HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA JEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
Jl. dr.soebandi No. 124, Jember 68111, Indonesia. Telp.: (+62331) Fax: (+62331) Fakultas Kedokteran Universitas Jember

PENDIDIKAN JASMANI DAN PRESTASI AKADEMIK: TINJAUAN NEUROSAINS

PENDIDIKAN JASMANI DAN PRESTASI AKADEMIK: TINJAUAN NEUROSAINS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat dua

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA KEMANTREN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

GAMBARAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN PADA WANITA LANJUT USIA

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia. dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA. Oleh : NELDA NILAM SARI

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI PADA LANJUT USIA YANG BEROLAHRAGA TAI CHI DAN LANJUT USIA YANG TIDAK BEROLAHRAGA

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA KEMANTREN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

GAMBARAN SKOR MMSE, CDT, TMT A DAN TMT B PADA LANSIA DI PANTI WERDHA AGAPE TONDANO

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

Hubungan antara Status Ekonomi, Status Pendidikan dan Keharmonisan Keluarga dengan Kesadaran Adanya Demensia dalam Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

KAITAN FAKTOR KESEPIAN DAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI BHAKTI LUHUR NURSING HOME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

PERKEMBANGAN USIA MEMBERIKAN GAMBARAN KEKUATAN OTOT PUNGGUNG PADA ORANG DEWASA USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI DESA TANJUNGAN KEC. KEMLAGI KAB. MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Kraton, Yogyakarta

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA BANJAREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

Kedokteran Universitas Lampung

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu

SKRIPSI HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI DI POSYANDU LANSIA DESA TRIYAGAN MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN FAKTOR STRES PSIKOSOSIAL DENGAN KELUHAN NYERI ULU HATI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSD DR.

PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN Pinky Pradika Shandy 1 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

Kata Kunci: Gangguan fungsi Kognitif, Durasi Diabetes mellitus tipe 2, manado

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Hubungan Usia Dan Lama Menopause Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Menopause

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seseorang mengunyah, melalui sensorik saraf trigeminus akan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA JEMBER LAPORAN PENELITIAN e-journal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 Oleh: Adi Darma Effendi dr. Alif Mardijana, Sp.KJ NIP 19581105 198702 2 001 dr. Rosita Dewi NIP 19840428 200912 2 003 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN

Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Kejadian Demensia pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember (Relationship Between Physical Activity and Dementia Incidence in Elderly of UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember) Adi Darma Effendi, Alif Mardijana, Rosita Dewi Fakultas Kedokteran, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 e-mail: adidarmaeffendi@rocketmail.com Abstract Dementia is a disease in elderly that manifestating with declining in cognitive abilities. In Indonesia, the prevalence of dementia in the elderly aged 65 years is 5 percent of the elderly population. The prevalence increases to 20 percent of the elderly aged 85 years and over. The category of elderly population aged over 65 years, the number of elderly in Indonesia in 2003, as many as 11.28 million. This number will increase to 29 million by 2013, or 10 percent of the population. There are several factors that affect memory decline one of which is physical activity. Regular physical activity has been shown to reduce the risk of dementia, including Alzheimer's disease up to 50%. This was an analytic observational study with cross sectional design. Variable that was observed in this study was stages of dementia and physical activity level. Respondent was examined using MMSE (Mini Mental State Examination). Population in this study was all elderly that live in UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember as much as 43 respondents. Spearman Rho analysis showed significance level= 0,00 (p 0,05>0,000). There was meaningful relationship between physical Abstrak activity level and incidence of dementia in elder of UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Keywords: Physical activity, dementia Abstrak Demensia merupakan penyakit pada lansia yang bermanifestasi terhadap kemunduran kemampuan intelektual. Di Indonesia, prevalensi demensia pada lansia berusia 65 tahun adalah 5 persen dari populasi lansia. Prevalensi meningkat menjadi 20 persen dari lansia yang berusia 85 tahun ke atas. Kategori lansia berusia 65 tahun ke atas di Indonesia pada tahun 2003, sebanyak 11.280.000. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 29 juta pada tahun 2013 atau 10 persen dari populasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan memori salah satunya adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik secara teratur telah terbukti dapat mengurangi risiko demensia, termasuk penyakit Alzheimer sebesar 50 %. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Variabel yang diamati adalah tingkat demensia pada lansia dan aktivitas fisik yang dilakukannya. Responden kemudian diukur menggunakan instrumen kuisioner MMSE (Mini Mental State Examination). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember sebanyak 43 responden. Hasil penelitian dengan uji Spearman Rho menunjukkan bahwa nilai signifikansi = 0,00 (p 0,05 > 0,000). Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian demensia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Kata kunci: aktivitas fisik, demensia. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 332

