BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa

GAMBARAN KETIDAKBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI

1

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

I TINJAUAN PUSTAKA Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pengertian ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan perlu ditunjang. dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Menyusui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Theresia, 1995). Sedangkan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa pemberian cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Purwanti, 2004). Sedangkan menurut Suradi (2008), ASI Eksklusif adalah pemberian ASI murni tanpa bayi diberi tambahan lain seperti cairan air putih, teh, madu, buah-buahan, maupun makanan tambahan seperti bubur susu atau bubur saring dan sebagainya, sampai usia bayi 6 bulan. Non ASI eksklusif adalah pemberian ASI didampingi dengan makanan lain sebelum bayi berumur 6 bulan seperti teh, madu, sari buah, susu formula, bubur, buah dan lain-lain. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Purwanti, 2004). Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini 6

7 sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Deklarasi yang juga ditandatangani oleh Indonesia ini memuat hal-hal sebagai berikut: sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan. Setelah berumur 6 bulan, bayi diberi makanan pendamping atau padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif (Mansjoer dkk, 2002). Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu tentang pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Mansjoer dkk, 2002). B. Manfaat ASI Eksklusif 1. Manfaat bagi bayi ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat. ASI mudah dicerna oleh bayi. Jarang menyebabkan konstipasi. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi. ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk

8 melawan infeksi dan penyakit lainnya. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA. Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan resiko sakit jantung bila mereka dewasa. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Suradi, 2006). 2. Manfaat untuk ibu: Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita menyusui sangat rendah. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya. ASI tidak akan basi. ASI selalu diproduksi payudara bila ASI telah kosong ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu jadi ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ibu tidak perlu memerah dan membuang ASInya selalu menyusui (Suradi, 2006).

9 3. Untuk keluarga Tidak perlu buang uang untuk membeli susu formula. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap sedia (Suradi, 2006). 4. Untuk masyarakat dan negara Menghemat devisa negara karena tidak perlu menyimpan susu formula dan peralatan lain untuk persiapan. Bayi sehat membuat negara lebih sehat. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih sedikit. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian. ASI adalah sumber daya yang terus-menerus diproduksi dan baru (Suradi, 2006). C. Manajemen Laktasi 1. Pengertian Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Depkes RI, 1994).

10 Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut a. Pada masa Kehamilan (antenatal) 1). Memberikan penernagan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. 2). Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. 3). Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. 4). Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil. 5). Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal) 1). Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu. 2). Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

11 3). Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S 1 ) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan. c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal) 1). Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. 2). Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. 3). Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. 4). Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui. 5). Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara bengkak yang disertai demam. 6). Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. 7). Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas. 2. Fisiologi Laktasi Pada hakekatnya semua wanita dapat menyusui, kecuali pada wanita yang kelainan (patofisiologis). Bahkan penelitian terakhir menyebutkan

12 bahwa seribu ibu yang menyatakan produksi ASI menurun hanya satu orang yang benar-benar bermasalah, itupun karena kurang mengerti tentang teknik-teknik pemberian ASI. Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI (Anonymus, 2004). 3. Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI Menurut Winarno (1990), adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: a. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.

13 Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah: 1). Reflek Prolaktin Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran

14 darah dan sampai pada kelenjar kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI. 2). Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection) Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut : rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex. c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI.

15 Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan. d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI. e. Perawatan Payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.

16 3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Proses Laktasi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses menyusui yaitu faktor bayi, faktor ibu dan faktor budaya. a. Faktor bayi yang mempengaruhi proses menyusui diantaranya bayi sakit, kelainan kongenital, seperti labiopalatokisis sehingga bayi enggan menyusui. b. Faktor ibu dari segi fisik diantaranya ibu sakit, puting susu lecet, puting susu datar atau tanggelam, payudara bengkak dan ibu lelah. Faktor psikologis pada ibu yang berpengaruh adalah bila ibu mengalami kecemasan, hal ini dapat mengurangi produksi Air Susu Ibu, bahkan dapat berhenti sama sekali. c. Faktor budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang dalam pemberian ASI (Anonymus, 2005 ) Beberapa faktor yang menimbulkan kecemasan pada ibu diantaranya bayi rewel karena sakit, stress karena pekerjaan atau sebab yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian air susu ibu dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1). Predisposing factor, yang meliputi pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi, penghasilan dan jumlah anak. Faktor predisposisi merupakan faktor yang menyebabkan sesuatu, namun bukan merupakan penyebab utama, karena faktor tersebut banyak ibu menyusui yang memilih memberi air susu formula kepada bayinya daripada memberi ASI.

17 Pendidikan dan pengetahuan ibu yang rendah tentang ASI membuat bayi tidak mendapat ASI eksklusif. 2). Enabling factors yaitu rawat gabung, Ante Natal Care (ANC), Intra Natal Care (INC). Faktor ini merupakan faktor pendorong yang dapat mempengaruhi pemberian air susu ibu. 3). Reinforcing factors, yaitu keluarga dan tenaga kesehatan. Faktor ini yang merupakan faktor pendukung dalam praktik menyusui. 4. Frekuensi Pemberian Air Susu Ibu Pemberian air susu ibu pada bayi sejak lahir dianjurkan tanpa jadwal (on demand) artinya kapanpun bayi merasa lapar setidaknya bayi tersebut segera disusui. Ibu tidak perlu khawatir produksi air susu ibu akan berkurang. Produksi air susu ibu pada seorang ibu per hari berkisar 300 800 ml. Supaya kebutuhan air susu ibu untuk bayi terpenuhi maka memerlukan waktu 7 10 menit pada satu payudara atau 5 19 menit pada kedua payudara (Anjarwati, 2006). Bahkan pada ibu yang kurang gizi berat sekalipun, air susu ibu masih mengandung antibody yang dapat melindungi bayi dari infeksi. Kendati demikian jumlah produksi air susu ibu mengandung sedikit lemak dan mikro nutrient (Visionet, 2006). 5. Sindrom Air Susu Ibu Kurang Keadaan dimana ibu merasa bahwa air susu ibu kurang dengan bebagai alasan yang menurut ibu merupakan tanda tersebut, padahal sebenarnya bayi sudah mendapatkan air susu ibu yang cukup. Sebenarnya hal ini

18 akibat dari penurunan reflex let down, dimana reflek ini dipengaruhi oleh rasa tegang, cemas, takut, ataupun bingung. Sindrom air susu ibu kurang ini antara lain disebabkan karena ibu merasa: a. Payudara kecil Sebenarnya payudara kecil tidak mempengaruhi pengaruh terhadap produksi air susu ibu. Payudara yang kecil lebih disebabkan karena hormon, gizi kurang atau keturunan. b. Air susu ibu berkurang kekentalannya Hal ini adalah wajar sesuai dengan periode laktasi. 1) Bayi sering menangis Bayi sering menangis tidak selalu berarti kekurangan air susu ibu, namun banyak sebab yang membuat bayi sering menangis. 2) Payudara lembek atau mengecil Payudara yang lembek dapat terjadi setelah ibu menyusui yaitu karena air susu ibu telah keluar. 3) Bayi lebih cepat menyusu dari sebelumnya Hal ini adalah normal karena bayi sudah terbiasa menyusu. 4) Refleks let down berkurang Penurunan reflex let down adalah normal sejalan bertambahnya usia bayi (Anonymus, 2004). 5) Perilaku Perilaku merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk

19 pengetahuan dan tindakan manusia sebagai mahluk hidup yang di lengkapi dengan akal yang berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan (Notoatmodjo, 2003) D. Karakteristik Ibu Menyusui 1. Usia Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. (Elizabeth, BH (1995) dalam Wahit, 2006). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Waktu reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun (Manuaba, 2002). Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya (Elisabeth dalam Nursalam 2001). Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (2003), yang menyatakan bahwa umur mempunyai kaitan erat dengan berbagai segi organisasi, kaitan umur dengan tingkat kedewasaan psikologis menunjukkan kematangan dalam arti individu menjadi semakin bijaksana dalam mengambil keputusan bagi kepentingan organisasi. Kematangan individu dengan pertambahan usia berhubungan erat dengan kemampuan analisis terhadap permasalahan atau fenomena yang ditemukan menyatakan bahwa kemampuan analisis akan berjalan sesuai dengan pertambahan usia, seorang individu diharapkan dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan

20 kematangan usia (Slameto, 2003). Semakin tinggi usia seseorang maka proses perkembangan seseorang akan semakin matang (Rita, 1993). 2. Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. a. Klasifikasi paritas: 1) Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006). 2) Multipara Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). 3) Grandemultipara Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006). b. Faktor yang mempengaruhi paritas: 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

21 mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang. 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. 3) Keadaan Ekonomi Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup. 4) Latar Belakang Budaya Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

22 masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki. 5) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003) 3. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan pengembangan diri dari individu dan kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Di dalam beberapa faktor pendidikan sering kali memegang syarat paling pokok untuk memegang fungsi-fungsi tertentu. Untuk tercapainya kesuksesan di dalam bekerja dituntut pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya (LAN RI,1993 dalam Mularso, 2001). Disamping itu,

23 semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan juga semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh (Dessler, 1998). 4. Pekerjaan Pekerjaan adalah kesibukan sosial yang dilakukan seseorang dengan bertujuan tertentu. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan social lainnya juga tidak luput dari kurangnya pengetahuan dari pra ibu, tidak sedikit dari apa ibu yang bekerja akan tetapi tetap memberikan asi secara eksklusif pada bayinya selama 6 bulan. Pada ibu bekerja cara lain untuk tetap dapat memberikan asi secara eksklusif pada bayinya adalah dengan memberikan ASI peras. (Baskoro, 2008:74). E. Perilaku Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa perilaku adalah suatu reaksi psikis atau kejiwaan (berpendapat atau berfikir, bersikap dan sebagainya) seseorang terhadap lingkungannya. Berarti perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan suatu rangsangan. Pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan tetapi juga bisa bersifat potensial yaitu dalam bentuk pengetahuan, motivasi atau persepsi. Adapun bentuk operasional perilaku, menurut Notoatmodjo (2003) dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis sebagai berikut : 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.

24 2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek, yang menimbulkan perasaan suka atau tidak suka. 3. Perilaku dalam bentuk tindakan atau praktik yang sudah nyata yaitu perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Dalam perkembangannya, teori Bloom (1908) dalam Notoadmodjo (2003) ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu: 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang ada pada manusia tersebut bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan kehidupan manusia yang dihadapi sehari hari dan digunakan untuk kemudahan kemudahan tertentu. Sehubungan dengan perihal diatas pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia di dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Misalnya pengetahuan tentang manfaat ASI eksklusif dapat digunakan oleh seorang ibu dalam memahami bagaimana cara memanfaatkannya. Pengetahuan dapat diperoleh seseorang melalui

25 melihat, mendengar atau mengalami suatu kejadian yang nyata, selain itu dapat diperoleh melalui belajar di bangku pendidikan baik bersifat formal maupun informal. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda atau sesuatu hal secara obyektif. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif diharapkan akan menjadi dasar untuk bersikap positif terhadap pemberian ASI kepada bayinya. Dan selanjutnya akan mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya 2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan atau perilaku (Wahit, 2006). Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama yaitu: a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

