BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Desinfektan

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

MATERIAL KEDOKTERAN GIGI YANG MEMPUNYAI BAHAN DASAR POLIMER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

ASEPTIC DAN ANTISEPTIC. FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

VII. TEKNIK PENCETAKAN

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DI DALAM LARUTAN DESINFEKTAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP STABILITAS DIMENSI

BAHAN CETAK ELASTOMERIK. Gatot Sutrisno

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. minor walaupun belum secara jelas diutarakan jenis dan aturan penggunaanya

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kekompakan dengan jaringan mulut (Anusavice, 2004). banyak unit. Polimer ada dua jenis yaitu polimer alami dan polimer sintetik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Hydrocolloids Impression Materials

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat

STERILISASI & DESINFEKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI. DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal,

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak yang terdapat dalam kedokteran gigi terdiri dari dua jenis yaitu bahan cetak elastis dan non elastis. Bahan yang bersifat non-elastis adalah impression compound, impression wax, plaster of paris dan zinc oxide eugenol impression material. Bahan cetak elastis pula terdiri dari hidrokoloid material dan elastomer impression material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida. Elastomer diperkenalkan selepas Perang Dunia II hasil meningkatnya teknologi polimer dari sintetik rubber material. 9 2.1 Bahan cetak elastomer Elastomer adalah bahan cetak bersifat elastis yang apabila digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut, akan tetap bersifat elastis dan fleksibel. Bahan ini diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric impression material oleh ANSI/ADA Spesification No.19. Biasanya digunakan untuk mencetak pembuatan gigi tiruan sebahagian lepasan, gigi tiruan immediat dan mahkota serta gigi tiruan cekat yang mana diperlukan cetakan yang akurat pada detail gigi dan daerah gerong. 9,12 Reaksi kimia bahan ini adalah reaksi antara molekul atau polimer besar yang diikat oleh ikatan-ikatan silang. Ikatan silang ini mengikat rantai polimer yang melingkar pada titik tertentu untuk membentuk jalinan 3 dimensi yang sering disebut sebagai gel. Pada kondisi ideal, peregangan menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas tertentu yang dapat kembali ke keadaan semula yaitu

rantai kembali melingkar pada keadaan berikat ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan kelakuan dan sifat elastis bahan tersebut. 1 Bahan cetak ini menjadi pilihan dokter gigi karena tinggi keakuratannya, stabilitas dimensi berbanding waktu dan memiliki kemampuan mencetak dengan detail berbanding bahan cetak yang lain. Antara bahan cetak elastomer yang terawal adalah polisulfida, diikuti silicone condensation, polieter dan addition silicons. Bahan terbaru adalah dikategorikan sebagai addition silicone-polyether hybrid. 9,12 2.1.1 Karakterisitik Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak Polisulfida rubber impression terdiri dari 2 tube yaitu polisulfida rubber base dan oxidizing agents. Polisulfida rubber base adalah cairan yang ditambah dengan beberapa komponen filler sehingga membentuk pasta. Bahan accelerator dan retarder juga ditambah jika diperlukan untuk meninggikan atau merendahkan setting time. Bahan polisulfida mempunyai working time dan setting time yang panjang. Proses curingnya dipercepat oleh kenaikan temperatur dan tergantung pada kelembapan udara. 1,13 Satu lagi bahan cetak jenis elastomer adalah polysiloxane atau silicone rubber base. Bahan ini juga disediakan dalam bentuk pasta. Liquid polysiloxane akan bercampur dengan silica powder (SiO 2 ) untuk membentuk pasta. Proses polimerisasi berlaku akibat reaksi kondensasi antara silicone base dan alkyl silicate. Bahan ini tidak mengeluarkan bau, bersih, dan secara relatif mudah di aduk. 14,15 Beberapa karakteristik bahan cetak jenis elastomer di ringkaskan dalam tabel 1 meliputi bahan polisulfida, polieter, condensation silicone dan addition silicone. 15

Tabel 1 : Perbedaan sifat-sifat bahan cetak elastomer 15 POLISULFIDA POLIETER CONDENSATION ADDITION SILICONE SILICONE Pengadukan Sederhana Mudah Mudah Mudah Setting time 10-20 6-7 6-10 6-8 (menit) Dimensi Sederhana Bagus Tidak bagus Bagus stabilitas setelah dicetak Stiffness Rendah Sangat Sederhana tinggi Tinggi Tinggi Working Time 3-6 2-3 30-60 30-45 (menit) Bau dan Rasa Tidak nyaman Nyaman Nyaman Nyaman Mixing Time 60 30-45 30-60 30-45 (detik) 2.1.2 Elastomer jenis vinyl polysiloxane Elastomer jenis vinyl polysiloxane juga disebut polyvinylsiloxane yang merupakan bahan cetak silikon dengan reaksi tambahan. Disediakan dalam 2 pasta yang setiap pasta mengandung liquid silicone polymer dan satu lagi pasta adalah katalis dengan kekentalan yang sama sehingga mudah diaduk. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi, kemasan bahan polyvinylsiloxane terdapat dalam satu bentuk katridge yang bercampur secara automatik. 15

