Gambaran Umum Wilayah

dokumen-dokumen yang mirip
MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Gambaran Umum Wilayah

PROFIL SANITASI SAAT INI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Jumlah Penduduk (orang) Bissappu 32, , Uluere 67, , Sinoa 43, ,81 3.

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

Kata Pengantar. Bantaeng, Desember Tim Penyusun. CV.Dias Konsultan. Hal i

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

KEADAAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

1 BAB III TINJAUAN LOKASI

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Transkripsi:

Bab. 2 Gambaran Umum Wilayah 2.1. Geografis, Administratif Dan Kondisi Fisik 2.1.1. Geografis Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira 120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05-º21 15 LS sampai 05º34 3 LS dan 119º51 07 BT sampai 120º51 07 BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dengan panjang pantai 21,5 km. Secara umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2 Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompo Battang Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto Tabel 2.1 Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng Menurut Kecamatan Kecamatan Bujur Lintang Ketinggian (mdpl) Bissappu 119 o 54 47 BT 05 o 32 54 LS 25 100 m Uluere 119 o 54 47 BT 05 o 26 46 LS 500 1000 m Sinoa 119 o 55 39 BT 05 o 30 10 LS 100 500 m Bantaeng 119 o 56 58 BT 05 o 32 37 LS 25 100 m Eremerasa 119 o 58 45 BT 05 o 31 07 LS 500 1000 m Tompobulu 120 o 02 26 BT 05 o 27 08 LS 500 1000 m Pajukukang 120 o 01 08 BT 05 o 33 30 LS 25 100 m Gantarangkeke 120 o 02 19 BT 05 o 30 01 LS 300 500 m Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012

Peta 2.1 PETA ORIENTASI KABUPATEN BANTAENG KAB.BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 2

2.1.2. Administratif Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan dengan 67 kelurahan/desa. Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 3 kecamatan tepi pantai (Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa jukukang), dan 5 kecamatan bukan pantai (Kecamatan Uluere, Sinoa, Gantarangkeke, Tompobulu dan Eremerasa). Dengan perincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50 desa/kelurahan bukan pantai. Kecamatan di Kabupaten Bantaeng terlihat dalam tabel berikut : No Kecamatan Tabel 2.2 Tabel Administratif Kabupaten Bantaeng Ibu Kota Kecamatan Jumlah Desa/kel Jumlah Penduduk (Jiwa*) Luas (km 2 ) Persentase Terhadap Luas Kabupaten 1 Bissappu Bonto Manai 11 31.242 32.84 8,30 % 2 Bantaeng Pallantikang 9 37.088 28.85 7,29 % 3 Tompobulu Banyorang 10 23.143 76.99 19,45 % 4 Ulu Ere Loka 6 10.923 67.29 17,00 % 5 Pa Jukukang Tanetea 10 29.309 48.90 12,35 % 6 Eremerasa Kampala 9 18.801 45.01 11,37 % 7 Sinoa Sinoa 6 11.946 43.00 10,86 % 8 Gantarangkeke Gantarangkeke 6 16.025 52.95 13,38 % Total 67 178.477 395.83 100,00 % *) Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012 KAB.BANTAENG 3

Peta 2.2 PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BANTAENG KAB.BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 4

2.1.3. Kondisi Fisik Wilayah 2.1.3.1. Keadaan Topografi Berdasarkan kemiringan lereng 2-15% merupakan kelerengan terluas yaitu 16.877 ha (42,64%). Sedangkan wilayah dengan lereng 0-2% hanya seluas 5.932 ha atau 14,99% dari luas wilayah kabupaten dengan wilayah kelerengan lebih dari 40% yang tidak dimanfaatkan seluas 6.222 ha atau 21,69% dari luas wilayah kawasan hutan. Kemiringan 0-2% 2-15% 15 40% > 40% Tabel 2.3 Kabupaten Bantaeng Menurut Kemiringan Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011 Letak Sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa jukukang Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Gantarangkeke Kecamatan Sinoa, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu Kecamatan Uluere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu Ketinggian 0 10 mdpl 10 25 mdpl 25 100 mdpl 100 200 mdpl 500 1.000 mdpl > 1.000 mdpl Tabel 2.4 Kabupaten Bantaeng Menurut Ketinggian Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011 Letak Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan memanjang dari timur ke barat Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa jukukang Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Pa jukukang dan Gantarang Keke. Terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu dan Pa jukukang Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu KAB.BANTAENG 5

Peta 2.3 PETA TOPOGRAFI KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 6

2.1.3.2. Kondisi Geologi dan Tanah Karakteristik batuan dan tanah di Kabupaten Bantaeng di kelompok dalam 6 satuan batuan dengan urutan pembentukan dari tua ke muda, yaitu : Satuan Tufa Satuan Breksi Lahar Satuan Lava Basal Satuan Agglomerat Satuan Intrusi Andesit Endapan Alluvial Alluvial Jenis Batuan Tabel 2.5 Persebaran Jenis Batuan di Kabupaten Bantaeng Lokasi Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng dan Kec. Pa jukukang Breksi Laharik Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa, Kec. Tompobulu, Kec. Pa jukukang Dan Kec. Gantarang Keke Kelompok Basal Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec. Eremerasa, dan Kec. Tompobulu Piroklastik Kec. Sinoa dan Kec. Tompobulu Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011 Jenis Tanah Andosol Coklat Tabel 2.6 Persebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bantaeng Lokasi Kec. Ulu Ere, Kec. Tompobulu Latosol Colat-Kuning Kec. Sinoa, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu Mediteran Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec. Eremerasa, Kec. Tompobulu, Kec. Pa jukukang Dan Kec. Gantarang Keke Regosol Coklat-Kelabu Kec. Bissappu, Kec. Bantaeng, dan Kec. Pa jukukang Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011 KAB.BANTAENG 7

Peta 2.4 PETA GEOLOGI KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 8

Peta 2.5 PETA JENIS TANAH KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 9

