BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. sebagai keadaan keterbangkitan (arousal) yang memiliki dua dimensi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang ada, sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi Sumatera Utara.

PENGARUH MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA TERHADAP MOOD SKRIPSI MARIA SIAGIAN

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. seni yang dihasilkan oleh manusia yang melakukan aktivitas bermain musik

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, mereka tetap melanjukan tradisi leluhurnya, seperti yang dapat dilihat

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTAMARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN. Febi Andreas Manik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebuah inovasi yang mendapatkan influence (pengaruh) dari budaya atau

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, istilah politik pada konteks ini berarti kekuasaan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

Transkripsi:

14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mood merupakan salah satu aspek psikologis yang termasuk dalam afek yang dialami manusia. Afek adalah perasaan yang dialami seseorang, yang di dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz (2010) menjelaskan bahwa emosi adalah reaksi terhadap objek emosi (kejadian/orang), sedangkan mood tidak memiliki objek tertentu. Emosi terjadi sebagai akibat dari suatu rangkaian kejadian yang terjadi pada konteks tertentu (Davine dkk, 2010). Ia mengungkapkan bahwa emosi dapat berubah menjadi mood apabila kehilangan objek yang memunculkan emosi dan bertahan dalam waktu yang lebih lama (jam atau hari), begitupun sebaliknya, mood dapat berubah menjadi emosi apabila memiliki objek emosi dan memiliki kecenderungan untuk memunculkan perilaku dalam waktu yang singkat. Pautz (2010) berpendapat bahwa emosi bersifat action oriented, sedangkan mood bersifat kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa emosi dapat mengarahkan pada perilaku tertentu, sedangkan mood akan memicu seseorang untuk berpikir atau merenung sejenak. Mood merupakan kondisi yang memiliki afek positif dan afek negatif (Zevon dan Tellegen, 1982 serta Watson dan Tellegen, 1985). Afek positif mengarah kepada keadaan yang bersemangat atau aktif, sedangkan afek negatif mengarah pada ketegangan atau distres personal (Ekkekakis, 2012). Huelsman dan Nemanick (2003) menjelaskan bahwa afek positif yang tinggi

15 menggambarkan antusias dan kegembiraan, sedangkan afek negatif yang tinggi menggambarkan distres dan mudah merasa terganggu. Mood seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti situasi yang mengelilinginya, pola pikir dalam menginterpretasi situasi yang mengelilinginya, sensasi internal tubuh, reaksi perilaku, serta lingkungan sosial (Devine et al, 2010). Djohan (2010) menyatakan bahwa kapanpun dan dimanapun seseorang dapat mengalami pengalaman musikal. Misalnya lagu yang diputar di kafe membangkitkan mood tertentu pelanggan. Dengan demikian, musik sebagai salah satu komponen situasi yaitu hal yang mengelilingi individu pada waktu tertentu. Walaupun aspek mood tidak begitu banyak digunakan untuk penelitian musik, namun beberapa peneliti menunjukkan bahwa musik dapat mempengaruhi mood (Hu, 2010). Seperti penelitian Kramer (dalam Murrock, 2005) menunjukkan bahwa bunyi-bunyian yang menyusun musik dapat mempengaruhi mood. Selain itu, Ganser dan Huda (2010) dalam Music s Effect on Mood and Helping Behavior menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi mood seseorang yang mengarah pada kecenderungan perilaku menolong orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik dengan tempo upbeat dan populer serta berisikan lirik prososial meningkatkan mood positif; sedangkan musik dengan tempo cepat dan berulang serta berisikan lirik antisosial meningkatkan mood negatif; namun keadaan tanpa musik menurunkan mood positif dan mood negatif. Dalam penelitian ini, mood yang dibangkitkan musik tidak terbukti mempengaruhi perilaku menolong. Namun Greitemer (dalam Ganser dan Huda, 2010) menyatakan bahwa partisipan yang diperdengarkan

