BAB 6. Analisa Kritis Kampanye

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI F. ANALISA KRITIS

BAB 5. Hasil Kampanye

Pembuat Laporan : Eddy Santoso-Manajer Kampanye Bangga SMSL

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

F. Analisa Kritikal. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

LAPORAN AKHIR PROYEK KAMPANYE BANGGA SUAKA MARGASATWA SUNGAI LAMANDAU Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia

BAB 4. Kegiatan (Materi dan Pemasaran Pesan + Penyingkiran Hambatan / Barrier Removal) Kampanye

Laporan Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia November 2010 Oktober 2011

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011

BAB 7. Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia

6.1. Tinjauan Kritikal

Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012

IV. METODE PENELITIAN

: Cetak, Bea Kirim dan Distribusi Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride SM Sungai Lamandau. : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

G. RENCANA TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Membuat dan Menyebarkan Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride Baru untuk SM Sungai Lamandau

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

STRATEGI TINDAK LANJUT

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pencarian Bilangan Pecahan

Kampanye Pride. Di KKLD Kaimana

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Catatan informasi klien

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

G. RENCANA TINDAK LANJUT

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

panduan praktis Edukasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Pengawasan dan Evaluasi Proses

Masalah Lingkungan: Mengelola Sumberdaya Bersama Menghindari Tragedy of the Commons (oleh: Ni Putu Sarilani Wirawan, 1 April 2011)

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

Laporan Hasil Pre Testing Media Cetak (Slogan, Logo, Pin, Stiker dan Spanduk Eddy Santoso-CM SM Sungai Lamandau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PROPOSAL DESIGNING PROJECT PENANGANAN SAMPAH DAN PENCEMARAN SUNGAI BRANTAS DI KAWASAN SPLENDID-MALANG. Oleh. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

Alang-alang dan Manusia

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

LAPORAN FINAL 20 Februari September 2013

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bogor 5 : Fase Pelatihan Pertama (Minggu 2 : 4 8 Juni 2012)

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

C. Model-model Konseptual

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

CASCADING PERJANJIAN KINERJA ESELON II ESELON III ESELON IV

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

Evaluasi Program Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

Transkripsi:

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan. Bab ini dirancang untuk kebutuhan lembaga yang telah bergerak ke tahap tindak lanjut proyek, namun juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran berharga dengan manajer-manajer kampanye lain yang kemungkinan mengerjakan tema yang sama. 1. Tinjauan Kritikal Dari keseluruhan tahapan Kampanye Pride di SM Sungai Lamandau, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ditemukan ada banyak hal yang menarik untuk dikaji dan diulas. Bab ini akan meninjau: a. proses perencanaan dan b. proses pelaksanaan dengan membingkainya dalam 3K (Kapasitas, Konstituen, Konservasi (3C= Capacity, Constituent, Conservation) Rare. Bab ini juga akan melihat beberapa media saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, menyoroti media saluran komunikasi yang efektif dan yang tidak efektif, serta pelaksanaan kegiatan penyingkiran hambatan. 2. Tinjauan terhadap proses perencanaan proyek dan berakhir dengan dokumen Rencana Proyek a. Pengembangan Konsep Model Proses Perencanaan Proyek dimulai segera setelah fase universitas pertama dan mencakup periode dua puluh minggu yang dimulai dari Januari 2009 sampai Mei 2009. Proses multi-langkah tersebut melelahkan dan kadang-kadang berat, tapi akhirnya menghasilkan rencana langkah demi langkah yang berfungsi sebagai landasan untuk kampanye, diantaranya model konseptual kawasan dan baseline data. Beberapa pelajaran penting yang bisa dipelajari: Sebanyak 35 orang pemangku kepentingan yang masih berpartisipasi dalam pertemuan pemangku kepentingan pertama dan membantu untuk mengembangkan model konsep awal untuk kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SMSL). Mereka berasal dari beragam bagian dari masyarakat luas, termasuk perwakilan dari lembaga mitra, masyarakat, pemerintah daerah wilayah administrasi kawasan, khalayak-khalayak sasaran yang potensial dan anggota-anggota masyarakat yang terpercaya. Karena SMSL adalah kawasan lindung/konservasi yang lebih dikenal dengan sebutan hutan lindung oleh masyarakat, sebagian besar orang saling tahu satu sama lain dan dinamika kelompok tidak menjadi masalah. Sepanjang sesi itu sama sekali tidak muncul konflik dan hampir seluruhnya positif. Manajer Kampanye Pride untuk SMSL berusaha keras bersama staf lembaga (Yayorin) lainnya sebagai satu kesatuan tim memfasilitasi kegiatan ini dengan netral dan tidak bersikap menghakimi. Hadir pula pada pertemuan ini lembaga pemerintah daerah sebagai leading sector pengelolaan kawasan dan pengendalian kebakaran hutan dari perwakilan BKSDA Kalimantan Tengah, Dinas Kehutanan Kabupaten dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten beserta mitra OFUK. Hal ini sangat menguntungkan karena selain ikut berpartisipasi dalam diskusi yang berkenaan dengan status dan fungsi kawasan, mereka juga membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta lain. Para peserta saat itu begitu aktif memberikan komentar secara langsung (mengutarakan pendapat) maupun tertulis (tidak langsung). Mereka pun juga mampu membuat identifikasi dari permasalahan yang mengancam kelestarian kawasan SM Sungai Lamandau yang didalamnya sebagai habitat orangutan dan sumber kehidupan masyarakat sekitar hutan. Para peserta pun mampu membuat mata rantai penyebab 79