26 3. Praktik atau tindakan (practice) Praktik atau tindakan adalah merupakan salah satu dari tiga perilaku berbentuk perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Perbuatan atau praktik tidak sama dengan perilaku, melainkan hanya sebagaian dari perwujudan perilaku. Perwujudan dari perilaku yang lain dapat melalui pengetahuan dan sikap. Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya suatu sikap agar menjadi tindakan perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain seperti fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Sebagai contoh disini adalah pemberian ASI oleh ibunya kepada bayinya, dalam hal ini perlu dorongan dari orang lain seperti suami, dan lain lain (Notoadmodjo, 2003) Menurut Notoadmodjo (2003), perbuatan nyata atau praktik dari suatu perwujudan perilaku mempunyai beberapa tingkatan antara lain: a. Persepsi (perception) Persepsi ini meliputi diantaranya adalah mengenal dan memilih berbagai objek. b. Respon terpimpin (guided response) Yaitu dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar. Sebagai contoh, ibu dapat memberikan ASI eksklusif dengan benar dimulai dari cara menggendong posisi bayi, memegang payudara, memasukkan putting kedalam mulut bayi dan memberikan rangsangan pada mulut bayi.

27 c. Mekanisme (mechanism) Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar sebagai suatu kebiasaan, maka seorang tersebut sudah berada pada praktik tingkat ini. Sebagai contoh seorang ibu sudah dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya tanpa di perintah oleh orang lain. d. Adaptasi (adaptation) Pada praktik tingkatan ini sudah berkembang dengan baik artinya tindakan ini sudah di modifikasi tanpa mengurangi kebenarannya. Misalnya seorang ibu dapat memberikan ASI sesuai dengan kondisi dan situasi bayi. Contoh bisa dengan sambil tiduran. Pengukuran perilaku dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung adalah dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden sedangkan tidak langsung adalah dengan wawancara terhadap kegiatan kegiatan yang telah dilakukan. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang harus ada unsur pengetahuan, keyakinan dan sarana sarana kemudahan. Dalam membuat kerangka konsep, peneliti menggunakan teori model perubahan perilaku menurut teori Lawrence Green (1991). Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yakni : faktor-faktor predisposisi (predisposising factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors), dan faktor-faktor yang

28 memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan masing-masing faktor-faktor sebagai berikut : (a) Faktor predisposisi (predisposising factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. (b) Faktor pendukung (enabling factors), adalah faktor-faktor yang mendukung atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pendukung adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan, masyarakat/pemerintah, hukum dan komitmen terhadap kesehatan serta keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan. (c) Faktor penguat/pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku antara lain keluarga, teman, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, pengambil keputusan (Green,1991). F. Dukungan Keluarga a. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan sebagai bagian dalam keluarga (Friedman, 1998). Menurut Sukami (2003), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah sekelompok

29 orang yang tinggal di bawah satu atap atau dalam satu bangunan yang mempunyai dapur dan anggaran rumah tangga yang sama. Pendapat lain mengatakan bahwa keluarga adalah sebagai unit yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak mereka dan memperlihatkan pembagian kerja menurut jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). b. Tipe-tipe Keluarga Tipe keluarga menurut Potter dan Perry (2005), adalah : Tipe keluarga merupakan pola manusia yang didasari oleh anggota keluarga untuk di masukkan ke dalam keluarga, adapun tipe-tipe keluarga : 1) Nuclear family (keluarga inti), terdiri dari suami, istri dan anak. 2) Extended family (keluarga besar), keluarga ini terdiri dari kerabat (paman, bibi, kakek atau nenek, sepupu) selain keluarga inti. 3) Single family (keluarga dengan orang tunggal), terjadi karena salah satu orang tua meninggalkan keluarga karena kematian atau perceraian. 4) Mixed family (keluarga campuran), keluarga ini dibentuk pada saat orang tua membawa anak-anak yang tidak memiliki hubungan dari hubungan yang sebelumnya ke dalam hubungan yang baru, bergabung dalam situasi kehidupan. c. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga dianggap melemahkan dampak stres dan secara langsung memperkokoh kesehatan mental individu dan keluarga. Dukungan sosial berfokus pada sifat interaksi yang berlangsung dalam

30 berbagai hubungan sosial sebagaimana dievaluasi oleh individu (Friedman, 1998). Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota-anggotanya (Friedman, 1998). d. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Fungsi keluarga terbagi atas : 1) Fungsi afektif, yaitu fungsi pemeliharaan kepribadian untuk stabilitas kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota keluarga. 2) Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial, untuk mengajari anakanak bagaimana berfungsi dan menerima peran-peran sosial dewasa seperti suami-ayah, dan istri-ibu. 3) Fungsi reproduksi, untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk keberlangsungan hidup masyarakat. 4) Fungsi ekonomis, untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif. 5) Fungsi perawatan kesehatan, untuk pengadaan kebutuhan fisik, pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan (Friedman, 1998).

