PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2017 KERJA BERSAMA PERANG MELAWAN NARKOBA

DATA PENDUKUNG PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 BADAN NARKOTIKA NASIONAL

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

JURNAL DATA TERKAIT NARKOTIKA TAHUN 2014

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BIO DATA KOTA TANGERANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

KONDISI SAAT INI BIDANG PEMBERANTASAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR

A IO N BNN BADAN NARKOTIKA NASIONAL. RENSTRA BNN [reviu]

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

STRATEGI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOTA SAMARINDA DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI KOTA SAMARINDA

J A K A R T A, M E I

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

Stop Narkoba: Suatu Upaya Penanggulangan Darurat Narkoba Melalui Reformasi Regulasi Rehabilitasi Pecandu Narkoba dan Sosialisasi Anti Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

DATA TINDAK PIDANA NARKOBA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

2 e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; f. P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

BAB II. A. Sebelum Undang-Undang Nomor 35 Tahun ) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

RANCANGAN. Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

RENCANA AKSI BNNP SULAWESI SELATAN BIDANG PENCEGAHAN TARGET/ TAHUN No TUJUAN RENCANA AKSI

REHABILITASI PENYALAH GUNA NARKOBA UNTUK PEMULIHAN MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

Selamat membaca..! Redaksi

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

ANALISA DATA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

RENCANA STRATEGIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN


BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Dasar Hukum. Direktorat Reserse Narkoba Polda Jatim

BAB I PENDAHULUAN. mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

1. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MASYARAKAT ( MODAL SOSIAL)

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

KOTA MATARAM BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. H. Tambunan dalam acara Foreign Policy Breakfast di Kantor Kementerian Luar

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja.

Transkripsi:

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA Jakarta, 22 Desember 2016 Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang mengancam dunia dan bisa digunakan sebagai salah satu senjata dalam proxy war untuk melumpuhkan kekuatan bangsa. Oleh karena itu, kejahatan ini harus diberantas dan ditangani secara komprehensif. Sebagai negara yang menjadi salah satu sasaran terbesar dalam peredaran narkotika yang dikendalikan oleh jaringan nasional dan internasional, Indonesia telah mengambil langkah tegas dalam menghadapi bentuk perang modern ini. Di awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo menyatakan kepada seluruh bangsa Indonesia, bahwa Indonesia berada dalam situasi darurat Narkoba dan menyerukan PERANG BESAR terhadap segala bentuk kejahatan narkotika. Sebagai bukti nyata kehadiran negara dalam melindungi generasi bangsa dari ancaman narkotika, Presiden Joko Widodo telah mengeksekusi para terpidana mati kasus narkotika beberapa waktu lalu. Meski menuai kontroversi dari pihak asing, sebanyak 15 terpidana mati baik WNA maupun WNI kasus narkotika telah dieksekusi, salah satunya adalah Freddy Budiman, gembong narkotika kelas kakap di Indonesia, yang kerap terlibat kasus-kasus penyelundupan narkotika dari mancanegara meskipun tengah mendekam di jeruji besi. Tindakan tegas ini mendorong Badan Narkotika Nasional (BNN), sebagai lembaga negara yang bertugas melaksanakan pemerintahan di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN), untuk lebih agresif dalam menangani permasalahan narkotika di Indonesia melalui strategi demand reduction, yaitu dengan tindakan preventif guna memberikan kekebalan kepada masyarakat agar mereka imun terhadap penyalahgunaan narkotika, dan strategi supply reduction, melalui penegakan hukum yang tegas dan terukur agar sindikat narkotika jera. HUKUMAN TEGAS & TERUKUR SEBAGAI EFEK JERA Guna mendukung upaya penegakan hukum yang lebih baik dalam memerangi narkotika, BNN mempersenjatai diri dengan senjata yang lebih modern serta menambah kekuatan pasukan dengan K9 sebanyak 50 unit beserta 100 orang Satgas K9 BNN.