dari masing-masing rantai masalah. Ketika dimintai pendapat (dalam perbicangan informal di sela-sela rehat kegiatan) para peserta menyukai proses pemodelan aktual dan penggunaan dinding lekat, terutama manajer program proyek EC Lamandau dari OFUK sangat menyukai ini. Bagi sebagian peserta (khususnya perwakilan masyarakat desa sekitar SMSL), pertemuan ini adalah pertemuan yang pertama kalinya mereka dimintai masukan. Semua bicara dan mengalir seperti saat itu mempunyai rasa kepemilikan untuk Model Konsep dan proyek diyakini tumbuh, yang kemudian muncul dalam kesediaan mayoritas peserta untuk bergabung dalam Panitia Pengarah Kampanye. Terkait dengan Model Konsep awal, para pakar/nara sumber yang mengenail kawasan SMSL diminta untuk memvalidasi setiap rantai masalah yang teridentifikasi dan menuntun untuk membuat ranking ancaman. Setelah sebelumnya dikembangkan bersama para pemangku kepentingan, Model Konsep awal yang mewakili bagaimana mereka melihat situasi yang ada, para pakar/nara sumber ini mengajukan sejumlah kecil perubahan untuk dapat diintegrasikan ke dalam Model Konsep ini menjadi Model Konsep yang direvisi. Masalah utama dengan model awal adalah bahwa ia tidak memiliki beberapa kekhususan (kurang spesifik) sehingga kami harus lebih menambahkan informasi spesifik ke dalamnya. Dari hasil perumusan model konsep bersama masyarakat dan pemerintah daerah selaku pemangku kepentingan yang saat itu hadir diperoleh 5 ancaman yang mengancam kelestarian SM Sungai Lamandau: 1) Kebakaran, 2) Pembukaan Lahan (Perladangan Berpindah dan Perkebunan Sawit), 3) Penebangan, 4) Perburuan dan 5) Pencemaran (air karena pembuangan sampah oleh pekerja dalam kawasan). b. Pemeringkatan Ancaman Setelah dibuat ranking, diperoleh peringkat ancaman tertinggi adalah kebakaran yang disebabkan karena pembukaan lahan dengan tebas bakar. Hal ini dibenarkan oleh Kepala SKW II-BKSDA Kalimantan Tengah, Manajer Patroli Proyek EC Lamandau-OFUK dan Supervisor serta Manajer Program EC Lamandau. Sebagai contoh, beberapa faktor yang berkontribusi tidak memberikan rincian yang cukup. "salah satu ancaman adalah pencemaran" mungkin lebih baik dijelaskan "pencemaran oleh aktifitas pembuangan limbah sampah pekerja di dalam kawasan SMSL". atau kurangnya "Perburuan berkaitan dengan menimbulkan kebakaran ini bisa dijelaskan proses cara perburuan yang dilakukan adalah dengan membakar rumput semak sekitar agar tumbuh tunas baru yang menarik satwa buruan memakannya dan abu bakaran sebagai tempat bermain abu dengan mengguling-gulingkan badannya di abu bekas bakaran (Lihat rantai faktor hubungan terjadinya kebakaran berkaitan dnegan perburuan pada gambar di bawah) Gambar 38. Rantai faktor kebakaran hutan yang memperlihatkan kaitan kebakaran dengan teknik perburuan 80

Proses analisa Peringkat Ancaman yang dibangun di atas Model Konsep berlangsung dengan sempurna. Piranti lunak Miradi mudah digunakan dan sempat dipresentasikan dihadapan Supervisor (Direktur Yayorin), Kepala SKW II BKSDA Kalimantan Tengah, Manajer Program Proyek EC Lamandau-OFUK. Kebakaran adalah ancaman dengan peringkat "tertinggi" dalam ringkasan analisa dan satu-satunya yang menempati peringkat "sangat tinggi" untuk target keanekaragaman hayati adalah orangutan. Piranti lunak Miradi tak hanya membuat Penjajakan Peringkat Ancaman dapat dibuat dengan mudah, tetapi juga sangat visual sehingga beberapa tim di lembaga sempat ada yang bersemangat untuk menggunakannya pada proyek-proyek mereka sendiri. Perangkat lunak Miradi juga memudahkan untuk mengisolasi rantai-rantai faktor yang bersangkutan dan untuk mengeditnya kembali dengan penambahan wawasan yang diperoleh dari percakapan terarah (wawancara mendalam) yang kami laksanakan untuk memvalidasi langkah-langkah awal proses perencanaan. Sebelumnya juga dibuat pohon keputusan. Pohon keputusan membantu mengambil keputusan pemilihan strategi penyingkiran halangan dalam hal ini agroforestri yang akan diambil, melihat aspek-aspek teknis (seperti status lahan, akses pemasaran, dan sebagainya) dalam pelaksanaannya. Contoh: ancamannya adalah pembukaan lahan hutan SM Sungai Lamandau dengan alasan membukan lahan untuk pertanian dan perkebunan sawit, kemudian yang melakukan adalah masyarakat lokal dan pendatang dengan tujuan membuka ladang, mengambil kayu dan getah pantung. Status lahan masyarakat ada di luar kawasan, dalam kawasan (sebagai status klaim lahan) dan untuk mengambil getah pantung lahan kawasan SM Sungai Lamandau. Akses pemasarannya ke pasar yang bisa ditempuh 30-45 menit, dan sebagian lokasi tidak ada pasar lokal, kemudian sebagian dipasarkan ke pasar kota seperti getah pantung. Untuk mengantisipasi kegiatan yang mengancam ada ketersediaan lapangan pekerjaaan selain pertanian atau beberapa hal yang menjadi solusi untuk tetap bekerja di bidang pertanian, seperti pengelolaan lahan berbasis agroforestri (pelatihan teknik budidaya, perawatan, pemasaran dan peluang lain). Selain itu membuat pertimbangan lain dan langkah selanjutnya, seperti melihat dampak potensial dan kelayakan sumberdaya manusianya dalam mencari pengembangan-pengembangan solusi. Kemudian melakukan penilaian kelayakan dan dampak potensial dari strategi penyingkiran hambatan yang dipilih dan akan dilakukan dengan alat Barrier Removal Assessment and Viability Overview/BRAVO. Penilaian secara ekonomi untuk sumber dana penyingkiran hambatan tidak terkendala karena mitra penyingkiran hambatan mendukung pendanaan kegiatan untuk nilai biaya-biaya adalah 4, nilai pendapatan ratarata 3,75 sedangkan nilai penggantian pendapatan 4. Artinya dana untuk kegiatan ini mampu mendukung kegiatan penyingkiran hambatan. Kemudian penilaian teknikal hampir rata-rata adalah 3,66 dan kapasitas organisasi rata-rata 4, Artinya kegiatan penyingkiran hambatan secara teknik mampu dilakukan. Lalu dilihat dari sisi penilaian budaya mencakup nilai kepemimpina di masyarakat, nilai norma-norma dan dampak konservasi nilai rata-ratanya 3,5. Artinya bahwa kegiatan ini masih relevan menimbulkan pengaruh perubahan yang dinginkan kampanye ini. Proses penilaian ini dilakukan bersama Supervisor untuk menemukan nilai keakuratan dari demplot pertanian ladang menetap sistem agroforestri. Hal ini dipilih karena lembaga telah membuktikan bahwa sistem ini mampu mengurangi tekanan pembukaan lahan di hutan untu pertanian ladang berpindah. Dan tidak adan strategi lain yang dipilih dan pilihan ini juga merupakan strategi lembaga dalam mengurangi dampak pembukaan lahan/hutan untuk pertanian ladang berpindah ataupun untuk perkebunan sawit. Salah satu hal yang menarik dari strategi penyingkiran hambatan berupa perladangan menetap sistem agroforestri dapat mendukung upaya pengurangan dampak kebakaran dan penurunan pembukaan ladang berpindah dan pembukaan lahan perkebunan sawit dengan tebas bakar sebagai salah satu pemicu kebakaran. Tentunya keberhasilan keseluruhan strategi bergantung pada tiga hal: 81

