SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Geopolitik

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

Hasil Dialog Kebangsaan Peserta Rapim Pusat Keluarga Besar FKPPI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

MENDENGARKAN HATI NURANI

BAHAN TAYANG MODUL 5

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

No kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pas

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

1. Memiliki sifat pancasila sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

PLEASE BE PATIENT!!!

ARAH KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS Oleh : FX Soekarno, SH. 2

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Seperti yang tercantum di dalam

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RESEPSI KENEGARAAN DALAM RANGKA PERINGATAN HUT PROKLAMASI RI KE 63 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

SAMBUTAN GUBERNUR JAWA TIMUR PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-66 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan pegawai negeri sipil, oleh karena itu kedudukan dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Pengertian Geopolitik B. Latar Belakang Wawasan Nusantara C. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan

Tanggal 17 Agustus Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita sekalian.

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015 JAKARTA, 19 DESEMBER 2015

Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

RINGKASAN PUTUSAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NO URUT. 16. Sumber : = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota

Modul ke: GEOPOLITIK. 10Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AD dan ART. Ditulis oleh AMPI Kukar Selasa, 28 May :42 - P E M B U K A A N

TUGAS AKHIR. Irton, SE, M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA DOSEN

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekuasaan atau adat yang berlaku untuk semua orang dengan tujuan untuk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

Transkripsi:

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN 1 / 6

BANGSA KHUSUSNYA TENTANG PERLUNYA BERPARTISIPASI AKTIF PADA PEMILU 2014" Proses Demokratisasi dalam sebuah negara yang Demokratis biasanya diwujudkan dalam bentuk kegiatan rakyat yang diharapkan dapat menggunakan haknya untuk memutuskan sesuatu, dengan demikian sebuah keputusan yang terjadi adalah merupakan hasil dari pilihan rakyat yang berdaulat dapat menentukan pilihannya secara bebas dan rahasia. Demikian pula dengan FKPPI yang merupakan bagian dari potensi bangsa, harus turut berperan aktif dalam menentukan pilihannya sebagai bagian dari warga negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai Organisasi Kemasyarakatan yang memiliki kader-kader di berbagai partai yang ada, kadangkala kita memiliki potensi kader yang sama, maupun keluarga besar yang sama-sama berasal dari Keluarga besar TNI/POLRI, maka kebanyakan organisasi memposisikan netral dalam melakukan pilihan. Namun sikap netral bagi FKPPI tidak boleh diartikan steril, atau dengan kata lain jangan sampai keberadaan FKPPI seperti ketidak beradaannya. Karena keberhasilan suatu organisasi diukur dari kemanfaatannya bagi kepentingan Bangsa dan Negara, maka FKPPI harus memberikan kemanfaatan minimal bagi anggotanya namun nantinya akan bermuara bagi kepentingan Bangsa dan Negara, sehingga FKPPI akan tetap setia dengan cita-cita Proklamasi, untuk mencapai suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang kemudian kita jadikan sebagai Norma Dasar Negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Secara konstitusional pelaksanaan Norma Dasar Negara tersebut merupakan tanggung jawab Pemerintahan Negara yang bersifat pro-aktif, dengan tugas: 2 / 6

1) melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia; 2) memajukan kesejahteraan umum; 3) mencerdaskan kehidupan Bangsa; dan 4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dimana seluruh upaya-upaya tersebut sangat dipengaruhi oleh siapa yang memimpin itu semua, seperti yang kita ketahui bersama maka Presiden dan Wakil Presiden yang secara nyata memang menempati posisi sentral dalam Pemerintahan Negara yang menganut system Presidensiil. Oleh karena itu betapa pentingnya peranan Pemilihan Presiden 2014 untuk menentukan masa depan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka sudah selayaknya FKPPI mengambil peran aktif dan memberikan contoh tauladan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk tidak menjadi GOLPUT karena akan merugikan diri sendiri maupun merugikan kepentingan Bangsa dalam memilih pemimpinnya. Terutama dalam kondisi saat ini dimana terjadi melemahkan kesadaran masyarakat terhadap berbagai sistim nilai dan pelaksanaan Norma Dasar Negara, karena berkembangnya pengaruh dan praktek cara berfikir liberalistis dan pragmatis dalam Pemerintahan Negara dan dalam Masyarakat, yang menafikan peran pro-aktif Pemerintahan Negara sehingga menyebabkan orang menjadi egois dan tidak peduli dengan kondisi lingkungannya apalagi dengan kondisi pemerintahan yang banyak diketahui oleh rakyat tejadi berbagai penyimpangan dan masalah-masalah lainnya. Kondisi masyarakat pada saat ini yang juga dipengaruhi oleh besarnya kesenjangan sosial ekonomi antara golongan kaya di daerah dan golongan miskin di daerah pedesaan. Salah satu penyebab utamanya adalah keterbelakangan pendidikan, kesehatan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum lagi daya 3 / 6