Dengan penguatan yang telah dilakukan, pada periode 2016 ini, BNN telah mengungkap 807 kasus narkotika dan mengamankan 1.238 tersangka, yang terdiri dari 1.217 WNI dan 21 WNA. Sedangkan barang bukti narkotika yang disita BNN pada periode tersebut adalah berupa : GANJA SABU EKSTASI HEROIN MORFIN KOKAIN HASHISH DAFTAR G BENZODIAZEPINE 2.687.624,89 GRAM 20.000 BATANG POHON GANJA 16 HA LADANG GANJA 1.016.198,95 GRAM 754.094 BUTIR 568,15 GRAM 581,5 GRAM 108,12 GRAM 4,94 GRAM 0,32 LITER 5.012 BUTIR 2 BUTIR Sedangkan untuk kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) hasil kejahatan narkotika, BNN telah mengungkap 21 kasus dari 30 tersangka dan melakukan penyitaan aset yang nilainya mencapai Rp 261.863.413.345,-. Dari jumlah tersebut, jika dibandingkan dengan tahun 2015, pengungkapan kasus narkotika sebanyak 638 kasus dan TPPU sebanyak 15 kasus, maka terjadi peningkatan sebanyak 56% dalam pengungkapan kasus narkotika dan 58% dalam kasus TPPU. Meskipun pemberantasan terhadap peredaran gelap narkotika kian gencar dilakukan, nyatanya sindikat narkotika tetap berusaha mencari celah menyusupi negara ini dengan narkotika melalui jenis dan bentuk baru untuk menghindari jerat hukum. Sebagai lembaga negara yang bertanggung jawab dalam penanganan permasalahan narkotika, BNN terus meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman narkotika jenis baru atau NPS (New Psychoactive Substances) tersebut dan sampai dengan akhir tahun 2016, BNN telah mengidentifikasi 46 NPS. Dari jumlah tersebut, 18 diantaranya sudah masuk dalam lampiran Permenkes No. 13 Tahun 2014, sedangkan 28 lainnya masih dalam tahap pembahasan dan akan segera masuk dalam lampiran Permenkes sehingga memiliki ketegasan hukum.

MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI Sebagai upaya untuk melindungi generasi bangsa dari kejahatan narkotika, pada tahun ini BNN semakin aktif melakukan langkah-langkah preventif yang bertujuan memberikan kekebalan sehingga meningkatnya imunitas masyarakat dari penyalahgunaan narkotika. Langkah ini diambil sebagai solusi yang paling tepat untuk mematikan pangsa pasar narkotika di Indonesia, sehingga Indonesia tidak lagi menjadi lahan yang subur bagi sindikat narkotika. Pada tahun 2016, BNN telah melakukan kegiatan pencegahan berupa advokasi, sosialisasi, dan kampanye STOP Narkoba sebanyak 12.566 kegiatan yang melibatkan 9.177.785 orang dari berbagai kalangan, baik kelompok masyarakat, pekerja, maupun pelajar. Tercatat sebanyak 894 instansi pemerintah dan swasta, serta 834 kelompok masyarakat dan lingkungan pendidikan, yang didorong BNN untuk peduli terhadap permasalahan narkotika, hingga akhirnya memiliki kebijakan pembangunan berwawasan Anti Narkoba di lingkungannya masing-masing. Pada tahun ini juga telah terbentuk 15.772 relawan P4GN yang siap sedia membantu BNN dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dari penyalahgunaan narkotika. Dalam upaya mengoptimalkan pencegahan bahaya narkotika, BNN senantiasa berinovasi dalam mengemas pesan STOP Narkoba, salah satunya dengan meluncurkan 36 unit mobil sosialisasi P4GN yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Dengan mobil ini diharapkan dapat menjangkau seluruh pelosok negeri sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. GALI POTENSI DIRI MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Tak dapat dipungkiri bahwa suburnya pangsa pasar narkotika menjadi alasan bagi beberapa orang untuk menjadikan narkotika sebagai ladang bisnis. Bahkan bagi beberapa daerah yang dikenal rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, bisnis kejahatan ini bersifat turun temurun. Untuk mengatasi hal tersebut, maka BNN melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan dan pelatihan keterampilan yang bertujuan untuk menggali potensi diri masyarakat, khususnya yang berada di daerah rawan narkotika, untuk melahirkan individu mandiri yang memiliki etos kerja yang baik sehingga tidak lagi menjadikan narkotika sebagai pilihan bisnis untuk melanjutkan kehidupan. Pada tahun 2016, BNN telah melakukan 2.932 kegiatan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan 423.961 orang. Kegiatan ini telah mampu meningkatkan potensi diri masyarakat daerah rawan narkotika sehingga lebih produktif dan kreatif dalam