1. Bahwa Pengutaan Masyarakat melalui penyampaian pesan kampanye secara berulang-ulang. Penguatan masyarakat melalui penyampaian pesan kampanye bermuatan memberikan informasi pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal serta perubahan perilaku perlu dilakukan dengan strategi berulang-ulang, sehingga pesan yang disampaikan melekat. 2. Dukungan dari Bupati untuk memberikan himbauan dan dukungan di internal pemerintah daerah. Dukungan ini juga diperlukan penting karena dari hasil survey pra-kampanye tercatat 66,7% petani di 2 desa target utama percaya jika yang memberikan atau menghimbau sebuah informasi mengenai pengelolaan lahan adalah dari Bupati, sedangkan untuk sumber terpercaya bagi para petani secara umum keseluruhan disekitar kawasan SM Sungai Lamandau adalah himbauan Bapak Bupati yang memperoleh tingkat kepercayaan petani 79,3%. Catatan penting ini menjadi peluang dalam mencapai tujuan kampanye. Dari sini Bupati bisa membuat sebuah kebijakan yang diturunkan ke internal pemerintah daerah terkait untuk mendukung upaya tujuan keberhasilan kampanye. 3. Bahwa diperlukan kepatuhan 100% oleh petani peladang berpindah untuk mengadopsi kegiatan demplot pertanian kebun campuran menetap tanpa bakar. Tentunya untuk mendorong masyarakat petani berubah dan melakukan perilaku baru (berladang berpindah menjadi berladang menetap) perlu instrumen/kendaraan yang mendorong masyarakat petani mau mencoba melakukan selain melakukan pendampingan melalui pertemuan-ertemuan dan pelatihan. Tipe masyarakat yang dihadapi di sekitar SM Sungai Lamandau selain memerlukan dampingan juga ingin melihat contoh sebuah keberhasilan yang bisa diperlihatkan ke mereka sehingga mereka tertarik melihat, bertanya dan mau mencoba. c. Survei (Penelitian Kuantitatif) Dalam mendapatkan baseline data pelaksana kampanye melakukan survei pra kampanye. Survei ini menggunakan kuesioner yang pelaksanaannya membutuhkan banyak upaya, dantaranya mencari pewawancara yang terbukti memakan waktu dan kompleks (membuat kesepakatan waktu berkumpul untuk pelatihan pewawancara). Semua pewawancara sebagian besar adalah relawan dan karena itu, semuanya tidak cukup memahami isu kawasan dan waktu pelatihan yang hanya sehari tidak cukup untuk membuat pengantar tentang kondisi dan isu kawasan serta beberapa hal detil mengenai kampanye, serta pemilihan responden kuesioner sehingga pasti ada jawaban yang tidak sesuai dan menjadi bias. Idealnya manajer kampanye mempunyai cukup waktu untuk memberikan bekal tentang materi kampanye dan kawasan serta melakukan pemahaman isi kuesioner kepada pewawancara. Walau kami mempunyai tim inti kampanye dan pengawas survei yang diikutsertakan pada kelompok pewawancara besar untuk mengatisipasi kemungkinan tim pewawancara relawan ada bertanya. Untuk memenuhi kuota petani seharusnya terlebih dahulu dipetakan daerah mana di desa tersebut yang mempunyai jumlah kelompok/individu yang bekerja sebagai petani. Sehingga kemungkinan kecil mendapatkan masyarakat di luar pekerjaan petani. Ini yang juga menjadi pembelajaran penting untuk mengenali sebelumnya karakter penempatan wilayah oleh suatu kelompok atau individu target. Kuesioner yang dibuat juga kami rasakan terlalu banyak pertanyaan dan hal ini membuat waktu dan kondisi di lapangan saat terjadi interaksi wawancara dengan responden. Ada juga beberapa pertanyaan yang mungkin tidak dipahami oleh responden atau pertanyaan yang jawabannya berubah (tidak konsisten dari responden khalayak), walaupun kami sudah melakukan uji pre-testing dan penyuluhan sebelumnya. Contoh pertanyaan untuk pernyataan sikap setuju atau tidak setuju mengenai Membuka lahan tebas dan bakar di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan masalah?, jawabnya di pra kampanye menjawab tidak setuju (58,3%), tapi kemudian menurun di pasca kampanye menjadi hanya 6,7% yang menjawab tidak setuju. Walau 82

