyarakat setempat. d. Keterbatasan Pendanaan Sektor Persampahan Fasilitas pengelolaan persampahan yang baik (TPA) membutuhkan investasi yang cukup besar akan tetapi terbentur oleh keterbatasan kemampuan pendanaan. TPA berjenis Controlled Landfill membutuhkan fasilitas-fasilitas berupa alat berat, saluran drainase air hujan, saluran pengumpul lindi juga tanah penutup. Sistem controlled landfill (lahan urug terkendali) adalah sistem pengolahan limbah di TPA dengan cara menggali tanah untuk penimbunan limbah dan kemudian dilakukan pemadatan serta menutupnya dengan tanah penutup yang dilengkapi dengan instalasi pengangkap gas dan pengolahan lindi/leachate. Beberapa hal yang menjadi dasar perlunya dilakukan kerjasama dalam pembentukan TPA regional Magelang antara Pemerintah Kota Magelang dan Kabupaten Magelang adalah disadarinya bahwa sebagai suatu kota dengan jumlah timbulan sampah yang cukup besar, tetapi tidak memiliki lahan yag ideal untuk difungsikan sebagai TPA. Disisi Analisis Teknis Pemilihan Lokasi TPA Regional Magelang (Kota Magelang Dan Kabupaten Magelang) - Diharto 2

Sidogede Citrosari Seloprojo Kertoharjo Sambungrejo Pager gunung Kleteran Tlogorejo Keditan Banyusari Kalikuto Jogoyasan Tirto Ngasinan Kentengsari Siladu Sumurarum Pandean Ngabean Krincing Mangunsari Umbulsari Gunungsari Banaran Girirejo Semen Donorejo Baleagung Selomirah Ngemplak Candisari Bandarsedayu Karangkajen Purwosari KE SALATIGA Kalijoso Maducondro Kebonlegi Secang Klegen Girimulyo Genito Banjarsari Candisari Wonoroto Windusari Ngadirojo Kanigoro Sumberejo Madyogondo Butuh Mangli Salam Madusari Donomulyo Jogonayan Dampit Cokro Magersari Ketawang Kalijoso Pengarengan Balesari Pucang Girikulon Giriwetan Pasidi Bandungrejo Tejosari Sugih mas Ngargosoko Tanjungsari Payaman Kembang Jambewangi Pucangsari Genikan kuning Pirikan Lebak Muneng Munggangsari Gondang Balerejo Pasangsari Jambewangi Candiretho Ngadirejo Gejagan Munengwarangan Donorojo Kaponan Mangunrejo Selomoyo Rejosari Dawung Kajangkoso Pancoranmas Klopo Gumelem Kragilan Kenalan Ngepanrejo Japon Sutopati Kebonagung Daseh Gandusari Wonokerto Pakis KE WONOSOBO Klegen Sukoyoso Ngendrokilo Rejosari Banyusari Sukorojo Temanggung Ketundan Kaliangkrik Maduretno Banjarejo Girirejo Purwodadi Dlimas Kebonagung Bawang Losari Glagahombo Tonoboyo Tegalrejo Banyusidi Pogalan Purwosari Beseran Bandongan Suroyudan Surodadi Banyuroto Sukorejo Girirejo Trasan Ngawonggo Giriwarno Sukodadi Ngasem Purworejo Sidowangi Bumirejo Banyuwangi Banyuurip Daleman Tampingan kidul Balekerto Tempursari Suroyudan Wonolelo Sukomulyo Tembelang Watunggunung Ketangi Sonorejo Salamkanci Mejing Candimulyo Giyanti Pucungroto Surojoyo Sangen Kem utuk Krumpakan Banjaragung Bangsri Bulurejo KE BOYOLALI Sukosari Trenten Pandanretno Soronalan Gantang Bawang Krinjing Kembaran Pandansari Pringombo Kedungsari Ketep M angunrejo Wadas Kebonrejo Bateh Kajoran Tugurejo Banjarnegoro Tempak Mertoyudan Temanggal Tegalsari Jati Kapuhan Sambak Prajeksari Banyurejo Wuwuharjo Banjaretno Sengi Bum iayu Podosoko Tampir Podosoko wetan Paten Ngampeldento Growong Sumberejo Jogomulyo Tampir Bambusari Madugondo Butuh kulon Tirtosari Kragawanan Sewukan Krinjing M adukoro Tempurejo Treko Ngendrosari Sukorejo Mangunsoko Sidosari Purwosari Kuwaderan Lesanpuro G irirejo Ngargosari Jaganegoro Bondowoso Danurejo Mangunsari Sawangan Sumber Keningar Senden Gondang Kaliabu Blondo Dukun Banyudono Pagersari Wonogiri Sawangargo Banjarharjo Gondowangi Tanggulrejo Kalisari Bumirejo Tanjunganom Banyubiru Ngargomulyo Donorejo Ambartawang Sidoagung Bojong Kalibening Kalinegoro Godosuli Ngadipuro Krasak Wates Sumberarum Jebengsari Margoyoso Sriwedari Tegalrandu Pabelan Ketunggeng Kebonrejo Pasuruhan Sedayu Pandanretno Paremono Pucanganom Ngargosoko Ringinanom KE PURWOREJO Salaman Tamanagung Polengan Jurangjero Ringinputih Deyangan Muntilan Kalisalak Rambeanak Pucungrejo Mranggen Tegalarum Ngrajek Bumiharjo Bringin Gunungpring Ngablak Kemiren Menoreh Ngadirejo Menayu Keji Kaligesik Kebonsari Gulon Kembanglimus Sawitan Banyuadem Mendut Kamongan Borobudur Ngawen Adikarto Karangrejo Congkrang Jumoyo Kradenan Kalirejo Jerukagung Ngadiharjo Sriwedari Seloboro Nglumut Paripurno Wanurejo Tanjung Tanjungsari Progowati Sirahan Tersanggede Tuk sanga Karanganyar Sokorini Sucen Sudimara Ngargoretno Giripurno Giritengah M ajaksingi Ngargogondo Candirejo Kenalan Sambeng Bigaran Blongkeng Plosogede Baturono Jamus kauman Ngluwar Karangtalun Somakaton Pakunden Bligo Kadiluwih Salam Mantingan Kalipucang Losari KE YOGYAKARTA Sewokan Ngrancah Banjarsari lain, meskipun jumlah timbulan yang dihasilkan oleh wilayah Kabupaten Magelang di sekeliling Kota Magelang tidak/belum sebesar Kota Magelang, tetapi Pemerintah Kabupaten Magelang memiliki beberapa alternatif lokasi yang dapat dikaji untuk dijadikan lahan TPA. Dengan keterbatasan kemampuan keuangan daerah, maka pemerintah Kota Magelang perlu melakukan sinergi kerjasama. Ringkasnya, pihak Kota Magelang akan membutuhkan lahan untuk TPA, dan Kabupaten Magelang lebih memungkinkan untuk menyediakan lahan bagi keperluan tersebut diatas. Konsekuensi logisnya Pemerintah Kota Magelang harus lebih aktif untuk membantu dalam aspek manajemen dan keuangan sesuai dengan kemampuan yang ada. Tabel 2. Perbandingan Potensi Persampahan Kota Magelang dan Kabupaten Magelang No. Hal Kota Magelang 2 Ketersediaan Lahan Kemampuan Keuangan Sistem Pengelolaan TPA Tidak Ada Kabupaten Magelang Ada + - Semi Controlled Landfill 4 Sarana TPA Lebih Lengkap Sumber: Hasil Analisis, 2008 Open Dumping Kurang Lengkap Kebutuhan lahan TPA Cari layak layak regional R - 20 KM R - KM SEMARANG ada ya Tentukan calon lokasi di daerah layak tidak tidak Calon lokasi terpilih Evaluasi dan seleksi calon-calon lokasi Buat peta layak regional Masalah biaya? waktu? ya Tentukan calon lokasi di daerah studi dan sekitarnya WONOSOBO PURWOREJO KALIANGKRIK KAJORAN SALAMAN WINDUSARI TEMPURAN TEMANGGUNG BANDONGAN SECANG KOTA LOKASI II MAGELANG CANDIMULYO BOROBUDUR D. I. YOGYAKARTA MERTOYUDAN R - 0 KM MUNGKID KOTA MUNGKID TEGALREJO LOKASI I MUNTILAN NGLUWAR SALAM GRABAG PAKIS DUKUN SRUMBUNG SAWANGAN NGABLAK D. I. YOGYAKARTA BOYOLALI tidak disetujui ya lokasi terpilih Gambar 2. Radius Pelayanan TPA Regional Magelang Gambar. Skema Pemilihan Lokasi TPA 26 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor Volume 0 Januari 2008, hal: 2 28

ri Kentengsari Candisari Umbulsari INDUSARI anrejo Tonoboyo ekerto Sukodadi Tugurejo ulyo Sukosari Kembang kuning Salamkanci Prajeksari Tempurejo Windusari Gandusari Bandarsedayu Balesari PENUTUP Semen Rejosari Banjarsari BANDONGAN Bandongan Banyuwangi Kedungsari Jaganegoro EMPURAN Sidoagung TEMANGGUNG Kalinegoro Siladu Trasan Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan adalah sebagai berikut:. Kota Magelang tidak memiliki lahan tetapi memiliki dana cukup untuk pengelolaan persampahan dan sarana TPA lengkap; Kabupaten Magelang memiliki lahan tetapi memiliki kurang memiliki dana dalam pengelolaan persampahan dan sarana TPA kurang lengkap. 2. Diperlukan segera TPA regional yang dikelola secara bersama-sama antara Pemerintah Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. Ngadirojo Kalijoso Payaman Jambewangi Ngabean Maducondro SECANG Blondo Madusari Secang. Lokasi TPA regional terpilih di Desa Glagahombo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Krincing Ngasem Banyuurip KOTA LOKASI Tampingan Tempursari II Mejing Candimulyo Surojoyo MAGELANG Bulurejo Banjarnegoro Mertoyudan Banyurejo Podosoko MERTOYUDAN Sumberejo Tampir kulon Treko Sukorejo Bondowoso Danurejo Senden Donorejo Bumirejo Pancoranmas Girirejo Candiretho Purwodadi Glagahombo Ambartawang Pucang Dawung Wonokerto Bojong MUNGKID Japon TEGALREJO Kebonagung Banyusari Sukorojo Dlimas LOKASI I Tempak Candisari Pirikan Donorejo Purwosari Kembaran Ngadirejo Gondang Kalikuto Karangkajen Klopo Tegalrejo Donomulyo Girikulon Purwosari Donorojo Suroyudan Purworejo Banyusari Sumurarum Klegen Giriwetan Lebak Tembelang Cokro Kertoharjo Salam Pasidi Mangunrejo Bawang Rejosari Surodadi Sonorejo Giyanti CANDIMULYO Tegalsari Tampir wetan Tirtosari Pagersari Kebonrejo Mangunsari Trenten Gondowangi Godosuli Podosoko Gambar. Wilayah Pelayanan TPA Regional Magelang Bateh Sidogede Saran GRABAG. Segera menyusun studi kelayakan, dan Butuh Sawangan Baleagung Pucangsari Daseh Losari Gejagan Kajangkoso Suroyudan Banyudono Banyubiru Ngadipuro Ketawang PAKIS DUKUN desain teknis TPA Regional Magelang. 2. Segera melakukan pembangunan TPA Regional Magelang dengan sistem pengolahan TPA secara controlled landfill yang dikelola secara bersama antara Pemerintah Kota dan Kabupaten Magelang.. Biaya konstruksi dilakukan secara sharing antara kedua pemerintahan; Kota Magelang menyediakan fisik sarana dan prasarana TPA, Kabupaten Magelang menyediakan lahan TPA. 4. Manajemen pengelolaan TPA regional dapat dilakukan secara bersama-sama atau bergantian (satu periode manajemen ada di Kota Magelang, periode berikutnya dilakukan Kabupaten Magelang.. Sistem pembiayaan operasional TPA dilakukan bersama-sama antara kedua pemerintahan dengan sistem restribusi (maksudnya bila Kota Magelang, volume sampah terangkut ke TPA lebih banyak daripada Kabupaten Magelang, maka restribusi pengolahan sampah tentunya lebih besar). 6. Secara bertahap melakukan kegiatan pengelolaan sampah sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah DAFTAR PUSTAKA Anonim, 99, SNI 0-24-99 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Anomim, 2006, Kumpulan Hasil Pelatihan Persampahan Jawa Tengah, Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase Jawa Tengah, Direktorat Pengembangan Analisis Teknis Pemilihan Lokasi TPA Regional Magelang (Kota Magelang Dan Kabupaten Magelang) - Diharto 27

Penyehatan Lingkungan Permukiman, Dirjen Cipta Karya, DPU. Anonim, Mei 2008, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Syafrudin, 2006, Modul Pelatihan Pengelolaan Limbah Padat (Sampah) Perkotaan, Jurusan Teknik Lingkungan FT-UNDIP, Semarang 28 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor Volume 0 Januari 2008, hal: 2 28