saing nasional yang rendah karena adanya penguasaan bidang ekonomi dan keuangan serta sumber daya alam oleh modal asing. Kesenjangan yang terjadi salah satu penyebabnya adanya karena otonomi daerah yang luas dan pemulihan hak desa dan masyarakat-hukum adat untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri adalah merupakan conditio sine qua non dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adalah merupakan suatu kemustahilan untuk mengatur dari Jakarta segala sesuatunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun pemberian otonomi luas bagi daerah serta pemulihan hak desa dan masyarakat-hukum adat tersebut perlu disertai dengan pemberian arah, kebijakan, serta pengawasan dan pengendalian yang efektif dan efisien, agar supaya kebijakan yang dianut dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah serta pemerintahan desa dan masyarakat-hukum adat itu tetap dalam konteks semangat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Negara KesatuanRepublik Indonesia, serta Wawasan Nusantara. Kebijakan otonomi daerah yang luas serta pengakuan terhadap hak masyarakat desa dan masyarakat-hukum adat jangan sampai menjadi kebijakan yang bersifat sentrifugal menyebar kesegala arah yang membahayakan kesatuan dan persatuan Bangsa dan Negara kita Peran Integrasi Nasional dari TNI-POLRI Banyaknya tekanan yang mengharapkan agar TNI-POLRI agar senantiasa netral, agar tidak berpihak seperti pada jaman dahulu pada saat TNI-POLRI melaksanakan DWI FUNGSI ABRI, dimana banyak pihak yang menyalah artikan seakan TNI-POLRI mengharapkan untuk selalu berkuasa, padahal konsep tersebut merupakan konsep alternatif untuk mengatasi permasalahan bangsa pada saat itu, namun karena memang banyak pihak yang sengaja memutar balikkan fakta agar melemahkan posisi TNI-POLRI, sehingga dapat dengan mudah menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa, karena TNI-POLRI adalah satu-satunya kekuatan yang mampu berperan menyatukan seluruh komponen bangsa. Maka siapapun yang berkehendak untuk menghancurkan negara ini akan berupaya untuk melemahkan peran TNI-POLRI, dan sedapat mungkin menghancurkannya melalui opini publik 4 / 6

karena tidak mampu untuk melakukan perlawanan secara fisik, karena tidak memiliki persenjataan. Dan karena pada saat ini memang perang opini lebih kuat karena didukung oleh jaringan media masa maupun media elektronik. Keberadaan TNI-POLRI yang solid tersebut adalah akibat dari suatu manajemen organisasi yang baik, sejak dari rekruitmen sampai dengan jenjang tertinggi seluruh kader TNI-POLRI melalui sistem pendidikan dan penyaringan yang sudah diakui kualitas hasilnya dalam melahirkan pemimpin-pemimpin yang handal dalam memimpin negara, ditambah dengan faktor terpenting lainnya yaitu ketegasan dan keberanian serta kerelaannya berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara sesuai dengan doktrin yang diterimanya sejak awal pendidikan.. Maka menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat apabila mereka memberikan dukungan bagi calon-calon pemimpin mereka yang berasal dari TNI-POLRI, karena mereka menginginkan kepastian dalam menjalani perjuangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping keyakinan masyarakat bahwa anggota TNI-POLRI memiliki nasionalisme yang tinggi, sehingga mereka dipercaya menjadi integrator bagi masyarakat dan bangsa. Peran Keluarga Besar TNI-POLRI Sebagai Keluarga Besar TNI-POLRI yang menyadari sepenuhnya bahwa peran sosial politik TNI-POLRI yang aktif tidak mungkin dapat berperan untuk kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka sudah sewajarnya apabila Kelurga Besarnya dapat mengambil alih peran yang sudah tidak dapat dilakukan lagi oleh TNI-POLRI. Maka pada momen Pemilu 2014 kali ini Keluarga Besar TNI-POLRI harus dapat berperan aktif untuk menggunakan hak pilihnya secara baik dan benar, khususnya dalam memilih pemimpin yang mampu membawa aspirasi rakyat yang sejalan dengan cita-cita proklamasi, serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap kepentingan nasional, dan memiliki karakter ke Indonesiaan yang lebih jelas. 5 / 6

Oleh karena itu Keluarga Besar TNI-POLRI perlu memilih secara selektif dan realistis, selanjutnya dapat membuat strategi bersama bagaimana dapat memenangkan kepentingan bersama tersebut, agar dapat bermakna bagi kepentingan Bangsa dan Negara di masa yang akan datang khususnya lima tahun mendatang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu diadakan suatu kesepakatan bersama diantara Keluarga Besar TNI-POLRI yang dimotori oleh Keluarga Besar FKPPI, agar nantinya dapat dirumuskan suatu strategi bersama dan kerjasama yang sinergis antar daerah maupun disemua tingkatan kepengurusan dalam lingkup Keluarga Besar TNI-POLRI Demikianlah sambutan singkat kami, terimakasih atas perhatiannya, Ketua Umum FKPPI Pontjo Sutowo 6 / 6