BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

GEOGRAFI DIALEK BAHASA SUNDA DI KECAMATAN PARUNGPANJANG, KABUPATEN BOGOR (KAJIAN DIALEKTOLOGI SINKRONIS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman bahasa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tak

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Berdasarkan bentuk perbedaan penggunaan bahasa Sunda di Kecamatan Bojong,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya masing-masing. Setiap wilayah

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 5 SIMPULAN. Studi kasus..., Kartika, FIB UI, 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. proses pemunculan variasi bahasa. Dalam kajian variasi bahasa diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diapit oleh dua bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu Jawa dan Sunda, sedikit

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terus dilakukan, antara lain, melalui pengajaran secara formal di sekolahsekolah.

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

DAFTAR LAMPIRAN. xviii. Studi kasus..., Kartika, FIB UI, 2010.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. Dialek merupakan khazanah kebudayaan suatu bangsa yang perlu dipelajari, dikaji, serta

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

BAB IV GAMBARAN UMUM

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi ton beras dari petani nasional khususnya petani di wilayah Jawa

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

ISTILAH ALAT TEKNOLOGI TRADISIONAL PERTANIAN SAWAH Sunda WULUKU BAJAK DAN PERSEBARANNYA SECARA GEOGRAFIS

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota se-jawa Barat. Disampaikan dengan hormat, terima kasih. T April 2017 antor Wilayaha

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I diuraikan pembahasan mengenai (1) latar belakang penelitian, (2) masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) stuktur organisasi skripsi. Adapun penjabarannya sebagai berikut. 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia, bahasa berkembang seiring dengan perkembangan manusia karena salah satu sifat bahasa adalah dinamis (Chaer, 2007). Berkembangnya suatu bahasa tidak terlepas dari penutur yang menggunakan bahasa itu sendiri, penutur bahasa di suatu daerah memiliki latar belakang budaya dan status sosial yang berbeda. Perbedaan tersebut berkaitan dengan penggunaan dialek oleh masyarakat. Weijnen (Sastromiharjo, 2010 : 6) menyatakan bahwa dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan dalam satu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya. Ada beberapa ragam dialek yaitu, idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perorangan, dialek merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu, regiolek merupakan bahasa yang dipakai di luar daerah pakainya dan sosiolek merupakan ragam bahasa yang dipakai oleh kelompok tertentu. Satjadibrata (Sutawijaya, 1985 : 20) memaparkan bahwa secara geografis, dialek bahasa Sunda terbagi menjadi sembilan yaitu: dialek Bandung, dialek Banten, dialek Cianjur, dialek Purwakarta, dialek Cirebon, dialek Kuningan, dialek Sumedang, dialek Garut dan dialek Ciamis. Geografi dialek merupakan cabang dialektologi yang mempelajari hubungan yang terdapat di dalam ragamragam bahasa dengan bertumpu kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya ragam-ragam tersebut (Ayatrohaedi, 1983 : 27). Geografi dialek ini bertujuan

2 untuk mencari hubungan yang ada antara batas-batas dialek atau bahasa dengan batas-batas alam dan sejarah. Penelitian yang mengkaji geografi dialek bahasa Sunda maupun penelitian geografi dialek bahasa daerah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian mengenai Geografi Dialek Sunda Kabupaten Bogor yang ditulis oleh Suriamiharja (1984). Lokasi penelitiannya terbagi menjadi tiga bagian yaitu daerah pemakaian bahasa Melayu dialek Jakarta dan Karawang, daerah pemakaian dialek Sunda Lebak Banten, pemakaian dialek Sunda Cianjur dan Sukabumi. Dalam penelitiannya Suriamiharja hanya menganalisis leksikalnya saja tanpa melakukan analisis berdasarkan perbedaan fonologi dan morfologi. Penelitian lain mengenai dialektologi adalah Bahasa Sunda Di Kabupaten Brebes yang ditulis oleh Satriya (1997). Dalam penelitiannya, Satriya hanya menganalisis dari perbedaan fonologinya saja dan tidak memberikan kekorespondensiannya. Selain itu, tidak dilakukan penghitungan dialektometri sehingga tidak diketahui jarak persamaan dan perbedaan bahasa atau dialek dari daerah yang diteliti. Selanjutnya penelitian yang berjudul Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kabupaten Subang (Sebuah Kajian Sinkronis) yang ditulis oleh Nurhasanah (2007). Dalam penelitiannya, Nurhasanah menganalisis berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal. Akan tetapi, dalam analisis fonologi hanya menganalisis korespondensi bunyi saja tanpa deskripsi tipe-tipe perubahan bunyi, serta tidak dilakukan penghitungan dialektometri. Mulyawati (2007) juga melakukan penelitian mengenai dialektologi yaitu Geografi Dialek Bahasa Sunda Kota Banjar. Dalam penelitiannya, Mulyawati menganalisis berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi dan leksikal. Kemudian dilakukan penghitungan dialektometri untuk mengetahui jumlah perbedaannya. Penelitian lain mengenai geografi dialek juga dilakukan oleh Abdulgani pada tahun 2008 yang berjudul Geografi Dialek Bahasa Daerah di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang Provinsi Banten. Dalam penelitiannya, Abdulgani hanya menganalisis berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi dan leksikal saja.