disisi lain perubahan pengetahuan dan perilaku meningkat signifikan. Untuk mengantisipasi hal ini terjadi akan dibuat pertanyaan yang spesifik dan tidak banyak, dan sebelumnya diberitahukan isu yang akan disosialisasikan. Instrumen-instrumen survei pra dan pasca ditinjau oleh Rare. Hal ini sangat membantu, karena rancangan awal memiliki sejumlah pertanyaan yang memerlukan perumusan kata-kata dengan baik supaya mudah dipahami, baik oleh pewawancara ataupun responden. Proses pemeriksaan berulang memakan waktu, tetapi membantu saya untuk belajar dalam membuat pertanyaan yang baik. Survei Pro terbukti mudah digunakan. Hasil survei, dilengkapi oleh percakapan satu-satu yang kami lakukan dengan anggotaanggota khalayak sasaran (petani target primer dan sekunder). Hal ini sangat membantu kami untuk membangun sebuah gambaran tentang kedua kelompok target dan memancing keluar manfaat dan hambatan yang mungkin kami perlu promosikan atau hilangkan sehubungan dengan perubahan-perubahan perilaku yang kami inginkan. Akhirnya, semua waktu yang saya habiskan untuk bekerja bersama dengan tim dan relawan untuk merencanakan dan melaksanakan survei benar-benar terbayar. Informasi yang kami dapatkan dari survei tersebut berguna bukan hanya untuk kampanye ini, tapi juga digunakan oleh beberapa proyek lain di lembaga dan mitra lembaga. d. Strategi Penyingkiran Halangan Kampanye Pride SM Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, saya rasa beruntung. Kami telah mengidentifikasi mitra "penyingkiran hambatan" (Proyek EC Lamandau dan BPP Kotawaringin Lama) dan pendanaan (sempat didukung dari proyek Uni Eropa) sebelum mendaftar dengan program Kampanye Pride ini. Dengan demikian, pada tahap awal pelaksanaan program Pride, rencana penyingkiran halangan sudah bisa diterima tim. Manajer kampanye Pride di kawasan SM Sungai Lamandau juga bekerja di Yayorin selaku manajer divisi pendidikan dan sempat 3 tahun (2007-2009) menjadi lead educator (yang mengkoordinir tim edukasi dan pendampingan masyarakat serta fasilitator pertanian di proyek EC Lamandau di program OFUK) berpartisipasi dalam lokakarya Penyingkiran Hambatan (BROP) di Bogor yang mempertemukan para Manajr Kampanye, yang juga menangani ancaman yang sama pertanian perladangan berpindah tebas bakar. Jelas bahwa kampanye kami menjadi lebih kompleks karena kegiatan yang memerlukan integrasi dengan baik dengan kegiatan proyek mitra sehingga terkadang memerlukan pembagian share pendanaan untuk berkegiatan bersama. Walau sempat terjadi ketidaksepahaman dipertengahan tahun fase kampanye, mitra penyingkiran hambatan kami mempertanyakan siapa yang berhak untuk mengakui hasil capaian di demplot. Hal ini muncul sebagai akibat pergantian koordinator program proyek EC Lamandau-OFUK. Dampaknya proses awal yang telah dijelaskan kembali ke personal yang baru belum maksimal dipahaminya. Ternyata proses pemahaman dan pembelajaran menjadi hal penting. Kami bersyukur menjelang tahap akhir kampanye, mitra BR kami kembali mendukung keberadaan kegiatan penyingkiran hambatan. Proyek EC Lamandau, program OFUK bekerjasama dengan Yayorin didukung BKSDA Kalimantan Tengah melanjutkan pengelolaan penyingkiran hambatan (demplot kebun campuran menetap tanpa bakar di desa target (desa Tempayung). Selain itu terus membantu monitoring kawasan SM Sungai Lamandau serta mengadakan pertemuan-pertemuan sosialisasi kawasan. Setelah menyusun rencana penyingkiran halangan (BROP: Rencana Operasi Penyingkiran Halangan), tahapan selanjutnya adalah menetapkan Sasaran-sasaran SMART. Kami menghadapi sejumlah masalah dalam melakukan hal ini: Menurut metodologi program Pride ada Survei Pengetahuan-Sikap-Perilaku Pra Kampanye yang menetapkan data dasar dan Survei Pasca pada akhir kampanye. Ini adalah survei-survei bersampel besar yang membantu menilai perubahan Pengetahuan-Sikap-Perilaku. Survei Pra Kampanye dijadwalkan pada bulan sebelum tahap universitas kedua - dalam kasus kami awal Juni 2009. Karenanya sasaransasaran terkait dengan Pengetahuan dan Sikap dirancang untuk dibaca "pada awal bulan Juni 2009". Namun pada kenyataannya kami memerlukan banyak perubahan- 83

perubahan untuk sekedar menentukan hipotesa yang tertuang pada sasaran SMART tercapai atau tidak. Perubahan yang dimaksud adalah strategi pemasaran pesan dan teknik komunikasi. Strategi pelaksanaan waktu dan delegasi tim kampanye. Secara teoritis, tahap-tahap perubahan tampaknya sangat mudah. Orang-orang berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya dan bahwa satu kelompok dalam suatu tahap. Pada kenyataannya, sementara sebagian besar petani sudah pada tahap kontemplasi, tapi tidak semua berada dalam tahap tersebut. Beberapa sudah tahu tentang isu-isu yang ada. Karena kegiatan yang sifatnya untuk perubahan tujuan yang sama dengan capaian kampanye juga dilakukan oleh proyek EC Lamandau dari tahu 2007. Dengan demikian sulit untuk mengatakan kita hanya perlu materi untuk jenis pesan tertentu, ketika kami harus mendapatkan kepatuhan 100%. Untuk itu kami cenderung harus memproduksi materi untuk semua tahap. Teori difusi inovasi yang diajarkan dapat menimbulkan masalah dalam konteks untuk kelestarian orangutan dan SM Sungai Lamandau. Kami belajar bahwa sementara beberapa individu dalam suatu populasi adalah pengadopsi awal dan akan mengambil gagasan atau konsep baru dengan cepat, individu-individu lain akan lambat, membutuhkan waktu lama untuk mengadopsi perilaku baru. Mengharapkan kepatuhan 100% dalam waktu pendek adalah tantangan. Perlu waktu dan biaya lanjutan untuk mengawal proses penguatan berkelanjutan hingga muncul aktor lokal yang mampu mengawal secara lokal. Meskipun demikian, saya pikir hal ini bisa dipenuhi dengan menyampaikan dan membuktikan manfaat-manfaat besar (dari hasil tanaman demplot), membuat kesepakatan lokal yang jika dilanggar maka khalayak yang menanggung resiko pelanggaran kesepakatan yang dibuatnya. Secara umum proses perencanaan berjalan lancar. Dalam konteks kampanye ini, prosesnya difasilitasi oleh lembaga mitra yang kuat, mitra penyingkir halangan dan pendanaan, panitia pengarah yang melibatkan diri dan seorang mentor yang memberikan umpan balik secara cepat dan terinci. 3. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dimulai pada tanggal 1 Juli 2009 dan berjalan hingga Manajer Kampanye kembali untuk tahap universitas ketiga pada tanggal 1 Juli 2010. Saya akan meninjau tahap ini dalam konteks yang diacu Rare sebagai 3K (3C). a. Kapasitas (Capacity) Kapasitas dapat dibagi menjadi peningkatan dalam kemampuan saya sendiri dan kemampuan lembaga tempat saya bekerja. Dalam kaitannya dengan yang pertama, sebelum bergabung dengan Program Pride, saya sudah bekerja di lembaga saya selaku manajer pendidikan yang selama 3 tahun membantu kegiatan pendidikan dan penyadaran serta pendampingan penguatan masyarakat berkaitan dengan isu-isu penjangkauan. Sebelumnya saya belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan program kepemimpinan lama (2 tahun) yang memberikan berbagai bentuk cara berkomunikasi dan pengenalan metode pemasaran sosial (social marketing) yang dikaitkan dengan kampanye lingkungan. Pada pelatihan ini juga diperkenalkan bagaimana mengenal Teori Perubahan, segmentasi khalayak, disain materi kampanye dan menetapkan sasaran berbasis SMART (spesifik, terukur, berdasarkan aksi, realistis dan dibatasi waktu). Secara pribadi saya melihat dua fase universitas pertama sangat baik tetapi memerlukan kerja yang sangat keras. Hanya ada sedikit waktu untuk refleksi dan terlalu banyak tugas, namun teori-teori yang diberikan telah berhasil membantu saya untuk menyelesaikan kampanye. Beberapa contoh perubahan kapasitas di pribadi atau lembaga: Sebelumnya lembaga saya pernah membuat berbagai media pesan kampanye berupa poster di masa lalu, tapi tidak pernah berpikir tentang segmentasi 84