31 e. Peran atau Dukungan Keluarga 1) Peran Keluarga Peran didasarkan pada deskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan orang lain menyangkut peranperan tersebut. Identifikasi peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah, dan istri-ibu, peran sebagai provider, sebagai pengatur rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anal, rekreasi, persaudaraan, peran terapeutik, dan peran seksual. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal dan dukungan keluarga eksternal. Dukungan keluarga internal seperti dari suami, istri, atau dukungan dari saudara kandung atau dari dukungan keluarga eksternal adalah dukungan dari luar keluarga inti dalam jaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 1998). 2) Jenis Dukungan Sosial a) Dukungan instrumental Merupakan dukungan yang nyata (transaksi-transaksi yang memberikan pertolongan atau bantuan langsung). Dukungan ini paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat (Niven, 2000). Dalam hal ini keluarga mencukupi kebutuhan rutin ibu menyusui, membantu merawat bayi, mengganti popok, menyendawakan bayi setelah selesai menyusui, menggendong, memandikan, memijat bayi secara teratur

32 atau memberi ASI perah kepada si bayi bila ibu bekerja (Roesli, 2000). b) Dukungan Emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan atau membantu penguasaan terhadap emosi (Friedman, 1998). Dukungan emosional dapat menguatkan perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai (Niven, 2000). Suami dapat memperlihatkan rasa sayang dan perhatian terhadap ibu dan bayi sehingga ibu lebih nyaman dan produksi ASI pun lancar (Roesli, 2000). c) Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator penyebar informasi tentang dunia. Suami dapat memberikan masukan kepada ibu mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan pemberian ASI (Friedman, 1998). d) Dukungan penilaian / penghargaan Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota (Friedman, 1998). Suami dapat menyatakan perasaan bangga dan senang atas keputusan ibu untuk menyusui bayinya / menunjukkan pada semua orang bahwa ia dapat mendukung upaya pemberian ASI (Roesli, 2000).

33 G. Kerangka Teori Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Nilai 4. Keyakinan Faktor Pendukung : 1. Ketersediaan sumber daya kesehatan 2. Keterjangkauan pelayanan kesehatan 3. Masyarakat / pemerintah, hukum dan komitmen terhadap kesehatan 4. Keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan Faktor Penguat : 1. Dukungan keluarga 2. Dukungan teman 3. Dukungan tenaga kesehatan 4. Dukungan tokoh masyarakat 5. Dukungan pengambil keputusan Karakteristik : Perilaku Kesehatan - Jenis kelamin - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Paritas - Kesukuan atau ras - Kemampuan ekonomi (pendapatan keluarga) - Kebutuhan Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Modifikasi Teori Lawrence W.Green (1991); Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003)

34 H. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Umur Paritas Tingkat pendidikan Pekerjaan Dukungan keluarga Pemberian ASI eksklusif Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian I. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah perincian suatu konsep penelitian sehingga jelas unsur-unsur yang diteliti. Variabel ini secara umum dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu : 1. Variabel bebas atau variabel independen Adalah variabel yang mempengaruhi variabel tergantung atau dependen (Notoatmodjo, 2005). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, paritas, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan dukungan keluarga. 2. Variabel tergantung atau variabel dependen Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau independent (Notoatmodjo, 2005). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif.

35 J. Hipotesis 1. Ada hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi di Puskesmas Kendal. 2. Ada hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi di Puskesmas Kendal. 3. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi di Puskesmas Kendal. 4. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi di Puskesmas Kendal. 5. Ada hubungan dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi di Puskesmas Kendal.