Perbedaan yang nyata bahan cetak dengan reaksi tambahan dengan kondensasi adalah dalam aspek dimensi stabilitasnya. Bahan cetak polyvinylsiloxane ternyata lebih stabil dan lebih elastis. Selain itu, bahan ini mempunyai nilai regangan yang rendah sehingga jarang sekali terjadi distorsi pada bahan ini apabila digunakan untuk mencetak permukaan dengan daerah gerong. 15 Bahan ini bersifat hidrofobik yang menjadikannya sesuai untuk mencetak bentuk detail yang kering. Jika permukaan detail yang hendak dicetak terdapat air, hasil yang didapat tidak akurat. Namun sekarang ini telah diperkenalkan bahan cetak polyvinylsiloxane yang mempunyai sifat hidrofobik yang agak rendah. 14,16 Desinfeksi selama 10 menit menggunakan sodium hipoklorit tidak memberi efek kepada dimensi bahan cetak elastomer jenis silikon. 7 Bahan silikon dengan reaksi tambahan sangat stabil dan menunjukkan tidak ada perubahan dimensi selama penyimpanannya sehingga bahan ini sangat sesuai digunakan jika diperlukan pengisian ulang pada hasil cetakan. 11 2.1.3 Penularan infeksi melalui bahan cetak Lebih 100 tahun lalu Professor W.C.Barret dari Buffalo Dentistry School (USA) menitik beratkan bahaya penularan penyakit infeksi dari rongga mulut pasien semasa proses perawatan gigi. Walaupun beliau hanya menyatakan risiko penularan penyakit sifilis, namun kesadaran itu menjadi penting pada masa sekarang. Saat dilakukan prosedur pencetakan, membran mukosa pasien dan gusi akan cedera maka saliva dan darah dengan mudah akan terdapat pada hasil cetakan. Ini menyebabkan bakteri dan virus yang berada pada rongga mulut melekat pada bahan cetak tersebut. 13

Apabila hasil cetakan ini diisi dengan gips stone, mikroorganisma ini akan berpindah pula pada permukaan gips stone. Keadaan ini akan memberi resiko yang tinggi kepada laboran untuk terkena mikroorganisma yang kemudian terinfeksi penyakit melalui sentuhan tangan ketika bekerja di laboratorium. Resiko terkontaminasi bertambah apabila bubuk dari bahan gips stone juga akan membawa mikroorganisma ini dan bisa menginfeksi saluran pernafasan. 3,4 2.1.4 Infeksi Kontrol Pada Elastomer Seperti bahan cetak lain, bahan cetak elastomer harus mampu direndam dalam larutan desinfektan tanpa mengakibatkan distorsi atau pengaruh kepada detail permukaan pada gips stone. Polieter bisa meresorpsi air daripada bahan berbasis air dan mengalami imbibisi apabila direndam terlalu lama. Polisulfida dan silikon tidak boleh dibiarkan lama tanpa diisi dengan gips stone karena bisa menyebabkan perubahan dimensi yang jelek. Proses desinfeksi perlu mengikut aturan dari pabrik bahan cetak supaya hasil yang didapat semaksimal mungkin. 14 Durasi dan cara desinfeksi tergantung potensi bahan cetak tersebut menyerap air dan masa yang ada selepas cetakan dibuat. Bermacam-macam bahan desinfektan seperti glutaraldehid netral, asam glutaraldehyde, phenolated glutaraldehyde netral, phenol, iodophor, dan klorin bisa digunakan untuk proses desinfeksi bahan cetak silikon dan polieter. Bahan cetak ini akan direndam secara cermat ke dalam larutan yang encer selama 10 menit kecuali untuk klorin dioksida yang hanya perlu direndam selama 3 menit. Keakuratan strength gips stone hasil pengisian pada hasil cetakan hanya berlaku

pada bahan cetak silikon tetapi tidak pada polieter.setelah direndam dalam larutan desinfektan, hasil cetakan haruslah segera diisi 1 Metode dan bahan desinfektan yang sesuai untuk bahan cetak elastomer ditunjukkan dalam tabel 2. 10 Tabel 2 : Pedoman memilih desinfektan terbaik untuk elastomer 10 BAHAN CETAK Polieter METODE Direndam dengan DESINFEKTAN DIANJURKAN Chlorine compound KETERANGAN ADA rekomendasi cermat. atau iodophor berbagai bahan Guna desinfektan desinfektan tetapi yang mempunyai diutamakan yang waktu perendaman mempunyai waktu singkat (<10 min) perendaman singkat. Polisulfida Perendaman Glutaraldehydes, Desinfektan yang silikon chlorine mempunyai waktu compaound, perendaman lebih iodophors, phenol 30 menit tidak di anjurkan.