2.1.3.3. Kondisi Klimatologi Kabupaten Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan ratarata setiap bulan 490,17 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 426 hari per tahun. Temperatur udara rata - rata 23 C sampai 33'C Dengan dua musim dan perubahan iklim setia tahunnya yang sangat spesifik karena merupakan daerah peralihan Iklim Barat (Sektor Barat) dan Iklim Timur (Sektor Timur) dari wilayah Sulawesi Selatan : Oktober Maret, intensitas hujan rendah tetapi merata. April Juli, intensitas hujan tinggi terutama Juni Juli. Kemarau yang ekstrim hanya periode Agustus September. Pada saat sektor barat musim hujan yaitu antara bulan Oktober s/d Maret, Kabupaten Bantaeng juga mendapatkan hujan dan pada musim timur yang berlangsung antara April s/d September, Kabupaten Bantaeng juga mendapat hujan. Akibat dari pengaruh dua iklim ini, maka sebagian besar wilayah Bantaeng mendapat curah hujan merata sepanjang tahun. Sifat hujan pada musim barat curah hujannya relatif rendah, tetapi hari hujannya agak panjang, sedangkan sifat hujan sektor timur curah hujannya lebih deras tetapi hari hujannya relatif pendek. Tabel 2.7 Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan Kabupaten Bantaeng Tahun 2011 Bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan (mm) Januari 5,33 9,67 Pebruari 2,33 14,17 Maret 7,33 18,33 April 8,33 12,13 Mei 9,67 30,47 Juni 3,67 30,33 Juli 1,67 12,67 Agustus 1 2,22 September 0,67 1,5 Oktober 4 13,46 Nopember 3,67 11,81 Desember 5,33 12,57 Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012 KAB.BANTAENG 10

Peta 2.6 PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 11

2.1.3.4. Kondisi Hidrologi Dengan wilayah yang bergunung dan berbukit, Kabupaten Bantaeng dilalui oleh 11 buah sungai sedang dan kecil yang kesemuanya berhulu dan bermuara di Kabupaten Bantaeng dengan panjang sungai keseluruhan 187,05 km atau dengan rata-rata panjang sungai 17 km. Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi dan drainase, Daerah Aliran Sungai (DAS) ini penting karena merupakan kawasan budidaya sekaligus merupakan Catchment Area dari mata air Eremerasa yang merupakan salah satu asset kebanggaan masyarakat Bantaeng yang selama ini menjadi objek wisata permandian alam dan sudah dilengkapi dengan kolam renang dan sarana lainnya. Sumber mata air ini juga menjadi sumber air bersih PDAM untuk kebutuhan Kota Bantaeng dan perusahaan air mineral merk Vita, Aquadaeng dan Air Qita. Dari beberapa sungai yang ada, 3 (tiga) diantaranya mengalir melintasi kota Bantaeng yaitu : 1. Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari gunung Lompobattang mengalir menyusuri Desa Kampala dan Desa Barua yang bermuara ke laut Flores. Debit air sungai Biangloe pada kondisi musim kemarau berkisar antara 2,5-4 m3 per detik dan pada saat kondisi normal biasanya mencapai 15-20 m3 per detik. Sungai Biangloe telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit sebesar 20 l/dtk. 2. Sungai Calendu mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-3 m3 per detik dan pada saat musim hujan mencapai 7-10 m3 per detik. Pada saat ini sungai Celendu dimanfaatkan sebagai irigasi desa. 3. Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-2 m3 per detik dan pada saat musim hujan bisa mencapai 4-6 m3 per detik. Pada saat ini, sungai sungai Garegea belum dimanfaatkan. Tabel 2.7 Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Bantaeng Sungai Panjang (km) Kecamatan yang dilintasi Pamosa 1,75 Pajukukang Turung Asu 7,40 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang Balang Sikuyu 10,80 Uluere, Sinoa, Bissappu Panaikang 11,75 Uluere, Sinoa, Bissappu Kalamassang 14,20 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang Lemoa 14,45 Uluere, Bissappu Kaloling 17,10 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang Biangkeke 20,45 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang Calendu 20,70 Uluere, Bantaeng Bialo 43,30 Uluere, Tompobulu Nipa-Nipa 25,15 Tompobulu, Gantarangkeke, Pajukukang Pamosa 1,75 Pajukukang Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011 KAB.BANTAENG 12

Peta 2.7 PETA HIDROLOGI KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 13

2.1.3.5. Luas Potensi Lahan Sesuai penggunaannya, lahan di Kabupaten Bantaeng dapat dirinci yaitu lahan terluas adalah tegalan/kebun (48,04%), sawah (17,64%), hutan negara (15,13%), perkebunan rakyat (9,42%), hutan rakyat (3,73%), tanah tandus/lain-lain (3,12%), pemukiman (2,51%) dan tambak (0,41%). Tabel 2.8 Luas Lahan Kabupaten Bantaeng menurut Penggunaannya Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%) Tegalan/Kebun 19.016 48,04 Sawah 6.982 17,64 Hutan Negara 5.989 15,13 Perkebunan Rakyat 3.729 9,42 Hutan Rakyat 1.476 3,73 Tanah Tandus 1.235 3,12 Pemukiman 995 2,51 Tambak 162 0,41 Jumlah 39.583 100,00 Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng, 2011 KAB.BANTAENG 14

Peta 2.8 PETA TUTUPAN LAHAN KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 15

2.2. Demografis 2.2.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Bada Pusat Statistik dalam melakukan pendataan menggunakan konsep usual residence yaitu penduduk dicatat sesuai dengan dimana biasanya dia tinggal, tanpa perlu memperhatikan apakah orang tersebut mempunyai KTP atau tidak, dengan menerapkan batasan telah menetap di wilayah tersebut selama 6 bulan atau lebih atau kurang dari 6 bulan namun berniat menetap disitu, maka jika memenuhi persyaratan tersebut, maka akan dicatat sebagai penduduk disitu dan tentunya ini akan menghindari terjadinya kejadian penduduk tercatat dua kali di tempat yang berbeda. Tabel 2.9 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk (orang) Kepadatan Penduduk (orang/km 2 ) Banyaknya Rumah Tangga Kepadatan Penduduk per Rumahtangga Bissappu 32,84 31.242 951,34 7.931 4 Uluere 67,29 10.923 162,33 2.504 4 Sinoa 43,00 11.946 277,81 3.158 4 Bantaeng 28,85 37.088 1285,55 8.795 4 Eremerasa 45,01 18.801 417,71 4.506 4 Tompobulu 76,99 23.143 300,60 5.822 4 Pajukukang 48,90 29.309 599,37 7.187 4 Gantarangkeke 52,95 16.025 302,64 4.224 4 Jumlah 395,83 178.477 450,89 44.127 4 Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012 KAB.BANTAENG 16

Tabel 2.10 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng 5 Tahun Terakhir (2007-2011) KAB.BANTAENG 17

