BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang karyawan dapat menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA TENAGA PENJUALAN DI DEALERSHIP OUTBOUND CALL TELKOM SPEEDY BANDUNG TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN PUSTAKA. (performance). Menurut Sedarmayanti (2009 : 50), performance bisa

BAB I PENDAHULUAN. money (uang), material (bahan baku), machine (peralatan/mesin), method

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Produksi Pada Perusahaan Rokok

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi X (PT X) memiliki visi yaitu menjadi. Salah satu cara untuk mewujudkan visi tersebut adalah menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

Pengertian Kepuasan Konsumen

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

Pemasar dapat menawarkan lebih banyak produk dan jasa dari sebelumnya. Pemasar dapat mengumpulkan informasi mengenai konsumennya dengan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. sebagai alat yang digunakan individu untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Penjualan Personal

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus

OPQ Profil OPQ. Sales Report. Nama Sdr Sample Candidate. Tanggal 20 September

BAB I PENDAHULUAN. MSDM adalah mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh karyawan yang

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI. (Simpanan Masyarakat Kota Santri)

BAB I. Setiap organisasi apapun bentuknya akan selalu berupaya semaksimal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya UKDW

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah penelitian dari Purwaningtyas (2008) judul Pengaruh Iklim

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi adalah kualitas sumber daya manusia. As ad (2004) mengatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu organisasi.arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance

BAB I. Perusahaan merupakan suatu organisasi formal yang memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Philip Kotler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelbagai bidang. Tidak hanya dengan sesama industri dengan skala yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan harus bersaing dengan perusahaan perusahaan dari seluruh dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. TUNGGAL DARA INDONESIA DI WONOGIRI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Matakuliah : Pengantar Pemasaran Tahun : Mengatur Hubungan Pelanggan Pertemuan 1 Buku 1 Hal: 1-38

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN EFEKTIVITAS PERSONAL SELLING DALAM MEMASARKAN PRODUK PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH PADA KJKS MANFAAT SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. langkah selanjutnya adalah melakukan proses penawaran produk serta

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VII PENUTUP. Yogyakarta untuk mencapai tujuan perusahaan salah satunya kepuasan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perubahan perilaku. Perguruan tinggi harus mampu. penting yang perlu dibenahi adalah kinerja pegawainya.

PENGANTAR MANAJEMEN PERPUSTAKAAN A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara

TEKNIK MELAKUKAN PERCAKAPAN SALES MELALUI TELEPON

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada. Salah satu unsur yang terpenting dalam organisasi adalah pengaruh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Strategi Promotion (Promosi)

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan, pengorganisasian, staffing, kepemimpinan, pengendalian,

BAB I PENDAHULUAN. dan ketatnya persaingan antar organisasi, sumber daya manusia merupakan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN ADAPTIVE SELLING PADA SALES PROMOTION GIRL

BAB 1 PENDAHULUAN. dingin, hujan ) dan juga untuk melindungi manusia dari ancaman luar. Dengan

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

Perkembangan Sepanjang Hayat

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan yang terjadi, maka perusahaan mulai mencari

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Rue (dalam Tjandra 2005:38) didefenisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah karyawan yang relatif banyak dan memiliki karakteristik pola