16 musik dengan lirik prososial mendonasikan uang lebih banyak dibandingkan partisipan yang diperdengarkkan musik dengan lirik yang netral. Musik menjadi hal yang menarik dibahas dikarenakan kekuatannya dalam mempengaruhi manusia, sehingga penelitian-penelitian terhadap musik berkembang dan berlanjut. Djohan (2009) dalam Psikologi Musik mengungkapkan bahwa musik berpengaruh pada kehidupan, yaitu ketika diperdengarkan, dimainkan, ditampilkan, bahkan pada saat dipelajari secara ilmiah. Tidak hanya pada masa modern ini, pengaruh musik terhadap keadaan seseorang juga sudah ditunjukkan pada zaman dahulu oleh suku Ibrani kuno seperti yang terjadi pada Raja Saul yang tertulis di Alkitab : Dan setiap kali apabila roh yang daripada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya. (Kitab 1 Samuel Pasal 16 Ayat 23). Diceritakan pada kitab ini bahwa Raja Saul diganggu oleh roh jahat karena Roh Tuhan tidak lagi berdiam padanya. Kemudian hamba-hamba Saul menyarankan agar ketika roh jahat itu menghinggapi Saul, Saul sebaiknya mendengarkan permainan kecapi supaya ia merasa nyaman. Lalu Daud diutus untuk bermain kecapi pada saat roh jahat hinggap pada Raja Saul, kemudian roh jahat undur dari Raja Saul. Hal ini menunjukkan bahwa musik tradisional diyakini memiliki pengaruh pada keadaan mental seseorang. Musik tradisional sebagai alat yang digunakan untuk memberi gambaran orang dalam kelompok tertentu dan cara mereka hidup (Merriam, 1964). Bahari (2008) berpendapat bahwa musik merupakan ungkapan keindahan suatu kelompok tertentu yang sesuai dengan pandangan, aspirasi, kebutuhan, dan gagasan

17 kelompok tersebut. Merriam (dalam Djohan, 2010) mengklasifikasikan sepuluh fungsi musik tradisional dalam masyarakat, yaitu sebagai (1) respons fisik, (2) sarana komunikasi, (3) ekspresi emosi, (4) representasi simbolik, (5) penguatan konformitas terhadap norma sosial, (6) validasi instituisi sosial dan ritual keagamaan, (7) kontribusi terhadap kontinuitas dan stabilitas budaya, (8) kontribusi terhadap integrasi masyarakat, (9) kesenangan terhadap keindahan, dan (10) hiburan. Demikian halnya di Sumatera Utara yang memiliki keragaman suku, tentu saja memiliki keragaman budaya yang khas satu dengan yang lainnya. Menurut data Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara (2010) menyebutkan bahwa penduduk asli Sumatera Utara adalah suku Melayu, Batak Karo, Batak Toba, Simalungun, Dairi/Fak-fak, Mandailing, Pesisir, dan Nias. Di dalam menjaga kelestarian budaya, Suku Batak Toba memiliki rasa kewajiban untuk mempertahankan kebudayaannya di dalam kehidupan sehari-hari hingga sekarang sebagai bentuk ketaatan terhadap adat istiadat yang berlaku (Panggabean, 2008). Demikian pula halnya dengan menjaga kelestarian musik tradisional, suku Batak Toba berusaha melestarikannya melalui kegiatan-kegiatan adat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan musik tradisional di setiap acara, seperti pernikahan dan kematian. Musik tradisional, baik instrumen musik maupun lagu, tetap dipakai di setiap ulaon adat, meskipun lagu pop dan intrumen modern juga terkadang dimainkan pada ulaon adat tersebut.

18 Musik tradisional Batak Toba dikenal dengan sebutan gondang. Gondang berarti seperangkat alat musik, ensambel musik, dan komposisi lagu (Pasaribu dalam Irfan, 2004). Berdasarkan pengertian ansambel, gondang dibagi atas dua bagian, yaitu gondang sabangunan dan uning-uningan yang kemudian lebih dikenal dengan gondang hasapi (Simangungsong, 2013). Purba (2002) menyatakan bahwa gondang sabangunan digunakan pada saat masa tanam, perayaan masa panen raya, ritus penyembuhan penyakit, atau hal-hal yang bersifat pesta adat (ulaon adat); sedangkan gondang hasapi disajikan pada acara-acara yang bersifat hiburan, misalnya pada opera Batak (Simon, 1985). Hal ini sejalan dengan pendapat Merriam (dalam Djohan, 2010) bahwa musik gondang sabangunan dan gondang hasapi berfungsi sebagai sarana komunikasi suku Batak terhadap Sang Pencipta, ekspresi komunikasi, ritual keagamaan, kontribusi terhadap kesatuan masyarakat Batak Toba dan hiburan. Pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap pendengarnya, baik secara afektif, kognitif, perilaku tidak begitu banyak diteliti. Walaupun Simon (1985) menyatakan bahwa ogung dalam gondang sabangunan memiliki suara yang cukup keras yang mampu menimbulkan mekanisme psikomotorik dan akhirnya orang-orang yang mendengar merespon untuk berpesta bersama. Panisioan (2012) juga menyatakan bahwa gondang hasapi digunakan untuk hiburan yang menggeliatkan alunan musik dan mempertontonkan lelucon untuk menghibur masyarakat. Tetapi bukti ini tidak cukup kuat untuk menunjukkan pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap keadaan manusia, sehingga