Peta 2.9 PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 18

Berdasarkan tabel 2.10 diatas, rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bantaeng selama kurun waktu 5 tahun (2007-2011) adalah 441 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang tertinggi berada di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissapu dan Kecamatan Pa jukukang. Pada tahun 2011 kepadatan di Kecamatan Bantaeng sebesar 1.286 jiwa/km2, Kecamatan Bissappu sebesar 951 jiwa/km2 dan Kecamatan Pa jukukang sebesar 599 jiwa/km2. Tingginya kepadatan penduduk di 3 kecamatan tersebut dikarenakan 3 kecamatan tersebut merupakan daerah perkotaan sekaligus daerah pesisir yang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan nasional penghubung antar Kabupaten dan desa-desa sekitarnya, yang menyediakan berbagai macam pusat kegiatan, seperti pusat kegiatan ekonomi dan pusat kegiatan pemerintahan, dan juga tersedianya berbagai macam sarana prasarana yang lebih baik dan lebih lengkap. Sedangkan kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Uluere (162 jiwa/km2). Beberapa penyebab rendahnya kepadatan penduduk di kecamatan ini diantaranya adalah karena topografinya yang berbukit bukit, lahan yang ada kurang cocok untuk dijadikan permukiman dan sarana prasarana yang tersedia kurang lengkap. Walaupun Kecamatan ini memiliki lahan yang luas (Kecamatan terluas ke-2 dengan luas lahan 67,29 km2) tetapi karena kurang cocok untuk permukiman maka kurang penduduk yang memilih untuk tinggal di kecamatan tersebut. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bantaeng mempunyai kepadatan penduduk yang berbedabeda. Tidak meratanya distribusi penduduk disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah karena faktor geografis, sosial dan ekonomi. Dari faktor geografis, penduduk akan lebih terkosentrasi ke daerah dataran rendah (dengan topografi datar) daripada daerah dataran tinggi (topografi yang bergelombang). Faktor sosial ekonomi juga memiliki pengaruh, penduduk akan lebih terkosentrasi ke daerah yang berkembang. Seperti di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissapu, Kecamatan Pa jukukang dan Ere Merasa. Jadi tingginya angka kepadatan selain karena daerahnya yang datar adalah karena daerah tersebut mengalami banyak perkembangan baik dari sisi ekonomi maupun sisi yang lain. KAB.BANTAENG 19

2.2.2. Struktur Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bantaeng berdasarkan data tahun 2011 didominasi oleh penduduk dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 92.025 jiwa (51,6%) dan laki-laki sebanyak 86.452 jiwa (48,4%) dari total jumlah penduduk kabupaten Bantaeng sebanyak 178.477 jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bantaeng yaitu sebanyak 37.088 jiwa dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Ulu Ere yaitu sebanyak 10.923 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat tercermin dari angka perbandingan antara jenis kelamin atau yang biasa disebut rasio jenis kelamin. Sementara rasio jenis kelamin yang tertinggi terletak pada Kecamatan Ulu Ere, sedangkan rasio jenis kelamin terendah terdapat di Kecamatan Tompobulu dan Gantarangkeke. Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011 Kecamatan Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Bissappu 15.214 16.028 31.242 95 Uluere 5.384 5.539 10.923 97 Sinoa 5.817 6.129 11.946 95 Bantaeng 18.130 18.958 37.088 96 Eremerasa 8.962 9.839 18.801 91 Tompobulu 10.960 12.183 23.143 90 Pajukukang 14.383 14.926 29.309 96 Gantarangkeke 7.602 8.423 16.025 90 Jumlah 86.452 92.025 178.477 94 Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012 KAB.BANTAENG 20

Penggambaran penduduk menurut kelompok umur berguna untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan penduduk non produktif, hal ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu wilayah serta tingkat ketergantungan penduduk non produktif pada penduduk produktif. Selain itu, penggambaran penduduk menurut struktur umur juga diperlukan untuk perhitungan penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi. Dilihat dari struktur umur penduduk, suatu wilayah dapat dikatagorikan kedalam 3 klasifikasi : Penduduk tua (old population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun < 30% dan penduduk yang berumur +65 tahun >10% Penduduk muda (young population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun > 0% dan penduduk yang berumur +65 tahun <5% Penduduk produktif (productive population), jika penduduk yang berumur antara 0-14 tahun berkisar 30% sampai 40% dan penduduk yang berumur +65 tahun berkisar antara 5% sampai 10% Struktur penduduk Kabupaten Bantaeng menurut kelompok umur memperlihatkan struktur umur muda. Kelompok usia sekolah relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Ini menunjukan bahwa struktur penduduk Kabupaten Bantaeng sedang dalam masa perkembangan dan dimungkinkan laju pertumbuhan penduduk ditahun mendatang tinggi. Jumlah penduduk usia produktif Kabupaten Bantaeng adalah 115.640 jiwa dan jumlah penduduk usia tidak produktif adalah 62.837 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Kelompok Umur Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%) 0 4 8 170 7 998 16 168 9,06 5 9 9 696 9 124 18 820 10,54 10 14 9 676 9 417 19 093 10,70 15 19 7 393 7 604 14 997 8,40 20 24 6 755 7 671 14 426 8,08 25 29 7 802 8 879 16 681 9,35 30 34 7 261 7 896 15 157 8,49 35 39 6 986 7 541 14 527 8,14 40 44 5 777 6 526 12 303 6,89 45 49 4 750 5 132 9 882 5,54 50 54 3 820 3 899 7 719 4,32 55 59 2 586 2 810 5 396 3,02 60 64 2 086 2 466 4 552 2,55 65 + 3 694 5 062 8 756 4,91 Jumlah 86.452 92.025 178.477 100,00 Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012 KAB.BANTAENG 21

