BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Penempatan marka jalan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

Petunjuk Praktis. KESELAMATAN JALAN PADA ZONA KERJA DI JALAN dalam mendukung proyek-proyek EINRIP

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Rekayasa Lalu Lintas

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB III LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

Persyaratan Teknis jalan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

maksud tertentu sesuai dengan kegunaan dan pesan yang akan disampaikan, berupa

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

Konsep Zona. Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan. Mataram, Januari 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR. Kata kunci : transportasi, laik fungsi, standar teknis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN MATERI LALU LINTAS PATROLI KEAMANAN SEKOLAH

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

Rambu Peringatan Rambu Petunjuk. Rambu Larangan. Rambu Perintah dan Rambu Lokasi utilitas umum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAL RAMBU-RAMBU LALU LINTAS Disunting oleh : EDI NURSALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

Penanganan umum simpang tak bersinyal

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PONOROGO

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

Kajian Kelengkapan Perlengkapan Jalan pada Jalan Pelajar Pejuang Bandung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Pengertian Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

II. PERANCANGAN TEMPAT PARKIR

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, 30-31 Mei 2012

Pengemudi dan pengendara menangkap 90% informasi melalui mata mereka! Engineer harus menyampaikan informasi berguna melalui rambu-rambu dan garis marka. Jika menggunakan rambu-rambu standar (bentuk, warna, ukuran) maka dapat mempercepat mengenal dan mengerti pesan.

TANDA LALULINTAS Kecelakaan dapat terjadi kalau pengemudi tidak memperhatikan tanda-tanda lalulintas pada jalur jalan yang dilewatinya, apalagi kalau pengemudi tidak begitu mengenal kondisi medannya. Tanda-tanda lalulintas dipasang di sepanjang ruas jalan berupa : rambu, marka, maupun sinyal

TANDA LALULINTAS Tujuan dari pemasangan fasilitas perlengkapan jalan: untuk meningkatkan keselamatan jalan, dan menyediakan pergerakan yang teratur terhadap pengguna jalan.

Rambu Lalu Lintas Dasar: Keputusan Menteri Perhubungan nomor 61 tahun 1993 Rambu Peringatan adalah rambu yang memberikan petunjuk kepada pemakai jalan mengenai bahaya yang akan dihadapi serta memberitahukan sifat bahaya tersebut. Rambu Larangan dan Rambu Perintah adalah rambu yang memberikan petunjuk yang harus dipatuhi oleh pemakai jalan mengenai kewajiban, prioritas, batasan atau larangan.

Rambu Lalu Lintas Rambu Petunjuk adalah rambu yang memberikan petunjuk kepada pemakai jalan mengenai arah, tempat dan informasi, yang meliputi rambu pendahuluan, rambu jurusan (arah), rambu penegasan, rambu petunjuk batas wilayah dan rambu lain yang memberikan keterangan serta fasilitas yang bermanfaat bagi pemakai jalan. Pada rambu sering diberi papan tambahan. Papan Tambahan adalah papan yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu yang berisi ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan dan ketentuan lainnya yang dipasang untuk melengkapi rambu lalulintas jalan.

PRINSIP PERAMBUAN DAN MARKA Rambu tidak selalu merupakan solusi bagi seorang engineering dari seluruh permasalahan keselamatan. Sebagai contoh persimpangan yang berbahaya mungkin lebih baik ditangani dengan memperbaiki ketentuan wilayah berbahaya itu sendiri, daripada dengan rambu peringatan. Rambu dan marka jarang digunakan untuk penyelesaian masalah karena kondisi geometri yang buruk dan membingungkan. Pengaturan kembali geometri jalan mungkin akan lebih masuk akal dan lebih baik untuk penanganan.

Mencolok Mudah dibaca Mudah dipahami Mudah terlihat Jelas Komprehensif

Tepercaya Konsisten Benar Relevan dgn situasi Penggunaan sama pd Tidak hanya benar tapi situasi yg sama cocok dan benar

Conspicuous (mencolok):

Clear (Terang)

Comprehensible (Mudah dipahami)

Credible (dapat dipercaya)

CREDIBLE harus dipercaya

KOORDINASI ANTARA RAMBU DAN MARKA JALAN Fasilitas penyeberangan jalan

KOORDINASI ANTARA RAMBU DAN MARKA JALAN

Rambu petunjuk pada Gambar pemasangan posisi rambunya sejajar dengan sumbu jalan

KOORDINASI ANTARA RAMBU DAN MARKA JALAN Rambu larangan pada Gambar ditempatkan pada bagian jalan berakhirnya rambu larangan. Rambu larangan pada Gambar yang ditempatkan secara berulang dengan jarak lebih dari 15 meter, dapat dilengkapi dengan papan tambahan yang menyatakan jarak tertentu

3 kelompok rambu-rambu Pengaturan Peringatan Rambu Petunjuk Pengarah Wisata (Turis) Informasi

Rambu-rambu Pengatur harus dipatuhi hukum ditegakan R3-6

RAMBU LARANGAN

RAMBU PERINTAH

Rambu-rambu Peringatan

Mendekati Kecepatan (kpj) Kecepatan yang diinginkan Stop 20 30 40 80 225 200 190 170 70 160 150 140 120 60 100 90 75 60 50 75 60 45 30

RAMBU PETUNJUK

Rambu-rambu Pengarah Pengarah Sebelum Pengarah Simpang M a n i l a L e g a s p i Rambu Pengarah jarak SOUTH SUPER HWY S a n P a b l o 1 0 S a n J o s e 9 0

Faktor Kecelakaan Pengemudi bereaksi terhadap kondisi jalan dan lingkungannya dalam beraktifitas mengemudi. Salah satu upaya mengurangi defisiensi jalan dan lingkungannya agar dapat mencegah timbulnya kecelakaan adalah dengan memasang delineasi yang baik dan benar.