masyarakat atau ada pengujian pesan. Kesenderungan saat itu lembaga masih merancang poster sendiri dan idenya ditunjukkan hanya dikalangan rekan-rekan di lembaga dan kemudian mengirimkannya ke percetakan. Sekarang saya mengerti dan lembaga juga mulai mengerti bahwa dalam membuat media pemasaran pesan merupakan hasil tanggapan yang diterima dari kacamata khalayak untuk melihat betapa pentingnya pengiriman pesan yang efektif. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas saya, sebelum adanya program pelatihan pengembangan kepemimpinan yang dibuat RARE selama 2 tahun (2008-2010), mendapati diri selaku personal yang menjalankan kegiatan mengalami kemajuan dalam segi kapasitas diri. Sebelumnya saya merasa masih belum terlalu bisa mengambil keputusan dan bernegosiasi kini setelah mengikuti program ini mulai dirasakan ada perubahan. Sebagai contoh kasus dalam sebuah kesepakatan pada pertengahan waktu kegiatan terjadi keraguan mitra kerja lembaga pada pelaksanaan salah satu kegiatan proyek Pride ini, saya mendapat amanat kepercayaan lembaga untuk melakukan negosiasi dan mengambil beberapa keputusan penting. Seperti menegaskan apa yang perlu dan harus dilakukan, bagaimana kerjasama itu dimainkan dan meyakinkan kembali tujuan. Hal ini dilakukan melalui pendekatan personal. Pada tahap akhir dan melalui banyak proses, lembaga mitra dalam kasus kerja sama pelaksanaan kegiatan proyek pride mulai memberikan komitmen untuk membantu mengembangkan proyek. Dalam hal ini saya memfasilitasi keberlangsungan kegiatan tim perwakilan lembaga pada program proyek mitra yang berintegrasi dengan proyek Pride (untuk pelaksanaan kegiatan penyingkiran Hambatan/Barrier Removal). Pada kesempatan lain perkembangan pribadi kepemimpinan yang saya rasakan terlihat, adalah pengakuan lembaga untuk saya menjadi utusan-utusan diberbagai pertemuan, beberapa diantaranya mengenai hal-hal yang berkaitan mengenai pengelolaan konservasi (diminta BKSDA Kalteng membahas pengembangan tanaman jelutung di tapal batas kawasan SM Sungai Lamandau dan lahan masyarakat dan pengendalian kebakaran lahan dan hutan; BLH dan KNPI kotawaringin Barat untuk pengelolaan kader lingkungan dan strategi kampanye orangutan yang diminta WWF Indonesia-Kalimantan Tengah. Kesimpulannya saya mampu mengemban amanat tugas lembaga untuk dipublikasikan kepada para pihak. Dalam hal ini saya bisa merasakan juga bagaimana mengkoordinir waktu kegiatan dan tim. Berkaitan dengan pengelolaan proyek Manajer Kampanye selalu melihat kembali Rencana Kerja Operasional Kampanye (Campaign Operational Work Plan). Rencana kerja ini selalu diperbaharui capaiannya dan dimonitor kegiatan yang sekiranya memerlukan tenggang waktu mundur. Ini juga dikomunikasikan kepada tim pelaksana kampanye. Alat evaluasi kerja ini juga sering di dalam rapat koordinasi internal lembaga diutarakan kepada staf program lain. Untuk teknik fasilitasi sepenuhnya hampir sebagian besar mendelegasikan tim pendidikan dan perpustakaan keliling yang bekerja untuk Proyek EC Lamandau yang mefasilitasi. Kecuali kegiatan besar seperti studi banding dibentuk tim khusus yang mefasiltasi dan semua berperan memfasilitasi, dari memfasilitasi pertemuannya, materinya, pelatihannya, permainan interaktifnya sampai tanya jawab dan rencana tindak lanjut kegiatan. Selama tahun pertama berjalannya program, saya telah diminta untuk melacak dan mengevaluasi kemajuan saya sendiri dengan menggunakan Rencana Perkembangan Pribadi (Personal Development Plan) seputar tema-tema seperti teori dan aplikasi praktis pemasaran sosial, kemampuan dan metode riset, pengelolaan proyek, kepemimpinan, penggunaan tekhnologi, dll. Anda dapat melacak kemajuan yang saya evaluasi sendiri dengan melihat halaman kampanye saya di RarePlanet. Sedangkan di tahun kedua saya memonitor dan mengevaluasi capaian kegiatan dengan selalu melihat Rencana Kerja Operasional Kampanye (Campaign Operational Work Plan). Saya diminta untuk mendaftar tiga bidang khusus yang saya harapkan akan berkembang seiring dengan berjalannya program: 85

