HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN ANAK DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

TUGAS KESEHATAN KELUARGA : KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT MENINGKATKAN PEMENUHAN NUTRISI BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

1 Universitas Indonesia

kelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKANORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESANGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

EFEKTIFITAS PEER GROUP EDUCATION TENTANG GIZI SEIMBANG TERHADAP PERILAKU GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH. Rina Nur Hidayati 1, Faisal Ibnu 2

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

Keywords: Anemia, Social Economy

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS HUBUNGAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA, KARAKTERISTIK KELUARGA DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU KUNIR PUTIH 13 WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO I KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA NGENTAK PONDOKREJO SLEMAN YOGYAKARTA

Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volome 8 Nomor 1 jurnal.syedzasaintika.ac.id

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Nutrisi yang cukup sangat penting pada usia dini untuk memastikan

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG ANAK BADUTA (12-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

1

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN SURAT PERNY AT AAN ABSTRAK ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

Transkripsi:

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN ANAK DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK Rina Nur Hidayati Prodi S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto Abstrak Anak usia sekolah pada masa pertumbuhan dan perkembangannya sering mengalami masalah gizi. Masalah gizi terutama gizi kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Gizi yang optimal sangat diperlukan pada anak usia sekolah, karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanan anak dan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional dengan 109 sampel yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan adanya hubungan yang bermakna pada asupan makanan anak (p 0,000) dengan status gizi anak usia sekolah. Upaya penanganan masalah gizi anak usia sekolah perlu menekankan pada asupan makanan anak usia sekolah. Peran Dinas Kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui KADARZI melalui optimalisasi peran perawat dalam pembinaan keluarga. dan advokat dengan.dinas Pendidikan dalam pengeloaan UKS khususnya dalam pencegahan gizi kurang pada anak usia sekolah. Kata Kunci: asupan makanan, status ekonomi, status gizi, anak usia sekolah Abstract School-age children during growth and development often experience nutritional problems. Nutritional problems, especially malnutrition can inhibit the growth and development of school-age children. Optimal nutrition is necessary in school age children, because the impact is directly related to the achievement of qualified human resources. This study aimed to determine the relationship of food intake of children and the economic status of families with the nutritional status of school-age children. This study used a descriptive correlational, cross-sectional approach with 109 samples taken are proportional cluster sampling. Chi Square test found a significant correlation child food intake (p 0.000) with the nutritional status of school-age children. Efforts to address nutrition problems school age children need on food intake of school-age children. The role of the Department of Health is indispensable in improving community empowerment through KADARZI through the optimization of the role of nurses in family coaching and advocates with. Department of Education in the management of UKS particularly in prevention to malnutrition in school age children. Keywords: food intake, economic status, nutritional status, school-age children PENDAHULUAN Anak usia sekolah adalah kelompok anak yang berumur 6 12 tahun. Anak usia sekolah

pada masa perkembangannya sering mengalami masalah gizi. Masalah gizi terutama gizi kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah (Edelman & Mandle, 2010; Hitchock, Schubert & Thomas, 1999). Gizi yang optimal sangat diperlukan pada anak usia sekolah karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Gizi yang berkualitas sangat penting karena pada usia tersebut anak mengalami tumbuh kembang yang pesat. Selain itu anak usia sekolah dapat dijadikan media pembawa perubahan (agent of change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi diri sendiri dan keluarganya (Depkes, 2005). Word Food Program/WFP dan UNESCO (2007) menemukan anak usia sekolah dasar di seluruh dunia sekitar 72 juta tidak sekolah, dan 60% mengalami gizi kurang (WFP, 2008). Gambaran status gizi anak usia sekolah di Indonesia dapat diketahui dari hasil Riskesdas tahun 2007, yang mengidentifikasi prevalensi nasional gizi kurang/anak kurus 12,1% dan prevalensi anak kurus di provinsi Jawa Barat mencapai 11% (Depkes RI, 2008). Sedangkan masalah gizi anak usia sekolah di Kota Depok khususnya Puskesmas Tugu belum ditetapkan. Hal ini karena program gizi lebih difokuskan pada balita (Profil Depok, 2009). Asupan makanan yang tidak seimbang bisa mempangaruhi status gizi anak usia sekolah. Kebiasaan hanya menyukai satu atau dua jenis makanan tertentu, jarang sarapan pagi, anak menjadi lebih suka jajan, kurang konsumsi makanan berserat seperti sayur maupun buah, dan anak lebih cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji atau instan merupakan kebiasaan tidak sehat yang sering dilakukan oleh anak (Soekirman, 2006; Kurniasih, 2010). Akibatnya, anak tidak memiliki asupan makanan dengan gizi seimbang sehingga berdampak pada masalah kesehatan dan gizi anak (McMurray, 2003; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Faktor sosial ekonomi khususnya kemiskinan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi gizi anak. Anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung rentan terhadap masalah gizi. Hal ini berkaitan dengan faktor ketersediaaan makanan, keterbatasan akses makanan, pendidikan yang kurang dari orang tua, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi (Hitchock, Schubert & Thomas, 1999). Masalah gizi kurang pada anak usia sekolah akan berkelanjutan pada masa remaja, khususnya anak perempuan yang tumbuh menjadi remaja putri. Hal ini kalau berlangsung sampai usia subur, maka akan melahirkan anak dengan risiko BBLR, dan berdampak langsung pada meningkatnya