DELINEASI

Delineasi

Mata kucing atau marker perkerasan reflektif yang timbul (RRPM)

Delineasi Delineasi merupakan pola informasi yang terstruktur untuk menuntun pergerakan kendaraan secara berkeselamatan pada sepenggal jalan, baik untuk kondisi siang dan malam maupun dalam kondisi kering dan basah. Delineasi yang efektif dapat memperbaiki efisiensi dan keselamatan sistem jalan raya melalui perbaikan-perbaikan: informasi bagi pengemudi, kenyamanan mengemudi dan arus

Tipe Delineasi: 1. Delineasi jarak pendek Mengendalikan penempatan kendaraan dan untuk mengidentifikasi batas pergerakan yang legal dan aman. Perlengkapan delineasi ini antara lain: marka dan penanda pada permukaan jalan. 2. Delineasi jarak panjang Mengantisipasi alinyemen jalan, mengatur arah perjalanan dan mengenali situasi yang berpotensi bahaya. Perlengkapan delineasi ini antara lain patok pengarah, rambu dan penanda

Marka Petunjuk positif melalui penggambaran batasbatas perjalanan yang aman atau jejak yang dibutuhkan, seperti: garis lajur, garis pembagi, garis tepi, garis stop, garis belok, marka tunggu. Untuk larangan, misalnya untuk memperingatkan kepada pengemudi umumnya tidak aman (tidak diijinkan) untuk dilalui, misalnya: median yang dicat, pulau yang dicat.

Marka Harus kontras dengan permukaan jalan Harus dipelihara dengan baik Harus simpel Ini sulit untuk diandalkan secara keseluruhan sorotan matahari dan hujan pada jalan dapat mengaburkan garis marka

Kekurangan Marka: Kebutuhan pemeliharaan yang tinggi akibat penggunaan oleh lalu lintas. Kurang efektif pada waktu basah/hujan khususnya pada malam hari. Dapat tertutup pandang oleh kendaraan. Tidak dapat digunakan pada jalan yang tidak diperkeras.

Tipe Marka pada Permukaan Jalan: garis longitudinal garis melintang marka serong dan lambang marka-marka untuk pembatasan parkir, bus dan sepeda marka untuk zona sekolah Catatan: Marka Garis Profil

Patok Pengarah Sederhana dan efektif untuk delineasi jarak panjang sebagai informasi alinyemen jalan. Patok pengarah untuk menunjukkan batas lateral lajur lalu lintas yang aman dan menunjukkan alinyemen jalan di depannya, khususnya tikungan horizontal dan vertikal. Pada beberapa situasi, juga menyediakan ukuran untuk menilai jarak pandang yang tersedia. Namun, pemeliharaan diperlukan untuk mempertahankan efektifitasnya.

Tipe Patok Pengarah a. patok kayu: ukuran100mm x 50mm (nominal), dicat putih b. patok fleksibel: dapat melentur, putih, dari bahan plastik, karet, atau semacam lainnya c. patok semi fleksibel: bengkok jika ditabrak kendaraan, tapi dapat diluruskan dengan pemeliharaan, putih dan dari bahan plastik, logam atau bahan lain d. patok rigid/kaku: dapat pecah, putih dan dari logam atau bahan non-kayu.

Contoh patok pengarah beton, kayu, dan plastik

Jarak Antar Patok Peletakan patok pengarah harus sedemikian rupa sehingga paling sedikit 2 pasang delineator (yang paling dekat tidak kurang dari 30 meter di depan kendaraan) harus terlihat dengan baik pada setiap saat. Jarak (m) Radius Kurva Pada Kurva Luar Pada Kurva Dalam < 100 3 6 100-199 5 10 200-299 8 15 300-399 10 20 400-599 15 20 600-799 20 25 800-1199 25 25 1200-2000 30 30 > 2000 termasuk lurus 30 30

Delineator Delineator adalah retro-reflektor yang kecil atau panel, yang menempel pada patok pengarah, pagar pengaman, tembok ujung jembatan atau sejenisnya dan pagar pengaman beton, untuk menyediakan pola delineasi yang menyatu, pada ujung badan jalan sebagai bantuan untuk pengemudi saat malam hari. Warna merah di sebelah kiri lalu lintas sedangkan warna putih di sebelah kanan lalu lintas.

PERHATIKAN MALAM HARI

delineasi kurang baik

delineasi baik

delineasi sangat baik

TERIMA KASIH janyagustin@yahoo.com 0816981697