2.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 171.468 jiwa dan pada tahun 2011 jumlah mencapai 178.477 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 7.009 jiwa atau rata-rata pertumbuhan 1,01% setiap tahun. Pertambahan jumlah penduduk terbanyak terjadi pada tahun 2009-2010 sebanyak 2.523 jiwa dan pertambahan jumlah penduduk terkecil terjadi pada tahun 2008-2009 sebanyak 1.327 jiwa. Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada Kecamatan Uluere sebesar 1,0115% kemudian disusul oleh Kecamatan Pajukukang sebesar 1,0111%. Laju pertumbuhan terkecil terjadi pada Kecamatan Tompobulu yaitu 0,9977%. Tabel 2.13 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng menurut Kecamatan Tahun 2007-2011 Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Kecamatan Pertumbuhan 2007 2008 2009 2010 2011 Penduduk (%) 1. Bissappu 30.013 30.254 30.487 30.931 31.242 1,0084 2. Bantaeng 35.626 35.913 36.191 36.718 37.088 1,0105 3. Tompobulu 22.242 22.422 22.591 22.913 23.143 0,9977 4. Ulu ere 10.492 10.576 10.657 10.814 10.923 1,0115 5. Pa'jukukang 28.153 28.379 28.599 29.017 29.309 1,0111 6. Ere Merasa 18.067 18.213 18.351 18.614 18.801 1,0005 7. Sinoa 11.475 11.568 11.658 11.827 11.946 1,0107 8. Gantarang keke 15.400 15.524 15.642 15.865 16.025 0,9995 Jumlah 171.468 172.849 174.176 176.699 178.477 1,01 Sumber : Badan Pusat Statistik Bantaeng Grafik 2.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bantaeng Tahun 2007-2011 180000 177500 176.699 178.477 175000 172500 171.468 172.849 174.176 170000 2007 2008 2009 2010 2011 KAB.BANTAENG 22

2.2.4. Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan datang. Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang. Untuk menghindari atau mengurangi tingkatan resiko dari kesalahan, maka diperlukan asumsi-asumsi yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat kemampuan populasi peternakan di masa depan secara objektif. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi). Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, digunakan rumus yaitu : r = {(P t /P 0 ) (1/t) -1} x 100 dimana: r = laju pertumbuhan penduduk Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke t P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar t = selisih tahun Pt dengan P0 Sedangkan untuk menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada Pertumbuhan Geometri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun Rumus yang digunakan sebagai berikut: P n = P 0 ( 1 + r ) n dengan : P n = Jumlah penduduk pada n tahun P 0 = Jumlah penduduk pada awal tahun r = Tingkat pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun Adapun jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir serta hasil proyeksi laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantaeng selama 5 tahun kedepan, dapat dilihat pada tabel berikut : KAB.BANTAENG 23

Tabel 2.14 Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng 5 Tahun Mendatang (2012-2016) Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2) 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 1. Bissappu 32,84 31.492 31.744 31.998 32.254 32.512 959 967 974 982 990 2. Bantaeng 28,85 37.385 37.684 37.985 38.289 38.595 1.296 1.306 1.317 1.327 1.338 3. Tompobulu 76,99 23.328 23.515 23.703 23.893 24.084 303 305 308 310 313 4. Uluere 67,29 11.010 11.098 11.187 11.277 11.367 164 165 166 168 169 5. Pa'jukukang 48,90 29.543 29.780 30.018 30.258 30.500 604 609 614 619 624 6. Eremerasa 45,01 18.951 19.103 19.256 19.410 19.565 421 424 428 431 435 7. Sinoa 43,00 12.042 12.138 12.235 12.333 12.432 280 282 285 287 289 8. Gantarangkeke 52,95 16.153 16.282 16.413 16.544 16.676 305 308 310 312 315 Jumlah 395,83 179.905 181.344 182.795 184.257 185.731 455 458 462 465 469 Sumber : Bappeda Bantaeng (diolah Pokja) KAB.BANTAENG 24

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1. Pendapatan dan Belanja Daerah Dalam rangka peningkatan pelayanan riil kepada masyarakat, maka pemerintah pusat melalui pemberlakuan otonomi daerah telah memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi dari kewenangan tersebut akan tercermin dalam kebijakan penyusunan anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan mengacu kepada undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat sekaligus menumbuhkan prakarsa dan kreatifitasnya dalam pembangunan daerah. Dalam hal ini kedepan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembangunan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan di setiap bidang dan aspek. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi menjadi obyek pembangunan, tetapi sebaliknya diharapkan dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan. Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan realisasi pendapatan dan belanja Kabupaten Bantaeng selama 5 (Lima) Tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut : KAB.BANTAENG 25

No Tabel 2.15 Rincian Penerimaan dan Pengeluaran APBD Kabupaten Bantaeng Tahun 2007-2011 Realisasi Anggaran Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 301 949 330 337 367 619 371 535 468 513 a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 12 030 14 680 11 816 16 406 19 468 a.1.1 Pajak daerah 1 167 1 387 2 034 2 291 2 826 a.1.2 Retribusi daerah 2 632 3 162 2 730 3 817 8 414 a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 1 773 2 559 3 232 3 232 3 865 a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 6 456 7 570 3 819 7 064 4 362 a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 275 525 298 745 298 693 299 933 329 581 a.2.1 Dana bagi hasil pajak 4 990 27 829 5 624 5 625 25 849 a.2.2 Dana bagi hasil bukan pajak 23 923-20 153 27 982 1 700 a.2.3 Dana alokasi umum 206 737 224 668 227 500 235 865 263 138 a.2.4 Dana alokasi khusus 39 875 46 248 45 415 30 458 38 894 a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 14 393 16 911 57 110 55 196 119 463 a.3.1 Hibah 6 080 4 301 899 - - a.3.2 Dana darurat - - - - - a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 6 135 6 250 5 999 6 850 10 263 a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 1 061 1 005 45 115 41 997 99 746 a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 1 116 5 354 5 096 6 349 9 453 B Belanja (b1 + b.2) 311 254 343 428 190 972 382 244 468 847 b.1 Belanja Operasi 184 080 232 780 156 726 293 449 333 684 b.1.1 Belanja Pegawai 112 873 140 788 109 188 168 650 226 332 b.1.2 Belanja Barang dan Jasa 56 804 60 331 36 423 84 700 84 606 b.1.3 Belanja Bunga 225 201 84 589 220 138 b.1.4 Belanja Subsidi - - - - - b.1.5 Belanja Hibah - 10 204 4 223 23 132 7 094 b.1.6 Belanja Bantuan Sosial 11 139 9 577 3 327 6 120 4 222 b.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 3 037 11 676 3 510 10 627 11 290 b.2 Belanja Modal 126 926 109 756 34 246 87 789 134 225 b.2.1 Belanja Tanah 769 733 4 663 5 434 4 379 b.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 21 781 21 259 14 214 24 110,5 36 925 b.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 27 959 23 146 4 849 21 563 25 388 b.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 68 948 57 038 9 515 31 365 63 049 b.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 39 32-4 319 4 482 b.2.6 Belanja Aset Lainnya 7 428 7 545 1 002 - - b.3 Belanja Bagi Hasil 230 - - 306 566 b.3.1 Bagi Hasil Pajak 46 - - 155 316 b.3.2 Bagi Hasil Retribusi 184 - - 151 249 b.3.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - - b.4 Belanja Tidak Terduga 18 891-700 371 Surplus/Defisit Anggaran -9 305-13 091 176 647-10 709-334 Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012 (Juta Rupiah) Rata2 pertumbuhan KAB.BANTAENG 26

