II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2. HIKMATULLOH, M.PdI

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

Hukum Islam di Indonesia. Lena Hanifah, SH, LLM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

TINJAUAN HISTORIS MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI TELUK BETUNG

ISLAM DI INDONESIA. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 04Fakultas.

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. Gbr.1 Peta Jalur Sutra (Silk Road)

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

AWAL MASUKNYA MAZHAB SYIAH KE INDONESIA. OLEH: Dr. NURBAITI, M.Pd

Pendidikan Agama Islam

KATA PENGANTAR. Bismillahhirrohmannirrohim

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No.

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2006), hlm Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

Sunan Ampel memiliki silsilah hingga sampai ke Nabi Muhammad SAW, yaitu : * Sunan Raden Sayyid Ahmad Rahmatillah bin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

MUTLAK DAN MUQAYYAD DALAM AL-QURAN

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

Ditulis oleh Wiwi Siti Syajaroh Kamis, 25 Juni :37 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 18 Agustus :56

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

PENDAHULUAN. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan. ditandai batas-batasnya, beratapkan ranting dan dahan kering, hanya di

Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan kualitas

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI MASJID AGUNG KOTA BLITAR TAHUN 2012 / 1433 H

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

Modul ke: Mengenal Islam. DR. Rais Hidayat. Fakultas: Ilmu komputer. Program studi: Informasitika.

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

BAB I PENDAHULUAN. barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera Barat.

MATERI 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2

BAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti.

Mam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Proses. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain runtunan perubahan ( peristiwa ), perkembangan sesuatu, kemajuan sosial, berjalan terus, rangkaian tindakan atau pengolahan yang menghasilkan produk ( Departemen Pendidikan Nasional, 2005 : 899 ). Setiap proses terdiri atas fase atau tahap-tahap yang berlangsung diantara titik awal dan titik akhir. Proses menunjukan perubahan yang setengahnya terjadi secara cepat dan setengahnya secara lambat. Proses sejarah adalah momentum dari perubahan sosial, maka disatu pihak kejadian sejarah atau peristiwa yang terjadi merupakan proses (Sartono Kartodirdjo, 1993 : 108-113 ). Dalam penelitian ini perlu digarisbawahi bahwa Islamisasi merupakan suatu proses. Proses tersebut dapat diklasifikasikan secara vertikal dan juga secara horisontal. Pelaku Islamisasi adalah muslim, sedangkan sasarannya adalah non muslim. Hasil kegiatan Islamisasi dapat berwujud kuantitas, yaitu berupa jumlah orang yang menganut Islam dan dapat pula berwujud kualitas 8

berupa tingkat keislaman seorang muslim, baik yang menyangkut tingkat keimanan, tingkat penguasaan ilmu, maupun tingkat pengamalannya ( Wawan Kurniawan. 2012 : 4 ). Berdasarkan pengertian konsep yang telah dikemukakan, maka Islamisasi di Teluk Betung dapat digambarkan sebagai suatu tahapan dalam mencapai tingkat perkembangan Islam, baik perkembangan dalam bentuk kuantitas maupun dalam bentuk kualitas. Islamisasi di Teluk Betung dapat terjadi secara cepat ataupun lambat disesuaikan dengan keadaan masyarakat pada saat itu. 2. Konsep Agama Islam. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Islam diartikan sebagai Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al Qur-an dan diturunkan ke dunia melalui wahyu Alllah SWT ( Departemen Pendidikan Nasional, 2005 : 444 ). Menurut Mohammad Daud Ali, kata Islam merupakan kata turunan atau jadian yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan kepada Allah SWT. Berasal dari kata salama yang artinya patuh atau menerima. Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri, ketaatan dan kepatuhan ( Mohammad Daud Ali, 2005 : 49 ). Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, Islam dapat diartikan sebagai ajaran yang dibawa dan dikembangkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Ajaran Islam tertuang dalam kitab Suci Alqur-an dan Hadis. Tempat ibadah ummat 9

