1.1. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG WINDA PUSPITA SARI FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004

PERKEMBANGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA PERIODE SEBELUM REFORMASI SAMPAI DENGAN PASCA-REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi. menjadi suatu fenomena yang umumnya sering terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. akuntabilitas pengelolaan keuangan di daerah saat ini menyebabkan. membuat suatu laporan keuangan agar tidak menimbulkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok. pemerintahan daerah, diubah menjadi Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kini telah menerapkan otonomi daerah dengan tujuan demi

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005),

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB III PERKEMBANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN AKUNTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB IV PENUTUP. dibandingkan dengan basis akrual penuh di BPKAD Kota Madiun tahun. ini dibuktikan dengan adanya paket Undang-Undang Keuangan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah. Akuntansi Keuangan Daerah ini diperlukan sejalan dengan semangat

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

perimbangan, pajak dan retribusi daerah, pinjaman daerah, serta pengelolaan keuangan daerah.

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Jawa Timur Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).


BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem politik, ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perubahan-perubahan yang cukup mendasar. Pada tatanan pemerintahan, fenomena yang dapat diamati adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat akan adanya sistem dan tatanan pemerintahan yang baik yang berorientasi pada pelayanan masyarakat yang lebih baik, transparansi publik, dan pola pertanggungjawaban Pemerintah yang lebih akuntabel dan informatif. Tuntutan yang sangat besar terhadap praktek penyelenggaraan pemerintahan itu telah menyebabkan Pemerintah melakukan upaya-upaya pembenahan transparansi dan akuntabilitas organisasinya. Pemberlakuan Undangundang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah salah satunya dimaksudkan untuk menjawab tuntutan yang berkembang di masyarakat tersebut. Hal-hal mendasar dalam undang-undang ini adalah kuatnya upaya untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa dan kreativitas, peningkatan peran serta masyarakat, dan pengembangan peran dan fungsi DPRD. Dapat dikatakan undang-undang otonomi daerah telah membuka babak baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dalam hal hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah baik secara politis, administratif, maupun desentralisasi fiskal. Salah satu aspek penting yang mencuat dari pemberlakuan paket undangundang otonomi daerah tersebut adalah masalah pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat, dimana pelaporan tersebut harus mencerminkan suatu transparansi. Esensi utama yang dapat dilihat dari aspek pertanggungjawaban keuangan ini adalah bahwa Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas integritas, kinerja, dan kepengurusan

2 sumber daya ekonomi yang dikuasainya, serta bagaimana mengelolanya secara ekonomis, efisien, dan efektif sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat luas selaku stakeholder dari suatu pemerintahan. Menyikapi pentingnya masalah pertanggungjawaban keuangan tersebut maka Pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan, mulai dari Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, sampai dengan yang terbaru Undang-undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Baik PP maupun UU itu memuat berbagai ketentuan pokok berkaitan dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Daerah yang lebih transparan dan akuntabel. Salah satu ketentuan yang utama adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban kinerja keuangan daerah dalam bentuk laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Mardiasmo (2002 : 18) akuntabilitas adalah : Pertanggungjawaban pemerintah kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. Seiring dengan pemberlakuan UU tersebut maka tuntutan akuntabilitas sektor publik lebih tertuju kepada Pemerintah Daerah. Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah pun tampaknya menjadi sangat strategis, lebih-lebih karena DPR Daerah yang sudah semakin sadar akan hak konstitusionalnya. Akan tetapi penyajian laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah tersebut masih sangat sulit disusun. Permasalahan yang muncul kemudian di Daerah adalah bagaimana menyusun sistem akuntansi yang mampu menghasilkan informasi akuntansi yang bermanfaat untuk penyusunan laporan keuangan dimaksud. Pada pasal 35 Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 dinyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan Daerah mengacu pada standar akuntansi Pemerintah Daerah. Sayangnya sampai saat ini standar akuntansi keuangan Pemerintah Daerah masih dalam bentuk draft, oleh sebab itu agar setiap daerah dapat menyusun suatu sistem akuntansi yang baik, Pemerintah Pusat melalui Departemen Dalam Negeri telah mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002 tentang

3 Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002 memuat ketentuan-ketentuan teknis pengelolaan keuangan daerah yang cukup rinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Dalam hal yang berkaitan dengan sistem akuntansi, Kepmendagri No.29 Tahun 2002 memuat dan membahas hal-hal seperti kebijakan akuntansi, bentuk dan susunan kode rekening untuk setiap elemen laporan keuangan, bentuk dan format catatan akuntansi, bentuk dan format penyajian laporan keuangan, serta sistem dan prosedur akuntansi yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat dalam penyusunan laporan keuangan. Setelah aturan-aturan telah dibuat maka dibutuhkan partisipasi aktif seluruh unsur di dalam Pemerintah Daerah untuk melaksanakannya. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa belum semua Pemerintah Daerah mampu untuk mengimplementasikan apa yang dibutuhkan untuk mencapai transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan daerahnya. Sistem Akuntansi yang selama ini diterapkan di Pemerintah Daerah merupakan sistem akuntansi anggaran dimana cenderung hanya mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang telah ditetapkan. Pengembangan sebuah sistem yang dianggap tepat untuk dapat diimplementasikan di daerah menghasilkan suatu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang diharapkan dapat mengganti sistem akuntansi yang selama ini diterapkan di Pemda. Dengan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) diharapkan transparansi dan akuntabilitas yang selama ini diinginkan di dalam pengelolaan keuangan Daerah dapat tercapai dan setiap Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kemampuan untuk menyusun laporan keuangan Daerah yang dapat dipertanggungjawabkan kepada segenap masyarakat. Permasalahan yang telah diuraikan tersebut memberi keyakinan bahwa suatu penyusunan pedoman akuntansi keuangan Daerah sangat diperlukan. Hal