2.3.2. Belanja Sanitasi Daerah Berikut gambaran pendanaan sanitasi tingkat SKPD per-sub Sektor dan perbandingannya terhadap jumlah total belanja APBD serta hasil perhitungan belanja sanitasi per kapita penduduk Kabupaten Bantaeng : Tabel 2.16 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per-sub Sektor Kabupaten Bantaeng Tahun 2009-2013 No Subsektor Belanja (Rp) Ratarata 2008 2009 2010 2011 2012 1 Air Limbah (1a+1b) 8.517.797 631.321 637.757 920.448 898.532 2.321.171 1.a Dinas PU dan Kimpraswil 8.517.797 631.321 637.757 920.448 898.532 2.321.171 1.b Bappedalda - - - - - - 1.c Dinas Kesehatan - - - - - - 1.d Bappeda - - - - - - 2 Sampah (2a+2b) 1.451.812 1.323.084 1.584.224 1.693.521 2.511.241 1.712.776 2.a Dinas PU dan Kimpraswil - - - - - - 2.b Bappedalda 1.451.812 1.323.084 1.584.224 1.693.521 2.511.241 1.712.776 2.c Dinas Kesehatan - - - - - - 2.d Bappeda - - - - - - 3 Drainase (3a+3b) 1.983.771 841.112 39.624 1.525.957 3.716.939 1.621.481 3.a Dinas PU dan Kimpraswil 1.983.771 841.112 39.624 1.525.957 3.716.939 1.621.481 3.b Bappedalda - - - - - - 3.c Bappeda - - - - - - 4 Aspek PHBS 484.512 331.623 343.620 400.840 478.427 407.804 4.a Dinas Kesehatan 484.512 331.623 343.620 400.840 478.427 407.804 4.b RSUD Anwar Makktutu - - - - - - 5 Total Belanja Sanitasi (1+2+3+4) 12.437.892 3.127.140 2.605.225 4.540.766 7.605.139 6.063.232 6 Total Belanja APBD 343.428.000 190.972.000 382.244.000 468.847.000 468.460.000 370.790.200 Proporsi Belanja Sanitasi 370.790.200 7 4% 2% 1% 1% 2% 2% Total Belanja APBD 5/6) 8 Proporsi Belanja Air Limbah- Belanja Sanitasi (1/5) 9 Proporsi Belanja Sampah - Belanja Sanitasi (2/5) 10 Proporsi Belanja Drainase - Belanja Sanitasi (3/5) 11 Proporsi Belanja PHBS - Belanja Sanitasi (4/5) 68% 20% 24% 20% 12% 29% 12% 42% 61% 37% 33% 37% 16% 16% 27% 2% 34% 49% 25% 4% 4% 11% 13% 9% 6% 9% 12 Jumlah Penduduk 172.849 174.176 176.699 178.477 179.905 13 Belanja Sanitasi per Kapita (5/12) Sumber : LKPJ Tahun 2008-2012 71.958 17.954 14.744 25.442 42.273 34.474 KAB.BANTAENG 27

2.3.3. Peta Perekonomian Daerah Kondisi perekonomian suatu daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi dan sumberdaya alam yang tersedia serta bagaimana tingkat kemampuan daerah/wilayah tersebut untuk memanfaatkan dan mengembangkannya. Dalam mengembangkan potensi dan sumberdaya alam yang ada, berbagai langkah, upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah serta pihak yang berkepentingan (stake holders) dalam pengelolaannya. Hal ini dinilai telah memberikan hasil, dimana dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bantaeng dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sebesar 7,90% dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 8,43%. Kabupaten Bantaeng jika dilihat dari struktur perekonomiannya yang telah mengalami peningkatan, dipengaruhi oleh adanya sektor-sektor andalan yang memberikan konstribusi yang cukup besar dari tahun ke tahun. Adapun sektor-sektor yang dimaksud dengan melihat PDRB atas dasar harga berlaku (tahun 2011) antara lain; pertama sektor pertanian sebesar 1.070.533,36 (49,1%), kedua sektor jasa-jasa sebesar 430.724,47 (19,8%) dan ketiga sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 270.772,13 (12,4%). Keberhasilan yang telah dicapai di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan menyebabkan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Bantaeng. Demikian halnya apabila dilihat dari konstribusi PDRB Bantaeng terhadap PDRB Sulawesi Selatan yang semakin meningkat, yaitu dari 1,61% di tahun 2010 menjadi 1,63% pada tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng pada kurun waktu 2007-2008 mengalami pertumbuhan yang masih di bawah 7%. Pada kurun waktu tahun 2009-2011 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan yang cukup tinggi, diatas 7%, bahkan pada Tahun 2011 sebesar 8.43 persen, lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi secara nasional. No D e s k r i p s i Tabel 2.17 Peta Perekonomian Umum Kabupaten Bantaeng Tahun 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1 PDRB Kab.Bantaeng (konstan) 602.739.010 643.308.240 692.237.350 746.908.740 809.863.380 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten 6.007.558 7.140.044 8.728.415 10.366.630 12.209.399 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,37% 6,73% 7,61% 7,90% 8,43% Sumber : Bantaeng Dalam Angka, 2012 KAB.BANTAENG 28