Islam adalah Masjid atau Mushola, sedangkan hari raya Islam antara lain, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. 3. Konsep Teluk Betung. Letak geografis Teluk Betung berada tepat di pesisir Teluk Lampung. Bentuk administratif Teluk Betung pada masa awal kedatangan Islam abad XVI belum diketahui secara pasti dikarenakan minimnya literatur yang ada. Hanya terdapat satu sumber sejarah yang menyatakan di Teluk Betung telah terdapat perkampungan, yakni Kampung Negeri. Perkampungan ini didirikan oleh Ibrahim gelar Pangeran Pemuka yang hijrah dari Bengkunat untuk mendirikan wilayah kedudukan adat di Teluk Betung ( Tambo Kebandaran Balak Marga ). Beberapa abad berselang, Teluk Betung menjadi wilayah kedudukan Belanda. Tepat pada tahun 1856, pemerintah Belanda mengangkat Muhammad bin Daeng Muhammad Ali sebagai reagent di Teluk Betung dengan wilayah kekuasaan meliputi perairan Teluk Lampung sampai daerah Simpur Tanjung Karang disebelah utara, lalu dari pantai Srengsem sampai Pantai Hurun disebelah barat ( Fachruddin, 2002 : 9 ). 4. Teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia Berkaitan dengan masuknya Islam di Teluk Betung, maka perlu diketengahkan beberapa teori tentang masuknya Islam di Nusantara secara keseluruhan. Ahmad Mansyur Suryanegara berpendapat bahwa masuknya Islam di Indonesia dapat ditinjau dari tiga teori. Pertama, berdasarkan teori Gujarat dikatakan bahwa - 10

Islam masuk di Indonesia dibawa oleh pedagang muslim yang berasal dari Gujarat pada abad ke-13 Masehi. Sejalan dengan pendapat tersebut, teori Persia mengutarakan pula bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang muslim yang berasal dari Persia pada abad ke-13 Masehi. Teori yang terakhir menerangkan bahwa Islam masuk di Indonesia dibawa oleh pedagang Arab dari Mekkah pada abad ke-7 Masehi ( Musrifah Sunanto, 2005 : 7 ) Berlandaskan pada ketiga teori diatas, Hamka menerangkan bahwa Islam masuk di Indonesia, bukanlah dari arab melainkan dari Pantai Malabar dan Persia yang merupakan tangan kedua ( Hamka, 1976 :39 ). Pendapat para ahli yang saling bertentangan dan simpang siur kemudian mulai disatukan dalam Seminar masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia di Medan tahun 1963 serta di Aceh tahun 1978 dan tahun 1980. Hasil seminar menyimpulkan bahwa agama Islam telah berangsur-angsur datang ke Indonesia sejak abad-abad pertama Hijriyah atau sekitar abad ke-7 dan 8 Masehi, langsung dari Arab. Di antara para mubaligh Islam pertama ini terdapat orang-orang dari Malabar, Gujarat, dan Persia. Sekalipun mubaligh itu dari Malabar, Gujarat, dan Persia, para mubaligh tersebut hanya singgah sementara dan mereka berasal dari Arab ( K. H. O Gadjahnata,,Sri-Edi Swasono, 1986 : 12 ). Terlepas dari hasil seminar yang masih dalam perdebatan. Uka Candra Sasmita dan Hasan Muarif Ambary membagi masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia kedalam beberapa fase. Pertama, abad ke-10 Masehi merupakan fase kedatangan Islam yang ditandai dengan kehadiran para pedagang muslim yang singgah di berbagai pelabuhan di Sumatera, Fase kedua abad ke-10 M sampai dengan abad ke- 13 M merupakan fase dimana sudah terdapat pemukiman Islam di Sumatera dan - 11

Jawa, bukti dari fase ini adalah makam Fatimah binti Maimun yang ditemukan di Leran Gresik tahun 1082 M dan pemukiman muslim di Perlac Aceh. Fase ketiga abad ke-13 hingga ke-16 M merupakan fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Fase yang terakhir yakni abad 16 M sampai seterusnya merupakan fase perkembangan Islam dan masa menghadapi penjajahan barat ( K. H. O Gadjahnata,,Sri-Edi Swasono, 1986 : 13-18). 5. Konsep Masuk dan Berkembangnya Islam di Teluk Betung Ketidakpastian mengenai waktu dan pembawa Islam pertama di Indonesia, berdampak pula terhadap teori sejarah Islam di Teluk Betung. Ketika terdapat perdebatan mengenai awal mula masuknya Islam di Indonesia, seperti terdapat ahli yang mengatakan abad ke-7, 10, 12, 13 dan seterusnya, kesemua pendapat ini dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti yang diajukan. Mengenai awal mula masuknya Islam di Teluk Betung belum terjadi perdebatan yang berarti dikarenakan keterbatasan jumlah ahli yang meneliti hal ini. Demikian pula dengan golongan pembawa Islam pertama di Teluk Betung yang belum menemukan perdebatan. Berlandaskan teori-teori sejarah Islam yang telah ada, disimpulkan bahwa Islam telah masuk di Teluk Betung apabila telah terdapat seorang atau beberapa orang asing yang beragama Islam di Teluk Betung. Islam dapat pula dikatakan telah masuk di Teluk Betung apabila telah terdapat seorang atau beberapa orang penduduk asli yang telah memeluk Islam. Selain itu, Islam dianggap telah 12