Pendahuluan Proses menua pada hakikatnya akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan biologis pada lansia. Perubahan-perubahan ini tidak hanya dialami oleh lansia dengan kondisi sakit tetapi juga pada lansia sehat [1]. Aspekaspek fisiologik dan patologik akibat proses menua sebagai berikut, pada otot dan tulang terjadi atrofi otot pada lansia sering terjadi akibat gangguan metabolik, denervasi saraf dan penurunan aktivitas fisik. Dengan bertambahnya usia, proses penulangan yaitu perusakan dan pembentukan tulang akan melambat [1]. Tulangtulang bagian trabekular menjadi lebih berongga sehingga meningkatkan resiko patah tulang, kemudian pada sistem saraf pusat dan otonom yaitu berat otak akan menurun sebanyak 10% pada penuaan antara 30-70 tahun. Terdapat deposit lipofusin pada semua sitoplasma sel, degenerasi pigmen substantia nigra, dan kekusutan neurofibriler yang merupakan perubahan bersifat patologik dan terjadi pada insiden patologik sindroma Parkinson dan Dementia tipe Alzheimer [1]. Pada lansia sehat sekitar 10% mengalami atrofi otak difus. Kondisi lain yang berubah adalah melambatnya proses informasi, menurunnya daya ingat jangka pendek, berkurangnya kemampuan otak untuk membedakan stimulus atau rangsangan yang datang. Sering kali seseorang yang berumur setengah baya ataupun lanjut usia yang mengalami gangguan daya ingat dianggap sebagai pikun (istilah medis adalah Demensia). Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (nondisruptive) [2]. Demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku [3]. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan daya ingat salah satunya adalah aktivitas fisik. Seseorang yang banyak beraktivitas fisik termasuk berolahraga cenderung memiliki memori yang lebih tinggi daripada yang jarang beraktivitas [4]. Misalnya kegiatan yang harus melibatkan fungsi kognitif seperti bermain tenis, bersepeda, berjalan kaki atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional [5]. Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Lansia yang bersedia menjadi responden 2. Lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember pada saat penelitian berlangsung 3. L a n s i a y a n g d a p a t b e r k o m u n i k a s i menggunakan bahasa indonesia atau bahasa jawa atau bahasa madura Te k n i k p e n g a m b i l a n s a m p e l menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya kemudian menetapkan berapa besar jumlah sampel [6]. Kemudian jumlah tersebut dijadikan dasar untuk mengambil sampel yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan februari 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pengisian kuisioner dengan teknik wawancara serta memberikan penjelasan singkat kepada sampel penelitian [7]. Pada penelitian ini digunakan instrumen penelitian utama berupa k u i s i o n e r M M S E (M i n i M e n t a l S t a t e examination) yang berfungsi untuk mengukur tingkat demensia responden. MMSE sebagai alat ukur yang terdiri atas 11 pertanyaan dan tiap pertanyaan memiliki bobot tersendiri dengan nilai maksimal 30. Untuk MMSE Tidak Demensia 27-30, kemungkinan demensia 22-26, pasti demensia <21. Analisis Data Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pendidikan dengan demensia digunakan uji Spearman Rho untuk mengetahui hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Derajat kemaknaan α = 0.05 artinya jika uji statistik menunjukkan p 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Penelitian ini menggunakan sampel lansia yang ada pada waktu berlangsungnya penelitian dan memenuhi kriteria inklusi. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 333

