BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

AKUNTANSI ASET TETAP

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAMPIRAN I.13 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI.

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

LAPORAN KEUANGAN 2014

ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO

BAB II DASAR TEORI. A. Pengertian Aset Tetap. 1. Definisi Aset Tetap. Aset tetap memiliki peranan besar dalam organisasi atau

BAB IX KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAHAN PRESENTASI KELAS PROGRAM MAKSI UNDIP OLEH: MARYONO DS

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

LAPORAN KEUANGAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

INFORMASI TENTANG LAPORAN OPERASIONAL YANG DISAJIKAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURW OREJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/ KEKAYAAN DAERAH BUPATI PURWOREJO,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1. Aset Lancar

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

Transkripsi:

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan salah satu pos aset di neraca di samping aset lancar, investasi jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No 7 (2010 : 2) Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, dalam Lampiran I.08 PSAP 07 tentang Akuntansi Aset 7

8 Tetap dijelaskan bahwa aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap tersebut yaitu sebagai berikut : a. Tanah Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. b. Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. c. Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

9 e. Aset Tetap Lainnya Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. f. Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya. 2.1.2 Gedung dan Bangunan Menurut PSAP 07 (2010 : 3) Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah BMD yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu, serta Tugu Titik Kontrol. 2.1.2.1 Pengakuan Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung dan Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Menurut Arif (2009:255) Selama bukti kepemilikan

10 tersebut dalam proses pengurusan, pengakuan aset tetap dapat dilakukan ketika terjadi pengalihan hak penguasaaan dengan cara pembayaran dan sebagainya. Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Gedung dan Bangunan tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan berkurangnya kuantitas asset tersebut. 2.1.2.2 Pengukuran Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan. Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut. Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan, serta jasa konsultan.

11 2.1.2.3 Penilaian Awal Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh. 1. Komponen Biaya Menurut PSAP Nomor 07 (2010 : 5) Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak. 2. Perolehan Secara Gabungan Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. 3. Pertukaran Aset (Exchanges of Assets) Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam

12 itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa. (PSAP Nomor 07: Paaragraf 42-43) 4. Aset Donasi Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah. (PSAP Nomor 07: Paragraf 46) 2.1.2.4 Pengeluaran Setelah Perolehan Pengeluaran setelah perolehan terdiri dari pengeluaran pemeliharaan dan pengeluaran yang akan menambah nilai buku. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan (PSAP Nomor 07: Paragraf 50)

13 2.1.2.5 Pengukuran Berikutnya Terhadap Pengakuan Awal Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun ekuitas. 1. Penyusutan Menurut PSAP Nomor 07 Paragraf (2010 : 8) Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain: a. Metode garis lurus (straight line method); atau b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) c. Metode unit produksi (unit of production method) 2. Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation) Menurut PSAP Nomor 07 Paragraf 59 penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam akun ekuitas.

14 2.1.2.6 Pengungkapan Gedung dan Bangunan disajikan sebesar nilai biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula : a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode c. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan Bangunan 2.1.3 Laporan Keuangan Pemerintah pusat/daerah sebagai entitas pelaporan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaan yang berupa laporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi laporan keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan suatu entitas selama satu periode pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebihentitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri daripemerintah pusat, pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, juga menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyampaikan laporan keuangan. (Tanjung:2007)

15 Menurut Wild, Larson, Chiappetta (2007 : 17) Laporan keuangan adalah suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku bersangkutan, yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Maka pemerintah daerah harus menyampaikan laporan keuangannya selama satu tahun untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. 2.1.3.1 Tujuan Laporan Keuangan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Menurut Mulyana (2006) pelaporan keuangan dimaksudkan memberi informasi yang berguna untuk: 1. Membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel terhadap publik; 2. Membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sembar daya untuk memperoleh informasidan oleh sebab itu mereka menyadarkan pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.

16 2.1.3.2 Pengguna Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun pemerintah akan digunakan oleh pihakpihak yang membutuhkan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pengguna laporan keuangan terdiri dari: a. Masyarakat b. Para wakil rakyaat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa c. Pihak yang memberi atau yang berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman d. Pemerintah Dalam laporan keuangan, pemerintah harus dapat menyajikan kebijakan akuntansi yang dipakai dan informasi lainnya yang dapat membantu pengguna laporan dalam memahami laporan keuangan tersebut. 2.1.3.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut PP no 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, karakteristik kualitatif laporan keuangan untuk dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki harus memenuhi beberapa kriteria berikut: a. Relevan Relevan suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, maka informasi demikian tidak ada gunanya, betapapun kualitas lainnya terpenuhi. Menurut PP no 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan informasi yang relevan memenuhi karakteristik berikut:

17 1. Memiliki manfaat umpan balik Informasi memiliki manfaat dengan dapat digunakan untuk mengoreksi ekspektasi di masa lalu. 2. Memiliki manfaat prediktif Informasi dapat memprediksi masa yang akan datang berdasarkan kejadian masa lalu dan masa kini. 3. Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. 4. Lengkap Informasi disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. b. Andal Informasi laporan keuangan dikatakan andal apabila bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material. Menurut PP no 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan informasi yang andal memenuhi karakteristik berikut : 1. Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang harius disajikan.