4 tersebut semakin relevan mengingat batas waktu bagi Pemerintah Daerah untuk dapat menyajikan laporan pertanggungjawaban yang berisikan laporan keuangan sudah semakin mendesak. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan melakukan analisis yang disajikan dalam skripsi mengenai penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang berbasis Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002 yang transparan dan akuntabel. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis menetapkan permasalahan yang akan diidentifikasi adalah bagaimana penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah berdasarkan Kepmendagri No.29 Tahun 2002. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah berdasarkan Kepmendagri No.29 Tahun 2002. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dapat mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah berdasarkan Kepmendagri No.29 Tahun 2002. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

5 Diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang akuntansi keuangan Daerah serta meningkatkan kemampuan analisis tentang pengelolaan keuangan Daerah. 2. Bagi Pemerintah Daerah Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam pengelolaan keuangan Daerah sebagai upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan laporan keuangan Daerah. 3. Bagi Pengembangan Ilmu pengetahuan Diharapkan dapat memberi sedikit sumbangan pemikiran bagi Akuntansi Sektor Publik dan sebagai pertimbangan bagi pembaca yang akan atau sedang menyusun skripsi dengan pokok bahasan yang sama terutama terkait dengan akuntansi keuangan Daerah. 1.5. Kerangka Pemikiran Lingkup pemerintahan terdiri atas Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah. Pemerintahan Daerah terbagi menjadi Pemerintahan Propinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota. Akuntansi keuangan Daerah tidaklah sama dengan tata buku yang diterapkan dalam tata usaha keuangan di entitas Pemerintah Daerah selama ini. Perbedaan pokok antara tata buku dan akuntansi terletak pada sistem pencatatan dan asumsi dasar yang digunakan oleh akuntansi. Akuntansi pada dasarnya menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double entry) dan asumsi dasar akrual. Tata buku di lain pihak, pada umumnya menggunakan sistem pencatatan tunggal (single entry) dan asumsi dasar kas, namun secara singkat tata buku merupakan bagian dari akuntansi. Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dimana tuntutan dasar dari UU dan peraturan tersebut adalah tuntutan akan adanya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya ekonomi yang dimiliki daerah tersebut dalam bentuk sebuah laporan

6 keuangan Daerah maka dipandang perlu untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut. Pada era pra reformasi Keuangan Daerah, dasar hukum yang digunakan antara lain sebagai berikut : Undang-undang No.5 Tahun 1974 Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 1975 Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1975 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.11 tahun 1975 Undang-undang No.18 Tahun 1997 Dalam era pra reformasi tersebut, tata buku yang diterapkan mempunyai karakteristik single entri dan cash basis. Laporan yang dihasilkan mencakup perhitungan APBD dan Nota Perhitungan. Proses dan laporan yang dihasilkan seringkali tidak transparan dan tidak akuntabel. Sejalan dengan era reformasi Keuangan Daerah maka dibuat perubahanperubahan dalam sistem akuntansi yang diterapkan dalam Pemerintahan Daerah. Dasar hukum yang menjadi acuan mengalami pembaharuan, antara lain : Peraturan Pemerintah No.104 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah No.107 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah No.108 Tahun 2000 Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002 Undang-undang No.32 Tahun 2004 Undang-undang No.33 Tahun 2004 Akuntansi yang diterapkan pada era reformasi Keuangan Daerah mempunyai karakteristik double entry dan modified cash basis dan laporan yang dihasilkan sudah mencakup perhitungan APBD beserta nota perhitungannya, laporan aliran kas dan neraca. Perombakan dasar hukum dan karakteristik akuntansi yang diterapkan dilakukan untuk mendukung pencapaian transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan. Menurut Abdul Halim (2001 : 35) akuntansi keuangan daerah adalah :

7 Suatu proses identifikasi, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu daerah (Propinsi, Kabupaten, atau Kota) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah serangkaian prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh yang ditujukan untuk menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan pihak intern dan pihak eksternal Pemda untuk mengambil keputusan ekonomi. Menurut Abdul Halim (2002 : 159) laporan keuangan adalah : Suatu Laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan Daerah merupakan gambaran posisi keuangan dari transaksi yang dilakukan oleh suatu daerah yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Fungsi laporan keuangan adalah untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada para pemakai. Adapun laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah tersebut harus memiliki unsur transparansi dan akuntabilitas. Menurut Ellwood (1993) seperti yang dikutip oleh Mardiasmo (2002 : 21 ) terdapat 5 (lima) dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu : 1. Akuntabilitas keuangan (financial accountability); 2. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality); 3. Akuntabilitas proses (process accountability); 4. Akuntabilitas program (program accountability); 5. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability). Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban dalam pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi Pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan Pemerintah secara periodik. Adapun transparansi merupakan suatu bentuk

8 penyediaan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. 1.6. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Moh. Nazir (1988 : 63) adalah : Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian ini rencananya akan dilakukan di kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Muara Enim. Data yang penulis kumpulkan meliputi data primer dan sekunder yang kemudian akan diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari. Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer yaitu data yang diperoleh melalui : a. Pengamatan (observasi), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti. b. Wawancara (Interwiew), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pimpinan atau pihak yang berwenang atau bagian lain yang berhubungan langsung dengan objek yang penulis teliti. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yaitu data yang merupakan faktor penunjang yang bersifat teoritis/kepustakaan.

9 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini penulis lakukan pada Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim yang berlokasi di jalan Jendral A.Yani No.16, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatra Selatan, waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan yaitu mulai bulan Mei 2006 sampai bulan Juni 2006.