Gambar 1. Distribusi aktivitas fisik menurut klasifikasi demensia G a m b a r 1 menunjukkan bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik rendah sejumlah 24 orang mengalami demensia. Pada responden yang memiliki aktivitas fisik sedang sejumlah 9 orang mengalami kemungkinan demensia dan sejumlah 5 orang mengalami demensia. Pada responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi sejumlah 5 orang tidak mengalami demensia. D a t a s e l a n j u t n y a d i u j i d e n g a n Spearman Rho. Tabel 1. Hasil uji Spearman Rho Hubungan antara aktivitas fisik dan kejadian demensia S p e a r m a n ' s r h o T i p e A k tiv i tas F i s i k K l a s i f i k a s i D e m e n s i a C o r r e l a t i o n s * *. C o r r e lat ion is s i g n i f ica n t a t t h e 0. 0 1 lev e l ( 2 - t a i l e d ). T i p e A k t i v i t a s Berdasar pada hasil uji statistik Spearman Rho yang dihitung dengan program F i s i k K l a s i f i k a s i D e m e n s i a C o r rel a t i o n C o e f f i c i e n t 1. 0 0 0 -. 8 4 2 * * S ig. ( 2 - t a i l e d ).. 0 0 0 N 4 3 4 3 C o r rel a t i o n C o e f f i c i e n t -. 8 4 2 * * 1. 0 0 0 S ig. ( 2 - t a i l e d ). 0 0 0. N 4 3 4 3 SPSS 21 didapatkan Significancy hubungan antara aktivitas fisik dan kejadian demensia adalah sebesar 0,00 yang menunjukkan < 0,05. Hal tersebut berarti terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dan kejadian demensia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Hasil tersebut menunjukkan korelasi dari kedua variabel. Apabila korelasi Spearman < 0 artinya tidak ada hubungan, korelasi Spearman antara 0-0,5 artinya hubungan kurang kuat, korelasi Spearman antara 0,5-0,75 artinya hubungan cukup kuat, sedangkan korelasi Spearman antara 0,75-1 artinya hubungan kuat. Hasil korelasi Spearman antara kedua variable sebesar -0,842 menunjukkan hubungan kuat. Arah korelasi bernilai negatif dalam hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik, maka kejadian demensia akan semakin menurun. Pembahasan Pada penelitian ini didapatkan data bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik rendah sejumlah 24 orang mengalami demensia. Pada responden yang memiliki aktivitas fisik sedang sejumlah 9 orang mengalami kemungkinan demensia dan sejumlah 5 orang mengalami demensia. Pada responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi sejumlah 5 orang tidak mengalami demensia. Menurut penelitian yang banyak melakukan aktivitas fisik maupun olahraga di dalamnya memiliki memori atau daya ingat yang lebih tinggi daripada seseorang yang jarang melakukan aktivitas fisik. Hal ini mendukung penelitian tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik berperan dalam fungsi kognitif. Kaitannya dalam aktivitas fisik, terdapat unsur gerak. Bergerak berfungsi untuk menyiapkan otak untuk belajar secara optimal. Dengan bergerak, aliran darah ke otak lebih tinggi sehingga suplai nutrisi lebih baik. Otak membutuhkan nutrisi terutama berupa oksigen dan glukosa. Glukosa bagi otak merupakan bahan bakar utama supaya otak dapat bekerja optimal. Setiap kali seseorang berpikir, akan menggunakan glukosa. Kurangnya suplai oksigen ke otak dapat menimbulkan disorientasi, bingung, kelelahan, gangguan konsentrasi, dan masalah daya ingat. Aktivitas fisik akan memberi otak suplai nutrisi yang diperlukan [8]. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik seperti jalan kaki, lari kecil berpengaruh pada lobus frontalis otak, area yang berperan e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 334

