BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014). Hawkins dan Groves

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN. responden sebanyak 46 perawat di Puskesmas. Data

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, penanganan kasus-kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi semua orang agar terwujud derajat kesehatan. masyarakat yang optimal merupakan tujuan pembanguan

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Kepala Puskesmas A. Tugas Pokok Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud dengan perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Klinik Bhakti Mulya Tangerang merupakan salah satu perusahaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan tingkat primer. Puskesmas mempunyai peran yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN BUPATI BERAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Oleh:Ns.Heny Ekawati S.Kep.M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan masyarakat merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perseorangan merupakan suatu kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes No. 75 tahun 2014). Sejalan dengan itu pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas menurut Effendy, Ferry dan Makhfudi (2009) merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan promotif, pelayanan preventif, pelayanan kuratif, dan pelayanan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan promotif adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan dan pelayanan kesehatan preventif merupakan kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit. Selanjutnya, 1

2 pelayanan kesehatan kuratif adalah kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Pelayanan kesehatan rehabilitatif merupakan kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Selanjutnya Trihono (2005) juga menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Puskemas meliputi pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kelompok di masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan lebih mengutamakan pendekatan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu, sedangkan pelayanan kesehatan kelompok (masyarakat) lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif dengan pendekatan kelompok masyarakat dan keluarga, serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan garda terdepan dari pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas dapat mewujudkan perannya dengan maksimal kepada masyarakat apabila didukung oleh tenaga kesehatan yang handal dan memadai. Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di Puskemas menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 pasal 16 terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian.

3 Perawat menjadi salah satu komponen penting dalam pemberian pelayanan di Puskesmas. Sebagai pemberi layanan kesehatan di Puskesmas, perawat harus memahami peranannya dengan baik. Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2006 perawat kesehatan masyarakat mempunyai enam peran diantaranya (1) sebagai penemu kasus ( case finder); (2) sebagai pemberi asuhan keperawatan ( care provider); (3) sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan ( health teacher/educater); (4) sebagai koordin ator dan kolaborator; (5) pemberi nasihat (counseling); (6) sebagai panutan (role model). Perawat Puskesmas sebagai penemu kasus ( case finder) berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit. Sebagai pemberi pelayanan ( care provider), perawat memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi. Perawat sebagai pendidik ( educator) membantu klien meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan pasien. Sebagai koordinator, perawat mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah. Perawat sebagai kolaborator bekerja sama dengan berbagai tenaga kesehatan. Sebagai konsultan, perawat menjadi tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan (Mubarak & Chayatin, 2013 ). Perawat sebagai panutan (role model) harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana cara hidup yang sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Fetaria dalam Fauziah, 2012).

4 Namun berdasarkan studi lapangan yang peneliti lakukan menunjukkan perawat yang bekerja di Puskesmas masih belum melakukan perannya secara optimal. Perawat di Puskesmas umumnya lebih banyak melakukan tindakan non keperawatan seperti perawat melakukan diagnosis penyakit, perawat menulis atau meresepkan obat, perawat memberikan tindakan pengobatan, dan perawat melakukan tugas administrasi umum. Berdasarkan survei Subdit Keperawatan Dasar Depkes (2005) didapatkan adapun tindakan nonkeperawatan yang dilakukan oleh perawat puskesmas yaitu: Pelayanan medik/pengobatan, 78% perawat melakukan diagnosis penyakit, menulis/membuat resep obat dan 87% perawat memberikan tindakan pengobatan. Dalam pelayanan keperawatan maternitas 43% melakukan pemeriksaan kehamilan, 39% melakukan pertolongan persalinan dan 13% melakukan perawatan nifas. Sedangkan kegiatan umum yang dilakukan perawat 41% melakukan kebersihan lantai dan 35% melakukan tugas administrasi umum. Pelaksanaan peran yang tidak sesuai dengan standar keprofesian perawat akan berdampak kepada penilaian masyarakat terhadap peran perawat di Puskesmas. Hal ini didukung oleh penelitian Fauziah (2012) menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap peran perawat Puskesmas sebagai pemberi asuhan keperawatan sebesar 59,4% dinilai positif oleh masyarakat, sedangkan 42,7% dinilai negatif bahwa perawat belum bersikap ramah terhadap klien. Peran perawat Puskesmas sebagai penemu kasus diperoleh hasil 79,2% perawat tidak pernah mengunjungi rumah pasien dan hanya 15,6% responden menyatakan dikunjungi ke rumah. Peran perawat sebagai pendidik kesehatan menurut

5 responden 58,3% memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Sedangkan 32,7% lainnya menjawab bahwa perawat belum melaksanakan peran sebagai pendidik kesehatan. Peran perawat sebagai koordinator dan kolaborator menurut responden sudah terlaksana (55,2%), sisanya 44,8% peran ini belum terlaksana. Peran perawat Puskesmas sebagai konselor sebanyak 54,2% memiliki persepsi positif dari masyarakat, sedangkan 45,8 % memiliki persepsi negatif dari masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap peran perawat Puskesmas sebagai panutan memiliki persepsi positif sebesar 66,7% sedangkan 33,3% mendapatkan persepsi negatif. Dari seluruh hasil penelitian didapatkan persepsi masyarakat terhadap peran perawat Puskesmas sebagai panutan memiliki persentasi tertinggi sebesar 66,7% dibandingkan dengan peran perawat lainnya. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif Jenny Ploeg, Sharon Kaasalainen, Carrie McAiney, dkk (2010) dengan menggunakan wawancara semi terstruktur terhadap 35 partisipan tentang peran perawat praktisi menemukan 2 tema yaitu, perawat dipandang memberikan dan menyediakan peningkatan kualitas pelayanan dan perawat menjalin hubungan peduli dengan warga dan keluarga, memberikan dukungan baik informasi dan emosional, serta memfasilitasi partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya, hasil dari penelitian Hutabarat (2012) tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan perawat di Puskesmas, mengidentifikasi hasil wawancaranya dan menemukan 3 tema utama terkait pelayanan yang diberikan oleh perawat yaitu, pelayanan caring perawat,

