BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul dan Syam (2012: 108) menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan BPK (Badan Pemeriksa

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan daerah merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN I N S P E K T O R A T Jalan A. Yani Nomor 17 Telp. (0517) KANDANGAN 71211

ISSN : E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.7 (2016):

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan Negara merupakan suatu kegiatan yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Otonomi Daerah sesuai dengan aturan Undangundang. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi di dalam mempertanggungjawabkan segala aktivitas finansial

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. (Mulgan, 1997; Mardiasmo,2009). Audit internal oleh Badan Pengawasan. Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dapat membantu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah. Upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama. dengan profesinya lainnya, mempunyai peran yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG ATURAN PERILAKU AUDITOR INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas pengguna dana untuk. penyenglenggaraan pemerintah seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. keutamaan atau dikenal dengan istilah virtue ethics theory Ghilyer dalam Soraya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit intern adalah audit yang dilakukan oleh pihak dari dalam organisasi auditi dalam hal ini harus dilihat dengan sudut pandang yang tepat. Organisasi auditi misalnya adalah pemerintah daerah, kementerian negara, lembaga negara, perusahaan, atau bahkan pemerintah pusat. Sebagai contoh, untuk pemerintah daerah maka audit intern adalah audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA). Sedangkan pada organisasi kementerian negara audit intern dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Audit intern dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dalam manajemen. Jadi pelaksanaan audit intern lebih diarahkan pada upaya membantu Bupati/ Walikota/ Gubernur/ Menteri/ Presiden meyakinkan pencapaian tujuan organisasi, BPKP (2009). Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (BPKP, 2009). (Arens and Loebbecke, 2000) Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah 1

2 ditetapkan. Sedangkan, kualitas audit merupakan ketaatan pada standar profesi dan perikatan kontrak selama audit berlangsung, Lowenshon et al. (2005). Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005). Peran dan fungsi inspektorat provinsi, kabupaten/ kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 64 tahun 2007. Pasal tersebut menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, inspektorat provinsi, kabupaten/ kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pemeriksaan. Berkaitan dengan peran dan fungsi tersebut, Inspektorat Kabupaten Tabanan sebagai salah satu Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Kabupaten Tabanan secara yuridis sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Tabanan Nomor 23 Tahun 2010 Pasal 33 maka tugas pokok Inspektorat Daerah adalah membantu Bupati Tabanan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pembinaan dan pengawasan internal diantaranya menyelenggarakan pemeriksaan terhadap aparatur

3 Pemerintahan Kabupaten Tabanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar pelaksanaan tugas tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku. Kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kabupaten Tabanan saat ini masih menjadi sorotan, karena masih banyaknya temuan audit yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai auditor internal, akan tetapi ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pada tahun 2013 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer atas hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah kabupaten tabanan tahun anggaran 2012. Temuan Pemeriksaan BPK RI terdiri dari Sistem Pengendalian Intern 10 temuan dan Kepatuhan 14 temuan senilai Rp2.140.418.029,00. Sementara Temuan Pemeriksaan Inspektorat Daerah Kabupaten Tabanan pada tahun yang sama sejumlah 100 Temuan senilai Rp97.932.845,00. Berdasarkan perbandingan Temuan Pemeriksaan BPK RI dan Inspektorat Kabupaten Tabanan terhadap LKPD T.A 2012 dapat disimpulkan Secara kuantitas jumlah temuan Inspektorat Kabupaten Tabanan tinggi namun nilai temuan kerugian Negara/daerah yang ditemukan oleh Inspektorat Kabupaten Tabanan masih rendah. Hal itu menunjukan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh auditor internal dalam hal ini Inspektorat Kabupaten Tabanan masih sangat rendah akibat dari banyaknya temuan audit dari auditor eksternal yang tidak terdeteksi oleh aparat Inspektorat Kabupaten Tabanan. Hal tersebut akibat dari lemahnya kompetensi dan pengalaman kerja Auditor itu sendiri karena terbukti berdasarkan data kepegawaian Inspektorat Kabupaten Tabanan sampai dengan saat ini, jabatan fungsional auditor yang

4 bersertifikat baru 10 orang Tidak mengherankan jika pelaksanaan audit di lapangan kualitas hasil auditnya belum memadai. Bahkan lebih jauh lagi dalam beberapa pelaksanaan audit di lapangan juga mengikutsertakan pegawai yang tidak mempunyai latar belakang atau pendidikan di bidang audit dan seringnya mutasi dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tabanan akibat adanya pengembangan potensi bagi pegawai dalam hal ini mutasi dari dan ke Inspektorat sehingga menyebabkan pegawai yang berpengalaman tergantikan oleh yang kurang berpengalaman. Kondisi demikian mengakibatkan penyelesaian atas target jumlah obyek audit menjadi prioritas utama dibandingkan upaya untuk mengejar kualitas hasil audit yang lebih baik. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang tertuang dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Pernyataan standar umum pertama SPKN adalah: Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Berdasarkan pernyataan standar tersebut pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan harus memiliki pengetahuan, keahlian serta pengalaman yang cukup oleh karena itu mutasi diinspektorat harus mempertimbangkan hal itu sehingga aparat yang memiliki kompetensi, keahlian serta pengalaman yang memadai dapat dipertahankan.

