BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas. Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 2

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PEMBELIAN KENDARAAN BERMOTOR ANTARA DEBITOR DENGAN KREDITOR

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak mampu untuk hidup secara

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ada banyak kejadian dalam hidup yang tidak dapat diduga. Bahkan hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

BAB III PENUTUP. pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENGENALAN ASURANSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

1. Pengertian. 2. Peraturan Pembiayaan Konsumen. 3. Manfaat Pembiayaan Konsumen. PEMBIAYAAN KONSUMEN (Consumer Finance) 30-Oct-16

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam rangka

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan mendapatkan penggantian dari kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut. Abbas Salim mendefinisikan asuransi adalah merupakan suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti atau substitusi kerugian-kerugian besar yang belum terjadi. Secara sederhana, dalam asuransi seseorang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang agar bisa menghadapi kerugian besar yang mungkin terjadi dimasa depan. Kerugian besar yang mungkin terjadi di masa depan dipindahkan kepada perusahaan asuransi. Pengertian tersebut beranggapan bahwa risiko atau kerugian yang belum pasti datangnya akan ditanggung oleh perusahaan asuransi sehingga tanggung jawab kerugian yang belum pasti datangnya akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. 1 Asuransi dalam aspek hukum yang terdapat dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang Pasal 246 asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian yang antara seorang penanggung yang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mana tertanggung menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya oleh karena suatu sebab seperti kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Asuransi merupakan hubungan hukum antara dua pihak yang mengikatkan diri didalam suatu perjanjian yang mana mengakibatkan hak dan kewajiban antara tertanggung (insured/assure) atau pihak yang mempercayakan (mengasuransikan) miliknya terhadap suatu resiko yang mungkin akan terjadi dan penanggung (insurer/underwriter) atau pihak yang menerima pertanggungan dan pihak ini lazim disebut Perusahan Asuransi. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

Berdasarkan pengertian asuransi diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah perjanjian antara 2 pihak atau lebih, yaitu antara penanggung yang mengikatkan diri kepada tertanggung untuk memperoleh suatu premi guna memberikan penggantian atau substitusi kerugian-kerugian besar yang belum terjadi. Pada perusahaan asuransi untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian yang disebut polis. Polis asuransi dibuat oleh organisasi bisnis yang disebut sebagai perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi memiliki sejumlah pemegang polis yang diperoleh langsung oleh perwakilan perusahaan asuransi ataupun melalui agen. Polis memegang peranan penting sebagai sarana untuk menjaga konsistensi pertanggungjawaban baik pihak penanggung maupun tertanggung. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan keluasan secara hukum. Dengan memiliki polis asuransi tersebut maka pihak tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti kerugian yang mungkin dialami oeh tertanggung akibat peristiwa tak terduga. Polis merupakan bukti otentik yang dapat digunakan oleh tertanggung dalam hal untuk mengajukan klaim apabila penanggung mengabaikan tanggung jawabnya. Penggantian finansial dari pihak penanggung penggantian finansial dari pihak penanggung apabila pihak tertanggung mengabaikan tanggung jawabnya. Penggantian yang berupa finansial dari pihak penanggung akan bermanfaat untuk mengembalikan tertanggung pada kedudukannya semula sebelum mengalami kerugian dan menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan. Menurut Agus Surjarwo, pengertian polis secara umum adalah untuk setiap perjanjian yang dibuat perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, bukti tertulis tersebut polis, sedangkan pengertian polis menurut Hendro prasetyo adalah bukti perjanjian antara pihak penanggung (insurer) dalam hal ini adalah perusahaan dan pihak tertanggung (insured) dalam hal ini pihak yang menggunakan asuransi. 2 Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak memiliki sebuah fasilitas yang dinamakan pinjaman polis. Pinjaman polis adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh 2 http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/585/jbptunikompp-gdl-adejulitar-29212-9-unikom_a-i.pdf, diakses pada tanggal 08 Oktober 2015