18 2. Dapat diverifikasi Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda hasilnya tetap menunjukan simpulan yangtidak jauh berbeda. 3. Netralitas Informasi tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu tetapi murni untuk kebutuhan umum. c. Dapat dibandingkan Laporan keuangan dinyatakan dapat dibandingkan apabila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain. d. Dapat dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman pengguna laporan keuangan. 2.1.3.4 Komponen Laporan Keuangan 2.1.3.4.1 Neraca Menurut Arif (2009:35) Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana pada akhir periode laporan. Dalam neraca, setiap entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

19 Neraca setidaknya menyajikan pos-pos berikut: (1) kas dan setara kas; (2) investasi jangka pendek; (3) piutang pajak dan bukan pajak; (4) persediaan; (5) investasi jangka panjang; (6) aset tetap; (7) kewajiban jangka pendek; (8) kewajiban jangka panjang; dan (9) ekuitas. 2.1.3.4.2 Laporan Realisasi Anggaran Menurut Arif (2009:35) Laporan realisasi anggaran menggambarkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan seta perbandingan antara realisasi tersebut dan anggaran dalam suatu periode pelaporan. LRA menyediakan informasi mengenai anggaran dan realisasi pendapatan-lra, belanja, transfer, surplus/defisit-lra, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran. 2.1.3.4.3 Laporan Arus Kas Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. Menurut PP no 71 tahun 2010 menyebutkan bahwa laporan arus kas menyajikan informasi kas yang masuk dan kas yang keluar dari rekening bendahara umum negara/daerah selama periode laporan.

20 2.1.3.4.4 Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut PP no 71 tahun 2010 menyebutkan bahwa catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif dari laporan keuangan dan hal-hal yang perlu dijelaskan terkait dengan penyajian laporan keuangan tersebut. Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan digunakan oleh pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai pertanggungjawaban keuangan negara. CaLK memberikan penjelasan atas segala informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah, sehingga masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan negara yang dilaporkan secara lebih pragmatis. 2.2 Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis 2.2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh perlakuan akuntansi aset tetap gedung dan bangunan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebelumnya telah dilakukan oleh Muhammad Rizal Pagun (Politeknik Negeri Bandung) dengan judul Pengaruh Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Gedung dan Bangunan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Cimahi. Muhammad Rizal Pagun menyimpulkan bahwa perlakuan akuntansi aset tetap gedung dan bangunan pada tahun anggaran berjalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Cimahi.

21 Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Muhammad Rizal Pagun memberikan saran bagi peneliti selanjutnya salah satunya adalah untuk memperluas ruang lingkup penelitian. Hal ini menjadi salah satu dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian di pemerintah provinsi Jawa Barat yang ruang lingkupnya lebih luas. Selain itu pengelolaan aset tetap gedung dan bangunan pemerintah provinsi Jawa Barat lebih kompleks dari Pemerintah Kota Cimahi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah aset dan tersebar di seluruh wilayah Jawa Barat. Selain itu pemerintah provinsi Jawa Barat telah berdiri sejak 1950 sehingga banyak aset tetap gedung dan bangunan yang berumur puluhan tahun bahkan beberapa diantaranya telah berumur lebih dari provinsi Jawa Barat sendiri dan termasuk aset bersejarah. Apalagi aset yang dikategorikan aset bersejarah memiliki perlakuan yang sedikit berbeda dilihat dari adanya penjelasan mengenai perlakuan aset bersejarah pada PSAP no 7. Untuk memperluas ruang lingkup penelitian penulis juga menggunakan sampel SKPD lebih banyak dari yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penulis akan menyebar kuesioner bukan hanya ke satu dinas seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya, tetapi juga ke beberapa dinas lainnya yang memiliki nilai aset tetap yang besar. 2.2.2 Kerangka Berpikir Menurut PSAP no 7 perlakuan akuntansi aset tetap terdiri dari pengakuan, pengukuran, penilaian awal, pengeluaran setelah perolehan, pengukuran berikutnya terhadap pengakuan awal, penghentian dan pelepasan, dan pengungkapan aset tetap pada laporan keuangan. Keenam tahap pencatatan