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Kinerja akhir-akhir ini telah menjadi konsep yang sering dipakai dalam berbagai pembahasan dalam kerangka mendorong keberhasilan suatu organisasi (Sudarmanto:2009). Terlebih, saat ini organisasi dihadapkan pada tantangan kompetisi yang tinggi; kemajuan teknologi informasi, maupun tuntutan pelanggan atau pengguna jasa yang semakin kritis. Kinerja akan selalu menjadi isu aktual dalam organisasi, karena kinerja merupakan pertanyaan kunci terhadap efektivitas atau keberhasilan dari suatu organisasi. 2.1.1 Definisi Kinerja Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang di harapkan (Mangkuprawira : 2011). Lanjutnya, kinerja pun dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum. Pengertian kinerja diberi batasan oleh Maeir (dalam Moh As as : 2003) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lawler dan Poter menegaskan bahwa kinerja adalah succesfull role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya. Definisi lain menurut Marihot Tua Efendy (2002 : 194) mengatakan bahwa kinerja adalah unjuk kerja yang merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil yang harus dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu. Selanjutnya menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegoro (2000) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuatitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Dari seluruh definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan tingkat pencapaian seorang invividu yang diukur dari hasil kerjanya selama periode waktu tertentu yang didasarkan kepada standar atau kriteria yang sudah ditetapkan oleh suatu organisasi. 2.1.2 Kinerja Tenaga Penjualan Menurut Challagalla dan Shervani (1996), kinerja tenaga penjualan merupakan suatu tingkat dimana tenaga penjualan dapat mencapai target penjualan yang telah ditetapkan pada dirinya. Sementara itu, Churchill et. al. (1985) menyatakan kinerja tenaga penjualan merupakan sebuah evaluasi mengenai perilaku tenaga penjualan dalam memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Baldauf, et. al. (2001) menjelaskan kinerja tenaga penjualan secara konseptual berguna untuk menguji kinerja yang berkenaan dengan perilaku atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh tenaga penjualan dan hasil-hasil yang dapat didistribusikan pada usaha-usaha mereka. Lebih lanjut dalam penelitiannya, Baldauf et. al. (2001) menyatakan bahwa untuk menghasilkan outcome, seorang tenaga penjualan harus menerapkan beberapa perilaku, yang mungkin tidak serta merta membuahkan hasil, misalnya membangun hubungan yang efektif dengan konsumen dan membuat presentasi penjualan yang efektif yang pada akhirnya akan mendatangkan pembelian dari pihak yang dipresentasi, yang berarti terjadinya penjualan bagi organisasi. Organisasi yang efektif atau berhasil akan ditopang oleh tenaga penjualan yang berkualitas. Banyak organisasi yang berhasil karena ditopang oleh kinerja dari tenaga penjualannya. Sebaliknya, tidak sedikit organisasi yang gagal karena faktor kinerja tenaga penjualannya. Selain itu, Prawirosentono (1999) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kinerja perseorangan dengan kinerja perusahaan. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa apabila kinerja tenaga penjualan baik, maka kinerja perusahaan juga akan menjadi baik. Dengan begitu dapat disimpulkan, kinerja tenaga penjualan adalah suatu evaluasi dari hasil atas usaha yang telah dilakukan oleh tenaga penjualan dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan organisasi. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Tenaga Penjualan Kinerja tenaga penjualan tidak selalu akurat mencerminkan atas usaha-usaha yang telah diterapkan dan dilakukan olehnya. Kinerja dalam menjalankan fungsinya

tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh tenaga penjualan seperti dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Menurut model partner-lawyer (Donnely, Gibson dan Invancevich 1994), secara umum menjelaskan bahwa kinerja setiap orang pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: a. Harapan mengenai imbalan b. Dorongan c. Kemampuan, kebutuhan dan sifat d. Persepsi terhadap tugas e. Imbalan eksternal dan internal, dan f. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi kelompok, yaitu kemampuan, keinginan dan lingkungan. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: 1. Kemampuan 2. Keinginan, dan 3. Lingkungan. Kemampuan Keinginan Kinerja Individu Lingkungan Gambar 2.1 Model Kinerja Individu Sumber : Adaptasi dari Donnely et. al (1994) Kemampuan merupakan kompetensi dari suatu individu dalam melakukan kerja. Kemampuan terdiri dari keterampilan dan skill yang dimiliki dari tiap individu itu

sendiri. Selain kemampuan dari individu yang bersangkutan, keinginan pun dinilai dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari tiap individu. Individu yang tidak memiliki keinginan, tidak akan termotivasi dalam melakukan pekerjaannya. Lingkungan seperti kondisi kerja yang mencakup kenyamanan lingkungan kerja, interaksi antar individu dinilai sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu. Sementara itu kinerja individu sebagai tenaga penjualan menurut Honeycutt et. al (2003:112) dipengaruhi oleh 6 faktor yang dikenal dengan the determinants of a salesperson performance, yaitu: 1. Bakat (Aptitude) Menurut Demirdjian dan Becherer et. al menerangkan bahwa bakat merupakan talenta dan kecenderungan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Seorang tenaga penjualan yang termotivasi, tetapi tidak didukung dengan bakat dan keterampilan penjualan lainnya, diindikasi tidak akan dapat menampilkan performa maksimalnya. Churchill et. al (2009) menjelaskan bahwa bakat terdiri dari beberapa indikator, diantaranya adalah verbal intelligence, mathematichal ability dan sales expertise. Verbal intelligence diartikan sebagai pemahaman dan kemampuan dari seorang tenaga penjualan dalam memanipulasi kata-kata dan kemampuan verbal dari tenaga penjualan. Manipulasi kata-kata dalam konteks ini dimaksudkan bahwa seorang tenaga penjualan harus memiliki bakat dalam melakukan improvisasi kata-kata sehingga tidak melakukan penawaran yang cenderung sama dan monoton kepada setiap konsumen. Sementara kemampuan verbal dimaksudkan bahwa seorang tenaga penjualan yang baik harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik pula dengan konsumennya. Mathematical ability adalah kemampuan matematika dari seorang tenaga penjualan. Kemampuan matematika yang dimaksud disini adalah kemampuan dari agen Speedy dalam melakukan perhitungan dan penjelasan harga secara tepat. Sales expertise atau keahlian penjualan adalah kemampuan dari seorang tenaga penjualan dalam melakukan penjualan. 2. Karakteristik Personal (Personal Characteristic) Menurut Earl D. Honeycutt et. al (2003), indikator dari karakteristik personal seorang tenaga penjualan adalah responsibility, dominance, sociability, self-esteem,