perusahaan kepada pemegang polis yang mana dengan fasilitas tersebut pemegang polis dapat menjaminkan polis untuk mendapatkan pinjaman uang dari perusahaan. Fasilitas pinjaman polis ini dibuat karena tidak jarang dari pemegang polis mengajukan klaim atas polisnya sebelum berakhir masa kontrak dengan alasan membutuhkan dana untuk keperluan tertentu, maka dari itu Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 memberikan kemudahan kepada pemegang polis melalui pinjaman dana dengan menjaminkan polis yang dimiliki pemegang polis tersebut. Menurut ketentuan dalam Pasal 11 Syarat-Syarat Umum Polis, fasilitas pinjaman polis ini hanya dapat diberikan kepada pemegang polis yang memenuhi syarat-syarat antara lain : 1. Polis tersebut sudah berumur 2 tahun. 2. Polis tersebut mempunyai harga tunai, besarnya harga tunai dan kapan polis itu mempunyai harga tunai ditentukan oleh perusahaan berdasarkan teknis asuransi dan mengenai besarnya nilai tunai tiap tahunnya dapat berubah dilihat pada masing-masing polis dari jenis polis asuransi jiwa yang dipasarkan oleh Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 3. Polis tersebut adalah polis perseorangan yang tidak menunggak pembayaran preminya. Polis yang dapat dijaminkan pun hanya berlaku pada jenis polis asuransi kumpulan dan besarnya pinjaman dana yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan adalah maksimal 80% dari nilai polis tersebut dan jangka waktu pinjaman ini maksimal adalah 24 bulan, sedangkan prosedur untuk mendapatkan fasilitas pinjaman polis yang terdapat pada Bagian B Administrasi Pinjaman Polis yang terdapat dalam Peraturan Direksi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 No.PE.8/DIR/KEU/2007 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Pinjaman Polis Asuransi Jiwa Perorangan ini antara lain adalah : 1. Pemegang polis membawa polis yang asli, kwitansi pembayaran premi terakhir, fotokopi kartu tanda penduduk dari pemegang polis. 2. Pemegang polis mengisi formulir permohonan surat permintaan pinjaman dengan jaminan polis yang memuat identitas pemegang polis, besarnya pinjaman, pernyataan kesanggupan membayar angsuran beserta bunga dan jangka waktu pinjaman. Pada saat permohohonan pinjaman polis telah disetujui oleh perusahaan maka pemegang polis mengisi dan menandatangani surat pengakuan hutang yang merupakan bentuk dari perjanjian hutang piutang antara pemegang polis dengan perusahaan asuransi.

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak memberikan fasilitas pinjaman polis kepada pemegang polis berdasarkan dari Surat Keputusan Direksi Pelaksana Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Nomor 30/B.II/1976 dengan melihat ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 Ayat 1 Huruf d SK Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-351/MK/IV/4/1975 tanggal 7 April 1975 tentang Pengarahan Dana-Dana Investasi Perusahaan Asuransi Jiwa Di Indonesia dan Pasal 28 Anggaran Dasar Asuransi jiwa Bersama Bumiputera 1912 tentang tugas dan kewajiban Direksi Pelaksana yang memutuskan bahwa pinjaman polis adalah merupakan salah satu cara investasi perusahaan dan perlu ditingkatkan dalam hal pengelolaannya, selain itu didalam Pasal 12 Huruf g Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK. 010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi menyebutkan suatu asset yang diperkenankan dalam bentuk bukan investasi salah satunya harus dalam bentuk pinjaman polis. Pelaksanaan dan pengelolaan pinjaman polis ini juga diatur dalam Peraturan Direksi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 No.PE.8/DIR/KEU/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Pinjaman Polis Asuransi Jiwa Perorangan dan Keputusan Direksi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 No.SK.39/DIR/KEU/2007 tentang Pengelolaan Pinjaman Polis Asuransi Jiwa Perorangan. Peraturan-peraturan yang mengatur tentang fasilitas pinjaman polis asuransi tersebut di atas hanya menjelaskan bahwa pinjaman polis di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak merupakan bentuk penegasan bahwa polis asuransi dapat dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman dana yang mana peraturan tersebut bersifat intern atau berdasarkan Surat Keputusan Direksi yang mana keputusan tersebut lahir karena dilatar belakangi dengan adanya Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas. Pada perusahaan asuransi, modal yang diberikan oleh perusahaan asuransi tersebut pada hakekatnya berasal dari premi yang dibayarkan oleh tertanggung atau pemegang polis asuransi. Polis itu kemudian disalurkan kembali pada masyarakat yang membutuhkan,