5 Auditor yang kompeten adalah auditor yang mempunyai hak atau kewenangan untuk melakukan audit menurut hukum dan memiliki keterampilan dan keahlian yang cukup untuk melakukan tugas audit, BPKP (2009). Auditor sebagai institusi mempunyai hak atau kewenangan melakukan audit berdasarkan dasar hukum pendirian organisasi itu (mandate audit) atau penugasan. Auditor sebagai individu mempunyai hak dan kewenangan untuk melakukan audit berdasarkan surat tugas audit. Kompetensi menurut hukum (dasar kewenangan) lazimnya dicantumkan didalam surat tugas audit dan laporan hasil audit. Kompetensi ditunjukan pula dengan keharusan bagi setiap auditor untuk memiliki keterampilan atau kemahiran profesi auditor yang diakui umum untuk melakukan audit. Karena itu secara profesi tidak semua orang boleh melakukan audit. Selain kompetensi, faktor pengalaman auditor juga berpengaruh terhadap kualitas audit dan fakta yang ada seringnya mutasi di Inspektorat Kabupaten Tabanan mengakibatkan aparat yang berpengalaman tergantikan oleh yang kurang berpengalaman. Rahmawati dan Winarna (2002), dalam risetnya menemukan fakta bahwa pada auditor, expectation gap terjadi karena kurangnya pengalaman kerja dan pengetahuan yang dimiliki hanya sebatas pada bangku kuliah saja. Mulyadi (2002), pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja, sehingga semakin lama tingkat pengalaman yang dimiliki pemeriksa dalam tugasnya melaksanakan pemeriksaan, maka akan mampu memberikan kualitas hasil pemeriksaan yang maksimal. Para peneliti sebelumnya telah banyak melakukan Penelitian-penelitian yang mengangkat topik tentang kompetensi dan pengalaman kerja diantaranya

6 adalah Penelitian yang dilakukan oleh Lauw dkk. (2012), Nugraha (2012) dan Ardini (2010) tentang kompetensi menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit kemudian penelitian yang sama juga dilakukan oleh Liana (2014) dan Affandi (2013) menemukan hasil bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2012), Martini (2011) dan Sukriah dkk. (2009) menemukan hasil bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit/ pemeriksaan. Akan tetapi beberapa hasil penelitian ada yang kontradiktif diantaranya yang dilakukan oleh Harvita (2012) menemukan hasil yang berbeda dimana pengalaman kerja tidak mempengaruhi kualitas audit. Ketidakkonsistenan penelitian terdahulu menyebabkan penelitian tentang Kualitas Audit ini semakin menarik untuk dikaji dan diteliti kembali khususnya faktor-faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kualitas audit aparat Inspektorat Kabupaten Tabanan. Motivasi diduga dapat memoderasi pengaruh antara kompetensi dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit karena tanpa adanya motivasi tidak bisa menjamin audit yang dilakukan akan benar-benar terlaksana dengan baik. Goleman (2001), hanya dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Sehingga motivasi akan mendorong aparat inspektorat untuk melaksanakan audit sesuai dengan standar yang ada serta memiliki inisiatif dan semangat yang tinggi. Hal ini didukung dari hasil penelitian Ardini (2010) menyatakan bahwa motivasi mempengaruhi kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas peneliti termotivasi untuk melakukan pengujian kembali

7 tentang pengaruh kompetensi dan pengalaman kerja pada kualitas audit dengan motivasi sebagai variabel pemoderasi pada Inspektorat Kabupaten Tabanan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi dasar bagi penulisan ilmiah ini adalah : 1) Apakah motivasi memoderasi pengaruh kompetensi pada kualitas audit? 2) Apakah motivasi memoderasi pengaruh pengalaman kerja pada kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: a) Untuk mengetahui kemampuan motivasi memoderasi pengaruh kompetensi pada kualitas audit. b) Untuk mengetahui kemampuan motivasi memoderasi pengaruh pengalaman kerja pada kualitas audit. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1) Dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori yang berkaitan dengan Teori Atribusi yang ditentukan baik internal maupun eksternal

8 untuk menjelaskan perilaku pada diri seseorang seperti motivasi pada Kualitas Audit. 2) Dapat memberikan bukti empiris khususnya mengenai pengaruh kompetensi dan pengalaman kerja pada kualitas audit dengan motivasi sebagai variabel pemoderasi pada Inspektorat Kabupaten Tabanan. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini bagi lembaga terkait adalah sebagai berikut: 1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang faktor kompetensi, pengalaman kerja, dan motivasi dalam memperbaiki kualitas audit untuk menunjang peningkatan fungsi pengawasan Inspektorat Kabupaten Tabanan dimasa yang akan datang. 2) Diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas audit demi tercapainya peran dan fungsi pengawasan internal pemerintah daerah.