BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN EKSTRAK BUNGA TAPAK DARA (Catharanthus roseus) SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI PEMBUNUH NYAMUK Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organisme termasuk manusia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

SISTEM DAUR ULANG ANTI NYAMUK ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang. disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan pada WHO setiap tahun, akan tetapi WHO mengestimasi jumlah

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Serangga selain mengganggu manusia dan binatang. melalui gigitannya, juga dapat berperan sebagai vektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kemampuan Bahan Aktif Ekstrak Daun Mojo (Aegle marmelos L.) dalam Mengendalikan Nyamuk Aedes aegypti, dengan Metode Elektrik

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. manusia dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan dunia kesehatan. Dimana Nyamuk adalah ektoparasit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pengenalan dan Pelatihan Budidaya Tumbuhan Anti Nyamuk Di Kelompok PKK Kricak Kidul Tegalrejo Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Dalam hal upaya pengendalian Aedes aegypti, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH MAT DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BIJI PALA (Myristicafragans) TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes sp

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tropis yang mengancam manusia di berbagai negara tropis dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang telah dilaporkan semakin meningkat jumlahnya. Di Indonesia, penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia sebagai daerah endemis dan sering menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kematian yang tinggi (Arman, 2008). Indonesia merupakan negara tertinggi yang memiliki kasus DBD di Asia Tenggara. Pada tahun 2015 tercatat 71.668 kasus demam berdarah dan 641orang diantaranya meninggal dunia. Kasus ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kasus DBD yang terjadi pada tahun 2007 yaitu 158.155 kasus (Depkes RI, 2015). Pada tahun 2016 ini kita kembali digemparkan dengan adanya berita tentang penyebaran penyakit Demam Berdarah yang begitu pesat dan memakan banyak korban di Indonesia. Beberapa kota bahkan sudah mengumumkan kejadian ini sebagai kejadian luar biasa (KLB) seperti Surabaya, Bojonegoro, Yogyakarta dan Bali yang meminta seluruh warganya bergotong royong membasmi penyakit ini dengan melakukan 1

2 berbagai tidakan pencegahan. Menurut Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, dari Januari sampai April 2016 di Bali tercatat 8.612 penderita dan sudah ada 30 orang yang meninggal akibat penyakit ini. Di Jawa Timur, dalam pekan pertama Februari 2016 terdapat 13 orang meninggal akibat DBD, sementara 31 penderita masih dirawat di rumah sakit. Jumlah kasus DBD di Yogyakarta 512 penderita dan korban tewas 35 orang (Koran Sindo, 2016). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Di Indonesia nyamuk penular (vektor) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes aegypti merupakan nyamuk yang berperan sebagai penular flavivirus, yaitu salah satu virus dengue penyebab DBD. Berbagai cara telah ditempuh dalam upaya pengendalian nyamuk Aedes aegypti diantaranya adalah pengendalian secara biologis, mekanis, kimiawi dan radiasi. Pengendalian yang banyak dilakukan adalah pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sintetis. Insektisida sintetis ini bekerjanya lebih efektif dan hasilnya dapat dilihat dengan cepat dibandingkan dengan pengendalian biologis maupun mekanis. Dampak buruk pemakaian insektisida sintetis yang mengandung bahan kimia dapat mengakibatkan keracunan pada manusia dan hewan ternak, polusi lingkungan, dan serangga menjadi resisten (Abdillah, 2004).