Pemasaran sosial: Ketika memulai pelatihan saya memberi diri saya peringkat 1 untuk kemampuan memahami dan mengartikulasikan konsep-konsep dasar pemasaran sosial, peringkat 1 untuk kemampuan saya melakukan segmentasi khalayak. Skor 1 didefinisikan sebagai tidak menyadari kemampuan. Setelah melaksanakan kampanye dengan memperhatikan segmentasi khalayak sasaran, berhasil membuahkan media menarik yang menggerakkan para petani di dua desa target primer (Tempayung dan Babual Baboti) untuk mengadopsi pertanian ladang/kebun campuran menetap yang sebagian sudah tanpa bakar. Saya meyakini bahwa tahap kemampuan saya telah meningkat menjadi 4 (memiliki kemampuan untuk melaksanakannya) dan mungkin bahkan 5 (benar-benar memiliki kemampuan dan mampu mengajarkannya kepada yang lain). Penyingkiran hambatan: Ketika memulai pelatihan ini saya menilai diri saya pada peringkat 1 untuk kemampuan menilai secara kritis kelayakan strategi penyingkiran hambatan, dan 2 untuk kemampuan saya mengintegrasikan pesanpesan penyingkiran hambatan ke dalam materi-materi kampanye. Setelah berpartisipasi secara aktif dalam proses BRAVO dan BROP dan melihat pelaksanaan program kampanye berladang menetap yang didukung masyarakat, saya meyakini bahwa kemampuan saya telah meningkat menjadi 4 (memiliki kemampuan untuk melaksanakannya sendiri). Membuat rencana yang meyakinkan: Ketika memulai pelatihan, saya menilai diri saya sendiri kurang mempunyai kemampuan membuat Rencana Proyek yang meyakinkan. Setelah menyelesaikan rencana proyek sebagai unit akademik dan yang telah dijalankan dengan sejumlah kesuksesan, saya meyakini bahwa kemampuan saya telah meningkat menjadi 4 (memiliki kemampuan untuk melaksanakannya sendiri). Ketika pembimbing/supervisor langsung saya, Togu Simorangkir, diminta untuk memvalidasi peningkatan kemampuan saya seiring berjalannya program. Togu menyatakan langsung pada pertemuan presentasi saya di seminar Melanjutkan Perubahan, Belajar Dari Penggerak Konservasi Akar Rumput yang dihadiri 9 Agustus 2010 di Hotel Santika Bogor dihadapan para undangan penggiat konservasi lainnya dan mentor saya di RARE, bahwa: Eddy banyak perubahan. Dalam berbicara sudah memiliki alur yang baik. Dia lebih yakin dan memiliki kemampuan itu melalui kampanye ini. Terkait dengan membangun kapasitas kelembagaan: Sejauh dimungkinkan saya telah berbagi pengalaman dengan para staf lembaga yang lain. Saya telah menyelenggarakan sesi-sesi sosialisasi mengenai rencana kampanye Pride SM Sungai Lamandau, yang menjelaskan rencana Pride dan BROP, bentuk Model Konsep, pembuatan Sasaransasaran SMART dan desain materi. Saya telah secara aktif melibatkan para staf lembaga dalam pertemuan para pemangku kepentingan dan pelatihan serta penyebaran media pemasaran pesan kampanye. Saya adalah pengguna aktif RarePlanet dan mendorong pembimbing/supervisor saya untuk menggunakannya juga. Mungkin manfaat yang tak terduga muncul pada rekan-rekan staf di lembaga yang membantu kontribusi capaiancapaian kampanye di lapangan untuk sebuah tulisan dib log RarePlanet kampanye SM Sungai Lamandau. Hal ini memberi semangat rekan kerja untuk menulis kampanye Pride SM Sungai Lamandau atau tulisan kampanye untuk konservasi lain. b. Konstituen (Constituent) Bukti bahwa kampanye menciptakan konstituen pendukung diilustrasikan dengan jumlah relawan yang membantu dalam proyek tersebut. Lebih dari 50 individu yang berbeda membantu; mulai dari melakukan survei pra dan pasca kampanye, membagi-bagikan poster dan stiker hingga pin dan kalender. Ini tidak termasuk vendor yang membantu disain media dan bahan-bahan yang telah didiskon. Perubahan pengetahuan dan sikap telah dilaporkan pada bagian Hasil Kampanye pada Laporan ini. Saya menyatakan bahwa kampanye adalah penyebab perubahan perilaku di kalangan petani peladang berpindah, dimana sebelum proyek tersebut tercatat 202 peladang berpindah yang 86

masih tebas bakar. Sementara keyakinan kami di awal harapannya dengan peningkatan pengetahuan dan praktek yang diaplikasikan melalui penyingkiran hambatan maka pengetahuan, sikap dan perilaku berubah dan konstituen terbangun. Contoh pada tahpan perubahan perilaku dari hasil survey pra dibandingkan dengan hasil survey pasca masyarakat target primer yang berpikir kawasan SM Sungai Lamandau itu penting naik 5 % dari 8,3% dan di target sekunder 10,1% dari 13,1%. Proses berpikir yang berubah dapat berpengaruh pada sikap tindakan konstituen. Kami mungkin bertanya apakah semua kendaraan yang digunakan berhasil merubah itu, sekali lagi kita dapat melihat ke survei pasca kampanye untuk mendapatkan beberapa jawaban. Tabel 23. Paparan informasi pada berbagai kegiatan pemasaran Kampanye Pride Kegiatan Petani Primer 2 desa Petani Sekunder 10 desa Total ILM radio-berladang Menetap Tanpa Bakar-Kopi Asin 59% 23% 41% Talkshow radio 63% 31% 47% Insert di radio-himbuan Bupati 93% 60% 77% Stiker logo berslogan kampanye 74% 42% 58% Pin logo berslogan kampanye 87% 45% 66% Poster-berladang menetap 74% 44% 59% Kalender-perubahan iklim 70% 37% 53% Buletin SUMPITAN 96% 42% 69% Lembar Fakta-langkah kelola lahan tanpa bakar 56% 24% 40% Demplot Pertanian Menetap Tanpa Bakar 93% 17% 55% Pelatihan dan Studi Banding Pertanian Menetap Tanpa Bakar 100% 21% 61% Pertemuan Masyarakat 78% 43% 61% Sumber: Data dalam Tabel 3 didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Dari tabel di atas kita seharusnya sudah dapat melihat media atau saluran komunikasi pesan kampanye yang paling berhasil untuk masing-masing khalayak dan yang paling tidak berhasil. Karena distribusi informasi yang lebih banyak dilakukan lebih banyak di desa Target Primer. Untuk tujuan belajar dan berbagi pelajaran, saya akan memilih satu dari masing-masing untuk ditinjau lebih lanjut: 1. Petani Khalayak target Primer (2 desa=tempayung dan Babual Baboti). Terlihat pada tabel di atas hampir sebagian besar komposisi penyampaian pesan lebih tinggi diberikan di desa target primer. Hal ini dikarenakan kedua desa ini merupakan desa yang ditunjuk di kampanye ini untuk mendapatkan perubahan utama. Dari hasil perbandingan survey pra dan survey pasca kampnye tercatat kegiatan pelatihan dan studi banding pertanian menetap merupakan kegiatan yang sangat berkesan dan disukai khalayak desa target primer. Kenaikannnya mencapai 65% dari sebelumnya 8,3%. Hal ini dikarenakan masyarakat desa ini sangat tertarik pada kegiatan pertanian menetap yang menghasilkan. Selain itu karena masyarakatnya memerlukan pemberdayaan pelatihan pertanian dan sesuai keinginan desa ini untuk menjadikan desa ini daerah sumber hasil pertanian dan perkebunan (menjadi target rencana pembangunan di kedua desa). Kemunian media lain yang mendorong perubahan pengetahuan adalah kesan yang tinggi pada poster, yaitu sampai 86,7% dan demplot 66,7%. 2. Petani Khalayak target Sekunder (10 desa lain disekitar SM Sungai Lamandau) Poster merupakan media yang diminati tertinggi dan berkesan di masyarakat petani sekunder (peningkatan 42,5% dari 5,8%). Kemudian media lain yang memang sebarannya dijangkau oleh khalayak luas, seperti iklan di radio di khalayak petani taget sekunder yang berkesan mencapai 20,2% dari 8,2%. Selain itu iklan radio yang dikemas dalam bentuk insert himbauan bupati mencapai angka kenaikan kesan dari 23,6% dari 0%. Kegiatan lainnya hampir rata-rata diminati dan berkesan, hanya 87