3 Selanjutnya penelitian mengenai Pemetaan Perbedaan Isolek di Kabupaten Indramayu yang dilakukan oleh Sastromiharjo dkk. Pada tahun 2010. Dalam penelitiannya, hanya mendeskripsikan perbedaan bahasa berdasarkan perbedaan fonologinya saja serta dilakukan penghitungan dialektometri untuk menentukan status isoleknya. Kemudian penelitian berjudul Geografi Dialek Bahasa Sunda Kecamatan Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi yang diteliti oleh Rizal (2012). Dalam penelitiannya, Rizal hanya mendeskripsikan perbedaan dialek bahasa Sunda berdasarkan perbedaan fonologi saja kemudian melakukan penghitungan dialektometri. Berkaitan dengan geografi dialek yang membahas mengenai ragam-ragam bahasa terkait dengan batas-batas dialek atau bahasa, batas-batas alam dan sejarah, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian sejenis. Fenomena tersebut ditemukan di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor. Adapun contoh lingual yang digunakan adalah gloss plastik, di Desa Cibunar digunakan berian /palastik/ [palastik], di Desa Parungpanjang digunakan berian /plastik/ [plastik] dan /palastik/ [palastik], di Desa Pingku digunakan berian /plastik/ [plastik] dan /asoy/ [asoy], di Desa Gintungcilejet digunakan berian /palastik/ [palastik] dan /kantong/ [kantoŋ], di Desa Dago digunakan berian /krésék/ [krεsεk]. Kemudian gloss kotor, di Desa Cibunar digunakan berian /belok/ [bәlok], di Desa Parungpanjang digunakan berian /kumel/ [kumәl], /kotor/ [kotor] dan /balokot/ [balokot], di Desa Pingku digunakan berian /kotor/ [kotor] dan /barucak/ [barucak], di Desa Gintungcilejet digunakan berian /kotor/ [kotor] dan /balokot/ [balokot], di Desa Dago digunakan berian /belok/ [bәlok], /kotor/ [kotor] dan /bucak/ [bucak]. Contoh lingual lainnya yaitu gloss anting, di Desa Cibunar digunakan berian /anting/ [antiŋ], di Desa Parungpanjang digunakan berian /anting/ [antiŋ] dan giwang [giwaŋ], di Desa Pingku digunakan berian /kurabu/ [kurabu], di Desa Gintungcilejet digunakan berian /anting/ [antiŋ], di Desa Dago digunakan berian /anting/ [antiŋ]. Melihat permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengembangkan permasalahan tersebut kedalam sebuah penelitian geografi

4 dialek dengan judul Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor (Kajian Dialektologi Sinkronis). Dari penelitian ini akan didapat gambaran mengenai penggunaan dialek bahasa yang di gunakan dalam kehidupan sehari-hari di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor, kemudian dianalisis berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal. Sehingga hasil akhir dari bahasa yang digunakan dapat dipetakan dan diketahui perbedaannya dengan menggunakan penghitungan dialektometri. Alasan peneliti memilih menganalisis geografi dialek bahasa Sunda di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor dibandingkan dengan daerah lain karena adanya kekeliruan masyarakat antardesa dalam memahami bahasa yang digunakan masyarakat desa lain walaupun mereka berada di kecamatan yang sama, sehingga sering terjadi kebingungan dan salah tafsir akan makna dari kata yang digunakan tersebut. Berikut merupakan contoh lingual yang menyebabkan kekeliruan, diantaranya berian /tési/ [tεsi] yang digunakan untuk gloss sendok, berian /kékéncéng/ [kεkεncεŋ] yang digunakan untuk gloss penggorengan, dan berian /kurabu/ [kurabu] yang digunakan untuk gloss anting. Alasan lain yang paling mendasar yaitu penelitian mengenai bahasa Sunda di wilayah ini belum pernah dilakukan, sehingga belum adanya peta bahasa yang mendeskripsikan secara menyeluruh geografi dialek bahasa Sunda di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor serta adanya perbedaan dialek yang digunakan masyarakat masing-masing perbatasan desa walaupun jaraknya tidak terlalu jauh. 1.2 Masalah Penelitian Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai masalah yang menjadi fokus penelitian, adapun penjelasannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah yang dijabarkan sebagai berikut.