creativity, need for achievement dan need for power. Sementara itu, Churchill et. al (2009) menerangkan mengenai karakteristik personal dari tenaga penjualan yang sukses harus dapat bertanggung jawab atas tugas dan pekerjaannya, percaya diri pada kemampuannya, dapat berinteraksi dengan rekan yang lain dan berjiwa kreatif. Selain itu kebutuhan akan prestasi dan kebutuhan akan kekuasaan pun di indikasi dapat mempengaruhi karakteristik personal dari tenaga penjualan yang sukses. 3. Tingkat Keterampilan (Skill Level) Demirdjian dan Becherer et. al mendefinisikan tingkat keterampilan adalah pengetahuan dan kemampuan dari seorang tenaga penjualan untuk membuat suatu presentasi penjualan dan penutupan penjualan (closing the sales). Dalam melakukan presentasi penjualan, seorang tenaga penjualan harus mengetahui betul mengenai produk yang dijualnya. Product knowledge dari tenaga penjualan sangat dibutuhkan disini. Dalam prakteknya, seorang agen Speedy harus memiliki product knowledge dan harus memiliki kemampuan melakukan presentasi penjualan yang baik serta dapat mengarahkan pelanggan terhadap produk Speedy yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat terjadi suatu penutupan penjualan (closing the sale). 4. Persepsi Peran (Role Perceptions) Earl D. Honeycutt et. al (2003) menjelaskan bahwa persepsi peran penting bagi tenaga penjualan untuk mengerti secara tepat harapan yang diinginkan perusahaan dan pelanggan. Sementara itu menurut Churchill et. al (2009), peran didefinisikan melalui harapan, permintaan dan tekanan yang dikomunikasikan kepada tenaga penjualan dari mitranya. Tenaga penjualan harus memahami persis apa yang harus mereka lakukan untuk meningkatkan kinerja mereka yang mana melibatkan peran sosial dari orang di luar dan di dalam perusahaan (Spiro et. al : 2003). Dari ketiga definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, persepsi peran dapat didefinisikan secara luas melalui harapan, permintaan dan tekanan yang dikomunikasikan kepada tenaga penjualan oleh mitranya yang berasal dari luar dan dalam perusahaan yang berhubungan dalam pemenuhan tenaga penjualan dalam melaksanakan tugasnya (perusahaan dan pelanggan). Seorang tenaga penjualan harus mengerti secara tepat apa yang harus mereka lakukan untuk meningkatkan kinerja mereka. Persepsi peran dianggap penting karena merupakan aspek dimana membuat

tenaga penjualan mengetahui apa yang harus dikerjakannya. Terdapat 3 komponen dari persepsi peran, yaitu a. Ketepatan Peran (Role Accuracy) Ketepatan peran dari seorang tenaga penjualan merujuk kepada sejauh mana persepsi dari tenaga penjualan terhadap tuntutan peran rekannya (Churchill, et. Al. 2009:201). Role accuracy adalah untuk melihat apakah tuntutan atau tugas yang diberikan oleh perusahaan telah tepat dengan persepsi dari tenaga penjualan itu sendiri. b. Konflik Peran (Perceived Role Conflict) Perceived role conflict atau konflik peran terjadi ketika seorang tenaga penjual percaya terhadap permintaan dari dua atau lebih mitranya yang tidak kompatibel. Tenaga penjual tersebut tidak akan dapat memuaskan kedua mitranya dalam satu waktu yang sama (Management of the Modern Sales Force Marketing 6228). Dalam prakteknya, tidak jarang pelanggan yang ditelepon oleh agen Speedy menginginkan waktu pemasangan yang cepat. Sementara perusahaan sendiri memberikan kebijakan waktu pemasangan 3 hari dari tanggal sejak terjadinya penutupan penjualan. Agen tersebut sebenarnya ingin memenuhi permintaan dari pelanggan tersebut, tetapi di lain pihak manajemen menolak untuk melakukan pemasangan kurang dari 3 hari karena tidak sesuai dengan peraturan dan kebijakan perusahaan. Pada kondisi ini konflik peran terjadi, dimana agen ingin memenuhi dua permintaan sekaligus. c. Ambiguitas Peran (Perceived Role Ambiguity) Ambiguitas peran atau kerancuan peran terjadi ketika tenaga penjualan tidak mempunyai informasi atau pengetahuan yang cukup jelas untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugasnya. Seperti telah disebutkan, seorang tenaga penjualan akan dihadapkan pada dua peran dari mitranya sekaligus, yaitu pelanggan dan perusahaan. Informasi yang kurang jelas yang diperoleh tenaga penjualan dari perusahaan dapat menjadi kerancuan tatkala informasi yang diperoleh dijelaskan kepada pelanggan di situasi yang berbeda dari yang telah perusahaan berikan. Kejelasan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada tenaga penjualan akan sangat menentukan kemampuan tenaga penjualan tersebut dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan kata lain