22 tersebut harus dilaksanakan pemerintah daerah dalam perlakuan akuntansi aset tetapnya sesuai dengan apa yang diatur dalam PSAP no 7. Kepatuhan pemerintah daerah terhadap SAP menjadi tolak ukur bagi BPK untuk memberikan opini terhadap laporan keuangan pemerintah daerah setiap tahunnnya. Permasalahan yang sering terjadi pada pemerintah adalah adanya ketidaksesuaian antara praktik di lapangan dengan SAP yang dijadikan dasar perlakuan akuntansi. Hal ini dapat disebabkan oleh interpretasi yang tidak tepat ataupun SDM yang kurang kompeten di pemerintah daerah. Hal ini berdampaak pada pemberian opini BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah, dalam kasus ini adalah pemerintah provinsi Jawa Barat, gagal mendapat predikat Wajar tanpa Pengecualian (WTP). Gedung dan Bangunan merupakan salah satu aset tetap di lingkungan pemerintah provinsi Jawa Barat yang belakangan ini dilakukan pendataan ulang terkait terdapatnya umur gedung dan bangunan yang sudah tua agar relevan dengan kondisi saat ini. Laporan keuangan pemerintah provinsi Jawa Barat dalam tiga tahun terakhir (tahun 2008, 2009 dan 2010) mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang salah satu sebabnya adalah dalam pengelolaan aset tetap. Dari keenam kategori aset tetap, dalam LHP BPK atas laporan keuangan pemerintah provinsi Jawa Barat tahun 2010, yang menjadi permasalahan terdapat pada aset tetap tanah, gedung dan bangunan dan peralatan dan mesin. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Gedung dan Bangunan karena apabila dibandingkan dengan peralatan dan mesin, gedung dan bangunan memiliki umur ekonomis yang jauh lebih lama. Umur ekonomis peralatan dan mesin biasanya berkisar antara 5 hingga 10 tahun, sedangkan umur

23 ekonomis gedung dan bangunan jauh lebih lama biasanya diatas 10 tahun. Sehingga dari segi pengakuan, pengukuran dan penilaian awal peralatan dan mesin lebih mudah karena dokumen pendukung seperti transaksi pembelian lebih mudah di telusuri karena jangka waktunya tidak terlalu lama dan pengaruhnya terhadap neraca juga otomatis tidak terlalu lama. Sedangkan untuk gedung dan bangunan, pengakuan, pengukuran dan penilaian awal menjadi lebih rumit karena umur ekonomisnya yang lama sehingga dokumen pendukung seringkali tidak lengkap atau bahkan tidak ada. Selain itu dari segi penilian awal terdapat gedung dan bangunan yang didapat bukan hanya dengan pembelian tetapi dengan cara swakelola dimana pemerintah melakukan sendiri dalam pembangunan gedung. Pada praktiknya swakelola menjadi lebih rumit karena pemerintah harus memasukan seluruh biaya yang dikategorikan dalam PSAP no 7 sebagai biaya yang masuk ke dalam biaya perolehan suatu aset tetap yang diperoleh melalui swakelola. Juga bila dibandingkan dengan aset tetap tanah, gedung dan bangunan memiliki perlakuan yang lebih kompleks karena adanya nilai penyusutan. Sedangkan tanah merupakan aset tetap yang perlakuan akuntansinya terdapat perbedaan dibanding aset tetap lain yaitu tidak adanya penyusutan karena harga tanah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh perlakuan akuntansi aset tetap gedung dan bangunan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah provinsi Jawa Barat. sebagai berikut : Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka paradigma penelitian

24 VARIABEL X VARIABEL Y Perlakuan Akuntansi Kualitas Laporan Aset Tetap Gedung dan Keuangan Bangunan Gambar 2.1 Paradigma Penelitian 2.2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara sebuah penelitian yang perlu diuji kebenarannya pada sebuah penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian adalah ; perlakuan akuntansi aset tetap gedung dan bangunan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah provinsi Jawa Barat. 2.2.4 Disain Penelitian Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Sedangkan verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan. Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini adalah penelitian empiris yang merupakan penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman. Penelitian ini umumnya lebih menekankan pada penyelidikan aspek perilaku daripada opini.

25 Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, dimana variabel tersebut adalah : a. Variabel bebas Merupakan variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabelvariabel laninnya. Dalam penelitian ini diidentifikasi bahwa terdapat variabel bebas (variabel X) yakni perlakuan akuntansi aset tetap gedung dan bangunan. b. Variabel terikat Merupakan variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas.kualitas laporan keuangan diidentifikasikan sebagai variabel terikat (variabel Y)