2.2 Bahan Pengisi Dental stone adalah produk gipsum yang digunakan sebagai bahan pengisi hasil cetakan agar mendapat bentuk model yang diinginkan. Dental stone didapat dengan memanaskan dehidrat menggunakan autoclave sehingga menghasilkan hemihydrates berbentuk partikel kecil dan seragam yang tentunya membawa sifat kurang porositi terhadap dental stone. Dihidrat yang dipanaskan ini dikenal juga sebagai alpha hemihydrate. 11 Merupakan tipe 2 dalam standar ISO untuk bahan gypsum kedokteran gigi yang mempunyai bentuk kristal yang lebih padat berbanding bahan gypsum yang lain. Hasil yang didapat adalah lebih kuat dan lebih keras kerana bubuk alpha hemihidrate nya hanya membutuhkan sedikit air untuk proses pengerasan. Alpha hemihidrates juga kurang porous dan lebih halus berbanding produk plaster of paris sehingga menjadikannya sesuai untuk bahan pengisi dalam pembuatan model. Pada dental stone terdapat bahan pewarna namun bahan pewarna ini tidak mengganggu sifat dan karakteristik dental stone. 17 2.3 Desinfektan Desinfektan didefinisikan sebagai anti-mikroba yang merusak mikroorganisma patogen pada permukaan organisme yang tidak hidup. Prosesnya itu disebut dengan desinfeksi yang bermaksud satu proses membersihkan sebagian atau seluruh partikel mikroorganisma patogen yang bisa menimbulkan infeksi. Pedoman pengkontrolan infeksi yang telah dipublikasikan umumnya mencakup penggunaan larutan sterilisasi dan disinfektan kimia apabila alatan atau item yang sudah terkontaminasi selama

perawatan dilakukan tidak dapat disteril atau dibuang. Namun jika bahan itu bisa disteril maka penggunaan desinfektan tidak digalakkan. Rutinnya berbagai permukaan kerja terkontaminasi dengan saliva, darah dan eksudat,maka permukaan ini perlu dibersihkan serta dedesinfeksi. 12,17 Tenaga medis seharusnya dapat membedakan desinfektan yang berupa antibiotik yang menghancurkan mikroorganisma pada badan dengan antiseptik yang menghancurkan mikroorganisma pada jaringan hidup. 4 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektifnya perendaman di dalam larutan desinfektan dalam membunuh kuman. 4 Faktor-faktor ini mencakupi 1. Konsentrasi dan sifat dari mikroorganisma yang terkontaminasi 2. Konsentrasi larutan kimia 3. Lamanya waktu perendaman 4. Jumlah bioburden atau eksudat yang terkontaminasi Metode dan lamanya perendaman larutan desinfektan pada bahan cetak bergantung kepada kadar penyerapan air bahan cetak tersebut dan waktu setelah cetakan dibuat. Cara terbaik untuk mengkontrol infeksi adalah dengan perendaman dalam larutan desinfektan selama masa tertentu mengikut jenis larutan desinfektan yang digunakan. Setelah direndam, hasil cetakan tersebut di cuci dengan air yang mengalir dan segera diisi dengan gips. 9 2.3.1 Larutan desinfektan Iodine 1 % dan Isoprofil alkohol Penggunaan larutan isoprofil alkohol sebagai larutan disinfektan telah lama digunakan sejak bertahun-tahun. Bahan ini merupakan denaturasi protein dan pelarut lipid yang efektif. Sifat khususnya adalah dapat merusak virus berselubung seperti virus

Herpes simpleks dan tubercle bacilli. Namun secara umumnya, alkohol adalah bahan anti-mikrobal yang berspektrum luas yaitu dapat membunuh beberapa jenis bakteri. 12 Iodine adalah larutan desinfektan yang daya reaksi halogen yang tinggi terhadap substratnya menjadikannya mempunyai efek germidal yang kuat. Karena iodine tidak larut dalam air, maka iodine secara rutin dibuat dengan mencampurkannya dengan alkohol. Iodine dalam bentuk ini akan terus mempunyai sifat antiseptiknya yang efektif dan tetap toksik terhadap bakteri gram-positif maupun gram-negatif, Mycobacterium tuberculosis, spora, jamur dan sebagian besar virus. 4,9 Kaiser (1939) menyatakan penggunaan 10% larutan alkohol pada iodine mematikan virus dalam waktu 30 menit. Anson dan Stanley (1941) pula menyatakan penggunaan iodine untuk mematikan virus berbentuk mosaic. Dunham dan Macneal (1942) turut berpendapat, penggunaan iodine dapat digunakan sebagai propilaksi untuk mematikan virus influenza, herpes, varicella dan variola. Menurut Walter B (1948) suatu detergen iodophor yang terdiri campuran 1:1 dari iodine dengan isoprofil alkohol efektif untuk membunuh virus hepatitis B bila direndam selama 30 menit. 2,4