pada konsentrasi mental, perencanaan, dan pengambilan keputusan. Aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki dapat membantu tubuh mencegah penurunan daya kerja otak pada lanjut usia. Semakin lama dan seringnya kegiatan berjalan kaki ini dilakukan maka ketajaman pikiran juga akan semakin membaik. Aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari dapat menstimulasi otak [8]. Seseorang yang mendapat latihan fisik memperlihatkan kebugaran motorik, kinerja akademik, dan sikap yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang tidak mendapatkan latihan fisik. Penelitian tentang otak juga mendukung pentingnya beraktivitas fisik yang berkualitas. Fokus mental dan tingkat konsentrasi seseorang akan meningkat secara bermakna sesudah aktivitas fisik secara terstruktur [8]. Penelitian menunjukkan bahwa otak seseorang pun mampu membentuk sel saraf (neuron) baru, proses tersebut disebut dengan neurogenesis. Neuron baru tersebut bertahan hidup dan mengintegrasikan diri mereka ke dalam struktur otak. Untuk bertahan hidup dan menjadi struktur aktif otak, neuron baru memerlukan dukungan tidak hanya dari sel-sel penyokong saraf (sel glia) dan nutrisi melalui darah, tetapi yang lebih penting adalah dukungan dari hubungan dengan saraf lain (sinapsis). Tanpa hubungan ini saraf akan mati. D a e r a h y a n g p a l i n g a k t i f m e n g a l a m i neurogenesis adalah hipokampus, suatu daerah yang terletak di otak bagian dalam, yang terlibat dalam proses belajar dan memori [9]. Latihan fisik dalam lingkungan yang kondusif menyebabkan pembentukan koneksi sinaptik (antar sel saraf) dalam jumlah besar. Latihan fisik akan memperkuat area otak seperti ganglia basalis, serebellum, dan korpus kalosum [10]. Lari-lari kecil dan melakukan aktivitas fisik lainnya berpengaruh baik pada fungsi kognitif karena dapat meningkatkan nerve growth factor dan regenerasi sel otak [11]. Dengan melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan atensi dan motivasi dengan cara meningkatkan kadar dopamine dan norepinefrin. Selain itu adalah meningkatkan aktivitas neurotransmitter, memperbaiki aliran darah, dan memicu produksi faktor pertumbuhan otak. Dengan demikian, aktivitas fisik ini menyiapkan sel saraf untuk terhubung lebih mudah dan lebih kuat. Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak sehingga pembuluh darah terstimulasi dan akses otak untuk mendapatkan e n e r g i d a n o k s i g e n m e n i n g k a t. Meningkatkannya aliran darah ke otak menyebabkan stimulasi ke suatu area otak yang membantu pembentukan memori. Selain itu, meningkatnya serotonin, dopamine, dan BDNF akibat suatu aktivitas fisik akan memperkuat ikatan antar sel saraf. BDNF (brain derived nerve factor) bertanggung jawab atas pembentukan dan daya tahan saraf terhadap kerusakan dan stres yang banyak ditemukan di daerah hipokampus [12]. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan kejadian demensia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Dari 43 responden yang diteliti, sebagian besar mempunyai aktivitas fisik yang rendah dan sebagian besar mengalami demensia. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yang lebih objektif dengan populasi yang lebih besar. Serta dilakukan rawat bersama antara poli psikiatri dan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember dalam menangani pasien dengan k e m u n g k i n a n d e m e n s i a a g a r d a l a m penanganannya mendapat penanganan yang komprehensif baik pada gangguan fisiknya maupun psikis. Daftar Pustaka [1] Boedhi Darmojo. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI; 2009. [2] Volicer L, Hurley AC, Mahoney E. Behavioral symptom of dementia. New York: Springer Publishing Company; 2009. [3] Grayson C. All about alzheimer [internet]. [place unknown]: Geriatric Medic; 2010 [updated 2011 Oct 5; cited 2014 Jan 21]. Available from: http://www.webmd.com/content/htm. [4] Carvalheiro, Rodrigues. The unique relation oh physical activity to executive function in older men and women. Med-Sci Sports and Exercise. 2009. [5] Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 335

[6] N o t o a t m o d j o S. M e t o d o l o g i Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. [7] Sugiyono. Metodologi Penelitian K u a n t i t a t i f d a n K u a l i t a t i f. Bandung: Alfabeta; 2013. [8] Blaydes J. A Case for Daily Activity [internet]. [place unknown]: Physical Education; 2011 [updated 2012 Oct 13; cited 2014 March 20]. Available from: h#p://www.ac+onbasedlearning.com [20 Maret 2014] [9] Van Essen D. Adult Neurogenesis [internet]. [place unknown]: Society of Neuroscience; 2009 [updated 2010 Nov 26; cited 2014 march 21]. Available from: h#p://sfn.org. [10] William G. Perspective, Rich Experience, Physical Activity Healthy Brain [internet]. [place unknown]: National Scientific council on The Developing Child; 2010 [updated 2011 May 2; cited 2014 march 20]. A v a i l a b l e f r o m: h#p://developingchild.net [11] Van Praag. Ontogenic Running increases cell proliferation dan neurogenesis in the adult mouse dentate gyrus. Nature Neuroscience. 2009; 2 (3): 266-270. [12] Ratey J. The Revolutionary New Science of Exercise and the Brain. New York: Little Brain and Company; 2009. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 336