saja persentase kepeminatan dan kesannya rendah. Hampir rata-rata mereka terkesan pada kegiatan pemasaran pesan kampanye meningkat. Petani Target Primer Petani Target Sekunder Gambar 39. Kesan media pemasaran pesan komunikasi kampanye oleh masyarakat petani target Ada beberapa media pemasaran pesan yang terlihat perbedaan kesan sehingga kesan dan minat menurun, seperti pin dengan stiker di masyarakat target primer dengan sekunder mempunyai kesan yang berbeda. Di khalayak petani target sekunder pin terlihat tidak berkesan, adalah karena media ini memang sebarannnya lebih banyak di desa target primer. Selain itu karena ada beberapa pin yang sampai di masyarakat petani target sekunder sehingga mereka tidak menjadi fokus dan berkesan. Pembelajaran dari penyampaian media pesan kampanye ini bahwa untuk membangun dukungan konstituen diperlukan: Konsisten dalam bentuk dan pesan kampanye. Sehingga khlayak tahu kampanye ini ingin mengajak mereka melakukan apa. Media yang disebarkan dalam satu bentuk dikeluarkan dengan batasan interval waktu. Artinya satu media dengan media lain yang bentuknya sama dikeluarkan tidak pada waktu yang sama. Terlebih dulu semua media harus melalui uji media ke masyarakat target dan tim pelaksana kampanye serta rekan di lembaga dan mitra, sehingga saat media ini keluar mereka pernah menyatakan media itu pernah mereka bahas dan penting untuk penyebaran pesan komunikasi kampanye dan semua mempunyai pemahaman yang sama. Hasil ini membedakan dari efektifitas media-media pesan komunikasi lembaga sebelumnya. Untuk sekarang media yang digunakan disenangi khalayak. Contoh poster yang menggambarkan petani, mereka merasa itu diri mereka, sehingga mereka mudah tertarik. Hanya saja kesadaran tidak serta merta terlihat cepat. Kami yakin dengan konsisten kami yang dimulai dari pembelajaran kampanye bangga ini mampu membuat perubahan yang lebih baik. 88

Bentuk media yang berkesan di masyarakat bisa menjadi bentuk media yang dibuat kembali dengan gambaran berbeda dan pesan yang sama atau menyesuaikan tujuan/capaian perubahan dan konservasi baru. c. Konservasi (Conservation) Kampanye Pride ini cukup ambisius setelah direnungkan. Kami mengukur jumlah yang lebih besar dalam sasaran perubahan perilaku kami daripada dalam sasaran pengetahuan dan sasaran sikap kami. Dalam sebagian besar kampanye, jumlah perubahan terbesar adalah dalam sasaran pengetahuan, disusul dengan perubahan dalam sasaran sikap, dan akhirnya perubahan kecil dalam perilaku. Ada hal yang terbilang masih belum mencapai keinginan pada kampanye ini adalah membuat masyarakat membicarakan tentang pentingnya berladang menetap tanpa bakar dan halhal mengenai pelestarian hutan dan orangutan kepada saudara dan tetangganya masih terbilang kurang. Walau hasil survei pasca memperlihatkan kenaikan. Jujur bahwa enumerator/pewawancara ada yang mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan enumerator adalah sebagian besar orang baru, sehingga latar belakang kampanye ini kurang banyak dipahami, walau telah diberikan pengarahan manajer kampanye atau koordinator tiap-tiap wilayah survei. Saya kira kunci sukses ini adalah bahwa (1) petani sebelumnya sudah tertarik sampai menunggu kesempatan mereka tahu cara implementasinya, sehingga kami bisa menjangkau mereka semua dengan pesan-pesan kami dan (2) kami memiliki mitra penyingkiran hambatan bagus sekali, RARE telah memberikan komitmen pendanaan untuk memproyeksikan penyingkiran hambatan untuk biaya-biaya pembuatan model demplot, tenaga, pengadaan bibit, pendampingan praktek. Untuk Proyek EC Lamandau- OFUK yang bekerja sama dengan Yayorin didukung BKSDA Kalimantan Tengah akan membiayai monitoring dan pendampingan serta mobilisasi (transport) serta keberlanjutan lepas tahun pertama pelaksanaan penyingkiran hambatan (demplot). Hanya saja sempat di pertengahan tahun kegiatan terjadi keraguan pihak manajemen Proyek EC Lamandau-OFUK mengenai keberadaan demplot ini milik program siapa. Ditegaskan oleh manajer kampanye Pride SM Sungai Lamandau pada tim manajer program proyek EC Lamandau dan tim evaluator dari deleasi Uni Eropa bahwa kegiatan demplot ini dibangun untuk membantu pengurangan kegiatan perladangan berpindah tebas bakar dan bahaya kebakaran yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Demplot ini sifatnya terjadi penawaran kerjasama berbagi siapa mengerjakan apa. Pihak manajer program EC Lamandau yang pertama menyepakati ini dan keraguan pada personal pengganti manajer program yang tidak menerima pesan lengkap tentang proses kerjasama penyingkiran hambatan ini. Selanjutkanya mitra penyingkiran hambatan yang dianggap paling berperan membantu mengeluarkan rekomendasi dan bantuan teknis, seperti tenaga penyuluh dan buku-buku praktek pertanian atau kebun campuran adalah dari Dinas Pertanian melalui Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan. Ini sebuah pembelajaran untuk langkah strategi tindak lanjut dari proyek ini. Ada beberapa hal yang akan saya lakukan berbeda jika saya harus melakukan kampanye ini lagi terutama yang berhubungan dengan sejumlah sasaran SMART yang saya tetapkan dan melanjutkan pengelolaan penyingkiran hambatan. Sebagai contoh, dalam jangka panjang kami ingin menjadikan SM Sungai Lamandau diketahui dengan sadar bahwa SM Sungai Lamandau kawasan hutan lindung yang memberikan sumber kehidupan yang dikelola bersama kelestariannya. Tetapi hal ini bisa terjadi jika ada koordinasi baik dari pelaksanaan kegiatan yang banyak dibangun untuk konservasi SM Sungai Lamandau dan penguatan masyarakat sekitarnya. Selain itu membuat kegiatan yang lebih efektif mengarahkan bahwa kegiatan itu membuat petani memahami bahwa ladang berpindah tebas bakar atau berladang dengan membakar merupakan ancaman hutan di kawasan sekitar dan SM Sungai Lamandau. Sedangkan dalam pengemasan pesan kami perlu melibatkan produk marketing besar seperti produk minuman dan provider telepon seluler yang jangkauannya luas. Kegiatan dengan pengemasan pesan-pesan akan dibuat lebih fokus 89