2.4. Tata Ruang Wilayah Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bantaeng berdasarkan visi dan misi pengembangan Kabupaten Bantaeng dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah Kabupaten Bantaeng yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun) adalah Mewujudkan Kabupaten Bantaeng yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan melalui pengembangan agrobisnis, minapolitan yang berbasis mitigasi bencana 2.4.1. Rencana Pusat Layanan Kabupaten Bantaeng 2.4.2.1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan a) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau dalam PKN Mamminasata menjadi PKL yang berfungsi sebagai pusat pengolahan dan atau pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga, sebagai jasa pemerintahan kabupaten; serta sebagai pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga. PKL di wilayah Sulsel adalah Malili, Masamba, Ratepao, Makale, Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Sungguminasa, dan Bantaeng. Rencana pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Bantaeng yang menjadi PKL adalah kawasan pusat kota Bantaeng yang terletak di Kecamatan Bantaeng. b) Pusat Pelayananan Kawasan (PPK) Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu: Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa di Kabupaten Bantaeng. Rencana pengembangan sistem perkotaan yang ditetapkan sebagai PPK di Kabupaten Bantaeng adalah Desa Bonto Manai Kecamatan Bissappu dan Kelurahan Banyorang Kecamatan Tompobulu. c) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Rencana pengembangan sistem perkotaan yang ditetapkan sebagai PPL di Kabupaten Bantaeng adalah : Dusun Sinoa Desa Bonto XXXXX (Kecamatan Sinoa); Dusun Loka Desa Bonto Marannu (Kecamatan Ulu Ere); Dusun Dampang Kel.Gantarang Keke (Kecamatan Gantarang Keke); Dusun Tanetea Desa Nipa-Nipa (Kecamatan Pa jukukang); Desa Ulugalung (Kecamatan Eremerasa); KAB.BANTAENG 29

Peta 2.10 PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 30

2.4.2.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama Rencana Tata Ruang pada sistem ini meliputi; Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi, Energi, Sumber Daya Air, Telekomunikasi, Prasarana Lainnya (meliputi pengelolaan TPA, Sanitasi, Ruang Terbuka Hijau), Drainase dan Air Limbah, serta Rencana Jalur Evakuasi. 1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air a. Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Pemukiman Perkotaan Dan Jaringan Air Baku Wilayah Terpenuhinya penyediaan air bersih dari segi kuantitas dan kualitas adalah sangat penting untuk memungkinkan tingkat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup untuk fasilitas sanitasi dan untuk keperluan sehari-hari lainnya yang layak, memungkinkan dilaksanakannya cara-cara hidup yang hygienis sehingga akan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pada umumnya. Sumber air untuk kebutuhan air bersih bersumber dari mata air pegunungan dan air permukaan. Kebutuhan akan air bersih masyarakat baik domestik maupun non domestik yang dilayani oleh PDAM berasal dari sumber mata air yang ada, seperti: Mata air Eremerasa I Mata air Eremerasa II IPA Bonto-Bonto Mata air Puccili di Desa Onto Mata air Alluloe di Desa Pa bentengan Mata air Bungloe di Desa Bonto Tallasa Rencana pengembangan/pembangunan/penambahan kapasitas air bersih oleh PDAM di kabupaten Bantaeng antara lain : Mata air Sinoa kapasitas 40 l/dt Mata air Eremerasa kapasitas 50 l/dt Mata air Campaga kapasitas 40 l/dt b. Sistem Jaringan Irigasi, Sungai, DAS/Wilayah Sungai Sungai/DAS/Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Kabupaten Bantaeng sangat potensial karena dapat dikembangkan/dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, rumah tangga, proses industri, pertanian, dan sebagainya. Pola pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya berdasarkan penetapan wilayah sungai. KAB.BANTAENG 31

Adapun wilayah sungai di wilayah Kabupaten Bantaeng terdapat beberapa aliran sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan berfungsi sebagai drainase. Pentingnya pengembangan sistem sumber daya air di Kabupaten Bantaeng tidak boleh terlepas dari prinsip utama pengelolaan sumberdaya air adalah pengelolaan wilayah sungai yang meliputi: Pemeliharaan daerah hulu sungai melalui langkah-langkah pelestarian kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan sumber air, pencegahan erosi, serta pencegahan pencemaran air. Pengamanan daerah tengah sungai melalui langkah-langkah pelestarian air, pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan sungai, dan pencegahan banjir. Pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah-langkah pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem drainase, pengendalian air bawah tanah, pencegahan pencemaran air, dan pengamanan daerah pantai. 2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya a. Prasarana Pengelolaan Lingkungan (TPA Regional) Pelayanan sampah di Kabupaten Bantaeng baru mencakup sebagian kecil kota dengan fasilitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Kecamatan Bissappu dengan luas daerah pembuangan sampah seluas 4 ha dengan sistem pengolahan open-dumping. Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya berupa prasarana pengelolaan lingkungan (TPA regional) di Kabupaten Bantaeng sesuai dengan ketentuan dan peraturan di atas maka rencana penempatan tempat pembuangan akhir (TPA regional Kabupaten Bantaeng) dengan mengembangkan tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan bissappu dengan memperhatikan dampak lingkungan. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persampahan di Kabupaten Bantaeng meliputi rencana TPS, TPA serta rencana pengolahan; (1). Rencana TPS di Kabupaten Bantaeng meliputi TPS yang tersebar merata pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Bantaeng (2). Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) Kabupaten Bantaeng dilengkapi dengan industry daur ulang berlokasi di Kecamatan Bissappu dengan luas lahan 4 Ha; (3). Rencana pengolahan sampah Kabupaten Bantaeng adalah rencana pengolahan organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di lingkungan permukiman. (4). Rencana Pengembangan Alat Pengangkutan Sampah/Dump Truck di Kabupaten Bantaeng disesuaikan dengan besarnya timbulan sampah; KAB.BANTAENG 32