angka kematian ibu dan bayi (Kurniasih, 2010). Berdasarkan fenomena diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yaitu Apakah ada hubungan asupan makanan anak dan penghasilan keluarga dengan status gizi anak usia sekolah di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok, Tahun 2011?. METODE PENELITIAN Desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuesioner asupan makanan dan penghasilan keluarga yang dikembangkan peneliti sendiri. Uji coba kuesioner dilakukan, dan instrumen dinyatakan valid dan reliabel. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tugu pada bulan Oktober November 2010 dengan 109 sampel yang diambil secara proportional cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan door to door dan pada kegiatan dimana anak usia sekolah berkumpul baik secara formal maupun informal.. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi anak usia sekolah, sedangkan variabel independen adalah asupan makanan anak dan status ekonomi keluarga. Analisa univariat menggunakan prosentase dan frekuensi. Uji Chi Square dilakukan untuk analisis bivariat. HASIL PENELITIAN 1. Status gizi anak usia sekolah Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi anak usia sekolah No Status gizi anak Frekuensi Prosentase usia sekolah (f) 1. Kurang baik 31 28,4 2. Baik 78 71,6 Jumlah 109 100 Status gizi anak usia sekolah menunjukkan sebagian besar dengan gizi baik (-2 SD s.d 2 SD) yaitu 71,6%. 2. Asupan makanan anak Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan makanan anak usia sekolah No Asupan Frekuensi Prosentase makanan (f) 1. Kurang baik 33 30,3 2. Baik 76 69,7 Jumlah 109 100 Asupan makan anak diperoleh sebagian besar dengan asupan makanan yang baik (69,7%).

3. Status Ekonomi Keluarga Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status ekonomi keluarga No Status ekonomi Frekuensi Prosentase keluarga (f) 1. Rendah ( UMK) 26 23,9 2. Tinggi (> UMK) 83 76,1 Jumlah 109 100 Status ekonomi keluarga anak usia sekolah diperoleh sebagian besar adalah tinggi (> UMK) yaitu 76,1% 4. Hubungan asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah Tabel 4. Hubungan asupan makanan anak dan status gizi anak usia sekolah Asupan makanan anak Status gizi Total Kurang baik Baik n % n % n % Kurang baik 31 93,9 2 6,1 33 100 Baik 0 0 76 100 76 100 Jumlah 31 28,4 78 71,6 109 100 P value 0,000 Hasil analisis diperoleh Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah. 5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah Tabel 5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah Status ekonomi keluarga Status gizi Total Kurang baik Baik n % n % n % Kurang baik 9 34,6 17 65,4 26 100 Baik 22 26,5 61 73,5 83 100 Jumlah 31 28,4 78 71,6 109 100 P value 0,582 Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,582 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah. PEMBAHASAN 1. Status gizi anak usia sekolah

Proporsi status gizi kurang baik (gizi kurang dan gizi lebih) pada anak usia sekolah menunjukkan lebih tinggi dari prevalensi gizi nasional berdasarkan hasil Riskesdas 2008. Menurut peneliti, hal ini dipengaruhi karena program gizi pada pemerintah lebih difokuskan pada balita, sedangkan program gizi untuk anak usia sekolah kurang mendapatkan perhatian khusus. Masalah gizi pada anak usia sekolah seperti fenomena gunung es dan sering kali tidak tercacat/terlaporkan, karena kurangnya pendekatan multidisiplin seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes RI (2008) yang mengungkapkan dalam menghadapi masalah gizi pada anak diperlukan pendekatan yang komprehensif dan multidisiplin. Peran serta seluruh komponen seperti pemerintah, masyarakat, tenaga profesional, media dan keluarga sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dalam penanganan masalah gizi. 2. Asupan makanan anak Asupan makan anak usia sekolah diperoleh sebagian besar dengan asupan makanan yang baik (69,7%). Hal ini karena asupan makanan sehari-hari pada anak usia sekolah di Kelurahan Tugu sebagian besar sudah bergizi seimbang dan telah memenuhi kebutuhan gizi anak 6-12 tahun yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Hitchock, Schubert dan Thomas (1999) menyebutkan asupan makanan yang baik merupakan dampak dari ketersediaan makanan yang baik. Asupan makanan secara kualitas dan kuantitas sangat penting karena dapat mempengaruhi status gizi anak yang meliputi diet seimbang, perencanaan dan pengaturan keuangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. 3. Status ekonomi keluarga Status ekonomi keluarga anak usia sekolah diperoleh sebagian besar diatas adalah tinggi (> UMK) yaitu 76,1%. Soekirman (2006) mengemukakan pencegahan gizi kurang akan sulit karena menyangkut status ekonomi yaitu penghasilan yang kurang (kemiskinan). Kemiskinan menyebabkan orang tua tidak bisa memberikan makanan yang bergizi seimbang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ariningsih (2009) pada kelompok rumah tangga berpendapatan rendah didapatkan konsumsi energi dan proteinnya masih di bawah stándar mínimum kecukupan energi maupun protein.

4. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman (2008) yang mengungkapkan bahwa terkadang faktor pendidikan dan pengetahuan gizi menjadi lebih penting daripada masalah pendapatan. Meskipun pendapatan relatif rendah, tetapi bila didasari oleh pengetahuan gizi yang memadai; bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masih mungkin didapatkan atau dibeli. 5. Hubungan asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah Hasil penelitian di peroleh ada hubungan yang bermakna asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah. Hal ini sesuai dengan UNICEF (1998) mengemukakan salah satu penyebab langsung masalah gizi karena asupan makanan yang tidak seimbang. Anak dengan asupan gizi kurang akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, sehingga anak rentan terhadap penyakiti dan masalah gizi. Penelitian Daryono (2003) pada anak sekolah dasar juga mengemukakan faktor dominan yang mempengaruhi prevalensi gizi lebih (39,3%) berhubungan dengan pola makan. PENUTUP SIMPULAN 1. Proporsi masalah gizi (gizi kurang dan gizi lebih) pada anak usia sekolah di Kelurahan Tugu melebihi prevalensi nasional. 2. Asupan makanan anak usia sekolah sebagian besar adalah baik 3. Status ekonomi keluarga sebagian besar adalah tinggi (diatas UMK) 4. Tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah. 5. Ada hubungan yang signifikan antara asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah. SARAN 1. Dinas Kesehatan Kota Depok hendaknya meningkatkan jumlah tenaga kesehatan terlatih dan alokasi pendanaan serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui KADARZI dalam pencegahan dan penanggulangan masalah gizi anak usia sekolah. Selain itu Dinas Kesehatan Kota Depok hendaknya melakukan advokasi dengan Dinas Pendidikan dalam pengelolaan UKS dan pemberdayaaan kader kesehatan sekolah/dokter kecil khususnya dalam pengelolaan gizi kurang pada anak usia sekolah.

2. Pihak puskesmas/perawat perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga anak usia sekolah yang berisiko masalah gizi secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan. 3. Keluarga hendaknya memberikan makanan yang bervariasi setiap harinya pada anak sesuai prinsip gizi seimbang. DAFTAR RUJUKAN Allender & Spradley. (2005). Commmunity health nursing: Concept and practice. (5 th ed). Philadelhia: Lippincott. Ariningsih. (2009). Konsumsi dan kecukupan energi dan protein rumah tangga di Indonesia: analisis data Susenas 1999, 2002, 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Journal Info Pangan dan Gizi. Volume XIX. No 2: 23-29. 2010 Daryono. (2003). Hubungan antara konsumsi makanan, kebiasaan makan dan faktor lain dengan status gizi pada anak sekolah di Kota Jambi. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas,S., (1999). Community health nursing: caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing Company. Kurniasih, dkk. (2010). Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia. McMurray, A. (2003). Community health and wellness: a socioecological approach. (2 th ed). St. Louis USA: Mosby Year Company. Muhammad, A., Hadi, H., dan Boediman, D. (2009). Pola asuh, asupan zat gizi dan hubungannya dengan status gizi anak balita masyarakat Suku Nuaulu di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 2009, 6 (2): 84-94. Soekirman, et.al (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT. Gramedia pustaka. UNICEF. (1998). The world children.. http://www.unicef.org/publications/files /pub_sowc98_en.pdf Depkes, RI.(2008). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007. http://www.litbang.depkes.go.id/. Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2009. Depok: Tidak dipublikasikan. Edelman.C., & Mandle, C. (2006). Health promotion thoughout the life span. (6 th rd). St Louis. Missoury: Mosby.