dan menarik yang mengubah pesan menjadi tindakan. Pada saat penulisan laporan ini, pada awal Juli 2010, kami memiliki indikasi awal dari keberhasilan kampanye ini di masyarakat desa target dan sekitar SM Sungai Lamandau. Selama beberapa minggu terakhir pada bulan Juli 2010 tidak ada informasi kebakaran hutan akibat perladangan berpindah.menetap tebas bakar. Hal ini merupakan indikasi dari keberhasilan kampanye mengajak berladang menetap tanpa bakar. Tapi hal ini terlalu dini untuk dipastikan, karena sampai Agustus 2010 ini masih turun hujan yang diperkirakan karena terjadi perubahan iklim yang mempengaruhi musim. Pakar Perubahan Iklim ITB Armi Susandi, mengatakan saat ini adalah musim kemarau. Namun terjadi Lamina yang berupa penguapan tinggi di wilayah timur Indonesia sehingga menyebabkan wilayah Indonesia basah. Ini membuat Indonesia menjadi tidak kering total (http: // www.inilah.com/news/read/2010/07/09/652851/penyimpangan-iklim-ri-bisa banjirbesar/). Walau hal lain menguatkan bahwa kampanye ini berhasil adalah di wilayah selain daerah target kampanye dan di luar wilayah kerja lembaga, masih terjadi pembakaran dan tercatat ada titik panas api (hot spot) (BorneoNews, 2010) Ke depan, kami menyadari bahwa pekerjaan kami belum selesai. Mengurangi kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan dan perladangan dengan tebas bakar di dalam dan sekitar SM Sungai Lamandau menjadi tantangan utama. Jika tidak dikurangi akan terus berdampak memberikan kontribusi dampak perubahan iklim yang mempengaruhi sector kegiatan pendukung kehidupan masyarakat sekitar kawasan Sm Sungai Lamandau. Kami tahu bahwa kami harus selalu mengingatkan masyarakat petani, masyarakat umum lainnya yang mengambil manfaat SM Sungai Lamandau dan yang hidup di sekitar SM Sungai Lamandau, rekan-rekan di lembaga dan pihak-pihak lain yang mengelola SM Sungai Lamandau bahwa mereka harus mendukung informasi tiap kampanye berladang menetap dan tidak/mengurangi membakar lahan. Untuk itu, kami memiliki rencana supaya kampanye dapat terus berkesinambungan dan terus bekerja dengan khalayakkhalayak sasaran. Tentu saja masih terlalu dini untuk mengetahui apakah populasi orangutan akan kembali meningkat dan burung migrant akan selalu kembali ke wilayah danau burung. Perlu ada penelitian mendalam yang mengundang khusus peneliti populasi orangutan di kawasan SM Sungai Lamandau dan memantau berkelanjutan aktifitas per tahun gerakan dari burung migrasi tersebut. 4. Teori Perubahan (Theory of Change = ToC) Kampanye SM Sungai Lamandau dibangun di atas asumsi bahwa jika kita menginformasikan kepada petani khalayak target primer dan sekunder tentang masalahmasalah pertanian berladang menetap dapat menguntungkan (meningkatakan ekonomi petani), dapat mengurangi bahkan menghentikan kebakaran hutan, melestarikan sumber kehidupan dan habitat satwa liar sehingga tidak menjadi hama yang disebabkan oleh pembukaan ladang berpindah tebas bakar. Peran mereka dalam membuat pengurangan kegiatan pembukaan lahan untuk perladangan berpindah tebas bakar dan sikap mereka terhadap pembukaan lahan ladang atau kebun berpindah dengan pola tebas bakar tidak menguntungkan dan merugikan meningkat. Awalnya kegiatan ini bisa berhasil karena lembaga telah melakukan kegiatan pertanian agroforestri yang berhasil mengajak masyarakat mengurangi pembukaan ladang berpindah untuk berladang menetap yang sebagian masih melakukan pembakaran sistem pembakaran yang diisolasi dengan sekat bakar atau tradisi bekerjasama mengawasi api pembakaran agar tidak merambat ke daerah lain. Api diharapkan hanya membakar daerah yang dibuka. Hasilnya saat ini masyarakat dampingan lembaga di wilayah hulu DAS Belantikan merasakan tidak jauh mengambil hasil ladang. Dari ide ini muncul untuk melakukan perubahan di masyarakat target primer dan menghimbau masyarakat target sekunder melakukan pembukaan lahan pertanian dengan tidak berpindah dan membakar lagi, sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga serta tidak berdampak pada bahaya kebakaran hutan yang bisa menghabiskan hutan habitat 90

orangutan dan satwa liar lain serta sumber kehidupan masyarakat, seperti air bersih, ikan dan getah jelutung. Dari pengalaman lembaga dan ide pemikiran itu maka teori perubahan disusun untuk membuat perubahan perilaku masyarakat petani target yang tercatat sebelumnya 175 KK dari 2 desa (Tempayung dan Babual Baboti), setelah didata ulang tercatat 202 KK berladang berpindah. Harapannya 50% (101) peladang berpindah di 2 desa target primer mengadopsi kegiatan perladangan menetap tanpa bakar. Hasilnya ternyata perubahan melebihi target sampai 16,84% (pra 0-50%; pasca 0-58,42%; perubahan 8,42%; persen poinnya 116,84%). Dari awal kami bisa memprediksi pengaruh kampanye ini secara keseluruhan hingga berpengaruh dalam capaian konservasi. Dari hasil ini, kami telah mampu menunjukkan perubahan pada setiap bagian dari Teori Perubahan. Karena kami tidak menjalankan kawasan kontrol (perbandingan), kami tidak bisa memastikan bahwa perubahan ini disebabkan oleh kampanye Pride, tapi pasti ada kemungkinan bahwa perubahanperubahan tersebut merupakan pengaruh kampanye karena tidak ada program konservasi serupa di desa target primer ini di waktu yang bersamaan dengan kampanye kami. Lebih lanjut, 80% masyarakat mematuhi perintah Kepala Desa yang menghimbau untuk melakukan perladangan menetap dan membuka lahan dengan tidak membakar. Tapi kami harus waspada, sehingga pekerjaan kita tidak berakhir. Tingkat Kepatuhan perlu dipertahankan, pemantauan terhadap praktek pembukaan lahan dengan tebas bakar oleh peladang menetap tanpa bakar dan 39 KK (19,30%) dan peladang berpindah dengan tebas bakar sebanyak 42 KK (20,79%). Hal ini menjadi rencana tindak lanjut bagi pelaksanaan kampanye berikutnya di target yang sama untuk memastikan mereka mematuhi berladang menetap tanpa bakar menguntungkan dan bisa mengurangi target perubahan yang saat ini masih belum dicapai pada mereka yang menetap masih membakar dan beprindah dengan tebas bakar. 91