6 kelemahan pelayanan perawat puskesmas, harapan masyarakat tentang pelayanan perawat Puskesmas. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum merasakan peran perawat terlaksana dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi terhadap minat masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas. Hasil penelitian Fahriati (2015) menunjukkan bahwa mayoritas responden lebih memilih Rumah sakit (48,1%), sedangkan yang memilih pelayanan kesehatan Puskesmas (31,1%). Kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas dipengaruhi oleh persepsi terhadap profesi perawat. Perawat Puskesmas mendapatkan persepsi positif dari masyarakat sebesar 53,2% sedangkan perawat di klinik mendapatkan persepsi positif sebesar 73%. Persepsi masyarakat dapat berbeda-beda setiap wilayah. Persepsi positif masyarakat sebagai pengguna Puskesmas terhadap pelayanan tenaga kesehatan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berobat ke Puskesmas. Seperti halnya penelitian Yunevy dan Haksama (2013) di Puskesmas Medokan Ayu Surabaya membuktikan adanya hubungan antara persepsi pasien tentang pelayanan tenaga kesehatan dengan kepuasaan pasien. Kepuasan pasien terhadap pelayanan tenaga kesehatan akan mempengaruhi minat masyarakat untuk kembali menggunakan pelayanan pengobatan di Puskesmas. Hal ini didukung dengan penelitian Solikhah (2008) yang menghasilkan ada hubungan positif yang bermakna antara kepuasaan pelayanan perawat dengan minat pemanfaatan ulang pelayanan pengobatan di Puskesmas Panggang II Gunung Kidul Yogyakarta.

7 Minat masyarakat tidak terlepas dari pandangan atau pendapat positif terhadap pelayanan Puskesmas secara keseluruhan. Pandangan atau persepsi positif ini akan timbul apabila sudah memenuhi harapan masyarakat terhadap layanan yang diberikan oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Namun pada kenyataannya pelayanan yang diberikan petugas kesehatan belum memenuhi harapan masyarakat. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Yunevy dan Haksama (2013) menemukan bahwa persepsi pas ien terhadap kemampuan petugas pelayanan di Puskemas Medokan Ayu Surabaya dinilai masih kurang mendekati harapan pasien dengan selisih sebesar 0.84%. Kota Padang memiliki Puskesmas sebanyak 22 yang tersebar di berbagai kelurahan dan kecamatan (Dinas Keseh atan Kota Padang, 2015). Salah satunya Puskesmas Kelurahan Lubuk Buaya yang berada di Kecamatan Koto Tangah. Jumlah tenaga perawat di Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2015 sebanyak 16 orang. Berdasarkan data dari Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2015, jumlah tenaga perawat bila dilihat dari rasio perawat dengan per 100.000 penduduk, Puskesmas Lubuk Buaya baru mencapai 9,06 per 100.000 penduduk sementara target yang ingin dicapai sebesar 11,75 per 100.000 penduduk. Dengan demikian Puskesmas Lubuk Buaya belum mememenuhi standar tenaga perawat sementara Puskesmas Lubuk Buaya ini memiliki jumlah kunjungan tertinggi diantara Puskesmas lainnya yang ada di Kota Padang yaitu sebesar 388.901 orang. Jumlah kunjungan pasien yang banyak tersebut menyebabkan seluruh tenaga kesehatan harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

8 Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang pengunjung Puskesmas Lubuk Buaya diperoleh informasi sebagai berikut: 2 orang klien menyatakan bahwa sepengetahuan mereka peran perawat itu adalah: (1) tenaga kesehatan yang memberikan penyuluhan atau pendidikan tentang kesehatan, (2) tenaga kesehatan yang memberikan pengobatan yang dibutuhkan pasien, (3) tenaga kesehatan yang bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter. Sedangkan 1 orang klien lainnya menyatakan bahwa perawat melakukan perannya sebagai pemberi informasi atau pendidikan terhadap kesehatan dan memberikan pengobatan sesuai dengan anjuran yang diberikan dokter. Dari informasi yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa klien belum merasakan peran perawat terlaksana sebagaimana mestinya. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan peran perawat di Puskesmas perlu dilakukan pengakajian lebih mendalam melalui suatu penelitian. Hal ini memotivasi penulis untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui Bagaimana Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang?.

9 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui informasi tentang arti dan makna persepsi masyarakat terhadap peran perawat puskesmas Kecamatan Koto Tangah Kelurahan Lubuk Buaya Kota Padang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Perawat Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap masyarakat. 2. Puskesmas Sebagai masukan dalam rangka memberikan pembinaan terhadap pelaksanaan peran perawat dalam melayani masyarakat di Puskesmas. 3. Dinas Kesehatan Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memprogramkan peningkatan kualitas tenaga kesehatan untuk Puskesmas.