5 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut ini merupakan uraian dari identifikasi masalah. 1) Penelitian mengenai dialektologi terutama yang berkaitan dengan penggunaan dialek bahasa Sunda masih sangat minim. 2) Pendokumentasian mengenai dialek bahasa Sunda yang masih sedikit dikhawatirkan akan berimbas pada generasi penerus yang tidak lagi memahami bahasa Sunda. 3) Terjadi perbedaan fonologi dalam bahasa Sunda yang digunakan di Kecamatan Parungpanjang. 4) Terjadi perbedaan morfologi dalam bahasa Sunda yang digunakan di Kecamatan Parungpanjang. 5) Terjadi perbedaan leksikal dalam bahasa Sunda yang digunakan di Kecamatan Parungpanjang. 1.2.2 Batasan Masalah Agar penelitian lebih fokus dan terarah, diperlukan suatu batasan masalah yang jelas. Berikut merupakan batasan masalahnya. 1) Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor dengan penentuan titik pengamatan yaitu di Desa Cibunar, Desa Parungpanjang, Desa Pingku, Desa Gintungcilejet dan Desa Dago dengan masing-masing tiga responden di setiap titik pengamatan. Adapun alasan memilih desa-desa tersebut sebagai titik pengamatan, karena kelima desa di atas merupakan batas wilayah di Kecamatan Parungpanjang (batas-batas desa pasti berbatasan dengan desa lain dalam lingkup kecamatan yang berbeda) sehingga diharapkan akan muncul berian-berian baru. 2) Penelitian mengenai geografi dialek bahasa Sunda di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor, ini merupakan payung kajian dialektologi sinkronis, yaitu kajian geografi dialek yang dilakukan dengan cara membandingkan variasi bahasa antara satu titik pengamatan dengan titik

6 pengamatan lain dalam masa yang sama dan ditinjau dari unsur pembeda fonologi, morfologi, dan leksikal. 1.2.3 Rumusan Masalah Penelitian dialektologi diperlukan untuk melihat gambaran umum kondisi kebahasaan yang terjadi di daerah titik pengamatan, yaitu di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor. Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana deskripsi perbedaan bahasa yang terjadi di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor berdasarkan korespondensi bunyi? 2) Bagaimana pemetaan dialek di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor? 3) Bagaimanakah tingkat kekerabatan bahasa yang ada di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor berdasarkan perhitungan dialektometri? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum yang ingin dicapai di antaranya bagi: 1) peneliti, memperoleh gambaran umum kondisi kebahasaan yang terjadi di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor melalui proses pendeskripsian dan pemetaan; 2) pemerintah, menambah perbendaharaan serta usaha pemertahanan bahasa Sunda dialek Bogor; 3) pengajar dan Linguis, menambah khazanah kebahasaan yang berkaitan dengan linguistik khususnya mengenai dialektologi.

7 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal berikut. 1) Perbedaan bahasa yang terjadi di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor berdasarkan korespondensi bunyi. 2) Pemetaan dialek di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor. 3) Tingkat kekerabatan bahasa yang ada di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor berdasarkan perhitungan dialektometri. 1.4 Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini diantaranya. 1.4.1 Manfaat Secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat: 1) memberi gambaran kebahasaan terutama di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor melalui peta bahasa; 2) menjadi bahan referensi dan perbendaharaan mengenai penelitian dialektologi; 3) menjadi upaya pelestarian dan pemertahanan bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya bahasa Sunda. 1.4.2 Manfaat Secara Praktis Secara praktis manfaat yang diharapkan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) menambah pengetahuan peneliti mengenai dialek bahasa Sunda yang ada di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor. 2) sebagai bahan informasi masyarakat mengenai keanekaragaman dialek bahasa Sunda. 3) sebagai bahan pembuatan kamus.

8 1.5 Sruktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi berisi rincian keseluruhan isi skripsi, berikut merupakan penjabarannya. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, masalah penelitian yang mencakup identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis serta struktur organisasi. Bab II, Dialektologi, gejala bahasa dan tinjauan pustaka berisi penjelasan teori-teori yang melandasi penelitian yaitu penjabaran mengenai dialektologi, dialek, ragam dialek, geografi dialek, isoglos, heteroglos atau watas kata, peta bahasa, dialektometri dan gejala bahasa yang mencakup perbedaan unsur-unsur kebahasaan fonologi, morfologi, dan leksikal, serta penjabaran mengenai penelitian-penelitian sejenis yang menjadi acuan. Bab III Metode penelitian mencakup lokasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data yang terdiri dari teknik pengumpulan data, metode pengumpulan data, metode analisis data dan sumber data. Bab IV Hasil penelitian berisi pemaparan dan pembahasan mengenai hasil dari penelitian. Bab V Simpulan dan saran dari hasil penelitian.