b. Prasarana Sistem Sanitasi Rencana Sistem Jaringan Sanitasi Wilayah Kabupaten Bantaeng dengan terbagi atas 3 jenis limbah yang pada umumnya terdapat dalam suatu wilayah, yaitu limbah cair rumah tangga, limbah cair rumah sakit, dan kawasan industry. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengawasan dalam pembuangan limbah demi kesehatan dan keselamatan dari berbagai sumber penyakit dari limbah-limbah yang bersifat racun. Untuk itu rencana system jaringan sanitasi untuk wilayah kabupaten Bantaeng, meliputi : Limbah cair rumah tangga, dengan system pengelolaan on site sanitation oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan di tersebar di tiap Kecamatan, dan communal sanitation pada wilayah-wilayah padat penduduk di Kecamatan Bantaeng; Limbah cair rumah sakit dengan menyediakan fasilitas dan peralatan pengelolaan limbah cair sendiri dan melakukan pengelolaan secara baik, melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air, dan pengolahan dan pemisahan limbah toksin dan non toksin. Limbah cair industry pada kawasan industri mengikuti standar baku pengelolaan limbah kawasan industryi. c. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Berdasarkan Peraturan menteri dalam negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, terdapat kebijakan akan ketersediaan yang wajib setiap kabupaten/kota dalam memenuhi luas ideal untuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP). Rencana sarana ruang terbuka hijau (RTH) untuk kawasan perkotaan adalah Sarana Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Bantaeng yang terdiri dari: (1). Kawasan hijau pertamanan kota tersebar di kawasan perkotaan Bantaeng dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan pelengkap pada kawasan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, pendidikan dan perumahan. (2). Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olahraga) di perkotaan Bantaeng (3). Kawasan hijau pertanian di bagian utara Kawasan Perkotaan Kecamatan Sinoa, Eremerasa dan Gantarang Keke; (4). Kawasan hijau jalur hijau di sepanjang jalur tebing/patahan (berfungsi sebagai sabuk hijau), sepanjang sungai, dan pantai yang sekaligus berfungsi sebagai sempadan dengan luas 100 200 meter; dan (5). Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan berkepadatan sedang dan perumahan berkepadatan rendah di kawasan perkotaan Kecamatan Bantaeng. 3. Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Pengelolaan Air Limbah Sistem jaringan drainase direncanakan menggunakan sistem saluran terbuka (riol) yang belum memisahkan antara limpasan air hujan (run off) dan limbah rumah tangga. Rencana pengembangan ini ditujukan guna menghindari genangan dan untuk mencegah berkembangnya pemukiman-pemukiman liar yang tak terkendali di jalur drainase/sungai yang ada terutama didaerah-daerah baru yang saat ini masih sedikit pemukiman. KAB.BANTAENG 33

Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan memperhatikan faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan, gangguan ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan, gangguan sosial, seperti rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan pemukiman penduduk dan kepadatannya. Rencana sistem jaringan drainase Kabupaten Bantaeng memprioritaskan pada gangguan permukiman yang dapat menimbulkan genangan air hujan sehingga dapat menyebabkan bencana banjir. Terdapat 3 kecamatan yang setiap tahunnya tergenang air hujan yaitu; Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa jukukkang. Rencana sistem jaringan drainase untuk Kecamatan Bantaeng berfokus pada padatnya permukiman yang berada di pusat kota Bantaeng yang aliran air drainase akan bermuara pada laut flores. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase Wilayah Kabupaten, meliputi : Sistem drainase perkotaan, yang meliputi system drainase primer, sekunder,dan tersier; Sistem drainase primer dilakukan pada sungai-sungai utama yang terdapat di Kabupaten Bantaeng yang bermuara langsung pada laut flores. Drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah permukiman perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan Drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder. Adapun rencana pengembangan sistem drainase pada faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan pada daerah ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan, pada daerah sosial seperti rumah sakit dan fasilitas umum, dan daerah gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas. 4. Rencana Jalur evakuasi Wilayah Kabupaten Bantaeng Rencana jalur evakuasi bencana direncanakan dengan melihat potensi rawan bencana yang sering terjadi dan perlu memperhatikan untuk keselamatan serta keamanan masyarakat yang menetap berada pada daerah rawan bencana alam. Jalur evakuasi bencana direncanakan mengikuti/menggunakan jaringan jalan dengan rute terdekat ke ruang evakuasi dan merupakan jaringan jalan paling aman dari ancaman berbagai bencana, hal ini disebabkan untuk meniminalisir dampak bencana dengan rute yang terdekat sehingga masyarakat maupun pemerintah berwajib mampu dengan sigap dan cepat dalam melakukan evakuasi. Rencana jalur evakuasi di wilayah Kabupaten Bantaeng, terdiri atas: a) Jalur evakuasi bencana alam tanah longsor terdiri dari jalan kolektor sekunder menuju ke arah selatan Di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Bantaeng, Pa jukukkang dan Sinoa b) Jalur evakuasi bencana alam banjir untuk wilayah Kecamatan Bantaeng menuju Kecamatan Eremerasa dan Pa jukukkang ke arah utara kota Bantaeng. KAB.BANTAENG 34

2.4.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Bantaeng 1. Rencana Ruang Pola Kawasan Lindung a. Kawasan Hutan Lindung Luas kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha, dimana terbagi atas 3 jenis fungsi hutan yaitu hutan lindung dengan persentase luas terbesar dengan luas hutan seluas 2.773 ha, hutan produksi terbatas dengan luas 1.262 ha dan hutan produksi dengan luas 2.187 ha. Kawasan hutan di Kabupaten bantaeng yang memiliki luas hutan terbesar terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dari jumlah kawasan hutan sebesar 3.658 ha dari jumlah luas hutan di Kabupaten Bantaeng seluas 6.222 ha. Untuk kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 3 kecamatan dari 8 kecamatan yang memiliki kawasan hutan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Ulu ere, Kecamatan Tompobbulu dan Kecamatan Eremerasa. Luas hutan lindung terbanyak terdapat pada Kecamatan Ulu Ere dengan luas hutan seluas 2.057 ha, kemudian Kecamatan Tompobulu dengan luas hutan seluas 704 ha dan luas terkecil pada Kecamatan EreMerasa dengan luas hanya 14 ha b. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat di Kabupaten Bantaeng adalah : Kawasan hutan lindung berada di Kecamatan Ulu Ere, Tompobulu dan Eremerasa. Kawasan sempadan sungai berada di Sub-Daerah Aliran Sungai (Sub-DAS) Lantebong Kecamatan Bantaeng, sepanjang Sub-DAS Biangloe yang mengaliri 3 kecamatan yaitu Pa jukukang, Eremerasa dan Bantaeng dan Sub-DAS Sinoa di Kecamatan Sinoa dan Bissapppu. Kawasan sempadan pantai berada di Kec.Bissappu, Bantaeng dan Pa jukukang. Kawasan sempadan mata air yang terdapat pada hulu sungai-sungai yang berasal dari kawasan perbukitan di Kecamatan Ulu Ere, Eremerasa, Tompobulu dan Sinoa. c. Kawasan Perlindungan Setempat 1) Kawasan Sempadan Laut Permukiman Perkotaan Kawasan sempadan laut pada permukiman perkotaan di Kabupaten Bantaeng berorientasi pada pusat Kota Bantaeng di Kecamatan Bantaeng dengan jarak sempadan laut 50-100 meter dari pasang air laut tertinggi sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang. 2) Kawasan Sempadan Laut Non Permukiman Perkotaan Kawasan sempadan laut untuk fungsi non permukiman terletak di kecamatan yang berada pada sepanjang garis pantai. Kecamatan yang berada di sepanjang pantai terdapat 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa jukukkang dengan garis sempadan pantai 100-300 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang. Kawasan sempadan laut non permukiman perkotaan terdiri dari : Kawasan wisata pantai, wisata pantai pasir putih Korong batu Kecamatan Pa jukukang, wisata pantai seruni dan pantai lamalaka di Kecamatan Bantaeng Kawasan industri, pada Kawasan industri (KIBA) Kecamatan Pa jukukang dan kawasan pertambangan pasir sepanjang Kecamatan Bantaeng. Kawasan perdagangan barang maupun jasa, pada Kecamatan Bissappu berupa kawasan pergudangan industri. KAB.BANTAENG 35