19 diperlukan penelitian-penelitian terhadap aspek psikologis yang dipengaruhi setelah mendengarkan musik tradisional Batak Toba. Atas pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap aspek mood. Peneliti tertarik meneliti aspek mood untuk melihat pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap afek positif dan afek negatif mood pendengar. Selain itu, aspek mood tidak banyak diteliti untuk melihat pengaruh musik terhadap aspek psikologis seperti yang diungkapkan oleh Hu (2010) sehingga penelitian ini akan memperkaya penelitian pengaruh musik terhadap mood. Aspek mood juga dipilih karena perubahan pada afek positif maupun afek negatif mood mengubah aktivitas kognitif seseorang yang kemudian mengarah kepada emosi yang akan dimunculkan (actions oriented). Sedangkan musik tradisional Batak Toba dipilih karena peneliti berada di Sumatera Utara sehingga untuk mendapatkan lagu musik tradisional Batak Toba lebih terjangkau. Peneliti yang berasal dari suku Batak Toba juga beranggapan bahwa penelitian ini penting dilakukan agar musik tradisional Batak Toba dapat dilestarikan dan tidak hilang, dan juga hasil penelitian dapat diaplikasikan dengan efektif dan efisien dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menjadi pelengkap/sarana suatu kegiatan (rumah makan, spa, acara-acara tertentu). Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu dengan memberikan perlakuan musik tradisional Batak Toba dan kemudian dilihat pengaruh musik terhadap afek positif dan afek negatif mood. Penelitian ini juga merupakan penelitian awal mengenai pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap mood,

20 sehingga tidak begitu banyak data yang dapat dijadikan sebagai referensi penelitian. B. RUMUSAN PERMASALAHAN Musik dapat mempengaruhi mood seseorang, baik afek positif maupun afek negatif mood tersebut. Peneliti berkesimpulan bahwa musik ansambel gondang Batak Toba juga mempengaruhi perubahan mood pendengar, baik afek positif maupun afek negatif mood. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah musik ansambel Batak Toba mempengaruhi afek positif mood pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2. Apakah musik ansambel Batak Toba mempengaruhi afek negatif mood pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3. Apakah terdapat perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang sabangunan. 4. Apakah terdapat perbedaan afek negatif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang sabangunan. 5. Apakah terdapat perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang hasapi. 6. Apakah terdapat perbedaan afek negatif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang hasapi.

21 C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh musik tradisional Batak Toba yaitu ansambel gondang sabangunan dan gondang hasapi terhadap afek positif dan afek negatif mood pendengar. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik dan bersifat teoritis maupun praktis, yaitu : 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan pengetahuan terhadap ilmu Psikologi, yaitu Applied Psychology dalam mengembangkan ilmu di bidang tersebut. b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi para pemerhati kebudayaan dalam mempelajari budaya Batak Toba. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi pemahaman bagi pembaca pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap mood setelah mendengarkan musik tradisional Batak Toba, yaitu ansambel gondang sabangunan dan gondang hasapi. E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : Pendahuluan Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

22 BAB II : Landasan Teori Berisi tinjuan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Memuat dasar teori tentang mood dan musik tradisional Batak Toba. BAB III : Metode Penelitian Berisi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi, dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, serta metode analisis data penelitian. BAB IV : Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab ini terdiri dari uraian mengenai gambaran subjek penelitian berdasarkan penggolongan suku bangsa, hasil penelitian utama, serta pembahasan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan yang mencakup hasil analisis dan intepretasi data penelitian dan saran berupa saran metodologis untuk penelitian selanjutnya dan saran praktis bagi siapapun yang tertarik melanjutkan penelitian.