semakin rendah ambiguitas peran dari seorang tenaga penjualan, maka akan semakin besar kemungkinannya dalam mencapai kinerja penjualan yang lebih tinggi. Ambiguitas peran dinyatakan oleh Van Sell et. al (1981) sebagai tingkat kejelasan informasi yang tak mencukupi, yang berkaitan dengan harapan yang berhubungan dengan sebuah peran dan metode yang diharapkan dalam menyelesaikan peran. 5. Motivasi (Motivation) Istilah motivasi didefiniskan dalam berbagai cara oleh para ahli. Karjantoro (2004) mendefinisikan motivasi sebagai kondisi yang menggerakan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Gibson et al. (2003) mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan yang mendorong pegawai untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku. Menurut Earl D. Honeycutt et. al (2003) menjelaskan tenaga penjualan harus termotivasi untuk mencurahkan waktu yang diperlukan dan energi untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, bahkan ketika keberhasilan tidak dijamin. Lanjutnya, pada umumnya kebanyakan perusahaan menggunakan kompensasi dan sistem manajemen untuk memotivasi tenaga penjualan. Maka dapat ditarik suatu kesimpulan motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong tenaga penjualan untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan perilaku yang mengarah kepada tujuan perusahaan. Motivasi dapat berbentuk kompensasi dan sistem manajemen untuk memotivasi tenaga penjualan. 6. Faktor Organisasi dan Lingkungan (Organizational and Environmental Factors) Faktor organisasi dan lingkungan mengacu kepada kekuatan lain di luar kontrol tenaga penjualan yang dapat mempengaruhi keberhasilan penjualan. Menurut Earl D. Honeycutt (2003) adalah posisi perusahaan di pasar, wilayah yang berpotensial dan otonomi tenaga penjualan. Lanjutnya, posisi perusahaan di pasar dapat memberikan added value tatkala perusahaan berposisi sebagai perusahaan market leader sehingga peluang untuk dapat bertemu dengan konsumen potensial lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang belum dikenal publik. Wilayah yang berpotensi pun diindikasi dapat mempengaruhi kinerja tenaga penjualan. Perbedaan wilayah potensi penjualan dapat mempengaruhi kinerja tenaga penjualan menjadi lebih tinggi dan atau menjadi rendah (http://www.anametrica.com). Sementara itu salesperson autonomy menurut

Breaugh's (1985) menerangkan bahwa otonomi tenaga penjualan merupakan kebebasan untuk memilih kegiatan penjualannya sendiri. 2.3 Telemarketing Menurut Ingram et, al menjelaskan bahwa telemarketing adalah saluran penjualan dengan menggunakan telepon sebagai alat untuk melakukan kontak dengan pelanggan, untuk melakukan beberapa atau semua kegiatan yang diperlukan. Telemarketing memiliki dua bentuk, yaitu a. Outbound telemarketing Outbound telemarketing terjadi ketika penjual menelepon prospek untuk membuat penjualan, untuk menentukan ketertarikan dengan menawarkan catalog atau material penjualan lainnya atau dapat dikatakan untuk membuka jalan untuk membuat suatu telepon penjualan yang personal. b. Inbound telemarketing Inbound telemarketing adalah saluran penjualan yang paling sering digunakan. Inbound telemarketing telah dibuat secara luas melalui nomor telepon bebas pulsa seperti 800 ataupun 888. Di beberapa tahun terakhir ini, banyak terdapat beberapa nomor telepon perusahaan diganti atau dilengkapi dengan interactive voice response (IVR). Interactive voice response (IVR) mengkombinasikan teknologi computer dengan telepon untuk menyediakan system yang dapat mengatasi semakin banyaknya konsumen yang menelepon.