3) Kawasan Sempadan Laut Khusus Untuk Pelabuhan Kawasan sempadan laut khusus pelabuhan di Kabupaten Bantaeng terdapat pada 2 pelabuhan yang masing-masing berada di Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa jukukang dengan garis sempadan laut 150-300 meter dari pelabuhan sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang. 4) Kawasan Sempadan Laut Perdesaan Kawasan pantai perdesaan berada di 2 kecamatan yang memiliki permukiman nelayan yaitu Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Pa jukukang dengan memiliki sempadan pantai 50-150 meter dari pasang tertinggi sesuai dengan standar lebar sempadan pantai direktorat jendral penataan ruang. 5) Sempadan Sungai Penentuan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sesuai rancangan peraturan pemerintah dibedakan atas sungai besar dan sungai kecil. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang sungai sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari tepi palung sungai. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, memanjang sungai sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi palung sungai pada waktu ditentukan. 6) Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan sekitar mata air yang terdapat di Kabupaten Bantaeng berupa kawasan aliran sungai yang dapat dialokasikan sebagai fungsi lindung dan budidaya. Kecamatan yang termasuk dalam pemanfaatan ruang kawasan sekitar aliran sungai adalah : Fungsi lindung sepanjang daerah aliran sungai, sungai-sungai yang terdapat di Kecamatan Eremerasa, Bantaeng, Pa,jukukang, Bissappu dan Gantarang Keke. Fungsi konservasi terdapat di 3 sub-daerah aliran sungai yaitu sungai Lantebong, biangloe dan sinoa. Penambangan bahan galian berupa pasir kuarsa terdapat di muara sungai Lamalakka, Kecamatan Bantaeng. d. Kawasan Rawan Bencana Alam Berdasarkan kemiringan lereng 0-2% terletak pada sepanjang pantai di Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pa jukukang. Hal ini merupakan penyebab terjadinya bencana banjir yang setiap tahun terjadi di Kabupaten Bantaeng. Kerusakan hutan yang terjadi di Kecamatan Sinoa didominasi oleh pengaruh dari human interes dengan implementasinya berupa human activities merupakan salah satu faktor penyebab hampir setiap tahun terjadi banjir di Kabupaten Bantaeng. Kedua kecamatan yang sering dilanda bencana banjir di Kabupaten Bantaeng yakni Kecamatan Bantaeng dan Bissappu. Kawasan rawan bencana di Kabupaten Bantaeng terdiri dari: 1) Bencana Banjir: Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pa jukukkang. 2) Gelombang pasang: Sepanjang pantai Kecamatan Bantaeng, Bisappu dan Pa jukukkang. 3) Kawasan rawan tanah longsor: tersebar di Kecamatan Sinoa, Ulu Ere, Eremerasa, Bantaeng dan Tompobulu. 4) Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi terdiri dari : Kawasan rawan gerakan tanah tersebar di seluruh wilayah kebupaten terutama di Kecamatan Ulu Ere, Sinoa, Eremerasa, dan Tompobulu. Kawasan rawan bencana tsunami, menyebar diseluruh kawasan pesisir yang meliputi Kecamatan Bisappu, Bantaeng dan Pa jukukang. KAB.BANTAENG 36

Peta 2.11 PETA RAWAN BENCANA KABUPATEN BANTAENG Sumber : RTRW K abupate n Bantaeng 2011 KAB.BANTAENG 37

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya a. Kawasan Hutan Luas kawasan hutan menurut fungsinya di Kabupaten Bantaeng yaitu pada tahun 1999 luas kawasan hutan produksi biasa/tetap mencapai 2.187 ha, menurun pada tahun 2000 menjadi 2.057 ha. Kemudian kembali lagi pada luas semula 2.187 ha pada tahun 2001, 2002.dan 2003. Kemudian luas kawasan hutan produksi terbatas pada tahun 1999 adalah 1.262 Ha, naik pada tahun selanjutnya menjadi 1.392 ha. Dan tiga tahun selanjutnya kembali menjadi 1.262 ha. Luas Hutan lindung cukup konstan dari tahun 1999-2003 luasnya tetap 2.773 ha. No Kecamatan Tabel 2.18. Luas Kawasan Hutan dan Persentase Hutan terhadap Luas Kabupaten Bantaeng Tahun 2011 (luas dalam ha) Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Prod. Biasa Hutan Rakyat Hutan Kota Jumlah 1 Bantaeng - - 364 800 5 1.169 2 Ulu Ere 2.057 843 758 1.200 2 4.860 3 Sinoa - - 710 750 2 1.462 4 Bissappu - - - 350 2 352 5 EreMerasa 14 419 355 800 2 1.590 6 Pa' Jukukang - - - 200 2 202 7 Gatarang Keke - - - 300 2 302 8 Tompobulu 702 - - 2.500 2 3.204 Jumlah 2.773 1.262 2.187 6.900 19 13.141 % dari Luas Wilayah (39.583 ha) 7,01 3,19 5,53 17,43 0,05 33,20 Sumber : RTRW Kabupaten Bantaeng 2011 a. Kawasan Pertanian 1) Lahan Sawah/Basah Sentra produksi padi yang terdapat di Kabupaten Bantaeng hampir terdapat di seluruh wilayah kecamatan, akan tetapi terdapat 3 kecamatan yang memiliki jumlah produksi padi terbesar di Kabupaten Bantaeng, yaitu Kecamatan Pa jukukkang, Bissappu dan Bantaeng, hal ini menjadikan ketiga kecamatan tersebut merupakan pusat sentra produksi padi di Kabupaten Bantaeng. Rencana pengembangan kawasan pesisir atau pertanian dataran rendah (low land) dikembangkan melalui pola agro minapolitan yang terdapat di Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa jukukkang. KAB.BANTAENG 38