hubungan ini hanya dapat terjadi khusus antara pemegang polis yang telah menjadi anggota dari suatu perusahaan asuransi yang bersangkutan. 3 Polis asuransi sebagai jaminan hutang di perusahaan asuransi hampir sama dengan hutang piutang dengan jaminan kredit di bank, dimana salah satu persyaratannya harus ada benda atau objek yang dijadikan sebagai jaminannya, dalam hal ini benda yang menjadi jaminan yaitu polis asuransi. Kegiatan hutang piutang dengan jaminan polis asuransi ini hanya dapat terjadi pada pertanggungan jiwa, jadi pemegang polis pada perusahaan asuransi jiwa mempunyai hak untuk meminjam sejumlah uang pada perusahaan asuransi dengan cara menjaminkan polis. 4 Menurut J. Satrio hukum jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur tentang piutang seorang kreditor terhadap debitornya, hal ini berarti bahwa yang diatur dalam hukum jaminan adalah mengenai upaya perlindungan hukum hukum atau jaminan terhadap kreditor dalam mempertahankan dan melaksanakan haknya guna mendapatkan pelunasan utang dari debitor. Hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan hutang-piutang yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. 5 Menurut M. Bahsan, penilaian terhadap objek jaminan kredit dilakukan dengan cara penilaian secara hukum atas objek jaminan kredit, antara lain : pertama adalah dengan melihat legalitas dari objek jaminan kredit, dalam hal beberapa objek jaminan kredit, baik yang termasuk barang bergerak dan tidak bergerak maupun yang berupa penanggungan hutang telah diatur oleh suatu peraturan perundang-undangan karena dengan merujuk kepada peraturan perundang-undangan tersebut maka akan diketahui legalitas dari objek jaminan kredit tersebut. 6 Kedua, penilaian secara ekonomi terhadap objek jaminan yang salah satunya adalah jenis dan bentuk jaminan. dalam hal ini bank terlebih dahulu telah mengetahui secara 3 Ariawan Sukarno Adi, Akibat Hukum Jika Pemberi Gadai (Pemilik Polis Asuransi) Meninggal Dunia Dalam Perjanjian Kredit (Study Kasus) PT. Asuransi Jiwasraya Cabang Semarang, Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2010, Hal. 03 4 Fitricia Rahayu, Perjanjian Pinjam Uang Dengan Jaminan Polis Asuransi Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Di Pekanbaru, Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2005, Hal 03 5 Budiman Setyo Haryanto, Kedudukan Gadai Syariah (Rahn) Dalam Sistem Hukum Jaminan Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 10 Nomor 01 Januari, 2010, Hal. 23 6 M. Bahsan, Hukum Jaminan Dan jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 112-114

jelas mengenai objek jaminan kredit, yaitu apakah merupakan barang bergerak dan apa jenisnya, barang tidak bergerak dan apa jenisnya, penanggungan hutang dan apa jenisnya, sebagaimana yang telah diketahui berdasarkan penilaian secara hukum. Masing-masing jenis objek jaminan kredit mempunyai nilai ekonomi yang berbeda-beda, misalnya secara umum nilai ekonomi tanah lebih baik dari nilai ekonomi barang persediaan yang berupa barang mentah atau persediaan. 7 Mengenai nilai ekonomi suatu benda yang dijadikan sebagai jaminan, Munir Fuady dalam bukunya hukum jaminan hutang menyatakan bahwa suatu jaminan hutang yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya mempersyaratkan bahwa objek jaminan tersebut harus mempunyai harga dan mudah dinilai, dalam artian memiliki nilai ekonomi untuk dijadikan sebagai jaminan. 8 Polis asuransi menurut Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat didefinisikan sebagai alat bukti tertulis (akta) yang menyatakan bahwa telah diadakan perjanjian pertanggungan antara tertanggung dengan penanggung (perusahaan asuransi). 9 Polis asuransi dapat dikatagorikan sebagai benda yang bisa dijaminkan sebagai setidaknya harus memenuhi kedua syarat di atas, yaitu legalitas dari polis asuransi tersebut dan nilai ekonomi polis asuransi sehingga dapat dijadikan sebagai jaminan. Pengaturan mengenai polis asuransi sebagai jaminan ini tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus dan didalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang serta Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian sehingga hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan dari pinjaman polis yang dilakukan oleh Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak Dari hal tersebut, penulis tertarik untuk menyusun tesis yang berjudul Polis Asuransi Sebagai Objek Jaminan Di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak. 7 Ibid, Hal. 115 8 Munir Fuady, Hukum Jaminan Hutang, Erlangga, Jakarta, 2013, Hal. 04 9 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, Hal. 57