3 Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian yang mengunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent). Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena cara pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa serta dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia (Gandahusada, 2004). Masalah-masalah tersebut dapat dicegah dengan penemuan alternatif lain untuk pengendalian vektor DBD yang lebih aman dan dapat terbiodegradasi yaitu dengan penggunaan bahan alami dari tumbuhan. Ekstrak bahan alami dari tumbuhan dapat menjadi sumber alternatif dalam pengendalian vektor DBD untuk mencegah dampak buruk yang terjadi akibat penggunaan bahan kimia. Penggunaan ekstrak bahan alami dari tumbuhan yang digunakan sebagai pengendalian vektor dikenal dengan insektisida nabati atau insektisida alami. Insektisida nabati atau insektisida alami adalah bahan alami berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat kimia lainnya. Senyawa biokatif tersebut selain dapat digunakan untuk mengendalikan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) dapat juga digunakan untuk mengendalikan

4 serangga di lingkungan rumah. Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, batang, dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk, ataupun ekstraksi (dengan air atau senyawa pelarut organik). Menurut Kardinan dalam Naria (2005) senyawa bioaktif yang diduga bisa berfungsi sebagai insektisida yang terkandung pada tumbuhan diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, steroid dan minyak atsiri (Naria, 2005). Untuk menghindari efek negatif dari penggunaan anti nyamuk yang berasal dari bahan-bahan kimia, dilakukan penelitian yang menggunakan senyawa alami yang berasal dari tanaman (ekstrak) yang dapat berperan sebagai penghalau atau pembasmi nyamuk, misalnya penelitian yang telah dilakukan oleh Manurung (2015) mengenai pengaruh daya tolak ekstrak serai wangi (Cymbopogon nardus L.) terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti hasilnya menunjukan adanya pengaruh ekstrak serai wangi yang menyebabkan nyamuk tidak ada yang mau menggigit pada konsentrasi tertentu yang diujicobakan. Pada penelitian khasiat minyak atsiri daun sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) sebagai insektisida pengusir lalat rumah dan pengusir nyamuk oleh Fitriani (2013) menunjukan adanya geraniol dan sitronellol dari ektrak miyak atsiri daun sereh wangi dapat berfungsi sebagai insektisida nyamuk.penelitian daya bunuh ekstrak biji kecubung (Datura metel) terhadap nyamuk Aedes aegypti membuktikan bahwa ekstrak biji kecubung (Datura metel) memiliki efek insektisida terhadap nyamuk Aedes

5 aegypti dengan LC50 pada konsentrasi 0,08% dan LC99 pada konsentrasi 0,286%.Pada penelitian pengaruh ekstrak bunga tapak dara (Catharanthus roseus sp) terhadap jumlah lalat buah (Drosophila melanogaster) yang hinggap pada buah pisang raja (Musa paradisiaca L.) menunjukan ekstrak bunga tapak dara dapat menolak lalat untuk hinggap karena adanya zat yang tidak disukai serangga terkandung didalamya yaitu adanya geraniol dan sitronellol (Widiyanti, 2007). Beberapa tanaman yang dijadikan sebagai bahan dasar dari pembuatan produk obat nyamuk yang beredar di pasaran, yaitu: bunga lavender, biji kecubung, kulit jeruk, daun sirih, daun sereh dan bunga geranium atau tapak dara. Diantara tanaman penghasil bahan anti nyamuk tersebut salah satunya adalah tanaman tapak dara, tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) menghasilkan minyak atsiri yang dikenal sebagai Sitronella Oil. Minyak Sitronella mengandung dua senyawa kimia penting yaitu Geraniol dan Sitronellol (Eduardo Cassel, 2006). Tapak dara merupakan tanaman dari suku Apocynaceae yang memiliki kandungan Geraniol dan Sitronellol yang terdapat pada bagian bunganya (Pereira et al., 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan diketahui bahwa tanaman tapak dara terutama bunganya mengandung zat-zat seperti saponin, flafonoid, tannin dan terutama geraniol dan sitronellol yang bisa dimanfaatkan sebagai penghalau atau pembasmi serangga seperti lalat dan nyamuk (Balittro,