menciptakan peluang bisnis yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mampu mengubah daerah rawan narkotika menjadi daerah yang kondusif dan layak huni. Sebagai upaya deteksi dini penyalahgunaan narkotika, BNN memfasilitasi kegiatan tes urine yang diikuti oleh 180.858 orang, dengan hasil sebanyak 844 orang terindikasi positif mengonsumsi narkotika. Guna memaksimalkan pelayanan tes urine, pada tahun ini BNN juga telah menambah armada fungsional pemberdayaan masyarakat sebanyak 80 unit yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan tes urine di beberapa provinsi rawan narkotika di Indonesia. REHABILITASI MASIF SEBAGAI PENGOBATAN Rehabilitasi merupakan salah satu poin penting dalam menekan angka prevalensi penyalah guna narkotika. Selain dapat memulihkan penyalah guna, dengan rangkaian program rehabilitasi dapat mencegah penyalah guna terperosok lebih dalam pada candu narkotika serta mencegah agar mereka tidak kambuh kembali (relapse). Pada tahun 2016, BNN telah merehabilitasi 16.185 penyalah guna narkotika, baik di balai rehabilitasi maupun di dalam lembaga pemasyarakatan, dan telah memberikan layanan pasca rehabilitasi kepada 9.817 mantan penyalah guna narkotika. Untuk mengoptimalkan program rehabilitasi, BNN yang sebelumnya telah memiliki 4 (empat) balai rehabilitasi, yaitu Balai Besar Rehabilitasi Lido Jawa Barat, Balai Rehabilitasi Baddoka Sulawesi Selatan, Balai Rehabilitasi Tanah Merah Kalimantan Timur, dan Loka Rehabilitasi Batam Kepulauan Riau, pada tahun ini menambah fasilitas rehabilitasi di 2 (dua) tempat, yaitu Loka Rehabilitasi Kalianda Lampung dan Balai Rehabilitasi Deliserdang Sumatera Utara. Selain meningkatkan fasilitas lembaga rehabilitasi, BNN juga memaksimalkan jangkauan penyelenggaraan program rehabilitasi dengan memberikan dukungan kepada lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dan komponen masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam rangka memenuhi hak penyalah guna narkotika yang sedang dalam proses hukum untuk memperoleh layanan rehabilitasi, pada tahun ini BNN juga telah melaksanakan layanan asesmen terpadu kepada 2.676 orang. Jumlah ini meningkat dua kali lipat atau sekitar 111% dari tahun sebelumnya. Melalui rehabilitasi massif ini, diharapkan mantan penyalah guna narkotika dapat kembali hidup di tengah-tengah masyarakat secara normatif, produktif, dan dapat berfungsi secara sosial, serta menekan angka prevalensi penyalah guna narkotika secara signifikan di tahun mendatang.

SINERGITAS PERANGI NARKOTIKA Penanganan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Selain menjalin kerja sama dengan aparat penegak hukum dalam penanganan pemberantasan narkotika, pada tahun 2016 BNN juga telah membangun sinergitas terkait pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, baik nasional maupun internasional. Di lingkup nasional, BNN menjalin kerja sama dengan 31 elemen bangsa, yang terdiri dari 8 instansi pemerintah, 4 lingkungan pendidikan, dan 19 kelompok masyarakat. Sedangkan di lingkup internasional, BNN membangun kerja sama dengan berbagai negara, diantaranya Kolombia dan Thailand. Sinergitas ini diperlukan sebagai akselerasi terciptanya Indonesia yang terbebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. PANTANG BERPUAS DIRI Segala pencapaian yang diraih pada tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, tak menjadikan BNN berpuas diri dan larut dalam rasa bangga. Hal ini menjadi motivasi bagi BNN untuk tetap berkomitmen memberantas peredaran gelap narkotika secara tegas, sesuai dengan hukum yang berlaku, serta meningkatkan kinerja demi melindungi generasi bangsa di masa yang akan datang. Kedepan, BNN akan tetap fokus pada strategi penanganan permasalahan narkotika, yaitu supply reduction dan demand reduction, dengan melakukan pencegahan penyalahgunaan narkotika secara massif serta meningkatkan kerja sama nasional dan internasional di bidang P4GN. Dengan adanya komitmen dan kerja sama yang kuat, BNN optimis penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dapat diberantas hingga ke akar-akarnya. BNN juga mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk terus mengobarkan api semangat berjuang bersama melawan kejahatan narkotika. #stopnarkoba Jakarta, 22 Desember 2016 Paraf : 1. Kabag Humas :.. 2. Kabag TU :.. 3. Karo Umum : vide draft 4. Sestama :..