masuk di Teluk Betung apabila Islam telah melembaga dalam masyarakat Teluk Betung ( K. H. O. Gadjahnata, Sri-Edi Swasono, 1984 : 135 ). Penyebaran Islam di Teluk Betung dilakukan secara bertahap, berkelanjutan dan dengan berbagai cara. Penyebaran Islam di Teluk Betung sejalan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, selain itu penyebaran Islam di Teluk Betung sejalan dengan masa perjuangan menghadapi tantangan dan rintangan dari kolonialisme Belanda.( K. H. O Gadjahnata,,Sri-Edi Swasono, 1986 : 270 ). Dalam tahapan-tahapan itu akan terlihat proses Islamisasi sampai mencapai tingkat seperti masa sekarang. ( Musrifah Sunanto, 2005 : 12 ) Penyebaran Islam di Teluk Betung sejalan dengan berkembangnya kerajaankerajaan Islam di Nusantara, selain itu penyebaran Islam di Teluk Betung sejalan dengan masa perjuangan menghadapi tantangan dan rintangan dari kolonialisme Belanda ( K. H. O Gadjahnata,,Sri-Edi Swasono, 1986 : 270 ). Dalam tahapan-tahapan itu akan terlihat proses Islamisasi sampai mencapai tingkat seperti masa sekarang ( Musrifah Sunanto, 2005 : 12 ) 6. Konsep Pola Pengembangan Ajaran Islam Kedatangan agama Islam ke Teluk Betung dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Pola Islamisasi yang berkembang ada lima, yaitu: a. Saluran Perdagangan Diantara saluran Islamisasi di Teluk Betung taraf permulaannya ialah - 13

melalui perdagangan. Hal ini sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan pada masa lampau, yaitu perdagangan antara daerah Nusantara di bagian barat dan Timur dimana pedagang-pedagang Muslim (Bugis, Banten dan Palembang) turut serta menggambil bagiannya di Teluk Betung. Penggunaan saluran islamisasi melaluiperdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Teluk Betung dan pedagang Muslim. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan mula-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan. b. Saluran Perkawinan Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yaitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim. Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi. 14

Sebelum menikah, keluarga pribumi diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. d. Saluran Pendidikan Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan Mushola, Masjid, pondok-pondok pesantren dan Madrasyah. Tempat-tempat ini merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di tempat ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke masingmasing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai. e. Saluran Politik Pengaruh kekuasan sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang penguasa memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Teluk Betung, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah Tumenggung Muhammad menjadi Regent Lampung yang berpusat di Teluk Betung dan Pangeran Pemuka menjadi pemimpin adat di kampung Negeri. B. Kerangka Pikir Dalam rangka mendapatkan titik terang mengenai masuk dan berkembangnya 15

Islam di Teluk Betung, maka penelitian ini harus mampu mengungkap tabir kegelapan mengenai proses masuknya Islam di Teluk Betung dan pola pengembangan Islam di Teluk Betung. Mengenai proses masuk Islam di Teluk Betung titik pokok penelitian ini berkisar pada periode awal masuk, jalur masuk, sebab masuk, pembawa dan penerima Islam pertama. Mengenai pola pengembangan Islam di Teluk Betung titik pokok penelitian ini adalah pola perdagangan, perkawinan, politik dan perdagangan. C. Paradigma. Masuknya Islam di Teluk Betung Proses Masuknya Islam Di Teluk Betung. 1. Periode Awal Masuk 2. Jalur Masuk 3. Sebab Masuk 4. Pembawa dan penerima Islam di Teluk Betung Pola Pengembangan Islam Di Teluk Betung. 1. Politik/kekuasaan 2. Perdagangan 3. Perkawinan 4. Pendidikan Berkembangnya Islam di Teluk Betung Garis Proses Garis Akibat 16

REFERENSI Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 899. Depdiknas. Op. Cit. Halaman 444. Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 108-113. Wawan Kurniawan. 2013. http://aweygaul.wordpress.com/2012/08/09/peloporislamisasi-di-tatar-pasundan- abad-xv/. Diakses pada tanggal 20 maret 2013, pukul 19.37. Mohammad Daud Ali. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Grafindo Persada. Halaman 49. Tambo Kebandaran Balak Marga Teluk Betung. Fachruddin. 2002. Risalah Masjid Jami Al Anwar. Bandar Lampung : Yayasan Masjid Jami Al Anwar. Halaman 9. Musyrifah Sunanto. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Halaman 7. Hamka. 1975. Sejarah Ummat Islam Jilid IV. Jakarta : Bulan Bintang. Halaman 178 K.H.O. Gadjahnata, Sri-Edi Swasono,. 1986. Masuk dan berkembangnya Islam di Sumatera Selatan. Jakarta : Universitas Indonesia. Halaman 12. Ibid. Halaman 13-18. Ibid. Halaman 270. Musyrifah Sunanto.Op. Cit. Halaman 12. 17