6 2010). Geraniol termasuk racun kontak yang diduga bisa mempengaruhi ganglia (badan sel saraf) dari sistem saraf pusat serangga yang membuat nyamuk mengalami kelumpuhan dan mengakibatkan kematian. Sitronellol termasuk racun kontak yang mempunyai kemampuan untuk merusak membrane sel dan membuat nyamuk kehilangan cairan secara terus-menerus (Nopiyanti, 2008). Senyawa Geraniol dan Sitronellol dapat berfungsi sebagai penolak maupun pembasmi nyamuk tetapi belum diketahui pada konsentrasi berapa ekstrak bunga tapak dara efektif untuk membunuh nyamuk. Untuk melihat potensi yang dimiliki dari bunga tapak dara maka diperlukan percobaan untuk menguji efektifitas bunga tapak dara sebagai insektisida alami untuk pembasmi nyamuk Aedes aegypti yang ampuh dan yang paling penting aman serta tidak membuat gangguan kesehatan lain karena tidak terkontaminasi bahan kimia berbahaya. Alasan dipilihnya bunga tapak dara selain karena mengandung sumber bahan insektisida alamiyaitu geraniol dan sitronellol yang diperlukan untuk dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti tetapi juga merupakan suatu usaha untuk pemanfaatan tanaman tapak dara yang sebelumnya hanya dianggap sebagai tanaman murahan saja, menjadi tanaman yang bermanfaat dan dapat mendatangkan penghasilan tambahan dengan adanya nilai tambah dari bunganya yang dapat digunakan untuk insektisida alami pembunuh nyamuk Aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah.

7 Berdasarkan uraian di atas dengan melihat kenyataan tersebut peneliti mencoba menguji kemampuan dari ekstrak bunga tapak dara sebagai insektisida alami terhadap nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui apakah bunga tapak dara dapat dijadikan sebagai bahan insktisida alami yang dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti dan berapakah kadar konsentrasi yang efektif dari ekstrak bunga tapak dara sebagai bahan pembunuh nyamuk Aedes aegypti dengan penelitian yang berjudul Pemanfaatan ekstrak bunga tapak dara (Catharanthus roseus) sebagai insektisida alami pembunuh nyamuk Aedes aegypti. B. Pembatasan Masalah Agar pokok masalah tidak berkembang dan mudah untuk dipahami, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Subyek penelitian adalah ekstrak bunga tapak dara sebagai bahan insektisida alami. 2. Obyek penelitian adalah kematian nyamuk Aedes aegypti. 3. Parameter penelitian adalah LC nyamuk Aedes aegypti (efektif bila mencapai LC90). C. Perumusan Masalah Dari latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:

8 1. Apakah ekstrak bunga tapak dara yang digunakan sebagai insektisida alami dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti? 2. Apakah kadar konsentrasi ekstrak bunga tapak dara yang berbeda berpengaruh terhadap jumlah nyamuk Aedes aegypti yang mati? 3. Apakah ekstrak bunga tapak dara dapat digunakan sebagai insektisida alami yang efektif untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui ekstrak bunga tapak dara yang digunakan sebagai insektisida alami dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti. 2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak bunga tapak dara yang berbeda terhadap jumlah nyamuk Aedes aegypti yang mati. 3. Untuk mengetahui ekstrak bunga tapak dara dapat digunakan sebagai insektisida alami yang efektif untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti. E. Manfaat Penelitian 1. Menambah khasanah keilmuan, pengetahuan dan pengalaman penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. 2. Memberikan informasi bahwa ekstrak bunga tapak dara dapat dijadikan sebagai insektisida alami untuk membunuh nyamuk yang ampuh dan yang paling penting aman serta tidak membuat gangguan kesehatan lain karena tidak terkontaminasi bahan kimia berbahaya.

9 3. Memberikan nilai lebih terhadap tanaman tapak dara yang sebelumnya hanya dianggap sebagai tanaman murahan saja, menjadi tanaman yang bermanfaat dan dapat mendatangkan penghasilan tambahan dengan adanya nilai tambah dari bunganya yang dapat digunakan untuk insektisida alami pembunuh nyamuk Aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah.